Anda di halaman 1dari 9

KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Pneumonia adalah suatu radang parun yang disebabkan oleh
bermacam macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda
asing (Ngastiyah 1997). Pneumonia sebagai akibat infeksi mungkin
didapatkan secara transplasenta, perinatal, atau pasca lahir.
(Nelson,2000)
B. Etiologi
1. Bakteri
Streptococcus pneumoniae, streptokokus grup A, Haemophilus
Influenza dan staphilococcus aureus.
2. Jamur
Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Aspergillus,
Blastomcyes dermatitis, Cryptococcus, dan Candida sp.
3. Virus
Respiratorik Sensitisial Virus (RSV), Virus Parainfluenza,
Adenovirus, Rhinovirus, Virus Influenza, Virus Varisela dan rubella,
Chlamydia trachomatis, Mycoplasma Pneumoniae, Pneumocystis
carinii.
4. Kimiawi
Aspirasi hidrokarbon alifatik. (Rudolph.2007)
C. Patofisiologi
Pneumococcus merupakan penyebabkan utamapneumonia.
Pneumococcus masuk ke dalam paru melalui jalan pernapasan
secara percikan (droplet). Proses radang pneumonia dapat dibagi
atas 4 stadium, yaitu : (1) stadium kongesti : kapiler melebar dan
kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri
dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag, (2) Stadium
hepatisa merah, lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan
tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan
seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit neutrofil,
eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman.Stadium ini
berlangsung sangat pendek, (3) Stadium hepatisa kelabu, lobus

masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat


kelabu.Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin, Alveolus
terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis
pneumococcus.Kapiler tidak lagi kongestif, (4) Stadium resolusi
eksudat berkurang.Dalam alveolus makrofag bertambah dan
leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak.Fibrin di
reabsorbsi dan menghilang.Secara patologi anatomis
bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal
lokalisasi sebagai bercak bercak dengan distribusi yang tidak
teratur. Dengan pengobatan antibiotik urutan stadium khas ini tidak
terlihat (Prof.DR.Iskandar Wahidiyat.1985)
D. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus
respiratori bagian atas selama beberapa hari.Suhu tubuh dapat naik
sangat mendadak sampai 39 - 40C dan kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi.Anak sangat gelisah, dispnea,
pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung
serta sianosis sekitar hidung dan mulut.Kadang kadang disertai
mual dan diare.Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan
penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula mula kering kemudian
menjadi produktif.Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis
dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya napas dangkal dan
cepat.Pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan
mulut dapat diduga adanya pneumonia.Hasil pemeriksaan fisik
tergantung daripada luas daerah auskultasi yang terkena; pada
perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi
mungkin hanya terdengar ronkhi basah nyaring halus atau
sedang.Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens)
mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernapasan
pada auskultasi terdengar mengeras.Pada stadium resolusi ronkhi
terdengar lagi. (Ngastiyah.1997)
E. Komplikasi
Efusi pleura.
Empiema.

Abses Paru.
Pneumotoraks.
Piopneumotoraks
Pneumatosel
Gagal napas.
Sepsis
Ileus paralitk fungsional

F. Penatalaksanaan
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi, tetapi berhubung hal ini tidak selalu didapat dikerjakan
dan memakan waktu maka dalam praktek diberikan pengobatan
polifragmasi.Penisilin diberikan 50.000 U/kg bb/ hari dan ditambah
dengan kloramfenikol 50-70 mg/kg bb/hari atau diberikan antibiotic
yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin.Pengobatan
diteruskan sampai anak bebas panas selama 4 5 hari.Anak yang
sangat sesak nafasnya memerlukan pemberian cairan intravena dan
oksigen. Jenis cairan yang digunakan ialah campuran glukose 5%
dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl
10mEq/500ml botol infus. Banyaknya cairan yang diperlukan
sebaiknya dihitung dengan menggunakan rumus Darrow.Karena
ternyata sebagian besar penderita jatuh ke dalam asidosis
metabolic akibat kurang makan dan hipoksia, dapat diberikan
koreksi dengan perhitungan kekurangan basa sebanyak 5
mEq.Pneumonia yang tidak berat, tidak perlu dirawat di rumah
sakit. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak UI:1985)
G. Pemeriksaan diagnostik
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
c. Gambaran radiologis
d. Pemeriksaan labolatorium
H. PATWAY
(Terlampir)

KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A. Identitas Klien
B. Status kesehatan saat ini
1. Keluhan utama
2. Lama keluhan
3. Kualitas keluhan
4. Faktor pencetus
5. Faktor pemberat
6. Upaya yang telah dilakukan
7. Diagnosa medis
C. Riwayat kesehatan saat ini
D. Riwayat kesehatan terdahulu
E. Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd mukus dalam
jumlah berlebih.
2. Gangguan pertukaran gas bd reaksi radang pada br
onkus.
3. . Ketidakefektifan pola nafas bd Defisit Volume cairan
b/d intake oral tidak adekuat, demam.
3. Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd mukus dalam
jumlah ber lebih
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24
jam pasien menunjukanRespiratory status : Ventilation,
Airway patency
Kriteria Hasil :
Pasien dapat suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampubernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips).
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak
merasa ter cekik, irama nafas,frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal
NIC

a. Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas,


misal
mengi, krekel, rhonki.
R : Mengkaji kemungkinan spasme bronkus yang
menyebabkan obstruksi jalannafas dan dapat
menimbulkan
adanya bunyi nafas.
b. Kaji/pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio
inspirasi/eksp irasi.
R : Takipnea biasanya menunjukkan adanya tanda
infeksi
akut.
c. Kaji pasien untuk posisi nyaman.
R : Posisi yang nyaman dapat mempermudah dalam per
napasan.
d. Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
R : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi
dan mengontrol dispnea.
e. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai
toler ansi jantung.
R : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan
sekret,
mempermudah pengeluaran.Penggunaan cairan
hangat
menurunkan spasme bronkus. Cairan selama
makandapat
meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada d
iafragma.
f. Kolaborasi : memberikan obat sesuai indikasi
(bronkodilator, steroid, antitusif,ekspektoran).
R : obat yang sesuai indikasi membantu
mengefektifkan
kembali bersihan jalannafas.
2. Gangguan pertukaran gas bd reaksi radang pada bronkus.
Tujuan : dalam 3 x 24 jam gangguan pertukaran gas pasien
teratasi.
KH
: - frekuensi nafas normal (16-20 x/menit)
- Melaporkan penurunan dipsnea
- Menunjukkan perbaikan dalam laju aliran eskspirasi
NIC
a.
Kaji frekuensi, kedalaman per nafasan. Catat
penggunaan otot aksesori, nafas bibir.
R : Berguna dalam evaluasi derajat distress
pernafasan
dan/atau kronisnya prosespenyakit
b.
Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk
memilih posisi yang mudah untukbernafas.
R : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan
posisi

duduk tinggi dan latihannafas unttuk menurunkan


kolaps
jalan nafas, dipsnea dan kerja nafas.
c.
Kaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
R : sianosis dapat digunakan untuk mengevaluasi ber
atnya
hipoksia.
d.
Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran
udara dan atau bunyi tambahan.
R : Adanya bunyi nafas meng indikasikasikan spasme
bronkus/
tertahannya sekret.
e.
Kolaborasi : Berikan oksigen tambahan yang sesuai
dengan ind ikasi.
R : Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya
hipoksia.
3. Ketidakefektifan pola nafas bd Defisit Volume cairan
b/d intake oral tidak adekuat,demam.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4 x
24 jam,
status keseimbangancairan pasien normal
Kriteria hasil :
- Mempertahankan urine output sesuai dengan usia
dan
BB, BJ urine normal,HT normal
- Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor
kulit
baik, membranmukosa lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
NIC
a. Timbang popok/pempers jika diper lukan
R: Mengetahui intake dan output
b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
R: Menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh pasien
c. Monitor status hidrasi (kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan darahortostatik),
R: Menjaga pasien dalam keadaan batas normal
d. jika diperlukan Monitor vital sign
R: Menjaga agar kondisi passien tetap stabil dan
mengetahui jika terjadi perubahanstatus pasien
e. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake
kalori harian
R: Menjaga pasien dalam pemenuhan nutrisi

f. Lakukan terapi IV
R: Mengantikan cairan yang kurang
g. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
R: Cairan yang diberikan supaya menurunkan suhu
tubuh pasien
h. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
R: Pemenuhan nutrisi dan cairan melalui makanan
4. EVALUASI
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd mukus dalam
jumlah
berlebih
- Pasien mengatakan tidak sesak
- Pada saat batuk produksi sputum berkurang
- Frekuensi nafas normal (16-20 x/menit)
2. Gangguan pertukaran gas bd perubahan membran
alveolar.
- Tidak dipsnea
- Tidak ada sianosis
- Frekuensi nafas normal
3. Ketidakefektifan pola nafas bd Defisit Volume cairan
b/d intake
oral tidak adekuat,demam.
- Fluid balance
- Hydration
- Nutritional Status : Food and Fluid Intake

DAFTAR PUSTAKA
1. Ngastiyah , ( 1997 ). Perawatanan Anak Sakit. Jakarta : EGC
2. Iskandar Mah-iditat. ( 1985 ) Ilmu Kesehatan Anak UI, Jakarta :
EGC
3. Rita & Suriadi ( 2001 ) Asuhan Keperawatan Pada An ak Edisi. I
Jakarta : EGC
4. Roudelph, ( 2007 ) Buku Peditria Rubolph Edisi , 20. Volume
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai