Anda di halaman 1dari 10

ejournal.undip.ac.id/index.php/jgti/article/.../1871.....

referensi 2
kursor.trunojoyo.ac.id/wp-content/.../0602_p1.pdf
Dalam berbagai teori manajemen dikatakan bahwa skenario pengembangan teknologi
informasi harus sejalan dengan strategi bisnis perusahaan. Sejalan dalam arti kata bahwa
dalam tataran strategis dan aktivitas operasional, pengembangan teknologi informasi
semacam E-Commerce harus berada dalam kerangka arsitektur bisnis perusahaan. Eberhardt
Rechtin mendefinisikan arsitektur bisnis perusahaan sebagai penggabungan antara tiga
komponen besar, yaitu: organisasi, proses, dan teknologi. Untuk sebuah perusahaan berskala
kecil, arsitektur bisnis yang ada sangatlah sederhana, sehingga tidak perlu dilakukan usaha
khusus untuk mendefinisikan dan memahaminya. Hal ini sangat berbeda dengan perusahaanperusahaan berskala menengah dan besar, dimana hubungan antara satu komponen dengan
komponen lainnya telah sedemikian rumit, sehingga sangat sulit untuk melakukan
pemahaman terhadap arsitektur bisnis perusahaan tanpa adanya pegangan yang jelas dan
akurat. Kompleksitas arsitektur bisnis semakin bertambah tinggi sejalan dengan cepatnya
perubahan yang terjadi di dalam perusahaan sebagai jawaban atas dinamika lingkungan bisnis
yang sedemikian cepat berubah. Cepatnya perkembangan bisnis dan perubahan yang terjadi
memaksa perusahaan untuk menyusun strategi implementasi E-Commerce-nya agar tidak
terjadi suatu pengembangan sistem yang tambal sulam dan membahayakan perusahaan.
Suatu pendekatan baru dalam memahami konsep pengembangan E-Commerce yang sejalan
dengan kebutuhan bisnis yang selalu berubah secara cepat dari waktu ke waktu harus dikuasi
oleh manajemen perusahaan (Fingar, 2000). Gambar berikut memperlihatkan bagaimana
konsep pengembangan E-Commerce yang sejalan dengan kerangka strategis perusahaan.
E-Commerce Business Strategy
Memahami keberadaan E-Commerce dalam kerangka bisnis perusahaan bukanlah merupakan
suatu hal yang mudah. Vince Barabba dari General Motors mengatakan bahwa diperlukan
suatu kemampuan berfikir secara lateral (outside the box) untuk dapat memahami
karakteristik dan peluang-peluang bisnis yang ditawarkan oleh E-Commerce.
Sumber: Peter Fingar et al, 2000
Kemampuan untuk melakukan learning harus dimiliki oleh segenap stakeholders
perusahaan, lebih dari hanya sekedar knowing mengenai perkembangan teknologi
informasi. Berawal dari analisa klasik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities,
Threats) yang dipadu dengan berfikir secara lateral, pemilik dan pengelola bisnis harus dapat
menemukan berbagai peluang bisnis yang mungkin dimanfaatkan dengan kehadiran
teknologi internet dan E-Commerce. Berbagai pertanyaan-pertanyaan mendasar kerap
diajukan kembali dalam kerangka ini, seperti:
1. Apakah mungkin perusahaan memanfaatkan E-Commerce untuk meningkatkan
profitabilitas perusahaan secara signifikan, baik melalui peningkatan pendapatan atau
penurunan total biaya ?
2. Seberapa besar kesempatan perusahaan untuk memanfaatkan teknologi E-Commerce untuk

meningkatkan daya saing usaha ?


3. Apakah dengan tidak memanfaatkan E-Commerce perusahaan akan terancam secara serius
keberadaannya ?
4. Berapa besar nilai segmen pasar baru yang dapat diraih seandainya perusahaan
memutuskan untuk go E-Commerce ?
dan lain sebagainya.
Prinsip pokok yang harus dijalani di dalam fase ini adalah suatu pemahaman mengenai apa
yang dapat dan mungkin dilakukan E-Commerce untuk peningkatan kinerja bisnis
perusahaan di berbagai aspek.
Inter-Enterprise Business Processes
Setelah memahami segala kemungkinan yang ditawarkan E-Commerce untuk pertumbuhan
perusahaan, langkah selanjutnya adalah memahami bagaimana kemungkinan-kemungkinan
tersebut secara operasional dapat diwujudkan. Kunci dari prosedur pelaksanaan strategi
adalah terletak pada proses bisnis (business processes). Dalam kerangka sistem E-Commerce
jelas terlihat bahwa adanya aktivitas integrasi antara proses internal perusahaan dengan
proses-proses organisasi lain yang menjadi mitra usahanya, seperti: pemasok, distributor,
rekanan, vendor, maupun pelanggan. Pertanyaan-pertanyaan sentral yang harus dapat dijawab
akan berkisar pada isu-isu proses, organisasi, dan model data:
1. Bagaimana menciptakan proses bisnis yang lebih cepat, lebih baik, dan lebih murah bagi
pelanggan ?
2. Bagaimana menggabungkan antara physical value chain dengan virtual value chain ?
3. Bagaimana memilih model bisnis yang tepat dan sesuai dengan strategi bisnis perusahaan ?
4. Bagaimana menggabungkan proses bisnis internal dengan proses bisnis eksternal yang
dimiliki rekanan semacam pemasok atau distributor ?
dan lain sebagainya.
Prinsip pokok yang harus dijalani dalam fase ini adalah mensimulasikan secara konsep,
bagaimana E-Commerce dapat memberikan kontribusi terhadap penciptaan produk atau jasa
yang dapat meningkatkan nilai dan kepuasan konsumen. Seringkali di dalam menentukan
proses bisnis atau model bisnis yang diinginkan, perusahaan tidak harus selalu mulai dari nol.
Pada kenyataannya telah banyak contoh-contoh proses bisnis handal (best practice) maupun
model bisnis yang telah berhasil diterapkan oleh perusahaan-perusahaan lain yang dapat
dengan mudah diadopsi. Contohnya adalah Ebay.com untuk model bisnis industri pelelangan,
Amazon.com untuk industri distribusi buku dan media, Brainbench.com untuk industri
sertifikasi training, dan lain sebagainya.
Component-Based Applications
Setelah menentukan jenis proses bisnis yang ingin diterapkan dalam perusahaan, langkah
selanjutnya adalah menentukan komponen-komponen objek bisnis (modul aplikasi) yang
diperlukan untuk membangun model bisnis tersebut. Contoh objek bisnis yang kerap
diperlukan untuk mengimplementasikan sebuah sistem E-Commerce antara lain:

1. Modul aplikasi untuk menerima pesanan (order) dari pelanggan;


2. Modul aplikasi untuk melakukan otorisasi kartu kredit sebagai alat pembayaran produk
atau jasa yang ditawarkan;
3. Modul aplikasi untuk mencari data atau informasi yang ada di dalam katalog produkproduk yang ditawarkan perusahaan;
4. Modul aplikasi untuk menghubungkan satu sistem aplikasi dengan sistem-sistem lainnya;
5. Modul aplikasi untuk melakukan tanya jawab secara interaktif dengan konsumen;
6. Modul aplikasi untuk mencatat keluhan pelanggan;
dan lain sebagainya.
Objek-objek bisnis ini secara teknis telah tersedia di pasaran aplikasi, sejalan dengan
perkembangan paradigma pemrograman berbasis objek. Perusahaan hanya tinggal melakukan
tailor-made atau penggabungan terhadap komponen-komponen independen ini sesuai
dengan cetak biru proses bisnis yang diinginkan. Paradigma menggunakan komponen objek
ini merupakan jawaban terhadap kebutuhan perusahaan untuk selalu dapat beradaptasi
dengan perubahan yang ada, karena sifat objek yang sangat fleksibel dan dapat disusun sesuai
dengan keinginan/kebutuhan spesifik perusahaan.
Technology Infrastructure
Pada akhirnya pendekatan pengembangan sistem E-Commerce yang adaptif dengan
perubahan, yaitu dengan menggunakan paradigma komponen bisnis objek, hanya dapat
dilakukan jika perusahaan memiliki infrastruktur teknologi informasi yang sesuai dengan
sifat-sifat pengembangan komponen-komponen objek bisnis tersebut. Dengan kata lain,
perusahaan harus memiliki desain cetak biru pengembangan teknologi informasi (data,
proses, dan teknologi) yang menekankan pada implementasi sistem berbasis objek.
Perusahaan-perusahaan yang masih menggunakan metoda pengembangan sistem dengan
teori-teori lama harus mulai memikirkan untuk melakukan migrasi ke sistem yang baru. Asetaset teknologi kuno, baik perangkat keras maupun perangkat lunak, harus mulai diganti
dengan tipe teknologi baru untuk menjawab tantangan bisnis yang ada

Definisi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)


{mosimage}Di situs ukm-center.org saya menemukan definisi tentang UMKM. Setidaknya
ini dari segi pendanaan.
Definisi UMKM ini mesti kita kecilkan lagi menurut keadaan sebenarnya di lapangan.
Mungkin pada postingan selanjutnya saya akan sedikit membicarakan tentang definisi
UMKM ini dari sudut pengalaman & pengamatan saya.

Berikut definisi UMKM yang ada pada situs ukm-center.org tersebut :


Usaha Mikro (Menurut Keputusan Menkeu No. 40/KMK.06/2003, tentang Pendanaan Kredit
Usaha Mikro dan Kecil):
Usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia;
Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun.
Usaha Kecil (Menurut UU No. 9/1995, tentang Usaha Kecil):
Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang orang
perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum
termasuk koperasi;
Bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan Usaha Menengah atau Besar;
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun.
Berdasarkan Kepmenkeu 571/KMK 03/2003 (Menterinya masih Pak Boediono) maka
pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan
barang kena pajak dan atau jasa kena pajak dengan jumlah peredaran brutto dan atau
penerimaan brutto tak lebih dari 600 juta.
Usaha Menengah (menurut Inpres No. 10/1999, tentang Pemberdayaan Usaha Menengah)
Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang orang
perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum
termasuk koperasi;
Berdiri sendiri, dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan Usaha
Besar;
Memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200 juta, sampai dengan Rp. 10 miliar, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.
100 juta per tahun.
Usaha Produktif (Menurut Keputusan Menkeu No. 40/KMK.06/2003, tentang Pendanaan
Kredit Usaha Mikro dan Kecil):Usaha pada semua sektor ekonomi yang dimaksudkan untuk
dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan usaha.
Ada beberapa acuan definisi yang digunakan oleh berbagai instansi di Indonesia, yaitu:
UU No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil mengatur kriteria usaha kecil berdasarkan nilai
aset tetap (di luar tanah dan bangunan) paling besar Rp 200 juta dengan omzet per tahun
maksimal Rp 1 milyar. Sementara itu berdasarkan Inpres No.10 tahun 1999 tentang usaha
menengah, batasan aset tetap (di luar tanah dan bangunan) untuk usaha menengah adalah Rp
200 juta hingga Rp 10 milyar.
BPS dan Kementrian Koperasi dan UKM[1][1] menggolongkan suatu usaha sebagai usaha
kecil jika memiliki omset kurang dari Rp 1 milyar per tahun. Untuk usaha menengah,

batasannya adalah usaha yang memiliki omset antara Rp 1 sampai dengan Rp 50 milyar per
tahun. Berdasarkan definisi tersebut, data BPS dan Kementrian Koperasi dan UKM pada
tahun 2002 menunjukkan populasi usaha kecil mencapai sekitar 41,3 juta unit atau sekitar
99,85 persen dari seluruh jumlah usaha di Indonesia; sedangkan usaha menengah berjumlah
sekitar 61,1 ribu unit atau 0,15 persen dari seluruh usaha di Indonesia[2][2]. Sementara itu
persebaran UKM paling banyak berada di sektor pertanian (60 persen) dan perdagangan (22
persen) dengan total penyerapan tenaga kerja di kedua sektor tersebut sekitar 53 juta orang
(68 persen penyerapan tenaga kerja secara total).
Departemen Perindustrian dan Perdagangan menetapkan bahwa industri kecil dan
menengah adalah industri yang memiliki nilai investasi sampai dengan Rp. 5 milyar.
Sementara itu, usaha kecil di bidang perdagangan dan industri juga dikategorikan sebagai
usaha yang memiliki aset tetap kurang dari Rp. 200 juta dan omzet per tahun kurang dari Rp.
1 miliar (sesuai UU No. 9 tahun 1995).
Bank Indonesia menggolongkan UK dengan merujuk pada UU No. 9/1995, sedangkan
untuk usaha menengah, BI menentukan sendiri kriteria aset tetapnya dengan besaran yang
dibedakan antara industri manufaktur (Rp. 200 juta s/d Rp. 5 miliar) dan non manufaktur (Rp.
200 600 juta).
Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan suatu usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja.
Usaha kecil adalah usaha yang memiliki pekerja 1-19 orang; usaha menengah memiliki
pekerja 20-99 orang; dan usaha besar memiliki pekerja sekurang-kurangnya 100 orang.
Sulawesi Menjadi contoh UKM Berbasis Teknologi
Indonesia menggandeng Kanada untuk bekerja sama mengembangkan dan mendorong
penggunaan ICT (Information Communication Technology) bagi pelaku UKM di tanah
air.Pemerintah diwakili Kementerian Negara Koperasi dan UKM bekerja sama dengan
CIDA mengembangkan tiga proyek, salah satunya penggunaan ICT bagi UKM, kata Deputi
Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Ikhwan
Asrin, di Jakarta.
CIDA yang merupakan Canadian International Development Agency bersama Kemenkop
sepakat menyelenggarakan program yang diberi nama CIPSED (Canada-Indonesia Private
Sector Entreprise Development).
Ikhwan mengatakan, melalui CIPSED inilah akan dikembangkan usaha-usaha kecil berbasis
teknologi informasi khususnya dalam pemasaran dan perluasan jaringan usahanya.
Untuk awalnya kami akan dorong penerapannya di empat provinsi, sedangkan provinsi
lainnya akan menyusul kemudian, katanya. Pihaknya akan mendorong penggunaan ICT bagi
UKM di wilayah provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, dan
Gorontalo.
Empat provinsi tersebut akan menjadi proyek percontohan bagi suksesnya penerapan ICT
oleh UKM dari sejak 2008 hingga 2012. Ikhwan mengatakan, saat ini kedua pihak sedang
menyusun sistem untuk penerapan kerja sama tersebut.
Selanjutnya akan kami arahkan untuk dibentuknya trading house bagi UKM kita, katanya.

Menurut dia, rencana tersebut akan lebih cepat terlaksana bila UKM telah terlebih dahulu
menguasai dan mengaplikasikan ICT dalam bisnisnya.
Dengan ICT misalnya internet, pelaku UKM akan lebih mudah dan murah memasarkan
produknya, katanya. Ikhwan juga menambahkan, upaya tersebut sekaligus merupakan
langkah untuk menghilangkan citra masyarakat awam bahwa ICT (termasuk penggunaan
internet) untuk usaha tidaklah mahal dan bukan lagi merupakan barang .
Tiga Peranan Penting Internet bagi Usaha Kecil Menengah (UKM)
Saat ini banyak sekali usaha kecil menengah (UKM) bermunculan di Indonesia. Hal ini
sangat berdampak positif bagi perekonomian global di Indonesia maupun juga dalam rangka
meningkatkan daya saing dalam bidang penyediaan produk atau jasa di segala bidang.
Contoh UKM disini bisa berbagai macam, mulai dari usaha handycraft, membuka usaha
makanan, jasa rent car atau juga usaha di bidang IT seperti menjual space hosting dan juga
jasa web design.
Menurut Bido A.Budiman dari ifc.org, penggunaan internet sebagai media teknologi
informasi dalam menunjang UKM bisa dijabarkan menjadi beberapa poin seperti berikut ini:
Komunikasi
Internet digunakan sebagai media komunikasi dengan berbagai pihak. Misalnya disini antara
UKM dengan supplier. Sebagai contoh UKM di bidang peternakan ayam. Pemiliknya bisa
menggunakan e-mail kepada supplier pakan ternaknya misalnya untuk melakukan order atau
sebaliknya pihak supplier yang melakukan komunikasi dengan UKM. Komunikasi disini bisa
bermacam-macam, salah satu yang sudah dibahas tadi misalnya penggunaan e-mail. Penulis
pernah melihat ada perusahaan jasa tenaga kerja di Surabaya yang sudah menggunakan
Yahoo! Messenger untuk melakukan negosiasi dengan calon penampung tenaga kerja di
hongkong. Jadi para calon TKI tersebut duduk di depan PC yang dilengkapi dengan webcam
sehingga calon penamung tenaga kerja di luar negeri bisa melihat langsung kondisi fisik dari
calon TKI.
Promosi
Ini maksudnya internet digunakan sebagai sarana promosi jasa atau produk yang ditawarkan
oleh UKM. Sebagai contoh misalnya UKM di bidang rent car (persewaan kendaraan) bisa
mempromosikan jasanya melalui website atau juga melalui mailing list. Dari pengalaman
penulis bahwa media mailing list merupakan yang paling efektif untuk menawarkan jasa atau
produk. Kenapa begitu? Itu dikarenakan bahwa mailing list adalah suatu forum diskusi
berbasis e-mail mengenai suatu topik tertentu. Orang-orang atau pihak-pihak yang tergabung
dalam suatu mailing list tertentu biasanya mempunyai satu kesamaan tujuan dan juga
kesamaan minat tertentu. Sebagai contoh ada mailing list mengenai balita atau mailing list
ayah bunda yang isinya mengenai seputar pasangan muda yang baru mempunyai anak. Anda
misalnya seorang pengusaha UKM di bidang pakaian bayi, Anda bisa menawarkan produk
Anda ke mailing list yang sudah disebutkan tadi. Dengan demikian promosi bisa lebih fokus

kepada target audience tertentu dan relevan dengan produk yang Anda tawarkan. Sebagai
kesimpulan promosi disini bisa dilakukan melalui berbagai cara yaitu:
* Website, Anda bisa membuat website bagi jasa atau produk yang Anda jual dan masukkan
website tersebut ke dalam search engine. Ukurlah seberapa efektif promosi Anda melalui
website. Ini bisa dilihat dengan mengamati statistik pengunjung website Anda atau juga dari
feedback yang masuk melalui website Anda.
* Mailing list, Anda bisa mengirimkan promosi jasa atau produk Anda dalam bentuk e-mail
ke mailing list yang relevan dengan yang Anda tawarkan. Caranya mudah sekali. Anda bisa
menuju ke http://www.yahoogroups.com dan cari mailing list yang relevan dengan produk
atau jasa yang Anda tawarkan dan kemudian ikutlah bergabung dengan mailing list tersebut.
Sembari berdiskusi dengan anggota mailing list yang lain maka Anda bisa juga menawarkan
produk atau jasa Anda.
* Chat, Anda bisa menggunakan sarana chatting untuk menawarkan produk atau jasa Anda.
Chat disini biasanya efektif jika dalam bentuk chat room (bukan private chat). Sebagai contoh
Anda bisa membuat chat room di Yahoo! Messenger untuk mengajak orang bergabung dan
melihat apa yang Anda tawarkan.
Riset
Fungsi lain dari internet yang tidak kalah pentingnya adalah untuk melakukan riset dan
perbandingan. UKM harus memanfaatkan internet untuk riset agar bisa mengetahui seberapa
jauh keunggulan produknya dibanding produk sejenis lain yang sudah ada. Fungsi riset disini
juga bisa digunakan untuk mencari formula baru untuk memperkuat mutu dari produk atau
jasa. Riset juga berguna untuk mengetahui apa yang sedang dikerjakan oleh kompetitor
dengan produk yang sejenis dengan yang Anda punya.
Senjata utama dari melakukan riset adalah dengan cara memanfaatkan search engine dengan
baik. Menggunakan search engine tidaklah sesederhana yang Anda bayangkan. Penggunaan
keyword yang tepat akan mempercepat usaha riset Anda di internet dan pada akhirnya juga
akan bisa bersaing dengan UKM lain yang belum memanfaatkan internet untuk melakukan
riset.
Perkembangan UKM Dinilai Masih Rawan
09-01-04
Jakarta, Kompas Kontribusi usaha kecil dan menengah terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Kendati demikian, kondisi UKM tetap
rawan karena keberpihakan bank masih rendah, liberalisasi pasar yang mulai dibuka, serta
terbatasnya kebijakan yang mendukung sektor usaha mikro.
Demikian dikatakan Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian
Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Dr Muhammad Taufiq di
Jakarta, Kamis (8/1).
Menurut dia, perkembangan UKM sangat dipengaruhi oleh kondisi makro-ekonomi dan

sektor riil. Saat ini makro-ekonomi Indonesia telah membaik. Namun, yang lebih penting
adalah kondisi sektor riil.
Perkembangan sektor riil Indonesia sendiri, menurut Taufiq, masih jauh dari yang diharapkan
karena lembaga keuangan yang seharusnya menggerakkan sektor riil belum berfungsi dengan
baik. Jadi, perkembangan UKM sendiri pun belum sesuai dengan yang kita harapkan, kata
Taufiq.
Menurut Taufiq, perkembangan UKM tidak dilihat hanya dari kuantitas UKM, tetapi yang
lebih penting dari itu adalah kontribusinya terhadap PDB.
Berdasarkan hasil survei dan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi UKM
terhadap PDB (tanpa migas) pada tahun 1997 tercatat sebesar 62,71 persen. Kontribusi
tersebut bertumbuh setiap tahun sekitar 0,21 persen sehingga pada tahun 2002 naik menjadi
63,89 persen. Kontribusi usaha besar pada tahun 1997 hanya 37,29 persen dan tahun 2002
turun lagi menjadi 36,11 persen.
Untuk kuantitas unit usaha kecil pada tahun 1997 tercatat sebanyak 39.704.661 unit atau
99,84 persen dari total jumlah unit usaha yang ada di Indonesia. Pada tahun 1998, jumlah
tersebut sempat turun menjadi 36.761.689 unit. Masuk pada tahun 1999, kelompok di unit
usaha tersebut terus meningkat dan pada tahun 2002 menjadi 41.301.263 unit. Angka tersebut
mewakili 99,85 persen dari jumlah unit usaha yang ada di Indonesia.
Jumlah usaha menengah pada tahun 1997 sebesar 60.449 (0,15%). Pada tahun 1998 sampai
2001, jumlah ini terus menurun. Namun, pada tahun 2002 jumlah pengusaha yang masuk
klasifikasi sebagai pengusaha menengah meningkat menjadi 61.052 unit. Jumlah usaha besar
pada tahun 1997 tercatat hanya 2.097 unit (0,01%) dan pada tahun 2002 naik menjadi 2.198
unit.
Sementara itu, daya serap tenaga kerja UKM dari tahun ke tahun juga mengalami
peningkatan. Pada tahun 1997, UKM menyerap sebesar 99,4 persen tenaga kerja dari total
lapangan kerja di Indonesia. Pada tahun 2002, angka tersebut meningkat lagi menjadi 99,74
persen.
Layak diperhatikan
Berdasarkan data-data tersebut, Muhammad Taufiq mengatakan, sudah selayaknya UKM
mendapatkan perhatian dari semua pihak, secara khusus lembaga perbankan. Namun, selama
lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan Indonesia, belum sehat sulit untuk
menggerakkan UKM yang menjalankan 99 persen lebih sektor riil.
Selain itu, orientasi perbankan juga tidak untuk menggerakkan sektor riil, tetapi lebih untuk
berburu keuntungan yang sebesar-besarnya bagi usaha mereka walaupun keuntungan itu
akhirnya hanya disetor ke kas negara untuk menopang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN).
Oleh karena itu, agar UKM dapat berkembang dengan baik, ideologi perbankan Indonesia
harus diubah. Bukan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, tetapi menyalurkan
dana dari yang kelebihan dana kepada yang membutuhkan dana. Jadi, kembali ke fungsi
intermediasi keuangan, katanya.
Sampai saat ini, kata Taufiq, UKM masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan pinjaman
dari bank. Hal itu terjadi karena biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank untuk
memberikan kredit kepada pengusaha kecil dan menengah lebih besar dibandingkan jika
diberikan kepada pengusaha besar.

Memberikan pinjaman Rp 10 juta kepada UKM, bagi bank biayanya sama dengan
memberikan pinjaman Rp 1 miliar bagi pengusaha besar, ujar Taufiq. Padahal, sumbangan
UKM terhadap PDB Indonesia jauh lebih besar dibandingkan sumbangan usaha besar.
Oleh karena itu, usaha yang perlu dikembangkan di Indonesia adalah usaha padat karya,
bukan padat modal. UKM sebagai usaha yang menggerakkan 99 persen lebih sektor riil perlu
didukung oleh sarana perbankan yang kuat. (K04)
UKM INDONESIA SIAP TINGKATKAN PERMODALAN
JAKARTA- Anggapan bahwa sektor usaha kecil menengah (UKM) lebih kebal krisis rupanya
bukan isapan jempol. Hal itu terlihat pada hasil survei Emerging Market Small Business
Confidence Monitor HSBC.
Hasil survei itu menunjukkan, UKM di Indonesia sangat optimistis dalam memandang
prospek pertumbuhan ekonomi. Bahkan, 80% pelaku UKM di Indonesia mulai meningkatkan
permodalan agar bisa ekspansi di semester kedua tahun ini.
Hasil survei yang digelar rutin oleh HSBC itu juga menunjukkan adanya perubahan sikap
para pelaku bisnis sektor UKM dari hasil survei sebelumnya yang digelar pada Januari 2009.
Saat itu, para pelaku UKM kebanyakan lebih bersikap menunggu dan melihat perkembangan.
Saat ini kami melihat pelaku UKM di Indonesia lebih siap untuk bertindak atau membuka
usaha, beber Head of Business Banking HSBC Steve Miller di Jakarta, dalam siaran
persnya.
Miller menuturkan, saat ini para pelaku bisnis UKM memandang iklim bisnis sudah relatif
membaik. Dus, dalam jangka panjang bisnis bakal kembali menguntungkan. Selain itu,
pelaku UKM dari Indonesia lebih optimistis ketimbang pelaku UKM negara lain, terutama
soal ekspor. Asal tahu saja, HSBC melakukan survei UKM terhadap 3.400 pelaku UKM di 12
negara yang ada di kawasan Asia, Amerika Latin, dan Timur Tengah.
Miller berujar, UKM asal Indonesia yakin, volume perdagangan mereka akan meningkat 20%
dalam enam bulan ke depan. Sebanyak 75% UKM asal Indonesia juga menilai volume ekspor
mereka tahun ini bakal meningkat atau tetap. Permodalan UKM asal Indonesia pun masih
tergolong kuat.

sumber :
http://muthiamurdiani.blogspot.com/2009/12/definisi-umkm.html

www.bappenas.go.id/index.php/download.../1665......Bab9 narasi

UMKM yang memerlukan banyak terobosan untuk terus meningkatkan pemasaran produk
sehingga produk dapat dipasarkan lebih luas dan lebih mudah dari yang sudah ada saat ini
ditambah dengan kondisi media wireless yang sedang dalam proses yang intensif untuk
dijadikan sebagai solusi bisnis yang reliabel dan mudah bagi konsumen yang saat ini
menginginkan hal hal yang cepat, mudah, dan murah, menjadi dasar penelitian tentang
direktori UMKM dalam bentuk mobile web. Penelitian ini dilakukan untuk memperlajari dan
mengembangkan direktori produk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang dapat
diakses melalui perangkat mobile, dan berisi informasi yang diperlukan pengunjung mobile
web seperti informasi produk, perusahaan, lokasi, event, promo. Untuk menyediakan
informasi tersebut diperlukan kontribusi data dari UMKM, maka dari itu sistem yang
dihasilkan pada penelitian kali ini juga dapat digunakan untuk memasukkan data dari
UMKM. Penyajian Direktori adalah dalam bentuk website yang dikembangkan menggunakan
jQuery untuk desain antarmuka, dan PHP untuk mengontrol variabel dan akses data.

Anda mungkin juga menyukai