Anda di halaman 1dari 11

11.

Isomer
Isomer adalah senyawa kimia yang memiliki rumus molekul yang sama
yang berarti bahwa mereka terdiri dari jumlah yang sama dari jenis atom yang sama
tetapi memiliki struktur atau pengaturan yang berbeda dalam ruang. Misalnya,
pentana adalah senyawa organik terdiri dari lima atom karbon dan 12 atom hidrogen.
Dua isomer pentana termasuk pentana tidak bercabang, di mana karbon yang diatur
dalam rantai linear, dan isopentana atau metilbutana, di mana empat karbon yang
diatur dalam rantai linear sedangkan cabang kelima lepas dari salah satu bagian atom
karbon. Kedua hal ini memiliki rumus molekul yang sama, tetapi pengaturan aktual
atom mereka yang berbeda. Isomer adalah penting karena senyawa dengan struktur
yang berbeda, bahkan jika mereka mengandung atom yang sama, dapat memiliki sifat
kimia yang berbeda secara drastis.

Senyawa dengan rumus molekul yang sama mungkin berbeda secara


struktural dalam dua cara. Pertama, isomer struktural berbeda dalam pengaturan
struktural sebenarnya atom. Kelompok-kelompok fungsional yang membentuk
senyawa yang tergabung dalam cara yang berbeda dan dalam pengaturan yang
berbeda. Stereoisomer, di sisi lain, diatur dengan cara yang sama dalam hal posisi
kelompok fungsional tetapi berbeda dalam posisi relatif mereka di ruang angkasa.
Dua molekul mungkin, misalnya, memiliki atom yang sama dan struktur yang sama
tetapi mungkin juga tidak tumpang tindih bayangan cermin satu sama lain dan akan,
karena itu, menjadi isomer.
Isomer adalah sangat penting karena senyawa yang berbeda, bahkan jika
mereka memiliki rumus molekul yang sama, dapat memiliki sifat kimia yang berbeda.
Ini bahkan berlaku untuk stereoisomer, yaitu, sepintas, hampir identik. Satu senyawa
mungkin, misalnya, menjadi bahan aktif yang penting dalam obat sementara yang
yang tidak tumpang tindih gambar cermin isomer mungkin benar-benar efektif atau
bahkan berbahaya. Senyawa dengan pengaturan yang berbeda sering bereaksi dengan
cara yang drastis berbeda dengan atom dan senyawa lainnya. Mereka mungkin

berbeda di mana bahan kimia mereka bereaksi dengan atau di tingkat di mana mereka
bereaksi dengan berbagai bahan kimia.
Banyak reaksi kimia menghasilkan campuran isomer berbeda hal ini
terutama berlaku dari stereoisomer jadi kimiawan harus sering menggunakan
berbagai metode untuk mengisolasi isomer tertentu di mana mereka tertarik. Banyak
metode yang berbeda berdasarkan berbagai sifat kimia dapat digunakan untuk isomer
terpisah. Beberapa senyawa dengan rumus molekul identik mungkin, misalnya,
mendidih pada temperatur yang berbeda, sehingga distilasi dapat digunakan untuk
memisahkan mereka. Lainnya bereaksi dengan senyawa yang berbeda, sehingga
reaksi kimia dapat digunakan untuk menghapus satu isomer sementara meninggalkan
senyawa tujuan tidak berubah.
12. Epimer
Dalam kimia, epimer adalah sebuah senyawa stereoisomer yang mempunyai
konfigurasi yang berbeda hanya pada satu dari banyak pusat stereogenik.
Stereoisomer ini meliputienantiomer dan diastereomer, yang kedua-duanya
mempunyai pusat stereogenik (kecuali pada isomer geometrik yang merupakan
bagian dari diastereomer).

Sebagai contoh, gula -glukosa dan -glukosa merupakan epimer. Pada glukosa, gugus -OH yang berada pada karbon pertama (anomerik) mempunyai arah
yang berlawanan dengan gugus metilena (pada posisi aksial). Pada -glukosa, gugus
-OH memiliki arah yang searah dengan gugus metilena (paa posisi ekuatorial). Kedua
molekul ini merupakan epimer dan anomer.

Pada kasus di atas, -D-glukopiranosa dan -D-manopiranosa adalah epimer


karena mereka hanya berbeda secara stereokimia pada posisi 2. Gugus hidroksi pada
-D-glukopiranosa adalah aksial. Kedua molekul ini adalah epimer, namun bukan
anomer.
Dalam tatanama kimia, satu dari pasangan epimerik diberikan prefiks epi-,
sebagai contoh pada kuinina dan epi-kuinina. Ketika pasangan tersebut enantiomer,
prefiksnya menjadi ent-.
13. Diastereo-isomer (Diastereomer)
Diastereomer adalah stereoisomer yang tidak mencerminkan gambar dari satu
sama lain dan non-superimposibel pada satu sama lain. Stereoisomer dengan dua atau
lebih stereocenters dapat diastereomer. Kadang-kadang sulit untuk menentukan
apakah atau tidak dua molekul diastereomer. Untuk tujuan pengantar, molekul
sederhana akan digunakan sebagai contoh.

Molekul-molekul ini tidak mencerminkan gambar dari satu sama lain. Selain
itu, molekul-molekul ini bebas superimposibel karena jika salah satu dari molekulmolekul ini membalik 180 derajat (sehingga alkohol dan metil selaras, seperti gambar
di bawah), stereokimia yang berbeda pada satu karbon (alkohol) dan sama di karbon
lain (the metil). Oleh karena itu, molekul ini diastereomer.

14. Anomer

Anomer adalah gula tang berbeda stereokimianya hanya pada karbon hemiasetal
dan hemiketal. Anomer alfa dan beta dari gula berbentuk siklik berbeda titik lelehnya
dan kemampuannya memutar cahaya terkubung-bidang. Alfa D-glukosa melelh pada
146 0C. perbedaan ini menunjukkan sekali lagi bahwa sekalipun kecil perubahan
bentuk molekul atau struktur, pengaruhnya pada sifat fisis molekul cukup besar.
Proyeksi Haworth menunjukkan bentuk cincin dari gula dengan perbedaan pada
posisi OH di C1 anomerik :
(OH di bawah struktur cincin)
(OH di atas struktur cincin).
15. Atom karbon asimetris
Atom karbon asimetris adalah atom karbon yang mengikat empat gugus yang
berbeda. Dalam 2-butanol, asam asimetris terletak pada atom C nomor 2 karena
mengikat 4 gugus fungsi yang berbeda, yaitu C 2H5, OH, H, dan CH3. Biasanya, atom
C asimetris ditandai dengan tanda asterisk (*).

Berkaitan dengan hal tersebut, maka dikenal istilah-istilah sebagai berikut.


a. Enantiomer, yaitu senyawa yang satu bayangan cermin dari senyawa yang
lain.
b. Diastereomer, yaitu senyawa yang satu bukan bayangan cermin dari senyawa
yang lain.
c. Campuran rasemat, ayitu campuran dua senyawa yang bersifat optis aktif
dengan komposisi masing-masing 50 %, sehingga membentuk campuran tidak
optis aktif.
d. Senyawa meso, yaitu senyawa yang mempunyai atom karbon asimetris, tetapi
bersifat optis aktif karena senyawa tersbeut mempunyai bidang simetris,
sehingga bukan senyawa kiral.
16. Ikatan kovalen
Ikatan Kovalen adalah ikatanyang terjadi karena pemakaian pasangan elektron
secara bersama oleh 2 atom yang berikatan. Ikatan kovalen terjadi akibat
ketidakmampuan salah 1 atom yang akan berikatan untuk melepaskan elektron
(terjadi pada atom-atom non logam).

Pembentukan ikatan kovalen terbentuk dari atom-atom unsur yang memiliki


afinitas elektron tinggi serta beda keelektronegatifannya lebih kecil dibandingkan
ikatan ion. Atom non logam cenderung untuk menerima elektron sehingga jika tiaptiap atom non logam berikatan maka ikatan yang terbentuk dapat dilakukan dengan
cara mempersekutukan elektronnya dan akhirnya terbentuk pasangan elektron yang
dipakai secara bersama. Pembentukan ikatan kovalen dengan cara pemakaian
bersama pasangan elektron tersebut harus sesuai dengan konfigurasi elektron pada
unsur gas mulia yaitu 8 elektron (kecuali He berjumlah 2 elektron).
a. Ikatan Kovalen Tunggal
Contoh:
1H = 1
9F = 2, 7
Atom H memiliki 1 elektron valensi sedangkan atom F memiliki 7 elektron
valensi. Agar atom H dan F memiliki konfigurasi elektron yang stabil, maka atom H
dan atom F masing-masing memerlukan 1 elektron tambahan (sesuai dengan
konfigurasi elektron He dan Ne). Jadi, atom H dan F masing-masing meminjamkan 1
elektronnya untuk dipakai bersama.
b. Ikatan Kovalen Rangkap Dua
Contoh:
Ikatan yang terjadi antara atom O dengan O membentuk molekul O2
Konfigurasi elektronnya :
8O= 2, 6
Atom O memiliki 6 elektron valensi, maka agar diperoleh konfigurasi elektron
yang stabil tiap-tiap atom O memerlukan tambahan elektron sebanyak 2. Ke-2 atom
O saling meminjamkan 2 elektronnya, sehingga ke-2 atom O tersebut akan
menggunakan 2 pasang elektron secara bersama.
c. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga
Contoh:
Ikatan yang terjadi antara atom N dengan N membentuk molekul N2
Konfigurasi elektronnya :
7N = 2, 5
Atom N memiliki 5 elektron valensi, maka agar diperoleh konfigurasi elektron
yang stabil tiap-tiap atom N memerlukan tambahan elektron sebanyak 3. Ke-2 atom

N saling meminjamkan 3 elektronnya, sehingga ke-2 atom N tersebut akan


menggunakan 3 pasang elektron secara bersama.
d. Ikatan Kovalen Koordinasi / Koordinat / Dativ
Adalah ikatan yang terbentuk dengan cara penggunaan bersama pasangan
elektron yang berasal dari salah 1 atom yang berikatan [Pasangan Elektron Bebas
(PEB)], sedangkan atom yang lain hanya menerima pasangan elektron yang
digunakan bersama.
Pasangan elektron ikatan (PEI) yang menyatakan ikatan dativ digambarkan
dengan tanda anak panah kecil yang arahnya dari atom donor menuju akseptor
pasangan elektron. Contohnya terbentuknya senyawa BF3 NH3.
e. Polarisasi Senyawa Kovalen
Ikatan kovalen dapat mengalami polarisasi, maka dari itu dikenal ada 2 :
Ikatan kovalen polar
Ikatan kovalen nonpolar
Suatu ikatan kovalen disebut polar, jika Pasangan Elektron Ikatan (PEI) tertarik
lebih kuat ke salah 1 atom.
Contoh 1 :
Molekul HCl
Meskipun atom H dan Cl sama-sama menarik pasangan elektron, tetapi
keelektronegatifan Cl lebih besar daripada atom H. Akibatnya atom Cl menarik
pasangan elektron ikatan (PEI) lebih kuat daripada atom H sehingga letak PEI lebih
dekat ke arah Cl (akibatnya terjadi semacam kutub dalam molekul HCl).
Suatu ikatan kovalen dikatakan nonpolar jika PEI (pasangan elektron ikatan) tertarik
sama kuat ke semua atom.
Jadi, kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan oleh adanya perbedaan
keelektronegatifan antara atom-atom yang berikatan. Sebaliknya, suatu ikatan
kovalen dikatakan non polar (tidak berkutub), jika PEI tertarik sama kuat ke semua
atom.
Ikatan Kovalen Polar
Ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen yang terbentuk ketika elektron
sekutu di antara atom tidakbenar-benar dipakai bersama. Hal ini terjadi ketika satu
atom mempunyai elektronegativitas yang lebih tinggi daripada atom yang lainnya.
Atom yang mempunyai elektronegativitas yang tinggi mempunyai tarikan elektron

yang lebih kuat. Akibatnya elektron sekutu akan lebih dekat ke atom yang
mempunyai elektronegativitas tinggi. Dengan kata lain, akan menjauhi atom yang
mempunyai elektronegativitas rendah. Ikatan kovalen polar menjadikan molekul yang
terbentuk mempunyai potensial elektrostatis. Potensial ini akan membuat molekul
lebih polar, karena ikatan yang terbentuk dengan molekul polar lain relatif lemah.
Ilustrasi ikatan kovalen polar adalah sebagai berikut:

Contoh senyawa kovalen polar adalah air, sulfida, ozon, dsb.


Ikatan Kovalen Non Polar
Ikatan kovalen nonpolar adalah ikatan kovalen yang terbentuk ketika atom
membagikan elektronnya secara setara (sama). Biasanya terjadi ketika ada atom
mempunyai afinitas elektron yang sama atau hampir sama. Semakin dekat nilai
afinitas elektron, maka semakin kuat ikatannya. Ikatan kovalen nonpolar terjadi pada
molekul gas, atau yang sering disebut sebagai molekul diatomik. Ikatan kovalen
nonpolar mempunyai konsep yang sama dengan ikatan kovalen polar, yaitu atom
yang mempunyai nilai elekronegativitas tinggi akan menarik elektron lebih kuat.
Pernyataan tesebut benar, namun jika terjadi pada molekul diatom (dimana atom
penyusunnya adalah sama) maka elektronegativitas juga sama. Ilustrasi ikatan
kovalen nonpolar adalah sebagai berikut:

Contoh senyawa kovalen nonpolar adalah gas hidrogen, gas nitrogen, dsb.

17. Isomer Optis


Isomer optis adalah isomer yang dicirikan dari perbedaan arah pemutaran
bidang polarisasi cahaya. Senyawa yang dapat memutar bidang polarisasi cahaya
dikatakan sebagai senyawa optis aktif. Isomer yang dapat memutar bidang polarisasi
cahaya ke arah kanan (searah jarum jam) disebut dextro (d atau +). Sebaliknya isomer
dari senyawa yang sama dan memutar bidang polarisasi ke arah kiri (berlawanan arah
jarum jam) disebut levo (l atau -).
Pada senyawa-senyawa organik, isomeri optis terjadi pada senyawa yang
memiliki atom C asimetris. Meskipun demikian, tidak berarti senyawa-senyawa
kompleks yang merupakan senyawaan anorganik tidak memiliki isomer optis. Hasil
pengamatan terhadap berbagai senyawa kompleks menunjukkan bahwa pada senyawa
kompleks juga dapat terjadi isomeri optis. Suatu molekul senyawa komplek yang
asimetris (tidak memiliki bidang simetri) sehingga tidak dapat diimpitkan dengan
bayangan cerminnya, akan bersifat optis aktif dan memiliki isomer optis.
Pada senyawa kompleks, isomer optik umum dijumpai dalam kompleks
oktahedral yang melibatkan gugus bidentat dan memiliki isomer cis dan trans.
Isomer cis dari kompleks semacam ini tidak memiliki bidang simetri, sehingga akan
memiliki isomer optis. Misalnya pada kompleks [Co(en) 2Cl2]+, yang memiliki bentuk
isomer geometris cis dan trans. Bentuk isomer cis sendiri dari kompleks tersebut aktif
secara optis, dan memiliki isomer d dan l. Dengan demikian, jumlah total dari seluruh
isomer yang dimiliki oleh kompleks [Co(en) 2Cl2]+ adalah tiga isomer. Salah satu

isomer yang tidak aktif secara optis (dalam hal ini isomer trans dari kompleks
[Co(en)2Cl2]+ disebut sebagai bentuk meso dari kompleks tersebut.
18. Isomer geometri
Isomer geometris, yang kadang-kadang juga disebut sebagai isomer cis-trans,
disebabkan oleh perbedaan letak atom atau gugus atom dalam ruang. Pada senyawa
kompleks, isomeri semacam ini terjadi pada kompleks dengan struktur dua
substituen atau dua macam ligan. Substituen dapat berada pada posisi yang
bersebelahan atau berseberangan satu sama lain. Jika gugus substituen letaknya
bersebelahan, maka isomer tersebut merupakan isomer cis. Sebaliknya jika substituen
berseberangan satu sama lain, isomer yang terjadi merupakan isomer trans.
Contoh isomeri geometris pada segiempat planar seperti yang terjadi pada
kompleks [Pt(NH3)2Cl2].

NH3

Cl
Pt

Cl

(NH3)

Cl

(NH3)
Pt

Cl

Gambar 1.

(NH3)

Isomer cis kompleks


[Pt(NH3)2Cl2]

Gambar 2.

Isomer trans kompleks


[Pt(NH3)2Cl2]

Isomer cis dari kompleks [Pt(NH3)2Cl2] diperoleh dengan menambahkan


NH4OH kedalam suatu larutan ion [PtCl4]2-. Sedangkan isomer trans dari kompleks
yang sama dapat disintesis dengan mereaksikan [Pt(NH3)4]2+ dan HCl,

Selain pada kompleks segi empat planar, isomer geometris juga dapat terjadi
pada suatu kompleks oktahedral disubstitusi, seperti pada kompleks [Cr(NH 3)4Cl2]+ .
Isomer cis dari kompleks ini berwarna violet, sehingga dapat dibedakan dari isomer
trans-nya yang berwarna hijau.
NH3

Cl
NH3

Cl

NH3

NH3
Cr

Cr
NH3

NH3

NH3

NH3
Cl

Cl

Gambar 3.

Isomer cis kompleks


[Cr(NH3)4Cl2]+

Gambar 4.

NH2

H2C

NH2

NH2

CH2

Pt
C

H2N

H2C

CH2

Pt

Isomer trans kompleks


[Cr(NH3)4Cl2]+

S
uatu kompleks dengan ligan bidentat yang asimetris (misalnya glisinato) juga dapat
menghasilkan isomer geometris. Contoh isomer semacam ini ditunjukkan pada
gambar 5 dan 6, yang masing-masing menunjukkan isomer cis dan trans dari
kompleks diglisinaplation(II).

Gambar 5.

Isomer cis kompleks


diglisinaplation(II)

Gambar 6.

Isomer trans kompleks


diglisinaplation(II)

19. Enantiomer
Enantiomer adalah pasangan stereoisomer yang merupakan refleksi cermin dan
tidak bertindih. Enantiomer hanya berlaku pada sebatian-sebatian yang mempunyai
karbon kiral. Enantiomer adalah molekul kiral yang merupakan pencerminan dari satu
sama lain. Selain itu, molekul non-superimposibel pada satu sama lain. Ini berarti
bahwa molekul tidak dapat ditempatkan di atas satu sama lain dan memberikan
molekul yang sama. Molekul kiral dengan satu atau lebih stereoisomer dapat menjadi
enansiomer. Kadang-kadang sulit untuk menentukan apakah ada atau tidak dua
molekul enansiomer.
Isomer D (dextro)ialah imej cermin bagi isomer L(levo), dan kedua-duanya
adalah enantiomer.

Anda mungkin juga menyukai