Jenis Stroke
1. Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi bila pembuluh darah yang memasok
darah ke otak tersumbat. Jenis stroke ini yang paling umum,
karena hampir 90% stroke adalah iskemik. Kondisi yang
mendasari stroke iskemik adalah penumpukan lemak yang
melapisi dinding pembuluh darah (disebut aterosklerosis).
Kolesterol, homosisteindan zat lainnya dapat melekat pada
dinding arteri, membentuk zat lengket yang disebut plak.
Seiring waktu, plak menumpuk. Hal ini sering membuat darah
sulit mengalir dengan baik dan menyebabkan bekuan darah
(trombus). Stroke iskemik dibedakan berdasarkan penyebab
sumbatan arteri, yaitu :
a. Stroke trombotik. Sumbatan disebabkan trombus yang
berkembang didalam arteri otak yang sudah sangat sempit.
b. Stroke embolik. Sumbatan disebabkan trombus, gelembung
udara atau pecahan lemak (emboli) yang terbentuk dibagian
tubuh lain seperti jantung dan pembuluh aorta didada dan
leher, yang terbawa aliran darah ke otak. Kelainan jantung
2. Stroke hemoragik.
Stroke hemoragik disebabkan oleh pembuluh darah
yang bocor atau pecah didalam atau disekitar otak
sehingga menghentikan suplai darah ke jaringan otak
yang dituju. Selain itu, darah membanjiri dan
memampatkan jaringan otak sekitarnya sehingga
mengganggu atau mematikan fungsinya. Dua jenis
stroke hemoragik, yaitu :
a. Perdarahan intraserebral. Perdarahan intraserebral
adalah perdarahan didalam otak yang disebabkan oleh
trauma (cedera otak) atau kelainan pembuluh darah
(aneurisma atau angioma). Jika tidak disebabkan oleh
salah satu kondisi tersebut, paling sering disebabkan
oleh
tekanan
darah
tinggi
kronis.
Perdarahanintraserebral menyumbang sekitar 10% dari
semua stroke, tetapi memiliki persentase tertinggi
penyebab kematian akibat stroke.
b. Perdarahan subarachnoid. Perdarahan subarachnoid
adalah perdarahan dalam ruang subarachnoid, ruang di
antara lapisan dalam (Pia mater) dan lapisan tengah
(arachnoid mater) dari jaringan selaput otak (meninges).
Klasifikasi Stroke
I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :
1. Stroke iskemik
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Thrombosis serebri
c. Emboli serebri
2. Stroke Hemoragik
a. Perdarahan intraserebral
b. Perdarahan subarachnoid
II. Berdasarkan stadium/ pertimbangan waktu
1. Transient Ischemic Attack (TIA)
2. Stroke in evolution
3. Completed stroke
III. Berdasarkan jenis tipe pembuluh darah
1. Sistem karotis
2. Sistem vertebrobasiler
IV. Klasifikasi Bamford untuk tipe infark yaitu (Soertidewi,2007) :
1. Partial Anterior Circulation Infark (PACI)
2. Total Anterior Circulation Infark (TACI)
3. Lacunar Infark (LACI)
4. Posterior Circulation Infark (POCI)
Diagnosis Stroke
Beberapa diagonosis stroke oleh dokter antara
lain dapat berupa:
a. Pemeriksaan klinis
Anmnesis yang cermat sangat mebantu untuk
menegakkan diagnosis yang tepat terhadap
penderita stroke
b. Pemeriksaan Obyektif
Setelah pemeriksaan intern yang teliti ,maka di
lakukan pemeriksaan neurologis yang rutin dan
pada pemeriksan neorologis penderita stroke
harus di perhatikan pemeriksaan neuro-vaskuler.
Patofisiologis Stroke
Terdapat 2 penyebab utama infark
otak,yaitu trombus dan emboli .kebanyakan
kasus infark otak terjadi setelah adanya
trombosi pada pembuluah darah yang
aterosklerotik. Dengan demikian trombosis
yang menyerang individu yang memiliki
satu/lebih faktor resiko yang memacu
terbentuknya aterosklerosis. Kelainan dari
faktor-faktor tersebut akan mengakibatkan
terjadinya iskemia dan berakir dengan
kematian jaringan otak.
Penyebab stroke
1. Trombosis : (bekuan darah didalam pembuluh darah
otak dan leher). Aterosklerosis serebral dan
pelambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama,
trombosis serebral merupakan penyebab yang umum
pada serangan stroke
2. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain
yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain).
Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti
endokarditis, infeksi, penyakit jantung rematik dan
infark miokard serta infeksi pulmonal adalah tempattempat asal emboli. Embolus biasanya menyumbat
arteri serebral tengah atau cabang-cabang yang
merusak sirkulasi serebral.
Pencegahan Primordial
Menurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke (1999)
di Indonesia, upaya yang dilakukan untuk pencegahan
penyakit stroke yaitu:
Pencegahan Primordial
Tujuan pencegahan primordial adalah mencegah
timbulnya faktor risiko stroke bagi individu yang belum
mempunyai faktor risiko. Pencegahan primordial dapat
dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan,
seperti berkampanye tentang bahaya rokok terhadap
stroke dengan membuat selebaran atau poster yang
dapat menarik perhatian masyarakat.
Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat
dilakukan
adalah
program pendidikan
kesehatan
masyarakat, dengan memberikan informasi tentang
penyakit stroke melalui ceramah, media cetak, media
elektronik dan billboard
Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya
faktor risiko stroke bagi individu yang mempunyai faktor
risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas
stroke, antara lain:
a) Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan,
konsumsi garam berlebihan, obat-obatan golongan
amfetamin, kokain dan sejenisnya.
b) Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan.
c) Mengendalikan: Hipertensi, DM, penyakit jantung
(misalnya fibrilasi atrium, infark
miokard
akut,
penyakit jantung reumatik), dan penyakit vaskular
aterosklerotik lainnya.
d) Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti,
makan banyak sayuran, buah-buahan, ikan terutama
ikan salem dan tuna, minimalkan junk food dan beralih
pada makanan tradisional yang rendah lemak dan
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah
menderita stroke. Pada tahap ini ditekankan pada pengobatan
terhadap penderita s agar stroke tidak berlanjut menjadi kronis.
Tindakan yang dilakukan adalah:
a. Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam asetil
salisilat) digunakan sebagai obat antiagregasi trombosit
pilihan pertama dengan dosis berkisar antara 80-320
mg/hari, antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan
faktor resiko penyakit jantung (fibrilasi atrium, infark miokard
akut, kelainan katup) dan kondisi koagulopati yang lain.
b. Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg. Merupakan pilihan obat
antiagregasi trombosit kedua, diberikan bila pasien tidak
tahan atau mempunyai kontra indikasi terhadap asetosal
(aspirin).
c. Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya
mengkonsumsi obat antihipertensi
yang
sesuai
pada
penderita hipertensi, mengkonsumsi obat hipoglikemik pada
penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi obat
antidislipidemia pada penderita dislipidemia, berhenti merokok,
Pencegahan Tersier
Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah
menderita stroke agar kelumpuhan yang dialami tidak
bertambah berat dan mengurangi ketergantungan pada orang
lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Pencegahan tersier dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi
fisik, mental dan sosial. Rehabilitasi akan diberikan oleh tim
yang terdiri dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi
wicara dan bahasa, ahli okupasional, petugas sosial dan peran
serta keluarga.
a) Rehabilitasi Fisik
Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi
yang dapat membantu proses pemulihan secara fisik.
Adapun terapi yang diberikan yaitu yang pertama
adalah fisioterapi, diberikan untuk mengatasi masalah
gerakan dan sensoris
penderita
seperti
masalah
kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan, koordinasi dan
keseimbangan serta mobilitas di tempat tidur.
Terapi
yang
kedua
adalah
terapi
okupasional
(Occupational Therapist atau OT), diberikan untuk melatih
kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas
sehari-hari seperti mandi, memakai baju, makan dan
buang air. Terapi yang ketiga adalah terapi wicara dan
bahasa, diberikan untuk melatih kemampuan penderita
dalam menelan makanan dan minuman dengan aman
serta dapat berkomunikasi dengan orang lain.
b) Rehabilitasi Mental
Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah
emosional yang dapat mempengaruhi mental mereka,
misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak
bahagia, murung dan depresi. Masalah emosional yang
mereka
alami akan
mengakibatkan
penderita
kehilangan motivasi untuk menjalani proses rehabilitasi.
Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan terapi
mental dengan melakukan konsultasi dengan psikiater
atau ahki psikologi klinis.
c) Rehabilitasi Sosial
Pada rehabilitasi ini, petugas sosial
berperan untuk membantu penderita
stroke menghadapi masalah sosial
seperti, mengatasi perubahan gaya
hidup,
hubungan
perorangan,
pekerjaan, dan aktivitas senggang.
Selain itu, petugas sosial
akan
memberikan
informasi
mengenai
layanan komunitas lokal dan badanbadan bantuan sosial.
Pengobatan
a. Terapi Farmakologi
. Obat anti thrombosis
. Aspirin 300 mg/hari atau dengan kombinasi dipidamol
+ aspirin 25 mg 2x sehari dan ditingkatkan secara
bertahap (7-14 hari)
. Monoterepi : klopidogrel 75 mg/hari jika tidak dapat
mentoleransi aspirin
. Terapi reperfusi, thrombolisis : streptokinase,
urokinase, tPA
. Antikoagulan
. Heparin
Dimulai 800 U/jam, cek aPTT (setelah 6 jam).Bila dosis
diberikan 1,5 kali kontrol, tingkatkan 100 U/jam.
Sedang bila dosis diberikan > 2,5 kali kontrol,
turunkan dosis 100 U/jam.
. Low molecular weight heparin