Anda di halaman 1dari 6

ANALISA COMMONALITY DAN VARIABILITY PADA KEANEKARAGAMAN BAHASA VISUAL UNTUK PEMODELAN PROSES BISNIS

Eko K. Budiardjo
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia
Kampus UI-Depok, Jakarta 10430, Indonesia
Email: eko@cs.ui.ac.id

Abstrak
Pemodelan proses bisnis telah lama dikenal, berikut
dengan keaneka-ragaman metoda untuk menyusun model.
Analisa Commonality & Variability terhadap bahasa
visual untuk memodelkan proses bisnis dimaksudkan guna
mengungkapkan kesamaan dan pembeda yang terdapat
pada metoda tersebut. Melalui makalah ini pemulis
melakukan kajian dan telaah terhadap bahasa pemodelan
visual, yang meliputi Data Flow Diagram (DFD),
Integrated DEFinition (IDEF0), Unified Process-Business
Modeling (UP-BM) dengan Business Use Case-UML (BUC), Activity Diagram-UML (AD), Business Sequence
Diagram-UML (SD), Business Colaboration DiagramUML (CD) Business Object Diagram-UML (B-OD).
Kata kunci: Pemodelan Proses Bisnis, Commonality &
Variability, Unified Modeling Language (UML).

2. Bahasa visual pemodelan proses bisnis


Menurut kamus bahasa Indonesia [7] pengertian
bahasa adalah:
Bahasa sistem lambang bunyi yang dipakai
oleh suatu masyarakat untuk berinteraksi.
Bahasa buatan bahasa yang dibuat orang
untuk pemakaian tertentu; sistem kode berupa
lambang lambang abstrak seperti yang dipakai
dalam pemrograman komputer [7].
Memahami makna bahasa, sejumlah diagram yang
dipergunakan pada dunia rekayasa peranti lunak dapat
dikategorikan sebagai bahasa visual karena terdiri dari
sejumlah lambang yang memiliki arti tertentu. Analogi
dengan sebuah kalimat yang merepresentasikan makna
tertentu, setiap diagram juga menjelaskan aspek tertentu
yang diwakilinya dan bersifat terbatas.

1. Pendahuluan
Prasyarat dan spesifikasi piranti lunak (software
requirement specification) sistem informasi merupakan
bagian kegiatan diawal pengembangan piranti lunak yang
sangat menentukan. Kesalahan dalam mengembangkan
spesifikasi prasyarat berakibat pada pengembangan yang
berkepanjangan atau piranti lunak aplikasi tidak sesuai
dengan yang diharapkan oleh pengguna[5]. Dengan
kompleksitas sistem informasi yang meningkat,
diperlukan metoda dan teknik yang lebih baik agar
spesifikasi dapat disusun dengan lebih tepat. Pemodelan
proses bisnis merupakan solusi yang kerap dilakukan oleh
para pengembang sistem informasi sebelum menyusun
spesifikasi.
Pemodelan proses bisnis juga memberikan manfaat
sebagai acuan dalam menata ulang proses bisnis (Business
Process Reengineering - BPR) [8,14], sebelum
menentukan lebih lanjut pemanfaatan komputer pada
proses - proses bisnis tertentu, yang terdapat pada model
proses bisnis[12].

2.1. Studi kasus


Meminta Penawaran Harga merupakan salah satu
proses bisnis pada Supply Chain Management (SCM)
untuk industri otomotif, yang dipilih sebagai studi kasus
[6] untuk memberikan gambaran perbedaan dan kesamaan
masing masing metoda pemodelan proses bisnis. Alur
distribusi dari perdagangan di industri otomotif dapat
dijelaskan pada gambar berikut:
Manufaktur

Distributor

Retailer

Manufaktur
Manufaktur dapat didefinisikan sebagai perusahaan
yang melakukan pembuatan maupun perakitan dari
produk yang akan disampaikan kepada customer-nya.

Perusahaan Distributor
Distibutor merupakan salah satu bagian dalam proses
bisnis untuk menyampaikan barang dari manufaktur
ke retailer.
Retailer
Retailer merupakan perusahaan yang berhubungan
dengan pelanggan dalam penjualan satuan. Dalam hal
ini yang menjadi fokus bukan interaksi dengan
customer, namun dengan distributor.

Dalam konteks SCM, setelah kesepakatan bisnis


terjalin antar perusahaan penyedia produk dan perusahaan
pembelinya, terdapat keadaan dimana harga produk belum
ditentukan di awal hubungan bisnis dan dinamis sesuai
waktu. Untuk keadaan seperti hal tersebut perusahaan
pembeli barang biasanya meminta penawaran dari
perusahaan penyedia barang yang dituju dengan
mengirimkan surat permintaan penawaran harga.
Sebelumnya terlebih dahulu perusahaan pembeli melihat
daftar perusahaan dan catalog yang dimiliki. Kemudian
dilanjutkan dengan menentukan produk-produk apa yang
diperlukan oleh perusahaan dan menyusunnya ke dalam
daftar barang yang dipesan. Perusahaan pembeli barang
selanjutnya menanggapi surat permintaan barang sesuai
yang dapat dilihat pada business use case mengirim
penawaran harga.
Alur kerja dalam meminta penawaran harga (Basic
Workflow) meliputi:
1.

Mencari daftar penyedia barang


Langkah awal dalam pengadaan barang oleh
purhasing manager adalah melihat daftar perusahaan
yang telah menjalin hubungan bisnis untuk jenis
barang yang dibutuhkan (Daftar Rekanan). Hal ini
dapat dilihat pada sebuah daftar atau MOU atau
perjanjian kerjasama yang dimiliki. Sehingga
diperoleh data perusahaan yang dituju.

Mendaftar kebutuhan barang


Setelah diperoleh perusahaan-perusahaan yang dapat
menyediakan jenis barang dibutuhkan, maka
perusahaan kemudiaan mendaftarkan barang yang
disediakan dalam catalog sesuai dengan daftar
kebutuhan yang dimiliki ke dalam sebuah daftar
barang yang dipesan.

3.

Mengirimkan surat permintaan penawaran harga


(SPPH)
Selanjutnya data perusahaan dan daftar barang yang
telah diperoleh dilengkapi dengan sebuah surat yang
berisikan kapan penawaran harga diperlukan, kriteria
yang yang harus dipenuhi dan kemana surat
penawaran ditujukan.

2.2. Data Flow Diagram (DFD)


Data Flow Diagram (DFD) merupakan bahasa visual
tertua untuk memodelkan proses bisnis[10]. Sudut
pandang dalam memodelkan bertitik tolak bahwa (a)
sebuah proses dapat di-urai menjadi beberapa proses yang
lebih rinci (Decomposition); (b) sebuah proses mengolah
masukan menjadi luaran (Input-Process-Output). Dengan
demikian sebuah DFD yang merpresentasikan model
proses bisnis akan memberikan informasi (a) prosesproses bisnis yang terdapat pada organisasi; (b) data
masukan dan asal data untuk setiap proses; (c) data
keluaran dan tujuan dari data dari setiap proses. Informasi
yang tidak dapat diperoleh dari DFD adalah urutan
pelaksanaan dari setiap proses yang terdapat pada DFD
tersebut.
DFD model proses bisnis Meminta Penawaran
Harga terdiri atas 3 proses bisnis, seperti yang
diperlihatkan pada GB 1, yang meliputi (a) Mencari daftar
penyedia barang; (b) Mendaftar kebutuhan barang; (c)
Mengirimkan surat permintaan penawaran harga (SPPH).
Eksternal entitas yang memberikan data masukan awal
adalah Purchase Manager. Sedangkan SPPH, sebagai hasil
dari kegiatan meminta penawaran harga, diberikan kepada
eksternal entitas Rekanan Terpilih yg Diminta
Mengajukan Penawaran. Dalam kegiatan bisnis ini,
Katalog Barang dipandang sebagai rekaman data yang
dinyatakan dengan simbol Data Store

Gb 1: DFD model proses bisnis Meminta Penawaran


Harga

2.2. Integrated DEFinition (IDEF0 & IDEF3)


Integrated DEFinition (IDEF) merupakan metodologi
yang terkenal, dikembangkan sejak tahun 1970 oleh US
Air Force [16]. Walaupun demikian sudah lama
ditemukan, hingga saat ini masih terus dipergunakan dan

dikembangkan. Hingga saat telah dilahirkan sekumpulan


diagram IDEF dengan kegunaan masing - masing nya,
seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1 sebagai berikut:
Diagram
IDEF0
IDEF1/
IDEF1x

IDEF2

IDEF3
IDEF4
IDEF5

IDEF6
IDEF7
IDEF8
IDEF9
IDEF10
IDEF11
IDEF12
IDEF13
IDEF14

Aspek modeling yang direprsentasikan


Fungsionalitas dari sebuah sistem.
Informasi/data dalam bentuk entity, relations,
entity relation classes. IDEF1x merupakn
pengembangan selanjutnya, dengan
mengadopsi Entity-Relationship dari Peter
Chen (penemu Entity Relationship Diagram).
Simulation model, yang terdiri atas facility
submodel, entity flow submodel, resource
disposition, system control submodel.
(a) urutan eksekusi proses (Workflow); (b)
transisi/perpindahan state dari sebuah sistem.
Rancangan sistem yang orientasi pada obyek
(Object Oriented Design)
Ontologi yang mempergunakan bahasa
schematic (secara grafis) dan bahas
elaboration (teks)
Design rational capture
Tidak didefinisikan
Antar muka pemakai
Rancangan sistem informasi berbasis
Scenario-Driven
Arsitektur implementasi
Artefak informasi
Struktur organisasi
Rancangan pemetaan three schema
Rancangan jaringan

Tabel 1: Kumpulan bakuan diagram IDEF


Pada IDEF0, setiap proses memiliki unsur ICOM
yang terdiri dari (a) Inputs, (b) Outputs, (c) Controls, (d)
Mechanisms, seperti yang diperlihatkan pada Gb 2. Dalam
dimensi waktu, IDEF0 bukan menunjukan urutan proses
melainkan aktivasi dari sebuah proses. Keluaran bukanlah
semata-mata merupakan fungsi dari masukkan. Kendali
dari proses dan mekanisme pada proses turut menentukan
keluaran sebuah proses. Fork/Join anak panah
mengandung makna bundling dan bukan mixing, seperti
yang terlihat pada Gb 3 untuk data Daftar Rekanan dan
Daftar Barang Rekanan
Proses bisnis dari Meminta Penawaran Harga pada
studi kasus, sebagai sebuah proses tunggal (proses dengan
identitas A0) diperlihatkan pada Gb 2. yang untuk
selanjutnya dapat dilakukan dekomposisi pada tingkatan
yang lebih rinci (Gb.3). Pada dekomposisi ini proses A0
diperinci menjadi tiga proses yaitu: (A1) Mencari daftar
penyedia barang; (A2) Mendaftar kebutuhan barang; (A3)
Mengirimkan surat permintaan penawaran harga (SPPH).

Gb. 2: Meminta Penawaran Harga sebagai proses


tunggal pada diagram IDEF0

Gb. 3: Diagram IDEF0 yang merupakan dekomposisi dari


proses tunggal A0

2.3. UP Business Modeling (UP-BM)


Untuk memahami proses bisnis yang terjadi pada
kegiatan bisnis yang akan dikembangkan, Unified Process
(UP) [5,17] menyiapkan business modeling workflow yang
mempergunakan Unified Modeling Laguage (UML)[11]
sebagai bahasa pemodelan proses bisnis. Pemodelan
proses bisnis (business modeling) menjabarkan bagaimana
membuat visi dari organisasi yang baru, dan berdasarkan
visi tersebut didefinisikan proses, peran (roles), dan
tanggung jawab organisasi di dalam sebuah model bisnis
Notasi-notasi yang digunakan dalam pemodelan
proses bisnis yang dijelaskan pada artefak-artefak yang
dihasilkan, yang terdiri dari:
 Business User (customer, vendor, atau mitra)
direpresentasikan sebagai business actor.
 Proses bisnis direpresentasikan oleh business use
case dan business use case realization.




Peran yang dimainkan oleh tiap orang dalam


organisasi direpresentasikan sebagai business worker.
Sesuatu di dalam organisasi yang dikelola dan
dihasilkan direpresentasikan sebagai business
entities.

Kembali pada studi kasus yang sama, pemodelan


dimulai dengan merepresentasikan interaksi antara
business actor (Purchase Manager) dan business usecase
(Meminta Penawaran Harga) yang dituangkan pada
Usecase Diagram (Gb 4).

Diagram (AD) yang menjelaskan urutan logika proses


bisnis, Business Sequence Diagram (SD) yang
menjelaskan urutan interaksi pada UC, Business
Colaboration Diagram (CD) dan Business Object Model
(OM)
Activity Diagram:

Mencari Data
Perusahaan

Mendaftar
Kebutuhan Barang

Me mbuat Surat
Pengiriman Barang

Gb 4: Business Usecase Diagram


Meminta Penawaran Harga
Spesifikasi Business Usecase Meminta Penawaran
Harga dinyatakan sebagai sebuah (Basic Workflow)
meliputi:
1. Business usecase ini dimulai ketika Purchasing
Manager akan memerlukan harga barang dari
sejumlah perusahaan.
2. Mencari daftar penyedia barang
Purhasing Officer :
mengambil daftar MOU atau perjanjian
kerjasama yang telah dijalin ;
mencari sekumpulan perusahaan yang telah
menjalin hubungan bisnis untuk jenis barang
yang dibutuhkan;
menetapkan perusahaan yang akan diminta untuk
menawarkan harga.
3 Mendaftar kebutuhan barang
Purhasing Officer :
mendaftarkan barang yang disediakan dalam
catalog sesuai dengan daftar kebutuhan yang
dimiliki ;
menyusun sebuah daftar barang yang dipesan.
4. Mengirimkan surat permintaan penawaran harga
(SPPH)
Purchacing Officer membuat surat yang berisikan
kapan penawaran harga diperlukan, kriteria yang
yang harus dipenuhi dan kemana surat penawaran
ditujukan.
Selain basic flow dan alternate flow (bila ada) yang
merupakan bagian utama spesifikasi dari business UC,
model bisnis juga dilengkapi dengan beberapa diagram,
yang dapat menggambarkan aspek-aspek yang tidak
ternyatakan pada UC. Diagram tersebut meliputi Activity

Mengirimkan Surat
Pengiriman Barang

Gb 5: Activity Diagram Meminta Penawaran Harga


Business Sequence Diagram:

: Purchase
Manager

: Purchase Officer

mem inta penawaran harga( )


mencari data perusahaan( )

membuat daftar barang yang akan dimintakan harga( )

membuat surat pemintaan penawaran harga( )

menerima surat penawaran harga( )

Gb 6: Business Sequence Diagram


Meminta Penawaran Harga
Business Colaboration Diagram:
1.1. mencari data perusahaan( )
1.2 . mem buat daftar barang yang akan di mi ntakan harga( )
1.2.1. membuat surat pemintaan penawaran harga( )

1. meminta penawaran harga( )

: Purchase
Manager

2 . men eri ma surat penawaran harga ( )


: Purchase Officer

Gb 7: Business Colaboration Diagram


Meminta Penawaran Harga

Colaboration Diagram (CD) yang menjelaskan


urutan interaksi pada UC; dan (d) Business
Object Model (OM) yang menjelaskan artefak
yang dipergunakan / dihasilkan oleh business
actor dan business worker.

Business Object Model:

accessed by

Catalog

viewed by

5.

supervised by
vie w b y

created b y

Purchase Manager

approved b y

Purchase Offi cer

Daftar Barang yang


dimintakan penawaran

created b y

looked by

signed by

SPPH
resumed into

MOU

Daftar Perusahaan Affiliasi

Gb 8: Business Object Model


Meminta Penawaran Harga

3. Analisa Commonality dan Variability.


Analisa terhadap tiga macam bahasa pemodelan
proses bisnis yang mencakup DFD, IDEF0, dan UP-BM
UML dengan mempergunakan studi kasus yang sama
yaitu Meminta Penawaran Harga sebagai bagian dari
SCM untuk industri otomotif. Analisa dengan memandang
dari sudut kesamaan dan keanekaragaman dari ketiga
metoda tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:
1.

DFD dan IDEF0 memiliki kesamaan dalam hal


memandang sebuah proses bisnis sebagai InputProcess-Output (IPO). IDEF0 memandang bahwa
IPO tidaklah dapat berdiri sendiri, melainkan
dipengaruhi oleh control dan mechanism. Oleh
karenanya konsep IPO berubah menjadi ICOM.

2.

UP-BM memandang proses bisnis bukan dari


sudut masukan dan keluaran sebuah proses, tetapi
serangkain interaksi (Business Usecase) antara
yang melaksanakan proses (Actor) dengan proses
itu sendiri.

3.

Pada DFD & IDEF0 perilaku (behavoiur) dari


setiap proses dinyatakan dalam penjelasan naratif
yang sistematis.

4.

Perilaku (behavoiur) dari business usecase pada


UP-BM dinyatakan dalam usecase realization,
yang dinyatakan dengan bahasa visual antara lain
(a) Activity Diagram (AD) yang menjelaskan
urutan logika proses bisnis; (b) Business
Sequence Diagram (SD) dan / atau Business

Dari sudut pandang artefak proses bisnis, DFD


memandang dari sisi penyimpanan artefak
tersebut yang dinyatakan sebagai Data Store,
adapun hubungan antar artefak tidak dimodelkan
oleh DFD. Sedangkan IDEF0 tidak memiliki
sarana untuk menjelaskan artefak proses.
IDEF1/IDEF1x,
merupakan
bagian
dari
kumpulan diagram IDEF, diciptakan untuk
secara khusus memodelkan artefak proses bisnis.

4. Kesimpulan
DFD & IDEF0 dapat dipandang sebagai metoda yang
memiliki pendekatan yang sama, yaitu memandap proses
bisnis sebagai sebuah proses untuk mentransformasikan
masukan menjadi keluaran. Sangat berbeda sekali dengan
UP-BM dengan UML-nya memandang proses bisnis
sebagai interaksi antara pihak luar dengan proses bisnis
tersebut. Memandang dari sudut interaksi lebih mudah
bagi pihak terkait dalam proses untuk mengerti perilaku
sebuah proses bisnis, karena yang dilihat adalah apa
yang dilakukan oleh sistem, dan bukan bagaimana
sistem menjalankan proses bisnis
Metoda UP-BM dengan mempergunakan bahasa
visual UML dapat lebih akurat dalam memodelkan proses
bisnis dibandingkan dengan DFD dan IDEF0, yang telah
dikenal oleh sejumlah analis bisnis dan penyusun
prasyarat dan spesifikasi piranti lunak. Keterincian ini
dapat lebih mengurangi kesenjangan persepsi antara analis
bisnis / sistem dengan pihak yang terlibat dalam proses
bisnis. Sebagai imbal-balik atas keterincian ini, dalam
melakukan verifikasi model proses bisnis, pihak yang
terlibat dalam proses bisnis perlu diperkenalkan dengan
simbol-simbol yang terdapat pada diagram UML yang
dipergunakannya.
Kedua pool transformasi dan interaksi masih
tetap berkembang dan dipergunakan hingga saat ini. Tidak
dapat dikatakan yang satu lebih baik dari yang lainnya.
Dalam memilih sebuah metoda pemodelan lebih
didasarkan dari sudut pandang metoda mana yang lebih
efektif dipergunakan untuk menghadapi kasus yang akan
dimodelkan, dan karakter pihak yang terkait dengan
proses bisnis.

Daftar Acuan
[1] Alan Dennis, Barbara Wixom, Systems Analysis Design 2nd ed, Addision - Wesley, New Jersey, 2003.
[2] Audris Kalnins, Valdis Vitolins, Modeling Business,
Institute of Mathematics and Computer Science - University
of Latvia.
[3] Audris Kalnins, Janis Barzdins, Karlis Podnieks, Modeling
Languages and tools: state of the arts, Institute of
Mathematics and Computer Science - University of Latvia.
[4] Audris Kalnins, Audris Kalnins, Semantics of UML 2.0
Activity Diagram for Business Modeling by Means of
Virtual Machine, Institute of Mathematics and Computer
Science - University of Latvia
[5] Dean Leffingwell et. all, Managing Software Requirements:
A Unified Approach, Addison - Wesley, 2000.
[6] Eko K. Budiardjo, Anton W. Pramono, Pemodelan Bisnis
Dalam Dunia Otomotif Untuk Mengatasi Kesenjangan
Antara Pengguna dan Pengembang Aplikasi Supply Chain
Management (SCM), Prosiding Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi 2006 (SNATi 2006), Yogyakarta, Juni,
2006
[7] EM Zul Fajri, Ratu Aprillia Senja, Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, Difa Publisher.
[8] Hamilton Hayes, White Paper The Value of Businees
Process Modeling and Analysis, Computer Associates,
Januari 2004.

[9] Hans Erik Eriksson et. all, Business Modeling with UML:
Business Patterns at Work, Addison - Wesley, 2000.
[10] Jeffrey L. Whitten, Lonnie D. Bentley, Kevin C. Dittman,
System Analysis And Design Methods 6th ed, McGrawHill/Irwin, New York, 2004
[11] Martin Fowler, UML Distilled 3rd ed: A Brief Guide to the
Standard Object Modeling Language, Addison-Wesley,
Boston, 2002.
[12] Mike Havey, Essential Business Process Modeling,
OReilly, August, 2005
[13] Paul Evitts, A UML Pattern Language, Macmillan
Technical Publishing, 201 West 103rd Street, Indianapolis,
IN 46290 USA, 2000
[14] Sparx Systems, The Business Process Model, Sparx
Systems, Australia, 2004
[15] Steven J. Bleistein, Karl Cox, June Verner, Keith T. Phalp,
Requirements Engineering for e-Business Advantage,
Springer-Verlag, London, September 2005
[16] Ovidiu S. Noran, Business Modelling: UML vs IDEF,
School of Computing and Information Technology
Griffith University, Australia, 2004
[17] Philippe Kruchten, The Rational Unified Process: An
Introduction, Addison - Wesley, 2000.

Anda mungkin juga menyukai