khawatirkan minyak atsiri ikut menguap. Proses ekstraksi dihentikan sampai warna pelarut
kembali menjadi seperti semula. Siklus yang terjadi pada ekstraksi daun jeruk purut
mencapai 18 siklus dengan waktu 25,5 jam. Pada percobaan diperoleh minyak daun
jeruk purut yang berwarna hijau tua sampai kehitaman.
Pada tabel 5 diketahui bahwa komponen tertinggi yang terdapat dalam minyak daun
jeruk purut dengan pelarut n-heksana adalah sitronellal sebesar 97,27%. Selain
sitronellal juga terdapat komponen- komponen yang lain yaitu Sabinene dan Decane.
Dari tabel 5 diketahui bahwa kadar sitronellal lebih tinggi daripada kadar komponen
yang lain, dan kadar sitronellal yang diperoleh dengan pelarut mudah menguap lebih
tinggi daripada dengan menggunakan metode penyulingan uap sesuai
penelitian
Koswara. Hal ini disebabkan karena pelarut n-heksana dapat mengekstrak dengan baik
komponen sitronellal dalam daun jeruk purut sehingga sitronellal yang dihasilkan lebih
tinggi daripada dengan metode penyulingan uap. Minyak yang dihasilkan berwarna kuning.
Hal
ini
dikarenakan
n-heksana
dapat memisahkan antara minyak dengan pelarut
sehingga dapat diketahui dengan jelas perbedaan antara minyak dan pelarut.
Sehingga dapat disimpulkan proses pengambilan minyak atsiri daun jeruk purut dengan pelarut
n-heksana memberikan kadar sitronellal yang lebih besar daripada dengan pelarut etanol.
4. Penutup
Kesimpulan
1. Ekstraksi daun jeruk purut dengan pelarut etanol menghasilkan rendemen minyak
13,39% dan kadar sitronellal 65,99%.
2. Ekstraksi daun jeruk purut dengan pelarut n-heksana menghasilkan rendemen
minyak 10,50% dan kadar sitronellal 97,27%.
3. Pelarut n-heksana yang terbaik pada pengambilan minyak daun jeruk purut.
4. Komponen terbesar dalam minyak atsiri
daun
jeruk
purut
adalah
sitronellal.