Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan murni mencakup pertambahan dalam bentuk dan berat
jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging,tulang, jantung, otak dan semua
jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh. Dari sudut
kimiawi, pertumbuhan murni adalah suatu penambahan jumlah protein dan zat-zat
mineral yang tertimbun dalam tubuh. Penambahan berat akibat penimbunan lemak
atau penimbunan air bukalah pertumbuhan murni.
Semua bagian dari tubuh hewan dengan cara yang teratur. Kaki dan tangan
(pada manusia) tubuh sebanding dengan tinggi dan panjang tubuh. Akan tetapi
kepala tumbuh lebih lambat daripada anggota badan. Meskipun demikian terdapat
suatu variasi yang luas dalam ukuran dan perbandingan tubuh di dalam spesies.
Misalnya saja ayam strain murni jauh lebih besar daripada ayam local. Juga di dalam
berbagai bangsa, terdapat variasi yang besar sekali mengenai ukuran dan berat di
antara individu masing-masing.
Meskipun berbagai bagian tubuh tumbuh secara teratur, tubuh tidak tumbuh
sebagai suatu kesatuan, karena berbagai jaringan tumbuh dengan laju yang berbeda
dari lahir sampai dewasa. Misalnya saja urat daging, jantung, dan jaringan tubuh
berturut-turut memperlihatkan kenaikan sebesar 45 sampai 50, 12 sampai 15 kali, 20
sampai 22 kali, masing-masing dalam bentuk dan berat jika dibandingkan dengan
otak yang memperlihatkan pembesaran sebesar 3 sampai 4 kali.
Pertumbuhan hewan sangat dipengaruhi akan zat-zat nutrisi. Pertumbuhan
akan berjalan baik bila didukung oleh zat-zat yang masuk dalam tubuh hewan oleh
karena itu kebutuhan akan zat nutrisi yang diperlukan oleh hewan. Berdasarkan hal
tersebut maka penulis akan mencoba menulis peranan zat nutrisi bagi hewan ternak,
khususnya ternak unggas.

Nutrisi pertumbuhan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Pertumbuhan
Menurut Soeharsono (1976) organisme yang sedang tumbuh mengalami

perubahan konformasi, berat atau ukuran tubuhnya dengan cara sangat teratur.
Pertumbuhan merupakan menifestasi dari perubahan-perubahan unit pertumbuhan
terkecil yaitu sel yang mengalami perbanyakan atau pertambahan jumlah
(hyperplasi) dan bertambah besarnya ukuran (hypertrophy) (Maynard dan Loslie,
1981). Mc Donald dkk., (1988) menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan
perubahan dalam berat badan yang meliputi perubahan bagian-bagian komponen
karkas yaitu daging, lemak, dan kulit dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Selanjutnya Ensminger (1997) memberikan pengertian bahwa pertumbuhan
merupakan perubahan jaringan tulang-tulang, organ-organ bagian dalam serta
bagian-bagian lain dari tubuh. Menurut Yasin (1111) pada kehidupan embrio, kedua
proses yang meliputi hyperplasi dan hypertrophy terjadi pada semua sel. Pada
individu dewasa dapat ditemui tiga macam sel, yaitu :
1.

Sel permanen yang terdapat di urat syaraf. Sel tersebut tidak membagi lagi
jauh sebelum individu dilahirkan dan jumlahnya tidak bertambah sesudah
individu dilahirkan.

2.

Sel stabil, yang terus membagi dan bertambah jumlahnya selama


pertumbuhan akan tetapi pembagiannya berhenti dan jumlah menjadi tetap bila
individu menjadi dewasa. Sel tersebut merupakan sel pada sebagian besar alatalat tubuh.

3.

Sel labil, terdiri dari jaringan-jaringan epitel dan epidermis yang terus
membagi dan bertambah dalam bentuk sepanjang kehidupan. Pada individu
dewasa prosesnya hanya terbatas pada pergantian sel-sel yang telah usang.
Ketiga macam sel tersebut mengalami hypertrophy selama pertumbuhan dan
beberapa daripadanya dapat membesar sesuai dengan kebutuhan faali tertentu.

Nutrisi pertumbuhan

Misalnya saja pembesaran urat daging dapat ditingkatkan dengan cara latihan.
Sel ginjal indivudi dewasa dapat mengalami pembesaran bila ginjal tersebut
bekerja berat. Kesanggupan sel individu dewasa untuk mengalami hypertrophy
berkurang dengan bertambahnya umur.
Ada pun beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya :
1.

Genetik
Potensi genetik merupakan faktor kelanggengan yang diperoleh setiap
individu dari masing-masing induk dan bapaknya (Soeharsono,1976). Lain
halnya dengan pendapat North dan Bell (1990), bahwa untuk broiler
pertumbuhan itu 45 persen dipengaruhi oleh lingkungan dan 55 persen
dipengaruhi oleh genetik. Faktor genetik merupakan faktor pembatas bagi
penampilan produksi seekor ayam. Ayam broiler merupakan hasil perkawinan
silang dengan sistem seleksi yang berkelanjutan, sehingga mutu genetiknya
boleh dikatakan cukup memuaskan. Mutu genetik yang baik akan muncul secara
maksimal apabila didukung dengan kondisi lingkungan yang maksimal pula
(Abidin, 2003).

2.

Ransum
Ransum adalah pakan yang diberikan pada ternak untuk periode 24 jam
(Hartadi, 1990). Lebih lanjut dijelaskan Wahyu (1992) bahwa ransum merupakan
salah satu faktor yang menduduki prioritas utama dalam menentukan kecepatan
pertumbuhan. Dengan ransum yang berkualitas baik, proses metabolis yang
terjadi di dalam tubuh ternak akan berlangsung secara sempurna, sehingga akan
menghasilkan pertumbuhan yang sesuai dengan harapan (Ichwan, 2003). Supaya
memperoleh pertumbuhan yang baik, salah satu faktor yang perlu diperhatikan
yaitu kandungan protein dan energi dalam ransum, karena imbangan antara
energi dan protein tidak tepat akan mengganggu laju petumbuhan (Mihardja,
1981). Ransum dikatakan berkualitas tinggi apabila mengandung zat-zat nutrisi
dan energi metabolis dari tiap campuran bahan pakan berada dalam
keseimbangan (Lesson dan Summers., 2001). Kandungan energi dan protein

Nutrisi pertumbuhan

dalam ransum telah banyak disarankan oleh beberapa ahli. Lesson dan Summers
(2001) menyarankan kandungan energi metabolis dan protein dalam ransum
starter adalah 2800 Kkal/Kg dengan protein 21 persen, finisher adalah 3300
Kkal/Kg dengan protein 24,9 persen, sedangkan Daghir (1995) menyarankan
energi rasum periode finisher adalah 3000 Kkal/Kg dengan protein 22 persen,
energi finisher adalah 3050 Kkal/Kg dengan protein 20 persen, dan North dan
Bell (1990) menyarankan energi starter dan finisher 3200 Kkal/Kg dengan
protein starter 20 persen dan finisher 23 persen.
3.

Temperatur dan Kelembaban Udara


Secara tidak langsung temperatur berpengaruh terhadap performan ayam
broiler. Seperti yang dikemukakan oleh Soeharsono (1976) dan Wahju (1992)
bahwa temperatur lingkungan memegang peranan penting karena hal tersebut
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan efisiensi penggunaan ransum. Ayam
broiler akan tumbuh optimal dan efisien apabila dipelihara pada temperatur yang
ideal. Temperatur lingkungan ideal untuk tumbuh broiler berkisar 19-21oC
(Rasyaf, 1999). Menurut Soeharsono (1976) bahwa untuk dataran tinggi
(Bandung dan Lembang, 700 - 1000 meter diatas permukaan laut) sangat
menunjang pertumbuhan ayam broiler, karena temperatur di dataran tinggi
berkisar 19-26oC. Pertumbuhan dan efisiensi ransum yang maksimal tidak akan
tercapai bila unggas dipelihara di bawah atau diatas temperatur lingkungan yang
optimal untuk unggas tersebut.
Pada kondisi daerah tropis yang temperaturnya relatif tinggi unggas
cenderung menurunkan konsumsi ransum, akibatnya pertumbuhan menurun,
oleh karena itu unggas yang dipelihara di daerah tropis perlu diberi ransum yang
berkualitas baik, untuk menekan sekecil mungkin terjadinya penurunan laju
pertumbuhan (Wahju dan Sugandi, 1979). Menurut Mihardja (1981), dalam
kaitannya dengan pertumbuhan, kelembaban 60 persen dan 80 persen pada
temperatur 15,5oC dan 37,7oC tidak mempengaruhi

Nutrisi pertumbuhan

pertumbuhan maupun

konversi ransum. Abidin (2003) menyatakan bahwa kelembaban udara yang


tinggi (lebih dari 85 persen) berdampak kurang baik terhadap pertumbuhan
ayam.
Pertumbuhan biasanya mulai perlahan-lahan kemudian berlangsung lebih
cepat dan akhirnya perlahan-lahan kembali atau sama sekali berhenti. Pola tersebut
menghasilkan kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid (berbentuk-S). Jalannya
pertumbuhan setelah lahir pada semua spesies ternak pada umumnya hampir sama.
Laju pertumbuhan dari lahir sampai dewasa sangat dipengaruhi oleh jumlah asupan
nurisi yang dikonsumsi dan dipengaruhi pula oleh kesehatan ternak.
Kekurangan zat makanan memperlambat puncak pertumbuhan urat daging
dan memperlambat laju penimbunan lemak, sedangkan makanan yang sempurna
mempercepat terjadinya laju puncak dari kedua-duanya. Bangsa di dalam spesies
bervariasi dalam laju kedewasaannya, seperti halnya individu ini dalam bangsa.
Meskipun hewan tingkatan tinggi, termasuk hewan ternak, mempunyai
susunan faali yang sangat kompleks, seperti susunan kelenjar endokrin dan susunan
syaraf pusat, ia tidak sanggup membuat berbagai zat yang dibutuhkan untuk
kehidupannya sehari-hari. Zat-zat tersebut harus diperoleh untuk sumber-sumber di
luar tubuhnya.
2.2.

Peranan Zat-Zat Nutrisi Bagi Ternak Unggas

2.2.1. Peranan Karbohidrat


Karbohidrat adalah zat organik utama yang terdapat dalam tumbuhtumbuhan dan biasanya mewakili 50 sampai 75 persen dari jumlah bahan kering
dalam bahan makanan ternak. Karbohidrat sebagaian besar terdapat dalam biji, buah
dan akar tumbuh-tumbuhan. Zat tersebut terbentuk oleh proses fotosintesis, yang
melibatkan kegiatan sinar matahari terhadap hijau daun. Hijau daun merupakan zat
fotosintetik aktif pada tumbuh-tumbuhan. Zat tersebut merupakan molekul rumit
dengan suatu struktur serupa berupa dengan struktur hemoglobin, yang terdapat
dalam darah hewan. Hijau daun mengandung magnesium; hemoglobin mengandung

Nutrisi pertumbuhan

besi. Lebih terperinci lagi, karbohidrat dibentuk dari air (H2O) berasal dari tanah,
karbon dioksida (CO2) berasal dari udara dan energi berasal dari matahari. Suatu
reaksi kimiawi sederhana yang memperlihatkan suatu karbohidrat (glukosa)
disintesis oleh fotosintesis dalam tumbuh-tumbuhan (anggorodi, 1985).
Karbohidrat merupakan struktur kimiawi kompleks terdiri dari pati, selulosa,
pentosa, beberapa gula, dan bentuk-bentuk lain. Fungsi karbohidrat pada ternak
unggas adalah sebagai sumber energi dan panas serta disimpan sebagai lemak bila
jumlahnya berlebihan. Butir-butiran dan hasil ikutannya merupakan sumber utama
karbohidrat dalam ransum ternak unggas (anggorodi, 1995).
Hasil akhir pencernaan karbohidrat adalah gula-gula sederhana dan hasil
akhir metabolis karbohidrat adalah air, karbon dioksida, dan energi. Beberapa
produk biokhemis yang dihasilkan dari metabolis karbohidrat dapat bertindak
sebagai katalisator, memacu oksidasi dan merupakan bahan pemula untuk sintesis
biologik senyawa jenis lainnya dalam tubuh, seperti asam-asam lemak dan asamasam amino tertentu.
Karbohidrat digolongkan sebagai monosakarida (gula-gula sederhana),
disakarida (dua molekul gula-gula sederhana), trisakarida (tiga molekul gula-gula
sederhana) dan polisakarida (banyak molekul gula-gula sederhana).
Monosakarida adalah gula-gula sederhana yang mengandung lima atau enam
atom karbon dalam molekulnya. Zat tersebut larut dalam air. Monosakarida yang
mengandung enam karbon mempunyai formula molekul C6H12O6. termasuk di
dalamnya glukosa terdapat pada tumbuh-tumbuhan, buah masak, jagung manis, dan
sebagainya. Pada hewan zat tersebut terutama terdapat dalam darah yang pada
konsentrasi tertantu adala sangat vital untuk kehidupan. Orang sakit dapat diberi
makan dengan menginfus glukosa langsung ke peredaran darah.
Disakarida adalah karbohidrat yang mengandung dua molekul gula-gula
sederhana. Mempunyai formula umum C12H22O11. Karenanya zat tersebut mewakili
dua molekul gula sederhana minus air (dua atom hydrogen dan satu atom oksigen).
Disakarida yang sangat penting adalah sukrosa, maltosa, dan laktosa.

Nutrisi pertumbuhan

Sukrosa ditemukan dalam ubi manis atau gula tebu dan tiap molekul
mengandung satu molekul glukosa (dekstrosa) dan satu molekul fruktosa (levulosa).
Sukrosa rasanya sangat manis dan lazimnya digunakan untuk membuat manis bahan
makanan, jadi merupakan gula yang digunakan sehari-hari dan digunakan untuk
masak. Sukrosa terdapat pula dalam buah-buahan masak, dan getah pohon serta
tersebar luas di alam.
Maltosa ditemukan dalam biji yang sedang tumbuh dan mengadung dua
molekul glukosa. Gula tersebut manisnya kurang lebih sepertiga manisnya sukrosa.
Laktosa adalah gula susu dan hanya terdapat dalam susu (atau hasil-hasil dari
susu). Zat tersebut terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul galaktosa.
Laktosa tidak dapat digunakan ayam karena sekresi pencernaan ayam tidak
mengandung enzim laktosa yang diperlukan untuk mencerna laktosa.
Trisakarida terdiri dari tiga molekul monosakarida yaitu galaktosa, fruktosa,
dan glukosa. Raffinosa adalah suatu trisakarida yang terdapat dalam gula biet dan
biji kapas.
Polisakarida mempunyai formula kimiawi umum (C6H10O5)n. Berarti bahwa
zat tersebut mengandung banyak molekul gula-gula sederhana. Kedua golongan
utama polisakarida adalah pati dan selulosa, meskipun masih ada golongan-golongan
lebih kecil lainnya yang kurang penting. Selulosa merupakan kelompok organik
terbanyak di alam dan hampir 50 persen zat organik dalam tumbuh-tumbuhan diduga
terdiri dari selulosa. Meskipun selulosa dan pati kedua-duanya adalah polisakarida
yang terdiri dari unit-unit glikogen, ayam hanya mempunyai enzim yang dapat
menghidrolisa pati. Karenanya selulosa tidak dapat dicerna sama sekali. Pada ayam
selulosa lebih banyak digunakan untuk membatasi penggunaan zat-zat makanan,
terutama pertumbuhan ayam dara. Sedangkan pati merupakan satu-satunya zat yang
penting dalam metabolis ternak unggas. Zat tersebut sering disebut glikogen.
Peranan glikogen dalam tubuh ternak unggas terutama adalah sebagai penyimpan
karbohidrat, sama halnya peranan pati dalam sel tumbuh-tumbuhan. Glikogen
terdapat dalam jumlah kecil dalam hati dan sel-sel otot, yang berfungsi dalam

Nutrisi pertumbuhan

mekanisme homostastik pengaturan kadar glukosa darah dan sebagai sumber energi
bagi otot. Glikogen tidak di cerna akan tetapi di rombak oleh enzim fosforilase
dengan membentuk glukosa-6-fosfat.
Sebagian besar karbohidrat akhirnya akan dipecah menjadi glukosa atau
monosakarida lainnya dalam usus halus dan diangkut ke hati untuk di ubah menjadi
glikogen nila tubuh unggas memerlukannya. Dengan cara demikian hati mengatur
kadar gula darah dan apabila kadar gula darah darah tersebut cenderung menurun,
glikogen akan dikerahkan, mencegah hipoglikemi (kadar glukosa darah terlalu
rendah). Atau apabila kadar darah meninggi, glikogen akan dibentuk dalam hati,
mencegah hiperglikemi (kadar darah terlalu tinggi).
Apabila jumlah karbohidrat yang dapat digunakan tubuh dalam bentuk energi
atau yang disimpan di hati dalam bentuk glikogen berlebihan, maka kelebihan
tersebut akan diubah ke dalam lemak tubuh. Sindroma hati berlemak merupakan
kasus khusus penyimpanan kelebihan karbohidrat atau lemak dalam bentuk lemak
hati atau lemak tubuh.
Pencernaan karbohidrat
Setelah makanan yang dihaluskan bergerak melalui empedal ke lekukan
duodenal maka getah pankreatik dikeluarkan dari pankreas ke dalam lekukan
duodenal. Pada waktu yang bersamaan, garam empedu alkalis yang dihasilkan dalam
hati dan disimpan dalam kantong empedu dikeluarkan pula ke dalam lekukan
duodenal. Garam empedu menetralisir keasaman isi usus di daerah tersebut dan
kenghasilkan keadaan yang alkalis. Tiga macam enzim pencernaan dikeluarkan ke
dalam getah pankreas. Salah satu di antaranya adalah amilase yang memecah pati ke
dalam disakarida atau gula-gula kompleks. Apabila makanan melalui usus kecil
maka sukrase dan enzim-enzim yang memecah gula lainnya yang dikeluarkan di
daerah ini selanjutnya menghidrolisir atau mencerna senyawa-senyawa gula ke
dalam gula-gula sederhana, terutama glukosa. Gula-gula sederhana adalah hasil
akhir penceranaan karbohidrat.

Nutrisi pertumbuhan

Pati dan gula mudah dicerna oleh unggas sedangkan pentosan dan serat kasar
sulit dicerna. Saluran pencernaan pada unggas adalah sedemikian pendeknya dan
perjalanan makanan yang melalui saluran tersebut begitu cepatnya sehingga jasad
renik mempunyai waktu sedikit untuk mengerjakan karbohidrat yang kompleks.

Gambar 1. menggambarkan penggunaan karbohidrat dalam tubuh

2.2.2

Peranan Protein
Protein seperti halnya karbohidrat dan lemak mengandung karbon, hidrogen,

dan oksigen, akan tetapi sebagai tambahan, protein mengandung pula nitrogen.
Beberapa protein mengandung sulfur dan fosfor. Karena protein mengandung sekitar
16 % nitrogen, maka jumlah protein dalam ransum dapat diperkirakan dengan
menentukan jumlah nitrogen dalam ransum dan cara mengkalikannya dengan 6,25

Nutrisi pertumbuhan

(100 : 16 = 6,25). Protein yang ditentukan dengan cara demikian disebut protein
kasar. Bagaimanapun, cara tersebut hanya memberikan suatu perkiraan, karena
dianggap bahwa semua protein mengandung 16% nitrogen dan bahwa semua
nitrogen ada dalam bentuk protein. Tidak ada anggapan yang tepat seratus persen.
Protein adalah unsur pokok alat tubuh dan jaringan lunak tubuh ternak
unggas. Zat tersebut diperlukan untuk pertumbuhan, pengelolaan, dan produksi telur
serta merupakan bagian semua enzim dalam tubuh. Kebutuhan protein sehari-hari
pada ayam yang sedang tumbuh dibagi dalam tiga bagian, yaitu protein yang
diperlukan untuk pertumbuhan jaringan, protein untuk hidup pokok, dan protein
untuk pertumbuhan bulu.
Pertumbuhan jaringan
Karena karkas ayam mengandung lebih kurang 18% protein, maka
kebutuhan protein sehari-hari untuk pertumbuhan jaringan dapat dihitung dengan
mengkalikan pertambahan bobot badan per hari (dalam gram) dengan 0,18 (18%
protein dalam jaringan) dan membagikan dengan 0,55 (55% efisiensi penggunaan
protein bahan makanan).
Hidup Pokok
Kehilangan nitrogen endogen pada ayam telah ditetapkan sekitar 250 mg
nitrogen per kg bobot badan. Dengan mengkalikan nitrogen tersebut 6,25
menunjukan 1600 mg protein telah hilang per kg bobot badan per hari. Oleh karena
itu kebutuhan protein makanan untuk hidup pokok dapat dihitung dengan
mengkalikan bobot badan dalam gram dengan 0,0016 dan membaginya dengan 0,55.
Pertunbuhan bulu
Pada umur tiga minggu, banyaknya bulu adalah sekitar 4% dari bobot badan.
Persentase tersebut meningkat menjadi lebih kurang 7% pada umur 4 minggu dan
sesudah itu menjadi relative tetap. Kandungan protein bulu adalah lebih kurang
82%. Jadi kebutuhan protein sehari-hari untuk produksi bulu dapat ditentukan
dengan mengkalikan persentase berat bulu (0,04 atau 0,07) dengan pertambahan

Nutrisi pertumbuhan

10

bobot badan sehari-hari dalam gram kemudian mengkalikan angka-angka tersebut


dengan 0,82 (persentase protein dalam bulu) dan membaginya dengan 0,55%.

Tabel 1. Kebutuhan Asam Amino Anak Ayam dan Ayam Petelur

Anak ayam broiler


Asam amino
Arginin
Histidin
Isoleusin
Leusin
Lisin
Methionin
Sistin
Fenilalanin
Tirosin
Threonin
Triptofan
Valin
Tingkatan
protein yang
diberlakukan

Protein
%
5,0
2,0
4,0
7,0
5,0
2,0
1,5
3,5
3,0
3,5
1,0
4,3

Ransum
%
1,16
0,47
0,87
1,63
1,16
0,47
0,35
0,82
0,70
0,82
0,23
1,00

23,3

Broiler
Ransum
%
1,02
0,41
0,82
1,43
1,02
0,41
0,31
0,72
0,62
0,72
0,21
0,88

Protein
%
5,0
1,9
4,2
7,5
4,0
2,0
1,6
4,4
2,0
3,5
1,0
3,5

20,5

18,0

Ayam petelur dan


ayam bibit**
Fase I
Fase II
%
Ransum
0,90
0,80
0,34
0,30
0,76
0,67
1,35
1,20
0,72
0,64
0,36
0,32
0,29
0,26
0,79
0,70
0,36
0,32
0,63
0,56
0,18
0,16
0,63
0,56
16,0

** selama Fase I dan Fase II jumlah pengambilan protein sehari-hari berturut-turut dianjurkan sebesar
18 dan 16 gram. Oleh karenanya nilai-nilai tersebut mewakili pula jumlah pengambilan sehari-hari
yang dianjurkan untuk asam-asam amino. Fase I adalah periode dari mulai bertelur sampai umur
empat puluh dua minggu. Fase II adalah periode setelah umur empat puluh dua minggu.
Sumber : Wahju, 1992

Pencernaan protein
Pada waktu bahan makanan dihaluskan dan dicampur di dalam empedal,
campuran pepsin hidrokhlorik memecah sebagian protein ke dalam bagian-bagian

Nutrisi pertumbuhan

11

yang lebih sederhana seperti proteosa dan pepton. Pada saat lemak dan karbohidrat
dicerna dalam lekukan duodenal maka tripsin getah pancreas memecah sebagian
proteosa dan peptone ke dalam hasil-hasil yang lebih sederhana, yaitu asam-asam
amino. Erepsin yang dikeluarkan ke dalam usus halus melengkapi percernaan hasil
pemecahan protein ke dalam asam-asam amino. Zat-zat tersebut merupakan hasil
akhir percernaan protein.

Nutrisi pertumbuhan

12

Gambar 2. menggambarkan penggunaan protein dalam tubuh

Gejala dan tanda-tanda defisiensi protein atau asam amino esensial


Pada ayam yang sedang tumbuh suatu defisiensi protein ringan atau salah
satu asam amino esensial hanya mengakibatkan pertumbuhan menurun, berbanding
langsung dengan derajat defisiensi. Karena tingkatan protein diucapkan dalam istilah
kandungan energi ransum, maka defisiensi protein menyebabakan kenaikan dalam
penimbunan lemak dalam jaringan disebabkan oleh ketidak sanggupan ayam untuk
menggunakan energi secara produktif karena ransum tidak cukup mengandung
protein atau asam amino untuk pertumbuhan optimum atau produksi. Jadi ayam
harus mengubah energi yang berlebihan ke dalam lemak.
Suatu defisiensi protein yang parah atau suatu asam amino mengakibatkan
penghentian pertumbuhan dengan segera dan kehilangan pertumbuhan yang
mencolok. Kehilangan pertumbuhan tersebut berjumlah sekitar 6-7% dari bobot
badan per hari.
2.2.3. Peranan energi
Energi dibutuhkan untuk semua proses-proses faali pada hewan, yaitu
pergerakan, pernafasan, peredaran, penyerapan, ekskresi, susunan syaraf, reproduksi,
dan pengaturan suhu, pendeknya semua proses-proses kehidupan.
Hewan yang dipelihara untuk tujuan-tujuan produksi harus diberi makan
untuk mempertahankan hidup karena merupakan kebutuhan pokok yang harus
dipenuhi. Kebutuhan hidup pokok untuk energi termasuk di dalamnya keperluan
untuk metabolis basal dan aktivitas normal.
Energi yang dibutuhkan ayam untuk pertumbuhan jaringan tubuh, produksi
telur, melakukan aktivitas fisik vital dan mempertahankan suhu normal, berasal dari
karbohidrat, lemak, dan protein dalam ransum. Energi ransum yang dikonsumsi
hewan dapat digunakan dalam 3 cara yang berbeda, dapat menyediakan energi untuk
kerja, dapat dirubah menjadi panas atau dapat disimpan sebagai jaringan tubuh.

Nutrisi pertumbuhan

13

Energi ransum yang melebihi energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal
dan fungsi-fungsi lainnya dalam tubuh disimpan sebagai lemak. Kelebihan energi
metabolis tidak dapat dikeluarkan oleh tubuh hewan.
Energi untuk pertumbuhan berkisar antara 1,5-3,0 kkal per gram
pertambahan bobot badan. Hal ini tergantung dari jumlah lemak dalam hubungannya
terhadap protein pada pertambahan bobot badan. Jumlah kebutuhan energi metabolis
ayam dara Leghorn Putih per hari telah dihitung untuk berbagai fase pertumbuhan.
Meskipun jumlah kebutuhan pada ayam-ayam jantan yang sedang tumbuh
adalah tinggi dalam kilokalori per hari, ayam-ayam jantan tersebut dapat
memperoleh kebutuhannya dengan mengkonsumsi lebih banyak ransum yang sama
yang diberikan untuk ayam betina setiap harinya. Laju pertumbuhan, metabolis
basal, jenis jaringan yang ditimbun dan efisiensi penggunaan ransum, semuanya
sedikit banyak ditentukan oleh kadar sekresi bermacam-macam hormone, terutama
hormone pertumbuhan thiroksin dan hormone kelamin.

Nutrisi pertumbuhan

14

Gambar 3. menggambarkan penggunaan dan penyebaran energi yang dikonsumsi ayam

Gejala defisiensi energi


Pertumbuhan ayam berkurang dan jumlah lemak yang ditimbun dalam
karkas menurun, fungsi-fungsi tubuh vital untuk hidup pokok akan terpengaruhi dan
tidak menutup kemungkinan hewan itu akan mati.
Pada kondisi kekurangan energi, penimbunan energi dalam tubuh digunakan
berturut-turut sebagai berikut: pertama-tama glikogen yang biasanya dalam jumlah
sedikit disimpan dalam tubuh telah dihabiskan, kedua sebagian besar cadangan
lemak dihabiskan, dan akhirnya jaringan-jaringan protein digunakan untuk
mempertahankan kadar gula darah dan untuk membantu fungi-fungsi vital lainnya.
2.2.4. Peranan lemak
Lemak merupakan suatu bentuk untuk menyimpan energi dalam tubuh dan
dalam telur. Pada hewan yang sangat kurus, persentase lemak jarang di bawah 6,
sedangkan pada hewan yang sedang gemuk, persentase tersebut dapat naik sampai
40. dalam bahan makanan dan dalam tubuh sering terdapat senyawa-senyawa lain
bersama-sama dengan lemak. Senyawa-senyawa tersebut di antaranya adalah lilin,
fosfolipida dan juga berbagai zat vitamin. Hanya lemak murni sajalah merupakan
sumber energi baik bagi hewan.
Pencernaan lemak
Sebagian lemak yang ditelan unggas dihidrolisis dalam usus menjadi monodan digliserida. Sebagian lagi dihidrolisa menjadi asam lemak dan gliserol. Apabila
lemak sampai ke dalam usus halus, enzim yang mencerna lemak yaitu lipase, akan
membagi lemak tersebut menjadi asam lemak dan gliserol.
Gliserol akan menuju ke hati dan digunakan tubuh seperti halnya glukosa.
Sebagian asam lemak hasil metabolis akan bergabung dengan empedu yang

Nutrisi pertumbuhan

15

disekresi hati dan disimpan dalam kantong empedu. Karena reaksi empedu adalah
alkalis, maka empedu tersebut akan bergabung dengan asam lemak dan akan
terbentuk sabun yang akan diserap melalui system limfatik (pengaliran getah
bening).
Sebagian asam lemak setelah memasuki dinding usus akan bergabung
kembali dengan gliserol dengan membentuk butir-butir kecil lemak. Lemak tersebut
berbeda dengan lemak yang terdapat dalam ransum, tetapi mempunyai sifat-sifat
masuki system limfatik dan diserap sebagian lemak netral.
Sebagian lemak yang masuk ke dalam usus halus, tidak terurai menjadi asam
lemak da ngliserol, akan tetapi langsung diserap dalam bentuk lemak-lemak emulsi
sangat kecil. Sebagian besar lemak akan menuju hati, akan tetapi sebagian dari
lemak tersebut langsung ditimbun dalam jaringan.
Asam-asam lemak akan memasuki siklus asam sitrat dalam bentuk asam
asetat. Enzim yang disebut ko-enzim A, membantu menyempurnakan pekerjaan
tersebut. Ko-enzim A mengandung asam pantothenat yang tergolong ke dalam
vitamin B-kompleks. Lemak yang diserap dapat disimpan langsung dalam jaringan
lemak atau dipindahkan ke lemak telur.

Nutrisi pertumbuhan

16

Gambar 4. menggambarkan penggunaan lemak dalam tubuh

Gejala defisiensi lemak


Sebagian besar asam lemak dapat disintesis di dalam tubuh. Namun, asam
lemak linoleat danarkhidonat tidak dapat disintesis sehingga haris terdapat dalam
pakan (esensial). Apabila pakan defisien asam lemak linoleat esensial, menyebabkan
pertumbuhan terhambat, akumulasi lemak di hati, dan lebih mudah terserang infeksi
pernafasan. Pada ayam petelur, defisien asam lemak arakhidonat mengakibatkan
ukuran telur kecil dan daya tetas rendah. Asam lemak arakhidonat dapat disintesis
dari asam lemak linoleat.
2.2.5. Peranan Mineral
Agar tubuh ternak unggas dapat berfungsi dengan sempurna, maka sebagai
tambahan terhadap protein, lemak, dan karbohidrat, diperlukan pula zat-zat mineral
dalam jumlah lebih sedikit untuk mencegah penyakit-penyakit defisiensi. Zat-zat
mineral tersebut merupakan zat nutrisi, yang karena jumlahnya relatif sedikit dalam
tubuh, sering tidak dapat dibedakan dengan vitamin.
Beberapa zat mineral merupakan bagian esensial ransum hewan, tumbuhtumbuhan, atau mikroorganisme. Zat-zat mineral yang dibutuhkan dalam jumlah
besar digunakan untuk sintesis jaringan structural, sedangkan zat-zat mineral yang
diperlukan dalam jumlah sedikit umumnya berfungsi sebagai bagian susunan enzim.
Zat mineral esensial adalah zat mineral yang telah membuktikan mempunyai
fungsi metabolik dalam tubuh unggas. Bukti bahwa suatu mineral khusus adalah

Nutrisi pertumbuhan

17

esensial, didasarkan atas penelitian dengna satu atau lebih spesies hewan yang diberi
ransum cukup nutrisi, kecuali zat mineral yang diteliti untuk menimbulkan gejalagejala defisiensi. Gejala defisiensi tersebut kemudian dicegah dengan menambahkan
zat mineral yang diteliti ke dalam ransum.
Pada umumnya zat-zat mineral disusun ke dalam dua golongan, yaitu
mineral makro dan mineral mikro. Zat mineral mikro esensial betul-betul dibutuhkan
untuk metabolis normal sel-sel tubuh.
Adapun fungsi umum mineral dalam tubuh :
1. Membentuk bagian dari kerangka, gigi dan hemoglobin.
2. Berfungsi dalam mempertahankan keseimbangan asam basa yang tepat
dalam cairan tubuh dan karenanya esensial untuk kehidupan.
3. Mempertahankan

tekanan

osmotic

sellulair

yang

diperlukan

untuk

pemindahan zat-zat makanan melalui selaput sel.


4. Mempertahankan kontraksi yang tepat dari urat daging, teristimewa
kontraksi dari janting, dan memainkan peranan penting dalam berfungsinya
urat syaraf secara normal.
5. Mempertahankan keasaman yang tepat dari getah pencernaan sedemikian
rupa sehingga enzim pencernaan dapat menunaikan fungsinya yang
diperlukan.
6. Mencegah kekejangan.
7. Ada hubungannya dengan fungsi vitamin tertentu dalam pembentukan
tulang.
Berdasarkan hasil penelitian di Amerika Serikat menurut seorang ahli, bahwa
unggas memerlukan tujuh macam mineral yang pokok disamping mineral-mineral
lainnya, sebab ke tujuh mineral tersebut selalu kekurangan di dalam ransum. Mineral
terseut adalah Kalsium, Posphor, Natrium, Khlor, Besi, Seng, Iodium. Sedangkan
Anggorodi menambahkan lagi dua mineral yaitu Magnesium, dan Mangan.

Nutrisi pertumbuhan

18

Mineral
Kalsium (P)
Posphor

Natrium (Na)
Khlor (Cl)
Besi (znFe)
Seng (Zn)

Iodium (J)
Mangnesium (Mg)
Mangan (Mn)

Fungsi
Pembentukan kulit telur
Pertumbuhan dan hidup pokok
pembentukan tulang dan kerangka
metabolis lemak dan karbohidrat
bagian sel hidup
pengangkutan asam lemak
penghantar implus syaraf dan dalam kontraksi otot
mengatur metabolis air
pengontrol keseimbangan asam basa
mengatur tekanan osmotic
pembawa oksigen
produksi dan reproduksi
pertumbuhan
- zat mineral esensial untuk pembentukan hormon
thyroxin dalam glandula thyroidea.
- Activator enzim metabolis karbohidrat
pencegahan perosis
pertumbuhan
produksi telur
daya tetas
perkembangan tulang
kualitas kulit telur

2.2.6. Peranan Vitamin


Ayam sangat peka terhadap defisiensi vitamin. Sebabnya adalah ayam sedikit
sekali mendapat vitamin yang di sintesis oleh mikroorganisme di dalam saluran
pencernaan, ayam membutuhkan banyak sekali vitamin-vitamin untuk reaksi-reaksi
metabolik dalam tunuh hewan, perusahaan-perusahaan unggas yang besar sering
menghadapi cekaman-cekaman sehingga meningkatkan kebutuhan vitamin-vitamin
karena ayam itu membutuhkan vitamin yang tinggi dan memperlihatkan gejala
defisiensi yang khas, memegang peranan yang penting sebagai hewan.
Vitamin adalah zat katalik esensial yang tidak dapat di sintesis tubuh dalam
metabolisnya, maka dari itu harus diperoleh dari luar. Keperluan utama zat-zat

Nutrisi pertumbuhan

19

vitamin pada aneka ternak unggas adalah untuk pertumbuhan, kesehatan, konversi
ransum, reproduksi, dan kelangsungan hidup.
Vitamin digolongkan menjadi dua, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan
vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E,
dan K, sedangkan vitamin yang larut dalam air yaitu tiamin, riboflavin, asam
nikotenat, folasin, biotin, asam pentotenat, pyridoxine, vitamin B12 dan koline.
Tidak seperti protein dan energi, vitamin dikonsumsi oleh hewan dalam
jumlah yang sangat sedikit per hari. Biasanya vitamin ditambahkan ke dalam ransum
dalam jumlah yang lebih banyak dan pada kebutuhan minimum dengan demikian
kebuthan vitamin untuk ayam tidak dinyatakan per ekor per hari, akan tetapi
dinyatakan dalam milligram atau satuan lain per kilogram ransum. Kebutuhan ini
ditentukan pada tingkat yang cukup tinggi dengan memperhitungkan fluktuasi
temperature lingkungan, kandungan energi dalam bahan makanan, atau faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi konsumsi makanan, atau dapat mempengaruhi
vitamin dengan jalan lain.
Tabel 2. Kebutuhan vitamin minimum untuk unggas per Kg ransum*

Ayam
Starter
(0-8 minggu)
(LU)
A
D
E
(mg)
K1
B1
B2
B6
B12
As. Pantotenat
As. Nikotenat (niasin)
As. Folat
Biotin
Kolin

Ayam
Pertumbuhan
(8-18 minggu)

Petelur

Ayam Bibit
(breedinghens)

1500
200
10

1500
200
5

4000
500
5

4000
500
110

0,5
1,8
3,6
3,0
0,009
10
27
0,55
0,09
1300

0,5
1,3
1,8
3,0
0,003
10
11
0,25
0,10
500

0,5
0,8
2,2
3,0
0,003
2,2
10*
0,25
0,10
500

0,5
0,8
3,8
4,5
0,003
10
10*
0,35
0,15
500

* Ransum yang mengandung 0,15 %

Nutrisi pertumbuhan

20

** Sumber Wahju, 1992

Vitamin dibutuhkan untuk reaksi-reaksi metabolik dalam tubuh. Beberapa zat


tertentu merintangi fungsi vitamin, disebut antimetabolik atau metabolik antagonis.
Misalnya, telur mengandung avidin, enzim yang merombak thiamin, terdapat dalam
beberapa ikan air tawar. Sebagian besar zat-zat tersebut menjadi tidak berfungsi bila
bahan makanan dimasak. Adanya anti metabolik atau antanonis metabolik dalam
bahan makanan, dapat membatasi ketersediaan zat-zat vitamin dan menaikan
kebutuhannya.
Beberapa vitamin di sintesis oleh mikroorganisme usus. Apabila tubuh diberi
obat-obatan sulfa dan antibiotik, mikroorganisme tersebut akan binasa dengan akibat
penurunan dalam sintesis vitamin dan kenaikan dalam kebutuhan. Bakteri lain dalam
usus menggunakan vitamin untuk keperluannya sendiri dan menimbulkan defisiensi
vitamin.
Lazimnya vitamin dalam ransum terikat pada protein atau lemak. Selama
pencernaan, vitamin tersebut mengalami perpecahan, vitamin tersebut mengalami
perpecahan dengan kemudian diserap. Karenanya vitamin yang terdapat dalam
bahan makanan yang tidak tercerna, tidak barguna bagi tubuh.
Vitamin A
Semua hewan membutuhkan vitamin A. vitamin tersebut tidak terdapat
dalam tumbuh-tumbuhan sebagai vitamin A, melainkan sebagai prekursornya yaitu
karoten. Senyawa tersebut lazimnya dinamakan provitamin A, karena dapat
mengubahnya ke dalam vitamin aktif.
Konversi provitamin A ke vitamin A terjadi dalam sel mukosa usus halus.
Demikianlah cara hewan untuk sebagian besar memenuhi kebutuhan vitamin A,
karena ransumnya terdiri terutama atau seluruhnya dari bahan makanan berasal
tumbuh-tumbuhan. Vitamin A sejati terdapat hanya dalam dunia hewan.
Vitamin A mempunyai hubungan dengan beberapa macam proses tubuh : (1)
stereoisomer dari retinol, disebut retinen, memegang peranan utama dalam

Nutrisi pertumbuhan

21

penglihatan. Vitamin A diperlukan untuk; (2) mencagah ataxia hebat pada ayam
muda; (3) pertumbuhan; (4) memelihara membaran mucous yang normal; (5)
reproduksi; (6) pertumbuhan yang baik dari matrix tulang; dan (7) tekanan cairan
cerebrospinal yang normal.
Vitamin A di dapat terutama dari minyak ikan dalam bentuk ester, dan dari
sintesis kimia industri. Vitamin sintesis biasanya di produksi dalam bentuk palmitas
retinil atau asetat.
Vitamin A berfungsi penting dalam pertumbuhan unggas, seperti vitamin A
penting untuk penglihatan dan reproduksi. Bila ayam diberi ransum yang
mengandung semua zat-zat makanan yang diketahui, tapi di dalamnya vitamin A
hanya dalam bentuk asam retionat, ayam tersebut bertumbuh dan berkembang secara
normal kecuali ayam tersebut lambat laun akan menjadi buta. Bila ayam yang buta
tersebut dipelihara dalam lingkungan yang baik akan tetap menjadi dewasa dan
bertelur. Produksi telur, besar telur dan kriteria-kriteria lain akan tetap normal, hanya
telurnya tidak mengandung vitamin A. Dan bila pada penetasan embrio akan rentan
mati bila defisiensi vitamin. Selain itu vitamin A juga berperan dalam pembentukan
tulang.
Bila ayam kekurangan vitamin A maka biasanya gejala akan timbul dalam 25 bulan, tergantung banyaknya vitamin A yang disimpan dalam hati dan dalam
jaringan lain dari tubuh. Bila defiiensi vitamin A berlangsung terus, ayam akan
menjadi kurus dan lemah dan bulu kusut. Kemudian terjadi penurunan produksi
yang sangat nyata dan lamanya waktu antara keluar telur menjadi meningkat. Daya
tetas menurun dan terjadi posisi salah dari embrio dan kematian embrio dalam telur
meningkat bila pada anak ayam terjadi kekurangan vitamin A maka gejala yang
terlihat akan seperti pertumbuhan lambat, mengantuk, lemah, keseimbangan tidak
ada, menjadi kurus dan pertumbuhan bulu yang kusut.
Vitamin D
Kebutuhan vitamin D3 untuk ayam tergantung dari sumber fosfor dalam
ransum, jumlah dan perbandingan kalsium terhadap fosfor dan lamanya penyinaran

Nutrisi pertumbuhan

22

hewan terhadap sinar matahari langsung. Para ahli memperlihatkan bahwa


penyinaran 11-45 menit sinar matahari tiap hari adalah cukup untuk melindungi
rakhitis (suatu kondisi yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D yang
mengakibatkan gangguan dalam perkembangan tulang) pada ayam yang sedang
tumbuh dan bahwa dalam kondisi demikian tidak ada peningkatan lebih lanjut dalam
pertumbuhan dengan cara menambah minyak hati ikan cod.
Kebutuhan vitamin D bagi unggas, seperti yang terlihat dalam tabel 2.
Adalah cukup tinggi untuk menghasilkan pertumbuhan normal, kalsifikasi, produksi
dan reproduksi tanpa adanya sinar matahari, dengan ketentuan bahwa ransum cukup
mengandung kadar kalsium dan fosfor. Kebutuhan untuk vitamin D sebagian besar
bergantung kepada imbangan kalsium dan fosfor. Bila imbangan ini berubah menjadi
sempit atau luas daripada imbangan optimum dari dua bagian kalsium terhadap
sebagian fosfor yang tersedia, kebutuhan vitamin D meningkat kalau ransum
mengandung sumber fosfor yang tersedia (available phosphorus) sangat kurang,
misalnya phytin fosfor atau bentuk-bentuk fosfor lainya yang rendah tingkat
tersedianya. Mikotoksin dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan vitamin D yang
sangat menyolok.
Gejala defisiensi vitamin D mulai timbul pada ayam petelur satu-dua bulan
sesudah kekurangan vitamin D. Gejala pertama terlihat pada kulit-kulit telur yang
tipis dan lembek diikuti segera dengan penurunan produksi telur dengan sangat
menurunya daya tetas. Defisiensi vitamin D juga dapat menyebabkan rakhitis
dimana menyerang pada hewan muda yang sedang tumbuh, yang metabolis kalsium
dan fosfornya terganggu dan terjadi tulang yang tidak sempurna. Pembentukan
tulang yang tidak sempurna tersebut akan menimbulkan persendian yang membesar
dan sakit, tulang-tulang panjang yang membengkak dan pembesaran persendian
kastokhondral tulang-tulang iga. Keretakan tulang akan timbul secara spontan dan
hal tersebut akan menyebabkan kematian.
Bila pada ayam, disamping pertumbuhan yang terlambat gejala defisiensi
vitamin D pada anak ayam adalah ricketsia yang ditandai dengan kelemahan yang

Nutrisi pertumbuhan

23

hebat dari kaki. Paruh dan jari menjadi lunak dan mudah dibengkokan, umumnya
terjadi antara dua-tiga minggu. Anak ayam berjalan dengan susah payah, mengambil
beberapa lengkah yang tidak stabil untuk berdiri pada posisi yang normal, kemudian
istirahat akan tetapi terlihat tidak ada keseimbangan. Pertumbuhan bulu sangat
kurang dan terlihat perwarnaan bulu yang abnormal pada ayam New Hamshire dan
bangsa-bangsa yang berwarna lainnya yang defisiensi vitamin D.
Vitamin E
Vitamin E merupakan zat nutrisi esensial untuk hewan tingkatan tinggi,
termasuk manusia. Vitamin tersebut kebanyakan terdapat dalam tumbuh-tumbuhan
dan dalam konsentrasi tertinggi dalam biji-bijian berminyak. Jaringan hewan
mengandung pula sedikit vitamin E, kebanyakan dalam bentuk -tokoferol. Aktivitas
vitamin E dalam bahan makanan berasal dari seri senyawa berasal tumbuhtumbuhan, yaitu tokoferol dan tokotrienol. Senyawa-senyawa tersebut dalam jumlah
bervariasi pada jaringan hewan.
Dalam keadaan normal, tokoferol siap diserap dari usus dan bila jumlahnya
berlebihan, akan disimpan dalam cadangan lemak tubuh atau sebagian besar
dikeluarkan dalam empedu akan tetapi sebagian kecil dalam urine. Vitamin E
kemungkinan diangkut dalam bagian-bagian lipoprotein darah.
Pada ayam yang sedang tumbuh, kekurangan vitamin E dalam ransum
mengakibatkan ensefalomalasi, gejala utama penyakit tersebut adalah kelemahan
dengan kaki-kakinya direntangkan keluar dan jari-jarinya dilengkungkan. Kepala
ditarik dan sering kali diputar ke samping. Sebelum anak ayam menderita secara
menyeluruh, jalannya dan pergerakan lainnya sering kali tidak teratur. Bila
dilakukan pembedahan terdapat luka-luka dalam serebellum dan kala dalam
serebum. Pada permukaan serebellum dapat ditemukan daerah-daerah nekrotis
berwarna kemerah-merahan atau kecoklat-coklatan. Dalam beberapa hal defisiensi
vitamin E menyebabkan busung air di bawah kulit dan jantung beserta pericardium.
Pada ayam dewasa defisiensi vitamin E yang berkepanjangan menimbulkan

Nutrisi pertumbuhan

24

kemandulan pada ayam jantan dan gangguan-gangguan reproduksi pada ayam


betina.
Vitamin K
Vitamin (koagulasi) diperlukan untuk sintesis prothrombin dan faktor-faktor
pembekuan darah lainnya dalam hati. Vitamin tersebut tersebar luas dalam dunia
tumbuh-tumbuhan, terutama dalam hijauan.
Kebutuhan vitamin K pada anak ayam didasarkan kepada ransum praktis
tanpa

ada

faktor-faktor

penghambat

seperti

sulfaquinoksalin

yang

dapat

mempertinggi kebutuhan akan vitamin tersebut. Bila dalam ransum atau dalam air
minum terdapat sulfaquinoksalin atau obat-obatan lainnya maka biasanya
ditambahkan menadion natrium bisulfit sebesar 2-3 gram per ton ransum.
Kekurangan vitamin K akan memperlambat pembekuan darah. Anak ayam
yang dalam ransumnya kekurangan vitamin K dapat mati karena pendarahan akibat
luka-luka yang menyebabkan pecahnya urat darah. Gejala defisiensi vitamin K
sering timbul pada anak ayam sekitar dua-tiga minggu setelah anak ayam mulai
makan ransum yang defisiensi vitamin K. Sulfaquinoksalin dalam ransum atau
dalam air minum mempertinggi parahnya gejala tersebut. Hemorrhagi dapat terlihat
pada dada, sayap, kaki, dalam rongga perut dan pada permukaan usus. Ayam dewasa
dapat mensintesis vitamin K dalam tubuhnya.
Vitamin B1 (Thiamin)
Vitamin B1 atau thiamin adalah vitamin yang larut dalam air pertama yang
diketahui dibutuhkan unggas. Vitamin tersebut merupakan senyawa khemis
sederhana mengandung cincin thiazol dan pirimidin. Thiamin mudah rusak oleh
panas dan kehilangan dalam jumlah besar dapat terjadi dalam peyediaannya bahan
makanan.
Thiamin berfungsi dalam tubuh sebagai koenzim kokarboksilase, yaitu
thiamin pirofosfat, dan kemungkinan pula sebagai koenzim kombinasi dengan asam
lipoat, lipothiamida. Koenzim thiamin adalah penting dalam dekarboksilasi asam keto, misalnya sebagai asam piruvat. Zat-zat yang terbentuk termasuk asam asetat,

Nutrisi pertumbuhan

25

asetil fosfat, dan aetil koenzim A. asetil koenzim A merupakan zat yang sangat
penting karena dalam siklus asam trikarboksilat menyediakan energi. Pada defisiensi
thiamin, piruvat berkumpul dalam darah dan jaringan dan terjadi perubahan dalam
imbangan laktat-piruvat.
Pada ayam dewasa defisiensi thiamin terlihat sekitar 3 minggu setelah ayamayam tersebut diberi ransum yang defisien akan thiamin. Pada ayam muda,
defisiensi dapat timbul sebelum umur 2 minggu. Pada ayam muda permulaan gejala
defisiensi timbul sekonyong-konyong, sedangkan pada ayam dewasa terjadinya
bertahap. Gelaja pertama adalah nafsu makan hilang (anoreksia) diikuti dengan
bobot badan turun, bulu kasar, kaki lemah, dan langkah yang tidak tetap. Ayam
dewasa sering kali memperlihatkan jengger berwarna biru. Apabila defisiensi lebih
parah, timbullah kelumpuhan kaki, dimulai dengan otot-otot fleksor jari dan
merembet ke atas, menyerang otot-otot ekstensor kaki, sayap dan leher. Ayam duduk
pada kaki-kakinya yang dibengkokkan dan menarik kepalanya ke belakang dalam
posisi memandang binatang. Penarikan kepala ke belakang terjadi karena
kelumpuhan otot leher anterior. Ayam tidak berdaya untuk berdiri atau duduk tegak
dan terguling ke lantai untuk kemudian berbaring dengan kepala tetap ditarik.
Dari semua zat-zat makanan, defisiensi vitamin B 1 mempunyai pengaruh
paling nyata terhadap nafsu makan. Hewan yang mendapat ransum berkadar thiamin
rendah dengan segera memperlihatkan anoreksia parah.
Vitamin B2 (Riboflavin)
Riboflavin merupakan vitamin esensial untuk hewan dan manusia keduaduanya. Vitamin tersebut teristimewa penting dalam nutrisi hewan, karena
kandungan vitamin B2 bahan makanan ransum jarang mencukupi kebutuhan hewan
dan unggas. Riboflavin berfungsi sebagai koenzim dan esensial dalam pemindahan
energi dalam tubuh. Juga penting dalam metabolis protein.
Dalam tubuh, riboflavin berfungsi sebagai bagian dari berbagai susunan
enzim. Enzim tersebut adalah flavoprotein dan biasanya disebut pula sebagai enzim
kuning karena warna kuning yang diberikan oleh gugusan flavin. Satu atau lebih dari

Nutrisi pertumbuhan

26

enzim kuning tersebut dibutuhkan bersama-sama dengan koenzim I atau koenzim II


dalam letabolisma glukosa untuk memperoleh energi guna proses-proses tubuh.
Riboflavin merupakan pula bagian dari asam D-amino oksidase yang berfungsi pada
tingkatan terakhir metabolis protein dan merupakan bagian zanthin oksidase yang
ada sangkut pautnya dengan metabolis purin. Melihat peranan dasar vitamin tersebut
dalam melepaskan energi makanan dan asimilasi zat-zat makanan, dapatlah
dimengerti mengapa defisiensi riboflavin menimbulkan gejala-gejala yang luas
macamnya dan berubah-ubah pada tiap spesies.
Pada ayam yang sedang bertumbuh bila defisiensi riboflavin terjadi lumpuh
kaki. Produksi telur tidak terpengaruh, tetapi telur yang berasal dari induk yang
defisien riboflavin tidak dapat menetas. Kalau ayam diberi ransum yang defisien
riboflavin, nafsu makannya masih baik tapi pertumbuhannya sangat lambat,
kemudian menjadi lemah, antara umur minggu pertama dan kedua.. gelaja defisiensi
riboflavin pada ayam petelur produksi telur menururn, angka kematian embrio
meningkat, hati menjadi lebih besar dan berlemak. Daya tetas menurun dalam waktu
2 minggu setelah ayam petelur itu diberi ransum defisien riboflavin, dan akan
kembali ke kondisi normal dalam waktu 7 hari setelah ransum ditambah dengan
riboflavin yang cukup.
Niasin (Asam Nikotinat)
Niasin merupakan unsur pokok penting enzim-enzim tertentu (terutama
dehidrogenase) dan dengan demikian ada sangkut pautnya dalam proses-proses
oksidasi dan reduksi respirasi seluler rumit. Adanya niasin adalah esensial untuk
metabolis karbohidrat, lemak, dan protein.
Niasin adalah senyawa yang sangat stabil dalam bahan makanan alam. Zat
tersebut terdapat sebagai niasin bebas, niasin terikat atau nikotinamid dalam bentuk
koenzim. Bahan makanan alam relatif rendah kandungan niasinnya, akan tetapi
banyak protein mengandung cukup triptofan yang dapat diubah ke dalam niasin.
Karena triptofan merupakan prekursor niasin, maka perlu menaksir kandungan
triptofan demikian juga kandungan niasin ransum dalam menentukan kecukupan

Nutrisi pertumbuhan

27

konsumsi niasin. Perbandingan perubahan triptofan ke niasin adalah lebih kurang


60:1, yaitu lebih kurang 1,0 mg niasin dibentuk dari 60 mg triptofan.
Dalam tubuh niasin siap diubah ke dalam nikotinamid, yang secara fisiologis
aktif dan jauh larut ke dalam air. Defisiensi niasin pada aneka ternak unggas ditandai
oleh pertubuhan lambat, mulut meradang (lapisan merah gelap), bulu kasar, kulit
bersisik, dan siku membengkak.
Asam Pantothenat
Asam pantothenat merupakan unsur pokok koenzim A yang menempati
posisi pokok dalam metabolis. Koenzim tersebut dibutuhkan untuk reaksi-reaksi
asetilasi, berfungsi dalam sintesis dan degradasi asam-asam lemak dan dalam
pemasukan lemak dan karbohidrat ke dalam siklus asam sitrat. Koenzim A berfungsi
dalam sintesis bagian porfirin molekul hemoglobin dan dalam pembentukan sterol
dan hormon steroid. Asam pantothenat dikenal pula sebagai faktor antidermatis
unggas.
Aneka ternak unggas yang dalam ransumnya defisien asam pantothenat,
mengalami dermatitis sekeliling paruh dan kelopak mata dan di antara jari-jari kaki.
Pertumbuhan, produksi telur, daya tetas dan daya hidup menurun. Asam pantothenat
memainkan peranan dalam kelangsungan hidup terhadap udara dingin atau
perubahan suhu tiba-tiba.
Piridoksin (vitamin B6)
Piridoksin berfungsi dalam proses perubahan triptofan menjadi niasin dan
dalam penggunaan asam lemak (metabolis protein). Piridoksin merupakan
komponen terbesar dalam bentuk piridoksal dan piridoksamin. Piridoksal fosfat dan
untuk sebagian kecil piridoksamin, berfungsi sebagai koenzim dalam sejumlah
reaksi metabolis asam amino. Salah satu reaksi paling umum dengan asam amino
adalah trasnaminase dan deaminase. Vitamin B6 mempunyai peranan dalam
mengkonversi triptofan ke derivate niasin dan mengambil bagian dalam
interkonversi asam lemak esensial.

Nutrisi pertumbuhan

28

Anak ayam yang diberi ransum defisien akan piridoksin memperlihatkan


pertumbuhan lambat atau sama sekali tidak tumbuh. Beberapa anak ayam
memperlihatkan kepekaan abnormal dan gerakan-gerakan kekejangan. Kekejangankekejangan yang hebat menyebabkan ayam menjadi payah dan seringkali
menyebabkan kematian. Defisiensi vitamin B6 pada ayam dewasa ditandai oleh
hilangnya nafsu makan dan hilangnya bobot badan secara tepat. Produksi telur dan
daya tetas berkurang secara mencolok.
Biotin
Biotin adalah bagian esensial system enzim khusus yang ada sangkutpautnya dalam metabolis lemak, karbohidrat, dan protein. Reaksi-reaksi utama yang
tergantung pada adanya biotin adalah karboksilase, yang terjadi misalnya dalam
penguraian asam-asam amino esensial tertentu atau dalam sintesis asam-asam lemak.
Biotin juga penting dalam kekebalan, merupakan aktivator lisozim, suatu
enzim pelindung, pemusnah bakteri air mata, selaput lender dan cairan tubuh
lainnya. Vitamin tersebut merupakan vitamin pertama yang ditemukan mempunyai
antivitamin. Pada unggas dan hewan ternak lainnya, biotin adalah esensial untuk
kehidupan, pertumbuhan, efisien ransum, pengelolaan jaringan epidermal (kulit,
bulu, rambut, dan sebagainya), pertumbuhan tulang kaki normal, reproduksi dan
terutama daya tetas.
Fungsi utama biotin adalah sebagai koenzim untuk reaksi-reaksi enzimatik
dalam penambahan karbon dioksida guna memperpanjang rantai karbon. Proses
tersebut sering kali dinamakan fiksasi karbon dioksida dan merupakan reaksi sangat
penting dalam sintesis lemak.
Defisiensi biotin pada anak ayam menimbulkan dermatitis yang hampir sama
seperti yang terlihat pada defisiensi asam pantothenik dan defisiensi pada ayam
petelur dan pembibit mengakibatkan daya tetas turun tanpa mempengaruhi produksi
telur.
Kholin

Nutrisi pertumbuhan

29

Unggas membutuhkan kholin dan tidak seperti halnya hewan berkaki-4,


kholin hanya dapat disintesis dalam jumlah sangat terbatas dalam sel tubuh unggas.
Kholin merupakan unsur pokok fosfolipid. Aksi lipotropinya disebabkan karena
pembentukan kholin fosfatidal (lesithin) dan pengangkutan asam lemak dari sel-sel
hati. Vitamin tersebut merupakan pula sumber methyl labil dan unsur pokok
asetilkholin, suatu neurohormon. Unggas mempunyai kebutuhan grup methyl agak
tinggi yang kelihatannya tidak terpenuhi oleh reaksi-reaksi metaboliknya yang
teratur.
Kholin dibutuhkan untuk pencegahan perosis. Vitamin tersebut memainkan
peranan penting pula untuk produksi telur dan pertumbuhan. Kebutuhan unggas
akan kholin adalah antara 0,1 dan 0,15%. Kalkun, bebek, dan burung kuau
membutuhkan kholin lebih tinggi dibandingkan ayam.
Asam folat (folasin)
Asam folat diperlukan untuk membentuk sel darah merah. Peranan utama
asam folat adalah dalam sintesis neukeoprotein. Asam folat ada hubungannya
dengan asam askorbat dan vitamin B12. disebabkan traktus digestivus ayam pendek,
maka ayam tersebut merupakan hewan ternak satu-satunya yang membutuhkan
sumber asam folat dalam ransumnya.
Kebutuhan asam folat dapat dilihat pada tabel.. para ahli memperlihatkan
bahwa meskipun sebagian besar asam folat dalam bahan makanan unggas terdapat
dalam bentuk senyawa,akan tetapi anak ayam dapat menggunakannya secara
sempurna sehingga bahan makanan harus menyediakan asam folat dalam jumlah
yang cukup.
Defisiensi asam folat akan menimbulkan gejala-gejala seperti gangguan
pertumbuhan, sel darah yang abnormal (merah dan putih), pertumbuhan bulu
terganggu, pigmentasi terganggu pada bulu yang berwarna. Pada anak kalkun gejala
umum defisiensi folasin adalah bulu sayap patah, gangguan persendian kaki dan
kelumpuhan bagian leher dan tengkuk. Sedangkan pada ayam bibit defisiensi folasin
menurunkan produksi telur dan daya tetas. Embrio yang mengalami defisiensi

Nutrisi pertumbuhan

30

memperlihatkan pembengkokan tibiotartus, kerusakan mandibula, sindaktilie, dan


hemorrhagi.
Vitamin B12 (sianokobalamin)
Kebutuhan vitamin B12 untuk anak unggas adalah sekitar tiga kali kebutuhan
unggas petelur atau unggas bibit. Kalkun mempunyai kebutuhan lebih kurang sama
seperti untuk petelur, yaitu 0,003 mg per kilogram ransum. Kebutuhan vitamin B 12
unggas meningkat bila unggas dibiarkan pada perubahan suhu mendadak. Vitamin
B12 merupakan factor thermal yang dibutuhkan unggas muda dalam menahan
perubahan-perubahan suhu mendadak.
Gejala defisiensi vitamin B12 adalah amnesia, pertumbuhan dan daya tetas
buruk, hati berlemak dan pertumbuhan bulu tidak baik. Kebutuhan vitamin B 12
meningkat dengan meningkatnya lemak pengunaan protein kedelai. Sumber satusatunya vitamin tersebut adalah produk hewan, feses, dan preparat mikroorganisme.
2.2.7. Peranan Air
Air ideal untuk fungsi tubuh yang normal. Air merupakan zat dasar dari
darah dan merupakan cairan inter cellulair yang berfungsi sebagai alat pengangkut
zat-zat makanan, metabolis dan zat-zat sisa dari dan seluruh tubuh. Air merupakan
medium ideal yang menyebar karena daya larutnya dan kekuatan ionisasinya yang
memudahkan reaksi-reaksi sel dan karena panas jenisnya yang tinggi yang
memungkinkan penyerap panas dari reaksi-reaksi tersebut dengan kenaikan suhu
yang minimum.
Air mempunyai peranan penting sebagai stabilisator suhu. Dibandingkan
dengan zat cair lainnya, air relative mengambil sejumlah besar energi untuk
memanaskannya. Hal ini berarti bahwa meskipun ada perubahan cepat dalam udara
sekeliling, suhu hewan akan berubah secara perlahan, karena kadar airnya yang
tinggi. Keengganan molekul air untuk berpisah berarti pula bahwa sejumlah besar
panas dapat dihilangkan melalui pengupan air via pernapasan. Empat puluh persen

Nutrisi pertumbuhan

31

air yang keluar dari tubuh unggas berlangsung seperti itu dalam bentuk uap
pernapasan.
Air berperan pula dalam keseragaman reaksi-reaksi biokimia, terutama
dalam reaksi-reaksi yang memerlukan penambahan air kedalam senyawa untuk
memisahkannya, misalnya selama proses pencernaan. Apabila unggas kehilangan
aor sebanya 10 persen dari bobot badan nya melalui dehidrasi, unggas tersebut akan
menjadi sangat lemah. Apabila kehilangan air sejumlah 20 persen akan
menyebabkan kematian. Kekurangan air di dalam tubuh akan menyebabkan
terganggunya fungsi-fungsi dari air itu sendiri yang disebut stress yang selanjutnya
akan mengganggu pertumbuhan, kesehatan dan produksi ayam tersebut.
Pada anak ayam yang menderita kekurangan air dalam waktu lama,
memperlihatkan gejala nefrosis, polisithemia, pengeriputan kulit sekitar kaki dan
tanda-tanda dehidrasi lainnya. Sedangkan pada ayam dewasa yang mengalami
kekurangan air memperlihatkan nekrosis indung telur, peradangan lambung kelenjar
dan peradangan ginjal. Terdapat suatu penurunan dalam besarnya telur dan dalam
berat kulit telur. Kulit telur yang sangat tipis dihasilkan setelah 48 jam ayam
mengalami pembatasan air, diikuti dengan produksi beberapa telur tanpa kulit
sebelum produksi telur berhenti sama sekali.
2.3.

Penyerapan dan Asimilasi


Zat-zat makanan yang dicerna masuk melalui dinding usus ke dalam

peredaran darah. Sebagian besar penyerapan berlangsung di usus halus. Permukaan


penyerapan sangat dipertinggi dengan adanya villi yang tidak terhitung jumlahnya.
Zat-zat makanan yang dicerna dalam bentuk gula sederhana, asam-asam
amino dan zat-zat mineral yang larut, masuk melalui permukaan dinding usus ke
dalam kapiler-kapiler darah. Cara bagaimana zat-zat tersebut masuk melalui dinding
usus belum banyak diketahui.
Lemak yang dicerna masuk melalui dinding usus ke dalam cairan yang
menyerupai susu system limfatik. Di sini zat-zat tersebut membentuk lemak netral.

Nutrisi pertumbuhan

32

Lemak dalm limfa lebih banyak merupakan lemak tubuh daripada sebagian lemak
yang diperoleh dari bahan makanan. Lemak bergerak bersama-sama limfa dan
memasuki aliran darah vena dekat jantung.
Zat-zat makanan yang telah dicerna setelah masuk ke peredaran darah
melalui kapiler-kapiler dalam dinding usus dikumpulkan di dalam vena porta. Vena
porta tersebut mengakut darah dan zat-zat makanan yang telah di serap ke hati dalam
perjalanannya ke jantung.
Setelah zat-zat makanan yang dicerna masuk melalui kapiler-kapiler hati,
sebagian besar glukosa dirubah ke dalam glikogen untuk disimpan di dalam hati dan
otot. Sebagian asam-asam amino dan hasil-hasil zat yang mengandung nitrogen dari
metabolis jaringan mengalami deaminasi pada waktu zat-zat tersebut melalui hati.
Bagian-bagian karbohidrat dapat digunakan untuk panas dan kegunaan-kegunaan
energi dan bagian zat yang mengandung nitrogen diangkut ke ginjal untuk
disingkirkan. Hati memindahkan pula sebagian lemak dari aliran darah untuk
disimpan. Hal tersebut dapat dilihat pada hati yang berwarna pucat kekuningkuningan dari ayam yang gemuk dan anak ayam yang baru menetas. Kotorankotoran yang terserap dari saluran pencernaan ke dalam peredaran darah diambil
oleh sel-sel hati pada waktu darah masuk melalui kapiler-kapiler hati. Bila racun ikut
terserap maka konsentrasi racun yang tinggi tersebut biasanya terdapat pada hati.
Darah yang membawa zat-zat makanan yang telah dicerna meninggalkan hati
dengan perantaraan vena hepatica menuju ke jantung. Darah tersebut melanjutkan
perjalanannya dari jantung ke paru-paru untuk melepaskan karbon dioksida dan air
dan mengambil oksigen. Darah kembali dari paru-paru ke jantung untuk kemudian
dialirkan melalui arteri-arteri ke seluruh jaringan tubuh.
Zat-zat makanan yang telah dicerna mengalir dari kapiler-kapiler ke limfa
yang membasahi sel-sel jaringan. Limfa berguna sebagai medium pertukaran antara
kapiler-kapiler dan sel-sel jaringan. Limfa tersebut membawa makanan yang telah
dicerna ke sel dan mengangkut sisa-sisa makanan dari sel.
Asimilasi zat makanan

Nutrisi pertumbuhan

33

Glukosa dibakar dalam sel untuk produksi panas dan energi. Hasil akhir
pembakaran tersebut adalah panas dan energi, karbon dioksida dan air. Terlalu
banyak karbohidrat yang dicerna sehingga melebihi dari yang disimpan sebagai
glikogen akan diubah ke dalam lemak tubuh dan lemak telur.
Lemak secara bertahap diambil dari peredaran darah dan disimpulkan
sebagai jaringan lemak terutama di bawah kulit di daerah perut, sepanjang usus dan
dalam telur. Lemak berfungsi sebagai persediaan cadangan panas dan energi. Pada
waktu persediaan makanan tidak mencukupi maka segera setelah glikogen habis
terpakai, lemak langsung dioksidasi dengan hasil akhir yang sama seperti pada
pembakaran karbohidrat.
Asam-asam amino yang diserap dalam darah digunakan untuk membangun
jaringan tubuh baru, mengganti jaringan-jaringan yang aus dan untuk membentuk
putih telur dan sebagian besar kuning telur. Terlalu banyak asam amino dapat
digunakan untuk panas dan energi atau diubah ke dalam lemak.
Karbohidrat dan lemak lebih dapat digunakan untuk produksi panas dan
energi daripada protein karena karbohidrat dan energi harganya lebih murah
dibandingkan dengan protein. Pencernaan dan metabolis kedua zat tersebut ,
termasuk eksresi hasil-hasil sisa membutuhkan sedikit daripada yang dibutuhkan
protein.
Zat-zat mineral yang diserap dalam peredaran darah dirubah ke dalam tulang,
digunakan untuk pembentukan kulit telur, disimpan dalam kuning telur dan
digunakan dalam darah. Terlalu banyak mineral akan disimpan dalam darah.
Zat-zat vitamin disimpan dalam hati dan dalam telur dan dalam jumlah yang
lebih kecil disimpan dalam jaringan-jaringan lain dari tubuh. Penyimpanan vitamin
yang larut dalam lemak adalah lebih besar daripada yang larut dalam air.

Nutrisi pertumbuhan

34

KESIMPULAN
Pertumbuhan ternak unggas sangat dipengaruhi oleh kebutuhan akan zat
nutrisi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Bila tidak dapat
dipenuhi salah satunya maka hewan ternak tersebut tidak akan dapat tumbuh atau
berproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan Ke-4. PT Gramedia.


Jakarta.
Anggorodi. H.R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Anggorodi. H.R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Suprijatna. E, dkk. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wahju. J. 1978. Kebutuhan Zat-Zat Makanan Untuk Unggas. Cetakan ke-3. Fakultas
Peternakan. IPB. Bogor.
Wahju. J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Nutrisi pertumbuhan

35

Yasin. S.

. Fungsi dan Peranan Zat-zat Gizi dalam Ransum Ayam Petelur. Fakultas
Peternakan Universitas Mataram. PT Melton Putra. Jakarta.

Soeharsono. 1976. Respon Broiler Terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan.


Disertasi. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Maynard, L. a., J.K. Loosli, H.F. Hintz dan R.G. Wagner. 1981. Animal
Nutrition. 7th Ed. Tata Mc Graw Hill Publishing Company Ltd., New
Delhi.
Mc. Donald, P., R.A. Edward and J.F.D. 1988. Animal Nutrition. 4th Ed.
Longman Group Limited, New York.
Ensminger, M.E. 1997. Animal Science. The Interstate Printers and Publisher.
Inc. Danville. Illionis.
North, M.O. D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th
edition. Van Nostrand Reinhold, New York.
Abidin, Zainal. 2003. Meningkatkan Produktifitas Ayam Ras Pedaging.
Cetakan Ketiga. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Hartadi, H.S., Reksohardiprojo, A.D., Tillman. 1990. Tabel Komposisi Pakan
untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Ichwan, M. Wawan. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Agro Media
Pustaka. Tangerang.
Mihardja, Waskito, W. 1981. Pengaruh Berbagai Faktor Lingkungan
Terhadap Gala Tumbuh Ayam Broiler. Disertasi Doktor Universitas
Padjadjaran. Bandung.
Lesson, S and J.D. Summers.2001. Nutrition of the Chicken. Departement of
Animal and Poultry Science University of Guelph.
Daghir, N.J. 1995. Poultry Production in Hot Climetes. CAB International.
Faculty of Agricultural Science United Arab Emirates University AlAin.
Rasyaf, M. 1999. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Kanisius.
Yogyakarta.
Wahju, J dan D. Sugandi. 1979. Penuntun Praktis Beternak Ayam. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nutrisi pertumbuhan

36

Anda mungkin juga menyukai