7A Bab II
7A Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Air bagi suatu industri adalah bahan penunjang baik untuk
kegiatan langsung atau tak langsung. Penggunaan air di
industri biasanya untuk mendukung beberapa
sistem, antara
lain :
1. Sistem pembangkit uap (boiler)
2. Sistem pendingin
3. Sistem pemroses (air proses)
4. Sistem pemadam kebakaran
5. Sistem air minum
Persyaratan kualitas air yang dapat digunakan dalam
industri berbeda-beda tergantung kepada tujuan penggunaan
air tersebut. Air yang berasal dari alam pada umumnya belum
memenuhi
persyaratan
yang
diperlukan
sehingga
harus
bertujuan
untuk
mengurangi
atau
menghilangkan
Demineralisasi
II-
Demineralisasi
2. Pengolahan Internal
Pengolahan internal adalah pengolahan yang dilakukan
pada titik penggunaan
akan
digunakan.
Usaha
untuk
mencapai
tujuan
gangguan
dalam
penggunaan
air
tersebut.
(jumlah
muatan
yang
diserap
yang
II-
Demineralisasi
ion
akan
B+ + R- A+
berlangsung
sampai
kesetimbangan
dicapai.
II-
Demineralisasi
II-
Demineralisasi
II-
Demineralisasi
Struktur umum
1. Polymer backbone tidak terlibat dalam ikatan.
2. Gugus fungsional / sisi aktif membentuk kompleks anion
atau kation.
Resin penukar kation (asam kuat) dan penukar anion (basa
kuat) disintesis dari kopolimerisasi stirena dan divinilbenzena
(DVB).
II-
Demineralisasi
II-
Demineralisasi
(II. 1)
Reaksi pertukaran anion :
2RCl (s) + Na2SO4
R2SO4(s) + 2 NaCl
(II. 2)
Reaksi (II.1) menyatakan bahwa larutan yang mengandung
CaCl4 diolah dengan resin penukar kation NaR dengan R
menyatakan resin. Resin mempertukarkan ion Na 2 larutan dan
melepaskan ion Na+ yang dimilikinya ke dalam larutan. Secara
ilustratif
halini
dapat
dilihat
pada
Gambar
II.7.
Proses
telah
mempertukarkan
semua
ion
Na +
yang
II-
Demineralisasi
tahap
layanan.
Reaksi
yang
terjadi
pada
tahap
II-
Demineralisasi
senyawa
amina
(primer/R-NH,
sekunder/R-N2H,
tersier/R-R'2N) dan gugus ammonium kuartener (R-NR'/tipe I, RR'3N+OH/tipe II), dengan R' menyatakan radikal organik seperti
CH. Resin anion yang mempunyai gugus fungsi ammonium
kuartener disebut resin penukar anion basa kuat dan resin
penukar anion basa lemah mempunyai gugus fungsi selain
ammonium kuartener (Setiadi, Tjandra, 2007).
1.
II-
Demineralisasi
(II.4)
2.
(II.5)
Larutan
regenerasi
dan
reaksi
yang
terjadi
pada
tahap
3.
II-
Demineralisasi
Operasi Layanan:
(II.6)
(II.7)
Regenerasi:
(II.8)
(II.9)
II-
Demineralisasi
4.
asam
kuat
seperti
HCl
dan
H2SO4,
tetapi
tidak
dapat
layanan
adalah
tahap
dimana
terjadi
reaksi
II-
Demineralisasi
ulang
lapisan
resin
Pencucian
balik
yang diinginkan.
Larutan
atau ke
II-
Demineralisasi
dan
jumlah
larutan
yang
digunakan).
Jika
sistem
dapat
ekivalen)
yang
dihilangkan
(kebutuhan
larutan
larutan
regenerasi
2-5
kali
lebih
besar
dari
II-
Demineralisasi
larutan
regenerasi
adalah
nisbah
regenerasi
regenerasi,
semakin
efisien
penggunaan
larutan
larutan
garam
dan
dibuang,
sedangkan
limbah
zat-zat
air
terlarut
mempunyai
dan
tersuspensi
kualitas
atau
dalam
air
karakteristik
II-
Demineralisasi
organik,
asam-asam
mineral
atau
hasilreaksi
hidrolisa.
2. Alkalinitas / basa (alkalinity/basidity)
Alkalinitas menyatakan kapasitas air untuk menetralkan
asam. Penyebab alkalinitas adalah bikarbonat (HCO 3-), karbonat
(CO32-). Alkalinitas dalam air ada tiga jenis yaitu: alkalinitas
hidroksida(OH-alkalinity), alkalinitas karbonat (CO3-alkalinity),
danalkalinitas
alkalinitas
bikarbonat
dilakukan
(HCO3-alkalinity).
dengan
cara
Penentuan
phenolphthalein,
(II.12)
II-
Demineralisasi
M-alk
P-alk
= alkalinitas phenolphthalein
OH-alk
= alkalinitas hidroksida
kemudian
sisa
garam
kering
ditimbang.
Hasilnya
secara
empirik
menunjukkan
seberapa
jauh
II-
Demineralisasi
dengan
berat
padatan
tersuspensi.
Walaupun
II-
Demineralisasi
dapat
merupakan suatu
syarat,
digunakan.
maka
air
tersebut
tidak
layak
untuk
air
yang
keberadaannya
biasa
disebut
dengan
industri,
dapat
menimbulkan
kerugian.
Oleh
karena
itu
II-
Demineralisasi
alam
dalam
menurunkan
tingkat
kesadahan
air
baku.
ketebalan
media
zeolit
terhadap
prosentasi
pada
ketebalan
zeolit
20
cm,
dan
lama
II-