SKRIPSI
YUSRIA KHOIRIYATI
NPM: 07310043
LEMBAR PERSETUJUAN
: Yusria Khoiriyati
NPM
: 07310043
Jurusan
: Pendidikan Matematika
SISWA
YANG
TINGGAL
DI
PONDOK
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang di buat oleh mahasiswa tersebut
diatas telah selesai dan siap dilaksanakan.
Semarang,
Juni 2011
Mengetahui,
Pembimbing I,
Pembimbing II,
NIP. 196208151987031002
NIP.195602181986031001
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul
PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA
SISWA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN, KOS DAN
TINGGAL BERSAMA ORANG TUA PADA POKOK BAHASAN LOGIKA
MATEMATIKA SISWA KELAS X SEMESTER II MA NURUL ULUM
MRANGGEN TAHUN AJARAN 2010/2011.
yang dipersiapkan dan disusun oleh
Yusria Khoiriyati
NPM. 07310043
telah dipertahankan di hadapan sidang panitia Ujian Skripsi Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Semarang
pada hari Kamis, tanggal 30 Juni 2011
Ketua,
Sekretaris,
Anggota Penguji
1. Prof. Dr. Sunandar, M.Pd
NIP. 196208151987031002
(. . . . . . . . . . . . . . . . .)
(. . . . . . . . . . . . . . . . .)
(. . . . . . . . . . . . . . . . .)
iii
Motto:
Dan bahwasanya setiap manusia itu tiada akan memperoleh (hasil) selain apa
yang telah diusahakannya (QS. An-Najm: 39)
Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras
adalah kemenangan yang hakiki (Mahatma Gandhi)
Persembahan:
1.
Bapak dan Ibu tercinta, karena atas doa peluh dan segala dukungannya
membuat seluruh rangkaian perjalanan pendidikan SI ku selesai.
2.
Kakak-kakakku Mas Isa, Mbak Jazil, Mas Mad, Mbak Ul, Mas Yus, Mas
Teguh, Mas Puguh Dan Mbak Nia yang selalu mendukung dan memberiku
semangat.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Keluarga besar IKIP PGRI Semarang yang telah mencurahkan ilmu sehingga
menjadi manusia budiman.
iv
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Yang Tinggal Dipondok Pesantren, Kos,
Dan Tinggal Bersama Orang Tua Siswa Kelas X Pada Pokok Bahasan Logika
Matematika Semester II MA Nurul Ulum Mranggen Tahun Pelajaran 2010 /
2011.
Tahapan penulisan skripsi ini dimulai dari persiapan, perencanaan,
pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian skripsi yang tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak secara moral, material, dan spiritual. Sehubungan dengan hal
tersebut penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Muhdi, S.H., M.Hum selaku Rektor IKIP PGRI Semarang yang telah
berkenan memberikan kesempatan penulis dalam menyelesaikan Program
Sarjana.
2. Drs. Nizarudin, M. Si. selaku Dekan FPMIPA IKIP PGRI Semarang.
3. Drs. Rasiman, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
IKIP PGRI Semarang serta Pembimbing II yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.
4. Prof. Dr. Sunandar, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.
5. Drs. H. Slamet, S. IP. M. Pd. selaku Kepala MA Nurul Ulum Mranggen yang
telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.
vi
6. Saidatul Muniroh, S.Pd. selaku guru bidang studi matematika yang telah
membantu dan mengarahkan pelaksanaan penelitian.
7. Keluargaku yang telah banyak memberikan bantuan materiil maupun spiritual
sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Seperti pepatah Tak Ada Gading yang Retak , demikian juga penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena
itu, penulis berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan bagi semua pihak.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat
memperluas wawasan pembaca terutama dalam bidang pendidikan.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Penegasan Istilah .............................................................................. 5
C. Rumusan Masalah ............................................................................ 8
D. Tujuan .............................................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 9
F. Sistematika Penulisan Skripsi .......................................................... 10
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 23. Tabel Analisis Data Sampel Normalitas Akhir Kelompok Yang
Tinggal Di Pondok Pesantren
Lampiran 24. Tabel Analisis Data Sampel Normalitas Awal Kelompok Yang
Tinggal Di Kos
Lampiran 25. Tabel Analisis Analisis Awal ANAVA Kelompok Pondok
Pesantren, Kos, dan Tinggal Bersama Orang Tua
Lampiran 26. Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi Student (t)
Lampiran 27. Daftar Nilai-Nilai Chi Kuadrat
Lampiran 28. Daftar Nilai-Nilai untuk Distribusi F
Lampiran 29. Daftar Distribusi Z di Bawah Distribusi Normal
Lampiran 30. Surat Pengantar Penelitian dari IKIP PGRI Semarang
Lampiran 31. Surat Keterangan Penelitian dari MA Nurul Ulum Mranggen
Lampiran 32. Rekapitulasi Proses Bimbingan Skripsi
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
memegang
peranan
yang
sangat
penting
dalam
adil
dan
makmur,
serta
memungkinkan
warganya
untuk
agama
berimbang,
artinya
disamping
dituntut
untuk
berat. Tapi terkadang ada juga orang tua yang menyerahkan seutuhnya
kepada putranya untuk memilih tinggal dipondok pesantren, maupun kos.
Kehidupan dikos berbeda jauh dengan di pondok pesantern. Dikos anakanak lebih bebas untuk menggunakan waktu keseharian mereka dan tanpa
ada kontrol dari pihak manapun. Tinggal sendiri tanpa pengawasan orangtua
jelas menimbulkan tanggung jawab - tanggung jawab moriil kepada anak
tersebut. Seiring dengan bertambahnya usia, anak harus belajar bagaimana
dapat menyelenggarakan kehidupan sebaik-baiknya dengan sesedikit
mengkin mengeluh atau meminta bantuan kepada orangtua. Menurut penulis
keadaan inilah yang kemudian menuntut anak untuk lebih kreatif dalam
menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Sebaiknya sejak awal
anak sudah harus menjalin hubungan yang baik (bersosialisasi-red), kalau
perlu akrab dengan teman-teman yang satu rumah serta ibu pengasuh atau
ibu kost. Hal ini wajib karena merekalah orang terdekat yang pertama kali
dapat anak-anak minta pertolongan bila terjadi masalah dikemudian hari.
Bergaul dengan sebanyak mungkin masyarakat sekitar.
Adapun latar belakang masalah dalam skripsi ini adalah : Secara
pribadi tertarik dengan masalah tersebut, karena faktor lingkungan (tempat
tinggal) sedikit banyak akan berpengaruh terhadap prestasi belajar yang
diperoleh. Di pondok pesantren, siswa mendapat bimbingan dari guru/ kyai
hanya mengenai ilmu agama saja . dan siswa juga diharuskan mengikuti
setiap kegiatan yang diadakan pesantren. Hal ini dapat memungkinkan
waktu belajar matematika siswa berkurang sehingga dapat memungkinkan
Penegasan Istilah.
Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap judul skripsi :
Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Antara Siswa Yang Tinggal Di
Pondok Pesantren, Kos, Dan Tinggal Bersama Orang Tua Pada Pokok
Bahasan Logika Matematika Siswa Kelas X Semester II MA Nurul Ulum
Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011. Maka penulis perlu memberikan
penegasan terhadap istilah-istilah yang berkaitan dengan judul tersebut
antara lain :
Kamus
Bahasa
Indonesia
Kos
merupakan tempat
C.
Permasalahan.
Dengan uraian tersebut
di atas,
maka penulis
merumuskan
yang tinggal
dipondok pesantren dengan siswa yang tinggal bersama orang tua pada
pokok bahasan logika matematika siswa kelas X semester II MA Nurul
Ulum Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011?
4. Adakah perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang tinggal
dikos dengan siswa yang tinggal bersama orang tua pada pokok bahasan
logika matematika siswa kelas X semester II MA Nurul Ulum Mranggen
Tahun Ajaran 2010/2011?
D.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini untuk
mengetahui :
1.
2.
3.
4.
E.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Guru
Guru dapat ikut memberikan alternatif saran bagi siswa untuk bertempat
tinggal di kos, pondok pesantren maupun tinggal bersama orang tua agar
prestasi belajar siswa dapat meningkat.
10
b. Siswa
Pembelajaran yang dilakukan oleh siswa yang bertempat tinggal misal di
pondok pesantren dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga
minat belajar dan pemahaman siswa lebih baik, serta terciptanya suasana
kondusif karena adanya faktor-faktor dari lingkungan siswa untuk
belajar dalam hal ini pelajaran matematika.
c. Peneliti
Peneliti akan memiliki pengalaman tentang lingkungan peserta didik
yang akan mempengaruhi prestasi hasil belajar siswa, sehingga peneliti
nantinya akan memberikan perhatian yang khusus kepada siswa yang
lingkungannya kurang mendukung agar nantinya siswa lebih giat dalam
belajar.
F.
Sistematika Skripsi
Sistematika dalam penyusunan skripsi ini secara garis besar terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu :
1.
Bagian Pendahuluan
Pada bagian ini berisi : Judul, pengesahan, motto dan persembahan,
kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran-lampiran, daftar tabel,
abstraksi.
2.
11
Daftar Pustaka.
b.
Lampiran-lampiran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A.
12
13
a.
b.
c.
d.
e.
14
15
terjadi perubahan secara sadar, bersifat fungsional, bersifat positif dan Aktif,
bukan bersifat sementara, bertujuan atau terarah dan mencakup seluruh
aspek tingkah laku serta terjadi karena adanya dorongan dan tujuan yang
hendak dicapai.
B.
Kondisi fisiologis
Kondisi fisiologis umumnya sangat berpengaruh terhadap belajarnya
16
dan tidak mudah menerima. Di samping kondisi fisiologis umum, hal yang
tidak kalah pentingnya adalah panca indra terutama penghilatan dan
pendengaran, sebab sebagian besar yang dipelajari oleh manusia dipelajari
dengan menggunakan penglihatan dan pendengaran. Kegiatan ini lebih
jelas bila kita melihat dan menghayati sendiri dalam belajar yaitu dengan
membaca, melihat model, mengobservasi, mengamati hasil percobaan,
mendengarkan keterangan guru, dan sebagainya. Kondisi fisiologis yang
lain adalah tidak cacat atau kebutuhan anggota tubuh, baik itu pada kaki/
tangan, dan sebagainya. Sebab pelajaran matematika memerlukan kegiatan
mental yang tinggi, menuntut banyak perhatian dan pikiran jernih Hal ini
akan dapat menghambat proses keberhasilan dalam belajar. Misal: cacat
pada telinga kesulitan mendengarkan keterangan guru.
2)
Kondisi Psikologis
Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap
Kecerdasan
Kecerdasan besar peranannya dalam keberhasilan seseorang
mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu progrom pendidikan.
Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar
dari pada orang yang kurang cerdas. Atau dapat dikatakan bahwa
orang cerdas akan dapat cepat menguasai pelajaran dibandingkan
dengan orang yang kurang cerdas, meskipun fasilitas dan waktu yang
17
Bakat
Bakat merupakan faktor yang bersar pengaruhnya terhadap proses
dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada yang membantah,
bahwa belajar yang sesuai dengan bakat yang dimiliki, akan
memperbesar kemungkinan keberhasilan belajarnya. Akan tetapi
banyak sekali hal-hal yang menghalangi untuk tercipitanyan kondisi
yang
Dalam linkungan
18
bakat merupakan hal yang paling penting dalam proses belajar dan
pengaruh terhadap prestasi belajar.
c.
Minat
Kalau sesorang mempelajari sesuatu dengan penuh minat, maka
dapat diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik, sebaliknya kalau
seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, jangan
diharapkan bahwa akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal
tersebut. Biasanya persoalan yang timbul adalah bagaimana
mengusahakan agar hal yang diinginkan sebagai pengalaman belajar
itu menarik minat para pelajar, atau bagaimana cara menentukan agar
para pelajar itu dapat belajar sesuai dengan minatnya. Misalnya:
persoalan pemilihan jurusan atu bidang studi yang dipilih itu benarbenar sesuai dengan minat pelajar, karena dengan demikian dapat
diharapkan hasil yang baik. Dengan sendirinya minat yang harus
didukung pula kemampuan yang memadai. maka dapat disimpulkan
bahwa minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang
disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya
melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
d.
Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi
psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Umumnya
19
Emosi
Sesuai dengan proses belajar dalam perkembangan kehidupan
sesorang, maka terbentuklah suatu tipe atau keadaan kepribadian
tertentu antara lain menjadi seorang yang emosional, mudah putus
asa. Hal ini tentu ikut menentukan bagaimana ia menerima,
menghayati pengalaman yang diperoleh. Keadaan emosi yang labil,
seperti mudah marah, mudah tersinggung, merasa tertekan, merasa
tidak aman dapat mengganggu keberhasilan anak dalam belajar.
Perasaan aman, gembira, bebas merupakan aspek yang mendukung
20
demikian
siswa
dapat
memerima,
menolak,
atau
Kemampuan kognitif
Yang dimaksud dengan kemampuan kognitif disini adalah
kemampuan penalaran yang dimiliki oleh para sisiwa. Kemampuan
penalaran yang tinggi akan memungkinkan seorang siswa belajar
dengan baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan penalaran
sedang. Perlu diketahui bahwa kemampuan kognitif ini tidak akan
berkembang dengan baik tanpa adanya latihan. Untuk itu, belajar
teratur akan dapat meningkatkan kemampuan kognitif yang dimiliki
seseorang. Pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh siswa besar
pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Pengalaman tersebut menjadi
dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru yang akan
sangat membantu dalam minat belajar siswa.
Sebagai contoh, seseorang siswa akan sangat mudah dalam
menguasai dan memahami materi pelajaran Matematika, karena ia
telah memahami dan menguasai dengan baik materi pelajaran
Matematika sewaktu di SD/MI. Jadi, dapat dipahami bahwa
pengalaman belajar Matematika di jenjang pendidikan sebelumnya
turut berpengaruh terhadap belajar siswa, terutama dalam mata
pelajaran Matematika.
21
b.
1)
Faktor Lingkungan.
Faktor lingkungan ini juga sangat berpengaruh sekali terhadap
proses belajar dan hasi belajar. Faktor lingkungan menurut Muniroh
(2002:17) dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a.
Lingkungan alami
Lingkungaan
alami
yaitu
kondisi
alam
yang
dapat
22
dan
sistem
pengajaran
pada
umumnya
sangat
banyak
Lingkungan sosial
Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan
representasinya (wakilnya) maupun wujud lain yang langsung
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Misalnya siswa
yang sedang belajar memecahkan soal Matematika yang rumit dan
membutuhkan konsentrasi tinggi, akan terganggu apabila ada siswa
lain yang mondar-mandir di dekatnya atau bercakap-cakap keras di
dekatnya. Hubungan antara anak dan orang tua yang harmonis,
penuh
perhatian,
kasih
sayang,
akrab,
saling
pengertian
Kurikulum.
Kurikulum sekolah yang belum mantap, sering adanya perubahanperubahan dapat mengganggu proses belajar siswa. Terutama bagi
siswa yang terkena aturan perubahan kurikulum itu. Kurikulum yang
baik, jelas dan mantap memungkinkan siswa untuk dapat belajar lebih
baik pula. program pembelajaran disekolah didasarkan pada suatu
23
Program.
Program pendidikan dan pengajaran disekolah yang telah dirinci
dalam suatu kegiatan yang jelas akan memudahkan siswa dalam
merencanakan dan mempersiapkan untuk mengikuti program tersebut.
Program-program yang jelas
gedung/tempat
belajar
siswa
termasuk
didalam
24
25
faktor
kecerdasan/intelegensi,
kelelahan.
bakat,
Faktor
perhatian,
psikologis
minat,
mencakup
motivasi,
motif,
26
27
28
b)
Strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalahmasalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing
individu dalam memperhatikan, mengingat, dan berpikir.
c)
29
d)
e)
Sikap
merupakan kemampuan
internal
yang
berperan dalam
keterampilan-keterampilan.
Kawasan
afektif
menggambarkan
b.
c.
d.
Analisis adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagianbagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami.
30
e.
f.
dengan
ide-ide,
konsep-konsep,
simbol-simbol.
Dalam
mempelajari matematika seorang peserta didik haruslah menguasai konsepkonsep dasar matematika dengan baik, karena tanpa menguasai konsep
matematika dengan baik, mustahil prestasi belajar yang diraih akan
menggembirakan. Sedang hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai
secara maksimal setelah melaksanakan kegiatan belajar dan berusaha
memperoleh kepintaran dalam belajar atau materi matematika. Untuk
memperolah hasil yang memuaskan, ada beberapa kesulitan yang terasa
dalam memcapai harapan tersebut, penguasaan konsep dasar matematika
yang kurang dan sebagainya.
D.
Pondok Pesantren
Hasbullah dalam Mayra (2002 : 11)Definisi singkat istilah pondok
adalah tempat sederhana yang merupakan tempat tinggal kyai bersama para
santrinya. Di Jawa, besarnya pondok tergantung pada jumlah santrinya.
Adanya pondok yang sangat kecil dengan jumlah santri kurang dari seratus
sampai pondok yang memiliki tanah yang luas dengan jumlah santri lebih
31
dari tiga ribu. Tanpa memperhatikan berapa jumlah santri, asrama santri
wanita selalu dipisahkan dengan asrama santri laki-laki.
Komplek sebuah pesantren memiliki gedung-gedung selain dari
asrama santri dan rumah kyai, termasuk perumahan ustad, gedung madrasah,
lapangan olahraga, kantin, koperasi, lahan pertanian dan/atau lahan
pertenakan. Kadang-kadang bangunan pondok didirikan sendiri oleh kyai
dan kadang-kadang oleh penduduk desa yang bekerja sama untuk
mengumpulkan dana yang dibutuhkan.
Salah satu niat pondok selain dari yang dimaksudkan sebagai tempat
asrama para santri adalah sebagai tempat latihan bagi santri untuk
mengembangkan ketrampilan kemandiriannya agar mereka siap hidup
mandiri dalam masyarakat sesudah tamat dari pesantren. Santri harus
memasak sendiri, mencuci pakaian sendiri dan diberi tugas seperti
memelihara lingkungan pondok.
Dalam tulisannya, Drs. K.H. Abdul Hamid, M.Ag dan Drs. Yaya,
M.Ag (2010 : 335) ada banyak model dan gambaran pesantren sehingga
agak sulit untuk melakukan kategorisasi dalam suatu definisi tunggal,
apalagi membuat definisi yang ketat. Gambaran global tentang pesantren
sangatlah beragam. Pesantren memiliki keunikan tersendiri sehingga akan
terasa sulit untuk mendefinisikannya dalam satu konsep yang mencakup
semua gambaran tentang pesantren. Bagaimanapun, disana justru ada
semacam model dan gambaran penting dari pesantren. Model ini
32
diformulasikan atas dasar riset empirik, yaitu aspek visioner dalam tujuan
pesantren.
Dhofier dalam Mayra (2002 : 11)Sistem asrama ini merupakan ciri
khas tradisi pesantren yang membedakan sistem pendidikan pesantren
dengan sistem pendidikan Islam lain seperti sistem pendidikan di daerah
Minangkabau yang disebut surau atau sistem yang digunakan di
Afghanistan.
Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam di
Indonesia. Ciri sebuah pesantren biasanya selalu mempertahankan unsurunsur seperti : pondok, masjid, pengajian kitab kuning, guru mengaji (kyai),
santri
(siswa/siswi)
dan
lain-lain.
Lembaga-lembaga
pesantren
Pesantren Salafiah
Dari pesantren ini pengajian kitab kuning masih dipertahankan,
contohnya pondok pesantren Telogorejo Magelang, Plosa di Kediri
dan lain-lain.
b.
Pesantren Kalafiah
Dipesantren
ini,
selain
pengajian
kitab
kuning
tetap
33
1.
2.
sangat
diutamakan
dalam
agama,
terjadi
jika
seseorang
mempergunakan
akal
pikirannya.
3. Pendidikan Keindahan (Estetika)
Keindahan dapat tumbuh dan berkembang dengan
tingkah laku dan tindakan yang berdasarkan agama.
34
4. Pendidikan Etika
Pembangunan tidak hanya membangun materiil saja,
namun juga membangun spiritual/ rohani dan moral. Untuk itu
pesantren banyak sekali dikembangkan pendidikan yang
berkenaan dengan etika (kesusilaan).
5. Pendidikan Sosial
Dengan pengembangan pendidikan ini, diharapkan agar
seseorang
dapat
terjun
kemasyarakat
dan
membangun
35
dalam
36
Bila ditinjau dari ciri-ciri tersebut diatas, maka ada lima hal yang
menjiwai kehidupan dipondok pesantren, yaitu : keikhlasan, kesederhanaan,
sikap tolong menolong diri sendiri, persaudaraan dan kebebasan.
Jadi dengan kebiasaan yang telah dilakukan dipesantren, santri
diharapkan
bisa
menerapkan
kebiasaan
tersebut
dalam
kehidupan
Kos
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kost merupakan tempat tumpangan
(yang menerima orang untuk menumpang tinggal dan makan dengan
membayar). (TIM 2005:597).
Kost atau indekost adalah sebuah jasa yang menawarkan sebuah kamar
atau tempat untuk ditinggali dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk
setiap periode tertentu (umumnya pembayaran per bulan). Kata "kost"
sebenarnya adalah turunan dari frase bahasa Belanda "In de kost". Definisi
"In de kost" sebenarnya adalah "makan di dalam" namun bila frase tersebut
dijabarkan lebih lanjut dapat pula berarti "tinggal dan ikut makan" di dalam
rumah tempat menumpang tinggal.
Pada zaman kolonial / penjajahan Belanda di Indonesia, "in de kost"
adalah sebuah gaya hidup yang cukup populer di kalangan menengah ke atas
untuk kaum pribumi, terutama sebagian kalangan yang mengagungagungkan budaya barat / Eropa khususnya adat Belanda, dengan trend ini
37
Orang-orang
yang
bukan orang
Belanda dan
38
39
40
Kerangka Berfikir
Untuk
dapat
mencapai
tujuan
pendidikan
nasional
diperlukan
41
ada kontrol dari pihak manapun. Tinggal sendiri tanpa pengawasan orang
tua jelas menimbulkan tanggung jawab tanggung jawab moriil kepada
anak tersebut. Seiring dengan bertambahnya usia, anak harus belajar
bagaimana dapat menyelenggarakan kehidupan sebaik-baiknya dengan
sedikit mungkin mengeluh dan meminta bantuan kepada orang tua.
G.
Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam
penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006 : 73).
Berlandaskan teori yang penulis uraikan diatas, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
42
d.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
Subyek Penelitian
1.
Populasi
Pengertian populasi menurut sudjana dalam buku Metode
Statistika mengungkapkan sebagai berikut :
Populasi adalah semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas
yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. (sudjanan, 2005:6).
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto dalam buku Prosedur
Penelitian mengatakan :
44
45
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2002: 109). Jadi sample dapat diartikan sebagai subyek
yang dilibatkan langsung dalam penelitian yang dapat menjadi wakil
keseluruhan populasi. Pengambilan sample dalam penelitian ini
dilakukan dengan purposive sample.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sample yaitu
cara pengambilan subyek bukan didasarkan atas strata, random atau
daerah
tetapi
didasarkan
atas
adanya
tujuan
tertentu
46
matematika yang sama, siswa duduk pada tingkat kelas yang sama dan
pembagian kelas tidak ada kelas unggulan.
B.
Metode Dokumenter
Metode dokumenter dalam penelitian ini digunakan untuk
mencari :
a.
b.
2.
Metode Tes
Metode tes ini digunakan dalam mendapatkan data mengenai
penguasaan soal, diman soal-soal tes disusun oleh peneliti dengan
prosedur sebagai berikut :
a.
47
b.
c.
C.
Instrumen Penelitian.
Instrumen dalam penelitian ini adalah tes prestasi (archievement test)
yang berbentuk obyektif. Instrumen sebelumnya di uji cobakan dengan
jumlah 40 butir, kemudian dianalisis dan diambil 25 soal dalam waktu 75
menit. Sedangkan bentuk pertanyaan yang digunakan adalah bentuk tes
obyektif pilihan ganda (multiple choice) dengan 4 option. Penentuan bentuk
soal dilakukan dengan pertimbangan banyak mempunyai kelebihan antara
lain :
a)
b)
c)
d)
Dapat mengetes bahan yang banyak dalam waktu yang relatif singkat.
e)
b)
48
1.
c)
d)
Uji Instrumen
Sebelum tes digunakan sebagai instrumen telebih dahulu di uji cobakan
(try out) pada sekolah lain. Tujuannya untuk melihat item mana yang tidak
memenuhi.
Analisis yang dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.
Analisis Validitas
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid atau shahih
apabila mempunyai validitas yang tinngi sebaliknya, instrument yang
kurang valid berarti memiliki validitas rendah. (Arikunto, 2006:168)
Rumus yang dipakai untuk menghitung pruduct moment
sebagai berikut :
rxy =
NXY (X )(Y )
{NX 2 (X ) 2 }{ NY 2 (Y ) 2 }
Keterangan :
X
: skor item
: skor total
rxy
49
: jumlah subyek
Setelah memperoleh harga rxy kemudian dikonsultasikan
Analisis Reliabilitas
Reliabilitas berarti tetap, dapat dipercaya dan dapat
diandalkan. Suatu instrument yang dapat mengukur secara tepat apa
yang diukur dikatansudah variabeldan dapat digunakan untuk
penelitian.
Releabilitas dalam penelitian ini akan diuji dengan rumus
KR-20 sebagai berikut :
k Vt pq
r11 =
k 1 Vt
Keterangan :
r11
= releabilitas instrument
Vt
= varians total
50
B
Js
Keterangan :
P
Js
dianggap
baik
apabila
soal
tersebut
51
d.
BA BB
Js JB
Keterangan :
D
= daya pembeda
BA
BB
benar
JA
JB
52
Uji Barlett
Harga-harga yang perlu untuk uji barlett
Ho : 21 = 2 2 = 2 3
Dk
1/dk
si2
Log si2
dk log si2
n1-1
1/ (n1-1)
si2
Log si2
n1-1
1/(n1-1)
si2
Log si2
n1-1
1/(n1-1)
si2
Log si2
nk-1
1/(nk-1)
sk2
Log sk2
jumlah
( ni 1)
(ni 1)log si
Sampel
ke
ni 1
53
2.
(Sudjana, 2005:263)
b.
Uji Normalitas
Sudjana mengatakan Uji normalitas digunakan untuk
pengujian terhadap normal atau tidaknya sebaran data kelompok
eksperiment yang akan dianalisis. Uji normalitas ini menggunakan
uji Lilliefors. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1)
xi 1
s
Keterangan :
zi : proporsi sampel
xi : data ke i
s
54
2)
3)
4)
5)
xi
Zi
F(zi)
S(zi)
F ( zi ) S ( zi )
(Sudjana, 2005:466)
2. Analisis Akhir
Analisis
akhir
ini
dilaksanakn
untuk
mengetahui
tngkat
55
statistika
yang
tergolong
analisis
komperatif
(perbandingan) lebih dari dua rata-rata. Tujuan dari uji Anova satu
jalur ialah untuk membandingkan lebih dari dua rata-rata.
Sedangkan gunanya untuk menguji kemmapuan generalisasi.
Maksudnya dari signifikansi hasil penalitian (anova satu jalur). Jika
terbukti berbeda kedua sampel tersebut dapat digeneralisasikan
artinya data sampel dapat mewakili populasi.
Anova pengembangan atau penjabaran labih lanjut dari uji-t
(thitung). Uji-t atau uji-z hanya dapat melihat perbandingan dua
kelompok data saja. Sedangakan anova satu jalur lebih dari dua
kelompok data saja. Sedangkan anova satu jalur lebih dari dua
kelompok data, contohnya: 1) perbedaan perbedaan prestasi belajar
statistika anatar mahasiswa tugas belajar (X1), izin belajar (X2) dan
umum (X3). 2) motivasi kerja pegawai diklat dari eselon I ( X1),
eselon II (X2), eselon III (X3), eselon IV (X4).
Anova lebih dikenal dengan uji-F (Fisher Test), sedangkan
arti variasi itu asal usulnya dari pengertian konsep Mean Square
atau kuadrat rerata (KR), rumus sistematisnya :
KR =
JK
db
56
Dimana :
JK = Jumlah kuadrat (some of square)
Db = derajat bebas (degree of freedom)
Menghitung nilai anova atau F (Fhitung) dengan rumus :
Fhitung =
V A KR A JK A : db A
VarianAntarGroup
=
=
=
VD KR D JK D : dbD VarianDala mGroup
2
tot
( X tot )2
N
nk
N
2
JK (antar )
MK antara =
JK anatara
m 1
57
MK dalam =
JK dalam
, N = jumlah seluruh anggota sampel
N m
Fhitung =
MK antara
MK dalam
JK
MK
Fh
Ftab
Keputusan
Variasi
Lihat
F
Total
N-1
JKtot
JK antara
JK dalam
tabel
Fhitung >
untuk
Ftabel Ha
5%
diterima
atau
1%
58
DARI POPULASI KE
1
Data
Hasil Y11
Pengamatan
Y12
Rata rata
..
Y21
Y31
..
Yk1
Y22
Y32
..
Yk2
Y2n2
Y3n3
Yknk
J2
J3
..
Jk
..
Y1n1
Jumlah
J1
1
Sumber Variasi
DK
JK
KT
Rata rata
Ry
R = Ry/1
Antar Kelompok
k-1
Ay
A = Ay/ k-1
Dalam Kelompok
(ni 1)
Dy
D = Dy/ (ni 1)
Total
ni
Y2
A/D
Keterangan:
Ry = jumlah kuadrat
=
( )
a. Uji t
Jika berdasarkan perhitungan analisis varians terdapat perbedaan maka
dilanjutkan uji-t digunakan untuk menguji dan mengetahui lingkungan
mana yang dipilih siswa lebih baik. Uji t ini digunakan utuk menguji
hipotesis penelitian setelah diberi perlakuan. Rumus yang digunakan ini
merupakan rumus uji t yaitu menguji kesamaan dua rata-rata dengan uji
dua pihak.
a) Jika 1 = 2, maka rumus yang digunakan adalah :
x1 x 2
t=
s
s2 =
1
1
+
n1 n 2
1
1
2
1
1+
2
dan Ho ditolak
t' =
61
x1 x 2
2
s1
s
+ 2
n1
n2
Kriteria
s2 =
pengujian
dengan
tolak
Ho
jika
w1t1 + w2 t 2
w t + w2 t 2
< t< 1 1
w1 + w2
w1 + w2 t 2
sebaliknya,
s12
s22
dengan W1 =
, W2 =
n1
n2
jika t1 = t (1 )(n1 1) dan t 2 = t (1 )(n2 1)
derajat kebebasan masing-masing t adalah (n1 1) dan (n2 1)
dengan peluang (1 ). (Sudjana, 2005:243-244)
Keterangan :
S1 2
S2 2
S2
= Varian gabungan
X1
X2
n1
n2
Ketuntasan belajar dinyatakan telah dicapai jika sekurangkurangnya 85% siswa dalam kelompok yang bersangkutan telah
memenuhi kriteria perorangan.
2. Ketuntasan belajar secara individual
Ketuntasan belajar dinyatakan telah terpenuhi jika seorang
siswa telah mencapai taraf penguasaan minimal 65%. Skor benar
atau telah mencapai daya serap minimal 65% terhadap materi
tiap satuan bahasan yang diajukan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MA Nurul Ulum Mranggen yang
berlangsung selama dua minggu mulai dari 16 Mei 2011 sampai 30 Mei
2011. Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu peneliti melakukan
persiapan yang berkenaan dengan pelaksanaan penelitian yaitu konsultasi
dengan kepala sekolah, waka kesiswaan dan juga guru pengampu bidang
studi matematika kelas X. Kemudian mencatat daftar nama siswa kelas X
MA Nurul Ulum Mranggen Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2010/2011
yang terdiri dari 4 kelas yaitu :
Kelas X1 = 42 orang
Kelas X2 = 40 orang
Kelas X3 = 40 orang
Kelas X4 = 39 orang
Kelas-kelas tersebut merupakan populasi dalam penelitian ini.
Dari populasi yang ada, secara acak masing-masing kelas diambil
dengan cara purposive dan diperoleh 117 siswa untuk dijadikan sampel yang
terbagi atas 41 siswa kelompok tinggal dipondok pesantren, 34 siswa
kelompok tinggal dikos dan 42 siswa kelompok tinggal bersama orang 64
tua
dan yang diambil dari kelas X1, X2, dan X3. Selanjutnya mencatat nilai
semester 1 dan menyusun alat tes.
Setelah berbagai persiapan dilakukan, maka langkah selanjutnya
adalah melaksanakan penelitian.63Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti
secara langsung memberikan tes kepada ketiga kelompok dengan bentuk dan
jumlah yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk megetahui perbedaan hasil
belajar matematika antara siswa yang tinggal dipondok pesantren, dikos dan
tinggal bersama orang tua pada siswa kelas X MA Nurul Ulum Mranggen
Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2010/2011. Soal tes yang digunakan
berbentuk pilihan ganda dengan 5 option dan berjumlah 30 butir soal dengan
alokasi waktu 90 menit. Sebelum soal diteskan pada ketiga kelompok,
terlebih dahulu diuji cobakan (try out) pada kelas X4 guna memenuhi
standarisasi soal tes. Setelah dianalisis ternyata butir soal tersebut sudah
memenuhi standart.
Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah mengolah data-data hasil
penelitian sesuai dengan rumus yang ada dan kemudian melakukan
pembahasan.
B. Tahap Pelaksanaan dan Hasil Uji Coba
Instrumen soal tes diujicobakan pada siswa di luar sampel yaitu
kelas X4 yang berjumlah 39 siswa dan mereka bukan dari sampel yang
masuk dalam kelompok siswa yang tinggal dipondok pesantren, dikos,
maupun tinggal bersama orang tua. Soal tes yang akan diujikan berjumlah
65
30 yang berbentuk soal pilihan ganda. Tes uji coba dilakukan pada tanggal
30 Mei 2011. Setelah tes diujikan, skor yang diperoleh dianalisis untuk
mengetahui validitas item, reliabilitas tes, perhitungan daya pembeda, dan
tingkat kesukaran soal.
1. Validitas Soal
xy
= 439
x = 29
= 29
y = 546
rxy =
rxy =
= 8282
N XY - ( X)( Y)
{N X 2 ( X) 2 }{N Y 2 ( Y) 2 }
(39)(439) - (29)(546)
{(39)(29) ( 29) 2 }{(39)(8282) (546) 2 }
rxy =
(17121) - (15834)
{(1131) (841)}{(322998) (298116)}
rxy =
1287
=
{290}{24882}
1287
1287
=
7215780 2686, 22
rxy = 0,479
Setelah dikonsultasikan dengan harga kritik r product moment,
untuk =5% dengan n = 39 diperoleh rtabel = 0, 316 maka diperoleh rxy
> rtabel sehingga disimpulkan soal nomor satu valid.
66
pq = 1,919
Vt =16,79
k Vt pq
r11 = =
k 1 Vt
20 16,79 1,919
r11 =
20
1
16,79
20 14,871
r11 =
19 16,79
r11 = (1,052)(0,886)
r11 = 0,932
Dengan menggunakan rumus KR-20 didapatkan r11 sebesar 0,932
karena reliabilitas instrument tes sebesar 0.932 maka tergolong dalam
kriteria sangat tinggi.
Hasil analisis reliabilitas tes dan perhitungannya dapat dilihat pada
lampiran 11 dan 14.
3. Tingkat Kesukaran.
Analisis tingkat kesukaran soal dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui keseimbangan item tes. Tingkat kesukaran soal merupakan
perbandingan antara banyak siswa yang menjawab dengan benar
dengan banyaknya siswa peserta tes uji coba. Tingkat kesukaran soal
B
JS
JS = 39
27
= 0,69
39
68
B A BB
= PA PB
JA JB
B A BB
= PA PB
JA JB
D=
16 11
= 0,789 0,6 = 0,189
19 20
69
Dari perhitungan didapat D = 0,189 karena 0,00 D < 0,200
maka daya pembeda jelek.
Peneliti tetap mengambil butir soal nomor 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 12, 13,
14, 16, 19, 21, 22, 23, 25 karena dinyatakan valid, jadi soal yang
1. Analisis awal
70
Kemudian kita
bandingkan dengan nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis untuk
uji liliefors dengan taraf signifikan sebesar 5% dan n = 41 diperoleh
Lotabel = 0, 1384 karena harga Lo hitung < Lotabel yaitu (0,1381 < 0,0,1384)
maka data nilai tes evaluasi kelompok siswa yang tinggal dipondok
pesantren MA Nurul Ulum Mranggen berdistribusi normal, data dapat
dilihat pada lampiran 20.
Hasil perhitungan uji kenormalan kelompok siswa yang tinggal di
kos didapatkan Lo hitung = 0,1230. Kemudian kita bandingkan dengan
nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis untuk uji liliefors dengan
taraf signifikan sebesar 5% dan n = 34 diperoleh Lotabel = 0,1498 karena
harga Lo hitung < Lotabel yaitu (0,1230 < 0,1498) maka data nilai tes
71
Kemudian kita
bandingkan dengan nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis untuk
uji liliefors dengan taraf signifikan sebesar 5% dan n = 42 diperoleh
Lotabel = 0,136728 karena harga Lo hitung < Lotabel yaitu (0,0951 <
0,136728) maka data nilai tes evaluasi kelompok siswa yang tinggal
bersama orang tua MA Nurul Ulum Mranggen berdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19.
b. Uji Homogenitas Data
Untuk mengetahui apakah sampel diperoleh dari populasi yang
variannya homogen, maka perlu diuji homogenitas sampel dengan uji
Bartlett.
Berdasarkan perhitungan diperoleh :
B = 180,102
( ni 1 ) Log Si 2 = 179,89
Maka,
2
= (ln10){B-(ni - 1)logSi2}
= (2,3026){180,102-179,89 }
= (2, 3026) {0,212}
= 0,487
72
diperoleh 2 tabel = 5,591 . Karena 2 hitung < 2 tabel yaitu (0,487 < 5,591)
maka Ho diterima, bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen.
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 25.
2. Analisis Akhir
1) Uji Normalitas Data
Hasil perhitungan uji kenormalan kelompok siswa yang tinggal
dipondok pesantren didapatkan Lo hitung = 0,1226.
Kemudian kita
bandingkan dengan nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis untuk
uji liliefors dengan taraf signifikan sebesar 5% dan n = 41 diperoleh
Lotabel = 0,1384 karena harga Lo hitung < Lotabel yaitu (0,1226 < 0,1384)
maka data nilai tes kelompok siswa yang tinggal dipondok pesantren MA
Nurul Ulum Mranggen berdistribusi normal, data dapat dilihat pada
lampiran 23.
Hasil perhitungan uji kenormalan kelompok siswa yang tinggal
dikos didapatkan Lo hitung = 0,1230. Kemudian kita bandingkan dengan
nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis untuk uji liliefors dengan
taraf signifikan sebesar 5% dan n = 34 diperoleh Lotabel = 0,1520 karena
harga Lo hitung < Lotabel yaitu (0,1230 < 0,1520) maka data nilai tes
kelompoksiswa yang tinggal dikos MA Nurul Ulum Mranggen
berdistribusi normal, data dapat dilihat pada lampiran 24.
Hasil perhitungan uji kenormalan kelompok siswa yang tinggal
dbersama orang tua didapatkan Lo hitung = 0,0556.
Kemudian kita
73
bandingkan dengan nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis untuk
uji liliefors dengan taraf signifikan sebesar 5% dan n = 42 diperoleh
Lotabel = 0,136728 karena harga Lo hitung < Lotabel yaitu (0,0556 <
0,136728) maka data nilai tes kelompok siswa yg tinggal bersama orang
tua MA Nurul Ulum Mranggen berdistribusi normal. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 22.
2) Uji Homogenitas Data
Untuk mengetahui apakah sampel diperoleh dari populasi yang
variannya homogen, maka perlu diuji homogenitas sampel dengan uji
Bartlett.
Berdasarkan perhitungan diperoleh :
B = 175,901
( ni 1 ) Log Si 2 = 168,28
Maka,
2
= (ln10){B-(ni - 1)logSi2}
= (2, 3026){175,901-168,28 }
= (2, 3026) {7,621}
= 17,5476
= 5%
2 tabel = 5,591 . Karena X2hitung > 2 tabel yaitu (17,5476 > 5,591) maka Ho
tidak diterima, bahwa sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 18.
74
3) ANAVA
Untuk mengetahui kesamaan rata-rata antara kelompok siswa yang
tinggal dipondok pesantren, kelompok siswa yang tinggal dikos, dan
kelompok siswa yang tinggal bersama orang tua dilakukan uji kesamaan
rata-rata dengan ANAVA.
Berdasarkan perhitungan diperoleh :
Jumlah kuadrat rata-rata (RY) = 494845
Jumlah kuadrat antar kelompok (AY) = 54856
Jumlah kuadrat total (JK tot) = 499421
Jumlah kuadrat dalam (DY) = -5028
dk (rata-rata)
= 1
dk (antar kelompok)
= (k-1)= (3-1) = 2
dk (dalam kelompok) =
KT (rata-rata)
(n
1) = 114
A 27428
=
= 62,18
D 441,1
= 3,09. Karena
Fhitung > F(0 , 05 )(2:100 ) yaitu (-62,18 < 3,09) maka Ho diterima, bahwa tidak
ada perbedaan rata rata dari kelompok siswa yang tinggal dipondok
75
pesantren, kelompok siswa yang tinggal dikos, dan kelompok siswa yang
tinggal bersama orang tua.
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 18.
Karena Ho diterima, maka dilanjutkan dengan uji t untuk
mengetahui apakah ada perbedaan antara siswa yang tinggal dipondok
pesantren, dikos dan tinggal bersama orang tua.
4) Uji t
a. Antara kelompok yang tinggal dipondok pesantren dan kelompok
yang tinggal dikos
S2 =
S2 =
S2 =
936,08 + 552,11
73
383,968
= 5,26
73
S = 2,29
S2 =
t=
S
t=
X 1 X 2
1
1
+
n1 n2
63, 44 63, 24
2,29
t=
1
1
+
41 34
0,20
2, 29 0,024 + 0,029
0,20
0,20
=
= 0,377
2,29(0,23) 0,53
76
Antara kelompok siswa yang tinggal dikos dan kelompok siswa yang
tinggal bersama orang tua.
S =
2
S2 =
S2 =
2491,9 + 552,118
74
S2 =
3044,018
= 41,135
74
S = 41,135 = 6,41
t=
S
t=
X 1 X 2
1
1
+
n1 n2
68,05 63,24
6,41
t=
1
1
+
42 34
4,81
6, 41 0,023 + 0,029
4,81
6, 41.(0,052)
77
t=
4,81
= 14,57
0,33
S2 =
S2 =
936,08 + 2491,9
81
S2 =
3427,98
= 42,32
81
S = 42,32 = 6,5
t=
S
t=
X 1 X 2
1
1
+
n1 n2
63,44 68,05
6,5
1
1
+
41 42
78
t=
4,61
6,5 0,047
t=
4,61
6,5(0,21)
t=
4,61
= 3,26
1,41
Karena
t hitung < t tabel yaitu (-3,26 < 1,993) maka Ho diterima, dengan
79
dengan demikian tidak ada perbedaan siswa yang tinggal dipondok pesantren
dengan siswa yang tinggal bersama orang tua dengan rata rata yang tidak
jauh berbeda yaitu pada kelompok siswa yang tinggal dipondok pesantren
80
rata ratanya 63,44 dan pada kelompok siswa yang tinggal bersama orang tua
rata ratanya 68,05, hal ini mungkin disebabkan adanya waktu belajar yang
hampir sama antara siswa yang tinggal dipondok pesantren dan siswa yang
tinggal bersama orang tua.
Untuk menguasai kedua bidang ilmu pengetahuan umum maupun agama
maka siswa yang tinggal dipondok pesantren dituntut untuk mempelajari berbagai
ilmu baik yang diperoleh disekolah maupun dipondok pesantren, demikian juga
siswa yang tinggal dikos yang mana para siswa bebas untuk menentuka hidup
mereka dengan berbagai kebebasan yang mereka miliki.
Dengan demikian beban belajar siswa yang tinggal dipondok pesantren
lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang tinggal dikos maupun siswa yang
tinggal bersama orang tua. Sedangkan beban pelajaran yang banyak, kesulitan dan
manfaat bahan pelajaran akan mempengaruhi kecepatan dan hasil belajar yang
dicapai oleh siswa.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Saidatul Muniroh (Tahun 2002) yang berjudul Perbandingan Prestasi Belajar
Siswa Yang Tinggal Di Pondok Pesantren Dengan Siswa Yang Tidak Tinggal Di
Pondok Pesantren Pada Kelas 1 Cawu 1 Di MTs Futuhiyyah 2 Mranggen
Kab.Demak Tahun Ajaran 2001/2002 menyimpulkan bahwa adanya perbedaan
prestasi belajar antara siswa yang tinggal dipondok pesantren dengan siswa yang
tidak tinggal dipondok pesantren.
Menurut Suryabrata dalam Muniroh berpendapat bahwa : Prestasi
belajar matematika antara siswa yang tinggal dipondok pesantren dengan
81
siswa yang tidak tinggal dipondok pesantren lebih baik siswa yang tinggal
tidak dipondok pesantren dikarenakan oleh bahan atau hal yang harus
dipelajari dan kondisi individu siswa .
Beberapa hal yang membuat siswa yang tinggal dipondok pesantren
prestasi belajarnya kurang meningkat :
a.
b.
adalah kondisi individu siswa. Hal ini hal ini dikelompokkan menjadi dua yaitu
kondisi fisiologis dan psikologis. Kondisi fisiologis umumnya berpengaruh
terhadap aktivitas belajar seseorang. Contohnya : kondisi tubuh seseorang yang
lemah ataupun kurang sehat dapat menurunkan ranah cipta (kognitif) sehingga
materi tidak sepenuh dapat diserap. Kondisi psikologis yaitu : minat, kecerdasan,
bakat, sikap, dan motivasi.
Tetapi dalam penelitian ini menyimpulkan hasil bahwa tidak ada perbedaan
prestasi belajar anak yang tinggal dipondok pesantren, dikos dan tinggal bersama
82
orang tua hal ini disebabkan karena kemungkinan perlakuan yang diterima dari
siswa yang tinggal dipondok pesantren, dikos, dan tinggal bersama orang tua
mempunyai perlakuan yang sama dalam hal pengolahan waktu belajar maupun
dalam hal perhatian yang diperoleh dari para siswa. Kehidupan pondok pesantren
yang dimana para siswanya tetap bisa belajar dan memungkinkan siswanya untuk
bisa belajar kelompok dengan teman-teman satu pondok pesantren, demikian juga
bagi anak kos yang dimana ada batas waktu buat para siswa bermain dari ibu kos
maka siswa dapat belajar dengan tenang.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan perumusan masalah, pengajuan hipotesis, analisis data
penelitian dan pembahasan masalah maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tidak ada perbedaan hasil belajar peserta didik kelas X MA Nurul Ulum
Mranggen pada pokok bahasan logika matematika siswa yang tinggal
dipondok pesantren, dikos, maupun siswa yang tinggal bersama orang tua
yang dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Demak tahun
ajaran 2010/2011.
Hal ini ditunjukkan pada uji ANAVA Fhitung < F(0 , 05 )(2:100 ) yaitu -62,18 <
3,09, dengan demikian tidak ada perbedaan dari ketiga kelompok siswa
yang tinggal dipondok pesantren, dikos, maupun tinggal bersama orang tua.
2. Kemampuan prestasi belajar matematika pada pokok bahasan logika
matematika pada siswa yang tinggal dipondok pesantren maupun siswa
yang tinggal dikos tidak terdapat perbedaan. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan melihat rata-rata dari kelompok siswa yang tinggal dipondok
pesantren sebesar = 63,44 dengan rata-rata dari kelompok siswa yang
tinggal dikos sebesar = 63,24, dan pada uji t yaitu t hitung < t tabel (0,377 <
1,995) maka Ho diterima, dengan demikian bahwa tidak ada perbedaan
siswa yang tinggal dipondok pesantren dengan siswa yang tinggal dikos.
83
84
3. Perbedaan prestasi belajar siswa yang tinggal bersama orang tua dengan
siswa yang tinggal dikos mengalami perbadaan, Hal ini dapat ditunjukkan
dengan rata-rata kelompok siswa yang tinggal bersama orang tua sebesar =
68,05 dengan rata-rata kelompok siswa yang tinggal dikos sebesar = 63,24
dan pada uji t yaitu t hitung > t tabel yaitu (14,57 > 1,995) maka Ho ditolak,
dengan demikian bahwa ada perbedaan siswa yang tinggal bersama orang
tua dengan siswa yang tinggal dikos.
4. Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang tinggal di pondok
pesan tren dengan siswa yang tinggal bersama orang tua. Hal ini
ditunjukkan pada uji hipotesis bahwa t hitung < t tabel , yaitu -3,26 < 1,998
karena t hitung < t tabel maka Ho diterima, dengan demikian tidak ada
perbedaan siswa yang tinggal dipondok pesantren dengan siswa yang
tinggal bersama orang tua dengan rata rata yang tidak jauh berbeda yaitu
pada kelompok siswa yang tinggal dipondok pesantren rata ratanya 63,44
dan pada kelompok siswa yang tinggal bersama orang tua rata ratanya
68,05.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Guru dapat ikut memberikan alternatif saran bagi siswa untuk bertempat
tinggal di kos, pondok pesantren maupun tinggal bersama orang tua agar
prestasi belajar siswa dapat meningkat.
85
DAFTAR PUSTAKA