Anda di halaman 1dari 4

1) Penjelasan peserta didik sebagai manusia unik dan peserta didik

sebagai makhluk universal.


Jawab:

Peserta didik sebagai manusia unik adalah peserta didik sebagai mahluk individual yang
memiliki keunikan, baik dipandang dari segi ciri khas, kelebihan, kekurangan, sifat maupun
kepribadian yang membedakan antara dirinya dari individu lain. Karena pada dasarnya Tuhan
menciptakan manusia dengan ciri berbeda sehingga setiap individu akan berbeda. Didasari pada
perbedaan peserta didik satu sama lain, yang memiliki minat kemampuan, kesenangan,
pengalaman dan cara belajar yang berbeda. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi
kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai
dengan karakteristik peserta didik. Peserta didik memiliki potensi yang berbeda. Perbedaan
peserta didik terletak dalam pola pikir, daya imajinasi, pengandaian dan hasil karyanya.
Akibatnya, PBM perlu diplih dan dirancang agar memberikan kesempatan dan kebebasan
berkreasi secara berkesinambungan guna mengembangkan dan mengoptimalkan kreativitas
peserta didik. Untuk itu dalam hal ini, diperlukannya pemahaman dari guru untuk mengetahui
keberagaman masing-masing peserta didik melalui strategi dan metode pembelajaran yang tepat
untuk peserta didik.
Tut Wuri Handayani
Pihak yang memberikan dorongan dari belakang adalah lingkungan keluarga, tempat dimana
manusia belajar pertama kali dan diperkenalkan dengan kebiasaan-kebiasaan tertentu, sebagai
seorang anak. Dukungan dari keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam pelaksanaan
pendidikan. Dalam suasana keluarga yang kondusif, anak akan dapat belajar dan
mengembangkan potensinya dengan optimal. Sebaliknya, apabila keluarga tersebut tidak dapat
memberikan dukungan kepada anak, karena satu dan lain hal, pelaksanaan pendidikan pun akan
terhambat.
Ing Madya Mangun Karsa
Yang berada di tengah dalam proses pendidikan tentunya adalah aparat pelaksana pendidikan,
terutama guru dan pihak sekolah. Aparat pendidikan harus dapat memberikan semangat bagi
siswa-siswinya untuk giat menuntut ilmu, bukan membuat siswa-siswinya terbebani. Saya
berpendapat kalimat ini lebih cocok menjadi semboyan Diknas dibandingkan Tut Wuri
Handayani. Seperti yang saya rasakan selama menjadi pelajar di Indonesia, memang banyak hal
yang diberikan (kesannya mendorong), namun dorongan tidak selamanya membangun, dorongan
yang tidak sesuai dengan keadaan dapat membuat siswa-siswi tersungkur mengimbanginya.
Keadaan seperti inikah yang ada dalam dunia pendidikan di Indonesia?
Ing Ngarsa Sung Tulada

Dari depan memberi contoh tauladan yang baik. Yang menjadi contoh, menurut presepsi saya
adalah tokoh-tokoh di lingkungan masyarakat, yang sering kali menjadi sorotan media.
Pemimpin yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula kepada masyarakatnya. Pers
tentunya juga memiliki peran yang cukup penting, sebagai perantara antara tokoh dan
masyarakat itu sendiri. Masyarakat akan belajar dari apa yang mereka lihat, dengar, maupun
baca.
Pendidikan tidak hanya terfokus pada kegiatan belajar-mengajar siswa di sekolah, tetapi juga
mengenai pembentukan kebiasaan seorang anak, dan pengaruh lingkungan terhadap masyarakat.

Asas Tut Wuri Handayani


Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among
perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian
dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan
lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan).

2) Asas-asas pendidikan di Indonesia.


Jawab :

Asas Belajar Sepanjang Hayat


Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Pendidikan berlangsung dimana saja dan
kapan saja dimana kita bisa mendapatkan pengetahuan serta meningkatkan dan mengmbangkan
kepribadian juga keterampilan. Maka tanpa sadar sebenarnya pendidikan berjalan terus. Proses

pendidikan berlangsung dalam lingkunga keluarga, lingkun gan sekolah, dan lingkungan
masyarakat. Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan
dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan
kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan
peserta didik di masa depan.
Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah

Asas Kemandirian dalam Belajar


Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian
dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu
suiap untuk ulur tangan bila diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru
dalamperan utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang
memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem
CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).

3) 4 aliran pokok pendidikan nativisme, empirisme, negativisme


pedagogis, dan konvergensial. Beserta ketepatannya di dunia
pendidikan Indonesia.
Jawab :

a. Airan Nativisme
Aliran ini berpendapat bahwa segala perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktorfaktoryang dibawa sejak lahir. Pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang
menetukan hasil
perkembangannya. Menurut Nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan.
(Purwanto, M.Ngalim, 1990: 14)
b. Aliran Empirisme
Aliran ini mempunyai pendapat yang beralawanan dengan kaum nativisme. Meraka
berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali
ditentukan oleh lingkungannya atau sejak pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak
kecil. Manusia-manusia dapat didik menjadi apa saja (ke arah yang baik maupun ke arah yang
buruk) menurut kehendak lingkungan atau empiris ibi didiknya. Dalam pendidikan, terdapat
kaum empiris ini terkenal dengan nama Optimisme paedagogis. Kaum behavioris pun
sependapat dengan kaum empiris itu. Watson seorang behaviouris (Amerika): Berikan saya
sejumlah anak-anak yang keadaan badannya dan situasi-situasi yang saya butuhkan: dari setiap
orang anak, entah yang mana, dapat saya jadikan dokter, seorang padagang, seorang ahli hukum,
atau memang jika dikehendaki seorang pengemis atau seorang pencuri. (Purwanto, M. Ngalim,
1990: 14)

c. Aliran Konvergensi
Aliran ini berasal dari ahli psikologi bangsa Jerman bernama William Stern. Ia
berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan
manusia. Terdapat dua aliran yang menganut konvergensi, yaitu aliran konvergensi yang lebih
menekankan kepada pengaruh pembawaan daripada lingkungan, dan yang sebaliknya.
(Purwanto, M. Ngalim, 1990: 15)
Perkembangan manusia bukan hasil belaka dari pembawaannya dan lingkungannya.
Manusia tidak hanya diperkembangkan tetapi memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia
adalah mahluk yang dapat dan sanggup memilih dan menentukan sesuatu yang mengenai dirinya
dengan bebas. Karena itu ia bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya; ia dapat juga
mengambil keputusan yang berlainan daripada apa yang pernah diambilnya.
Proses perkembangan manusia tidak hanya ditentukan oleh faktor pembawaan yang ada
pada orang itu dan faktor lingkungannya yang mempengaruhi orang itu. Aktivitas manusia itu
sendiri dalam perkembangannya turut menentukan atau memainkan peranan juga.

4) Penjelasan pendekatan dalam studi pendidikan yaitu pendekatan


ilmiah, filsafat, system dan pendekatan religi.
5)

Anda mungkin juga menyukai