Anda di halaman 1dari 3

http://nurainiajeeng.wordpress.

com/2013/04/30/behavior-theraphy/

BEHAVIOR THERAPHY

Posted by: nuraini ajeeng on: April 30, 2013


In: Uncategorized
Leave a Comment

Behavior theraphy merupakan terapi yang berdasarkan teori psikologi, yaitu teori tingkah laku/
behavior yang dicetuskan oleh tokoh-tokoh behavioral seperti Ivan Pavlov, Skinner, Bandura,
Thorndike, dll. Terapi ini berfokus pada bagaimana orang-orang belajar dan kondisi-kondisi apa saja
yang menentukan tingkah laku mereka. Istilah terapi tingkah laku berasal dari bahasa inggris behavior
theraphy yang pertama kali digunakan oleh Jhon D. Krumboln (1964). Krumboln merupakan promoter
utama dalam menerapkan pendekatan behavioristik terhadap dunia konseling maupun terapi,
meskipun dia melanjutkan aliran yang sudah dimulai sejak tahun 1950, sebagai reaksi terhadap corak
terapi yang memandang hubungan antar pribadi, antara terapis dan klien sebagai komponen yang
mutlak diperlukan dan sekaligus cukup untuk memberikan bantuan psikologis kepada seseorang.
Terapi tingkah laku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai
teori tentang belajar dengan menyertakan penerapan sistematis prinsip-prinsip belajar pada
perubahan tingkah laku kea rah cara-cara yang lebih adaptif. Pendekatan ini banyak memberikan
sumbangan dalam bidang klinis ataupun pendidikan. Dengan berlandaskan teori belajar modifikasi
pelaku dan terapi tingkah laku adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi
yang berurusan dengan pengubahan tingkah laku. Behavior konseling adalah salah satu teknik yang
digunakan dalam menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan
dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang dilakukan melalui proses belajar. Agar
orang bisa bertindak dan bertingkah laku lebih efektif dan efisien. Aktivitas inilah yang disebut sebagai
belajar.
Terapi tingkah laku dapat digunakan dalam menyembuhkan berbagai penyimpangan perilaku
(maladaptive) menjadi yang adaptif, serta berbagai gangguan tingkah laku dari yang sederhana
hingga yang kompleks, seperti gagap, phobia, perilaku kompulsif, penyimpangan seksual, reaksi
konversi dan penyimpangan tingkah laku lainnya. Terapi ini dapat dilakukan baik untuk individu
maupun kelompok, dan cocok untuk semua kalangan anak-anak, remaja, orang tua, hingga lansia.

Konsep Utama Terapi Behavior


Konsep utama terapi tingkah laku ini adalah keyakinan tentang martabat manusia yang sebagai
bersifat falsafah dan sebagian lagi becorak psikologis, yaitu:
Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia
mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau salah berdasarkan bekal
keturunan dan lingkungan (nativisme dan empirisme), terbentuk pola-pola bertingkah laku yang
menjadi cirri-ciri khas kepribadiannya.
Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa yang
dilakukannya dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku yang baru
melalui suatu proses belajar. Kalau pola-pola lama dahulu dibentuk melalui belajar, pola-pola itu dapat
diganti melalui usaha belajar yang baru.
Manusia dapat memengaruhi perilaku orang lain dan dirinya dipengaruhi oleh perilaku orang
lain.
Perilaku dipandang sebagai respon terhadap stimulasi atau perangsangan eksternal dan internal.
Kontribusi terbesar terapi behavior adalah bagaimana memodifikasi perilaku melalui rekayasa
lingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan perilaku. Dasar teori terapi behavior
adalah bahwa perilaku dapat dipahami sebagai hasil kombinasi:
Belajar waktu lalu hubungannya dengan keadaan yang serupa
Keadaan motivasional sekarang dan efeknya terhadap kepekaan lingkungan

1.
2.
3.
4.

1.
2.

3.

4.

5.
6.

Perbedaan-perbedaan biologis baik secara genetik atau karena gangguan fisiologik


Ciri-ciri Terapi Behavior
Pemusatan perhatian pada tingkah laku yang tampak dan spesifik
Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment
Perumusan prosedur treatment yang spesifik dan sesuai dengan masalah, dan telah
ditentukan sebelumnya
Penaksiran objektif atau hasil-hasil terapi, maksudnya kefektifan terapi dinilai dari perubahanperubahan dalam perilaku khusus yang nyata sebagai bentuk hasil terapi
Tujuan Terapi Behavior
Tujuan dari terapi ini merupakan hasil diskusi dan diinginkan antara klien dan terapis, tujuan-tujuan
yang diinginkan harus dirinci dan spesifik. Secara umum tujuan terapi ini adalah menciptakan proses
baru bagi proses belajar, karena segenap tingkah laku adalah dipelajari, serta mengubah atau
memodifikasi perilaku klien yang maladaptif. Secara terperinci tujuan terapi ini adalah sebagai berikut;
Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari
Membantu klien membuang respon-respon yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan
mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).
Klien belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptive, memperkuat serta
mempertahankan perilaku yang diinginkan.
Tahap-tahap Terapi Behavior
Proses terapi ini adalah proses belajar, terapis membantu terjadinya proses belajar tersebut, dengan
cara mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya. Terapi ini
memiliki empat tahap dalam prosesnya, yaitu:
Melakukan Assesment
Menetapkan tujuan (goal setting)
Implementasi teknik
Evaluasi dan pengakhiran
Teknik-teknik Terapi Behavior
Teknik terapi behavior didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang membentuk
pola tingkah laku) terhadap stimulus, dengan demikian respon-respon yang baru akan dapat dibentuk.
Teknik dalam terapi ini dibagi menjadi dua kelompok;
Teknik umum; shaping, extinction, reinforcing uncompatible behaviors, imitative learning,
contracting, cognitive learning, covert reinforcement
Teknik khusus;
Desensitisasi sistematis; teknik ini digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat
secara negatif dan menyertakan pemunculan tingkah laku yang hendak dihapus.
Teknik implosif; teknik ini berlandaskan kepada paradigma penghapusan eksperimental.
Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus dalam kondisi berulang-ulang tanpa memberikan
penguatan.
Latihan asertif; teknik ini diterapkan pada individu yang mengalami kesulitan menerima
kenyataan bahwa menegaskan diri adalah tindakan yang layak benar. Teknik ini membantu orang yang
tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung, memiliki kesulitan untuk
mengatakan tidak, dan bentuk lainnya.
Teknik aversi; teknik ini digunakan untuk memodifikasi perilaku yang berlebihan dan perilaku
agresif, meredakan gangguan behavioral yang spesifik dengan stimulus yang menyakitkan sampai
stimulus yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya. Stimulus aversi ini biasanya berupa
hukuman dengan kejutan listrik atau pemberian ramuan yang memualkan.
Pengkodisian operan tingkah laku adalah tingkah laku yang memancar yang mencari ciri
organisme yang aktif, yang beroperasi dilingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat.
Relaksasi; merupakan suatu metode untuk membantu mengatasi stress yang muncul akibat
masalah sehari-hari melalui peregangan otot (fisik) dan mental.

Efektivitas Terapi Behavior


Kelebihan terapi;
Terapi ini menekankan bahwa proses terapi dipandang sebagai proses belajar yang akan
menghasilkan perubahan perilaku secara nyata.
Pendekatan ini menunjukkan fleksibilitas yang besar, karena tujuan terapi dan prosedur yang
diikuti untuk sampai pada tujuan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan klien.
Pendekatan ini akan membantu individu untuk bisa membekali dirinya untuk mencegah
timbulnya persoalan kejiwaan.
Kelemahan terapi;
Mungkin mengubah tingkah laku tapi tidak merubah perasaan
Mengenyampingkan faktor-faktor yang berhubungan dalam terapi maupun perilaku
Mengenyampingkan pengalaman-pengalaman masa lalu yang mungkin menyebabkan atau
mempengaruhi tingkah laku saat ini.
Tidak memfasilitasi munculnya insight, dalam arti bagi klien yang berpotensi cukup tinggi dan
sedang mencari arti dan tujuan hidup mereka, tidak dapat berharap banyak dari terapi ini.
Kurangnya kesempatan bagi klien untuk terlibat kreatif dengan keseluruhan penemuan diri
atau aktualisasi diri.
Kemungkinan terjadi bahwa klien mengalami depersonalized dalam interaksinya dengan
konselor.

Anda mungkin juga menyukai