Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I

TUGAS 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Dewasa ini permasalahan terhadap ketidakpuasan masyarakat

terhadap pelayanan publik pemerintah sudah sangat sering kita dengar. Tingkat
kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik yang diberikan sangatlah
rendah, hal ini berujung hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan
publik yang diberikan oleh pemerintah. Salah satu permasalahan pelayanan
publik yang banyak diperbincangkan di masyarakat yaitu sistem pengadaan
barang dan jasa pemerintah yang dinilai sangat rentan terhadap praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah
berupaya semaksimal mungkin memperbaiki keadaan dan terus melakukan
pengembangan serta penertiban kebijakan dalam permasalahan tersebut demi
tercapainya tujuan organisasi pemerintah yaitu Good Governance.
Salah satu unsur untuk mewujudkan Good Governance di era
reformasi adalah keterbukaan atau transparansi dalam pemerintahan, oleh
karena itu diperlukan adanya inovasi dan ide-ide baru yang dalam proses
penerapannya tidak menyalahi aturan-aturan yang berlaku. Tantangan untuk
mewujudkan inovasi tersebut adalah dengan memanfaatkan kehadiran
teknologi informasi yang berbasis komputer dan internet. Dalam era informasi,
daya saing bangsa ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusianya
dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang memberikan dampak
perubahan yang besar pada kualitas pelayanan publik terhadap masyarakat.

TUGAS 1
Kemampuan sumber daya ini antara lain dapat diperoleh dengan meningkatkan
kualitas dan kuantitas penelitian baik dalam teknologi inti maupun aplikasinya
supaya dapat memberikan konstribusi pada pembangunan nasional umumnya
dan pelayanan pemerintah di bidang publik khususnya, meningkatkan
kompetensi, dan mengembangkan kemampuan sesuai dengan perkembangan
global. Tuntutan tata kelola yang baik, benar dan transparan pada suatu
organisasi baik di organisasi, pemerintahan bahkan di lembaga independent
pun semakin meningkat. Sebenarnya keinginan untuk mengembangkan tata
kelola suatu organisasi bukan hal baru, tapi hal ini mencuat sejak awal tahun
2000-an dengan munculnya beberapa skandal di beberapa perusahaan yang
meyebabkan tidak sehatnya suatu usaha. Tata kelola organisasi seperti di
Pemerintah Daerah, Universitas dan Perusahaan sangat penting bagi pemegang
saham, investor, wakil pengemban amanah, pegawai, kreditor dan pelanggan
sebagai pengguna jasa. Beberapa organisasi telah mencoba mengeluarkan suatu
pedoman tentang tata kelola korporasi yang baik. Tata kelola di korporasi
dengan penyediaan suatu struktur untuk mendapatkan suatu tujuan dari
organisasi dan pemantauan kinerja untuk meyakinkan bahwa tujuan telah
tercapai. Pedoman tata kelola organisasi tidak tunggal, bisa dikembangkan
sesuai dengan macam atau bentuk organisasi. Pada umumnya wakil pemilik
organisasi menunjuk dewan direksi untuk menjaga dan meningkatkan nilai aset
yang dipunyai oleh organisasi seperti aset fisik, sumber daya manusia,
keuangan, kekayaan intelektual, teknologi informasi dan aset hubungan dengan
pelanggan, pengguna ataupun lingkungan. Perusahaan-perusahaan besar dan

TUGAS 1
maju telah merubah cara pandangnya terhadap teknologi informasi dari sekedar
alat perhitungan dan komunikasi menjadi suatu komponen yang melekat
(embeded) pada perusahaan untuk tetap bisa bersaing. IT governance diartikan
sebagai struktur dari hubungan dan proses yang mengarahkan dan mengatur
organisasi dalam rangka mencapai tujuannya dengan memberikan nilai tambah
dari pemanfaatan teknologi informasi sambil menyeimbangkan risiko
dibandingkan dengan hasil yang diberikan oleh teknologi informasi dan
prosesnya. Pemanfaatan Teknologi Informasi sebenarnya bukan hal baru lagi
bagi sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini. Banyak perubahan yang
terjadi, rata-rata bahkan mampu menghadirkan inovasi-inovasi baru yang
berpeluang besar dan berpengaruh diberbagai sektor kehidupan manusia.
Katakanlah pada sektor Telekomunikasi, dimana kini orang tak lagi diharuskan
berhadapan atau bahkan membutuhkan sebuah perangkat pc hanya untuk
mengakses dunia maya. Demikian pula pada sektor Perbankan, orang tak mesti
datang dan antre didepan kasir hanya untuk menarik atau mentransfer sejumlah
uang. Tujuannya hanya satu, untuk kemudahan yang dapat dirasakan oleh
sebagian besar manusia dalam beraktifitas.
Maka tak heran apabila pemanfaatan Teknologi Informasi ini
diharapkan pula mampu menghadirkan inovasi baru di sektor Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah terkait dengan buruknya kualitas pelayanan
publik. Bahkan belakangan masyarakat memberikan kritikan pedas dan
menciptakan sebuah jargon kalau bisa dibuat susah mengapa musti dibuat
mudah. Diharapkan inovasi itu nanti dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas,
transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.

TUGAS 1
E-Procurement menurut Wikipedia adalah sebuah model aplikasi
elektronik yang bergerak di bidang pengadaan barang dan jasa dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, yang berusaha mengatur
transaksi bisnis melalui teknologi komputer, di mana proses pengadaan barang
dan jasa dilakukan secara online. Ide untuk menerapkan e-Procurement di
Indonesia sebenarnya sudah dimulai saat dikeluarkannya Inpres No.3 Tahun
2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government
dimana

dalam

Lampiran

disebutkan

bahwa

e-Procurement

dapat

dimanfaatkan oleh setiap situs pemerintah. Terkait Pelaksanaan e-Procurement


ini disebutkan pula dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksaan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah tepatnya pada Lampiran I Bab
IV Huruf D. Dalam perkembangannya sebagai penanggung jawab diberikan
kepada Kementrian PPN/Bappenas.
Pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan salah satu kegiatan
yang dilakukan pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan publik, seperti
tertera dalam Pasal 5 UU Pelayanan Publik. Pemerintah sebenarnya telah
memberikan perhatian terhadap proses pengadaan barang/jasa pemerintah yang
ditandai Kepres No. 80 Tahun 2003. Namun dalam pelaksanaannya masih
terlalu konvensional, yaitu masih cara klasik dan memiliki beberapa
kelemahan, seperti lemahnya transparansi, kurang efisien, tidak memberikan
informasi tentang seluruh pemasok potensial kepada unit pengadaan, serta
tidak menyediakan mekanisme pengawasan kepada khlayak umum. Sehingga
diharapkan dengan adanya Inovasi pada layanan pengadaan dengan
pemanfaatan TIK dapat mengatasi permasalahan tersebut. Pengadaan secara

TUGAS 1
elektronik (e-procurement) bagi pemerintah tidak hanya meningkatkan
transparansi, tetapi juga meningkatkan efisiensi dengan harga dan biaya
transaksi lebih murah, dan siklus pengadaan yang lebih pendek. Dengan
demikian menghindari proses korupsi, serta meningkatkan produktivitas kerja.
Landasan tentang e-procurement ini di dukung oleh Keppres No. 80 Tahun
2003 dan Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan e-Government.
Untuk mengakomodasi e-procurement di Indonesia, pemerintah
dengan berlandaskan beberapa hal mendirikan lembaga yang mengakomodasi
layanan pengadaan tersebut yang dinamakan LPSE (Lembaga Pengadaan
Secara Elektronik). LPSE adalah unit yang melayani proses pengadaan
barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan secara elektronik. Aplikasi yang
dikembangkan adalah bersifat internet, kode sumber terbuka, bebas lisensi,
bebas biaya, tidak bergantung pada merk tertentu, dan mendapatkan dukungan
penuh dari LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Brang/Jasa Pemerintah)
untuk pelatihan dan pedamping.
E-procurement dalam penerapannya melibatkan inisiatif banyak pihak
yaitu diantaranya lembaga pemerintah, panitia pengadaan, pejabat pembuat
komitmen,

penyedia

barang/jasa,

konsultan,

pajak,

dan

Bank. e-

procurement memungkinkan pengadaan barang/jasa pemerintah di sebuah


daerah, dengan hanya sekali mendaftarkan diri, mendaftarakan akses pasar
yang lebih luas, untuk selanjutnya melakukan persaingan secara sehat dan
terbuka. Sehingga e-procurement dianggap sebagai salah satu inisiatif e-

TUGAS 1
government yang paling efektif memberikan hasil nyata dalam bentuk
transparansi dan efisiensi proses pengadaan pemerintah.
LKPP atau Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
pada akhirnya dibentuk setelah Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan
Perpres No. 106 Tahun 2007 yang diharapkan dapat membantu pemerintah
dalam menyusun dan merumuskan strategi serta penentuan kebijakan dan
standar prosedur pengadaan barang/jasa pemerintah termasuk pembinaan
sumber daya manusia. LKPP juga diberi tugas untuk mengembangkan sistem
informasi

serta

melakukan

pengawasan

penyelenggaraan

pengadaan

barang/jasa pemerintah secara elektronik. Menindaklanjuti tugas tersebut


LKPP kemudian membentuk LPSE atau Lembaga Pengadaan Secara
Elektronik, sebuah unit yang melayani proses pengadaan barang/jasa
pemerintah yang dilaksanakan secara elektronik. LPSE ini sedianya akan
menggunakan sistem aplikasi e-Procurement, sebuah sistem aplikasi pengadaan
yang dikembangkan oleh LKPP yang bersifat terbuka, bebas lisensi dan bebas
biaya. Selain sebagai pengelola sistem e-Procurement, LPSE juga berfungsi
untuk menyediakan pelatihan, akses internet dan bantuan teknis dalam
mengoperasikan sistem e-Procurement kepada Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK)/Panitia serta penyedia barang/jasa, serta melakukan pendaftaran dan
verifikasi terhadap penyedia barang/jasa. Sistem aplikasi e-Procurement yang
dimaksud dapat diakses melalui alamat resmi milik LPSE yang dalam
perkembangannya menggandeng Lembaga Sandi Negara atau Lemsaneg untuk
menangani masalah Keamanan Data yang ada didalamnya. Lemsaneg ini

TUGAS 1
menciptakan sebuah aplikasi bernama Apendo (Aplikasi Pengamanan
Dokumen) yang terintegrasi dengan server di setiap LPSE.
Saat ini, e-Procurement merupakan salah satu pendekatan terbaik
dalam mencegah terjadinya korupsi dalam pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Dengan e-Procurement peluang untuk kontak langsung antara
penyedia barang/jasa dengan panitia pengadaan menjadi semakin kecil, lebih
transparan, lebih hemat waktu dan biaya serta dalam pelaksanaannya mudah
untuk melakukan pertanggung jawaban keuangan. Hal tersebut dikarenakan
sistem elektronik tersebut mendapatkan sertifikasi secara internasional.
Ditinjau dari sisi Pengawasan dan Akuntabilitas, memberikan
mekanisme pengawasan dan pengaduan penyimpangan pada suatu proses
pengaduan atas dugaan penyimpangan pada suatu proses pengadaan.
Transparansi dan Keterbukaan proses pengadaan tentunya akan semakin
memudahkan proses pengawasan. Seluruh elemen masyarakat terutama
lembaga non-pemerintah diharapkan dapat berperan secara aktif dalam
mengawasi proses pengadaan. Dengan adanya pengawasan dan akuntabilitas
ini memberikan rasa aman dan nyaman bagi para penggunanya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dan didukung dengan teori - teori
serta dilengkapi dengan data dan fakta yang ada maka penelitian dilakukan
dengsan mengambil judul Analisis Pelaksanaan E-Procurement Terhadap
Transparansi Dan Efisiensi Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah di
Kabupaten Karimun
1.2.

Perumusan Masalah

TUGAS 1
Dengan dilaksanakannya pelaksanaan pengadaan barang dan jasa
pemerintah secara elektronik (e-procurement) memunculkan pertanyaan
sebagai berikut :
1. Apakah e-procurement mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap transparansi pelayanan publik tentang pengadaan barang dan jasa
pemerintah di Kabupaten Karimun?
2. Apakah dalam pelaksanannya, e-procurement memberikan manfaat yang
signifikan terhadap efisiensi pelayanan publik pada pengadaan barang dan
jasa pemerintah di Kabupaten Karimun?
3. Apa saja kendala yang dihadapi pemerintah daerah Kabupaten Karimun
dalam melaksanakan pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan sistem
e-procurement?

1.3.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Tujuan penelitian analisis pelaksanaan e-procurement terhadap

transparansi dan efisiensi pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah


sebagai berikut :
1. Menganalisis dan membuktikan pengaruh pelaksanaan e-procurement
terhadap transparansi pada proses pengadaan barang dan jasa pemerintah di
Kabupaten Karimun.
2. Menganalisis dan membuktikan pengaruh pelaksanaan e-procurement
terhadap efisiensi pada proses pengadaan barang dan jasa pemerintah di
Kabupaten Karimun.

TUGAS 1
3. Menganalisis faktor - faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan eprocurement pada proses pengadaan barang dan jasa pemerintah di
Kabupaten Karimun.
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan sehingga
dapat memperkuat teori - teori mengenai pelaksanaan e-procerement,
transparansi dan efisiensi pada proses pengadaan barang dan jasa
pemerintah serta menambah referensi bagi peneliti lain yang bermaksud
meneliti kemungkinan faktor - faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap
transparansi dan efisiensi pelayanan publik pemerintah.
2. Memberikan kontribusi bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun dalam
rangka mewujudkan good governance terhadap pelayanan publik.

Anda mungkin juga menyukai