Anda di halaman 1dari 98

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA

SISWA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN, KOS DAN


TINGGAL BERSAMA ORANG TUA PADA POKOK BAHASAN LOGIKA
MATEMATIKA SISWA KELAS X SEMESTER II
MA NURUL ULUM MRANGGEN
TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan Kepada IKIP PGRI Semarang Untuk Memenuhi Salah Satu


Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata I Sarjana Pendidikan
Matematika

YUSRIA KHOIRIYATI
NPM: 07310043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM

IKIP PGRI SEMARANG


2011

LEMBAR PERSETUJUAN

Kami selaku pembimbing I dan pembimbing II dari mahasiswa IKIP PGRI


Semarang :
Nama

: Yusria Khoiriyati

NPM

: 07310043

Jurusan

: Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA


ANTARA

SISWA

YANG

TINGGAL

DI

PONDOK

PESANTREN, KOS DAN TINGGAL BERSAMA ORANG


TUA PADA POKOK BAHASAN LOGIKA MATEMATIKA
SISWA KELAS X SEMESTER II MA NURUL ULUM
MRANGGEN TAHUN AJARAN 2010/2011.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang di buat oleh mahasiswa tersebut
diatas telah selesai dan siap dilaksanakan.

Semarang,

Juni 2011

Mengetahui,
Pembimbing I,

Pembimbing II,

Prof. Dr. Sunandar, M.Pd

Drs. Rasiman, M.Pd

NIP. 196208151987031002

NIP.195602181986031001

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul
PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA
SISWA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN, KOS DAN
TINGGAL BERSAMA ORANG TUA PADA POKOK BAHASAN LOGIKA
MATEMATIKA SISWA KELAS X SEMESTER II MA NURUL ULUM
MRANGGEN TAHUN AJARAN 2010/2011.
yang dipersiapkan dan disusun oleh
Yusria Khoiriyati
NPM. 07310043
telah dipertahankan di hadapan sidang panitia Ujian Skripsi Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Semarang
pada hari Kamis, tanggal 30 Juni 2011

Panitia Ujian Skripsi FPMIPA


IKIP PGRI Semarang

Ketua,

Sekretaris,

Drs. Nizarudin, M.Si.


NIP. 196803251994031004

Drs. Rasiman, M.Pd


NIP. 195602181986031001

Anggota Penguji
1. Prof. Dr. Sunandar, M.Pd
NIP. 196208151987031002

(. . . . . . . . . . . . . . . . .)

2. Drs. Rasiman, M.Pd


NIP. 195602181986031001

(. . . . . . . . . . . . . . . . .)

3. Drs. Sudargo, M.Si


NIP. 196011131992031001

(. . . . . . . . . . . . . . . . .)

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Dan bahwasanya setiap manusia itu tiada akan memperoleh (hasil) selain apa
yang telah diusahakannya (QS. An-Najm: 39)

Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras
adalah kemenangan yang hakiki (Mahatma Gandhi)

Persembahan:

1.

Bapak dan Ibu tercinta, karena atas doa peluh dan segala dukungannya
membuat seluruh rangkaian perjalanan pendidikan SI ku selesai.

2.

Kakak-kakakku Mas Isa, Mbak Jazil, Mas Mad, Mbak Ul, Mas Yus, Mas
Teguh, Mas Puguh Dan Mbak Nia yang selalu mendukung dan memberiku
semangat.

3.

Ponakan tercinta Zasa Layyinatus Syifa.

4.

Bu Said yang banyak memberikan bantuan demi terselesainya skripsi ini.

5.

Teman seperjuangan kelas A angkatan 2007 Pend.Matematika

6.

Keluarga besar PPL MAN Kendal 2011.

7.

Keluarga besar KKN Kelurahan Tlogomulyo Semarang 2010.

8.

Keluarga besar IKIP PGRI Semarang yang telah mencurahkan ilmu sehingga
menjadi manusia budiman.

iv

ABSTRAKSI

Judul skripsi Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Antara Siswa


Yang Tinggal Di Pondok Pesantren, Kos, Dan Tinggal Bersama Orang Tua Pada
Pokok Bahasan Logika Matematika Siswa Kelas X Semester II MA Nurul Ulum
Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan prestasi belajar peserta didik kelas X MA
Nurul Ulum Mranggen pada pokok bahasan logika matematika.
Dari analisis awal sampel yang digunakan adalah nilai ulangan terakhir
pada materi semester gasal. Pada uji normalitas kelompok siswa yang tinggal
dipondok pesantren Lohitung < Ltabel yaitu (0,1381 < 0,1384), kelompok siswa yang
tinggal dikos Lohitung < Ltabel yaitu (0,1230 < 0,1498), kelompok siswa yang
tinggal bersama orang tua Lohitung < Ltabel yaitu (0,0951 < 0,1367) dengan
demikian data kelompok siswa yang tinggal dipondok pesantren, kelompok siswa
yang tinggal dikos, dan kelompok siswa yang tinggal bersama orang tua
berdistribusi normal. Untuk uji homogenitas pada kelompok siswa yang tinggal
dipondok pesantren 2 hitung < 2 tabel yaitu (0,4873 < 5,591), kelompok siswa yang
tinggal dikos 2 hitung < 2 tabel yaitu (0,4873 < 5,591) dan kelompok siswa yang
tinggal bersama orang tua yaitu 2 hitung < 2 tabel (0,4873 < 5,591) maka Ho
diterima, bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen.
Dari analisis akhir dengan Uji ANOVA diperoleh Fhitung < Ftabel yaitu (62,18 < 3,09) maka Ho diterima dengan demikian bahwa tidak ada perbedaan rata
rata dari kelompok siswa yang tinggal dipondok pesantren, kelompok siswa
yang tinggal dipondok pesantren dan dikos. Dengan uji t diperoleh t hitung < t tabel
yaitu (0,377 < 1,995) maka Ho diterima, dengan demikian tidak ada perbedaan
siswa yang tinggal dipondok pesantren dengan siswa yang tinggal dikos. Untuk
kelompok siswa yang tinggal dikos dan siswa yang tinggal bersama orang tua
diperoleh t hitung > t tabel yaitu (14,57 > 1,995) maka Ho ditolak dengan demikian
ada perbedaan siswa yang tinggal dikos dengan siswa yang tinggal bersama orang
tua. Untuk kelompok siswa yang tinggal dipondok pesantren dengan siswa yang
tinggal bersama orang tua t hitung < t tabel yaitu (-3,26 < 1,993) maka Ho diterima,
dengan demikian tidak ada perbedaan siswa yang tinggal dipondok pesantren
dengan siswa yang tinggal bersama orang tua.
Dengan demikian siswa yang tinggal dipondok pesantren, dikos dan
siswa yang tinggal bersama orang tua tidak mengalami banyak perbedaan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Yang Tinggal Dipondok Pesantren, Kos,
Dan Tinggal Bersama Orang Tua Siswa Kelas X Pada Pokok Bahasan Logika
Matematika Semester II MA Nurul Ulum Mranggen Tahun Pelajaran 2010 /
2011.
Tahapan penulisan skripsi ini dimulai dari persiapan, perencanaan,
pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian skripsi yang tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak secara moral, material, dan spiritual. Sehubungan dengan hal
tersebut penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Muhdi, S.H., M.Hum selaku Rektor IKIP PGRI Semarang yang telah
berkenan memberikan kesempatan penulis dalam menyelesaikan Program
Sarjana.
2. Drs. Nizarudin, M. Si. selaku Dekan FPMIPA IKIP PGRI Semarang.
3. Drs. Rasiman, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
IKIP PGRI Semarang serta Pembimbing II yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.
4. Prof. Dr. Sunandar, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.
5. Drs. H. Slamet, S. IP. M. Pd. selaku Kepala MA Nurul Ulum Mranggen yang
telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.

vi

6. Saidatul Muniroh, S.Pd. selaku guru bidang studi matematika yang telah
membantu dan mengarahkan pelaksanaan penelitian.
7. Keluargaku yang telah banyak memberikan bantuan materiil maupun spiritual
sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Seperti pepatah Tak Ada Gading yang Retak , demikian juga penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena
itu, penulis berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan bagi semua pihak.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat
memperluas wawasan pembaca terutama dalam bidang pendidikan.

Semarang, Juni 2011

Penulis

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv
ABSTRAKSI ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x
BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Penegasan Istilah .............................................................................. 5
C. Rumusan Masalah ............................................................................ 8
D. Tujuan .............................................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 9
F. Sistematika Penulisan Skripsi .......................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS .............................................. 12


A. Belajar dan Prestasi Belajar ....................................................... 12
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .................. 15
C. Hakekat Matematika dan Hasil Belajar Matematika ................... 26
D. Pondok Pesantren ...................................................................... 29
E. Kos ............................................................................................ 36

viii

F. Kerangka Berfikir ........................................................................ 40


G. Hipotesis .................................................................................... 41
BAB III METODE ANALISIS .......................................................................... 51
A. Subyek Penelitian ........................................................................... 32
1. Populasi ...................................................................................... 51
2. Sampel........................................................................................ 52
3. Desain Penelitian ........................................................................ 52
4. Variabel Penelitian...................................................................... 52
5. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 54
B. Uji Instrumen Penelitian.................................................................. 55
C. Metode Analisis Data ...................................................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 63
A. Persiapan Penelitian........................................................................ 63
B. Tahap Pelaksanaan dan Hasil Uji Coba ........................................... 64
C. Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 69
D. Analisis Hasil Penelitian ................................................................. 69
E. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 78
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 84
A. Simpulan ........................................................................................ 84
B. Saran .............................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I


Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV
Lampiran 5. Kartu Ulangan Serta Kisi-Kisi Ulangan
Lampiran 6. Soal Ulangan
Lampiran 7. Daftar Nama Siswa Yang Tinggal Di Pondok Pesantren
Lampiran 8. Daftar Nama Siswa Yang Tinggal Di Kos
Lampiran 9. Daftar Nama Siswa Yang Tinggal Bersama Orang Tua
Lampiran 10. Daftar Nama Siswa Kelas X4 (Kelompok Uji Coba)
Lampiran 11. Tabel Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 12. Tabel Analisis Daya Beda dan Tingkat Kesukaran
Lampiran 13. Contoh Perhitungan Validitas Soal Uji Coba
Lampiran 14. Contoh Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba
Lampiran 15. Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba
Lampiran 16. Contoh Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba
Lampiran 17. Lembar Jawab
Lampiran 18. Tabel Analisis Analisis Akhir ANAVA Kelompok Pondok Pesantren,
Kos, dan Tinggal Bersama Orang Tua
Lampiran 19. Tabel Analisis Data Sampel Normalitas Awal Kelompok Yang
Tinggal Bersama Orang Tua
Lampiran 20. Tabel Analisis Data Sampel Normalitas Awal Kelompok Yang
Tinggal Di Pondok Pesantren
Lampiran 21. Tabel Analisis Data Sampel Normalitas Awal Kelompok Yang
Tinggal Di Kos
Lampiran 22. Tabel Analisis Data Sampel Normalitas Akhir Kelompok Yang
Tinggal Bersama Orang Tua

Lampiran 23. Tabel Analisis Data Sampel Normalitas Akhir Kelompok Yang
Tinggal Di Pondok Pesantren
Lampiran 24. Tabel Analisis Data Sampel Normalitas Awal Kelompok Yang
Tinggal Di Kos
Lampiran 25. Tabel Analisis Analisis Awal ANAVA Kelompok Pondok
Pesantren, Kos, dan Tinggal Bersama Orang Tua
Lampiran 26. Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi Student (t)
Lampiran 27. Daftar Nilai-Nilai Chi Kuadrat
Lampiran 28. Daftar Nilai-Nilai untuk Distribusi F
Lampiran 29. Daftar Distribusi Z di Bawah Distribusi Normal
Lampiran 30. Surat Pengantar Penelitian dari IKIP PGRI Semarang
Lampiran 31. Surat Keterangan Penelitian dari MA Nurul Ulum Mranggen
Lampiran 32. Rekapitulasi Proses Bimbingan Skripsi

xi

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah


Pendidikan

memegang

peranan

yang

sangat

penting

dalam

menciptakan manusia-manusia yang berkualitas. Pendidikan juga dipandang


sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil,
bertanggung jawab, produktif dan berbudi pekerti luhur.
Pembangunan Nasional di bidang pendidikan merupakan upaya untuk
mencerdaskan kihidupan bangsa dan negara, serta mewujudkan masyarakat
yang

adil

dan

makmur,

serta

memungkinkan

warganya

untuk

mengembangkan diri, baik berkenaan dengan aspek jasmaniah dan rohaniah


berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini tidak
terlepas dari Tujuan Pendidikan Nasional yang telah dirumuskan dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara.
Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan bangsa. Sedangkan Pendidikan itu sendiri adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,


kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Bila kita lihat rumusan di atas, dapat kita katakan bahwa untuk dapat
mencapai tujuan pendidikan tersebut di perlukan keselarasan, keserasian,
dan keseimbangan antara ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan
umum. Ilmu pengetahuan agama dapat membentuk manusia Indonesia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, sedangkan ilmu pengetahuan
dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan dan produktivitas manusia
Indonesia. Jadi jelas sekali bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional dan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, maka
disamping belajar ilmu pengetahuan umum, ilmu agama juga harus dikuasai.
Dewasa ini banyak sekali orang tua yang menginginkan putranya untuk
melanjutkan disekolah-sekolah yang berlatar belakang agama Islam. Di
sekolah tersebut biasanya jam pelajaran ilmu pengetahuan umum dan ilmu
pengetahuan

agama

berimbang,

artinya

disamping

dituntut

untuk

mempelajari ilmu pengetahuan umum juga diharuskan mempelajari ilmu


pengetahuan agama. Salah satu contohnya adalah Madrasah Aliyah (MA).
Dengan demikian dapatlah kita bayangkan betapa berat bahan pelajaran
yang harus dipikul oleh siswa yang belajar disekolah tersebut. Disamping itu
banyak juga orang tua berkeinginan memasukkan putranya kepondok
pesantren yang memang telah disediakan untuk siswa yang sekolah
dilingkungan tersebut. Hal ini juga menambah beban belajar yang sangat

berat. Tapi terkadang ada juga orang tua yang menyerahkan seutuhnya
kepada putranya untuk memilih tinggal dipondok pesantren, maupun kos.
Kehidupan dikos berbeda jauh dengan di pondok pesantern. Dikos anakanak lebih bebas untuk menggunakan waktu keseharian mereka dan tanpa
ada kontrol dari pihak manapun. Tinggal sendiri tanpa pengawasan orangtua
jelas menimbulkan tanggung jawab - tanggung jawab moriil kepada anak
tersebut. Seiring dengan bertambahnya usia, anak harus belajar bagaimana
dapat menyelenggarakan kehidupan sebaik-baiknya dengan sesedikit
mengkin mengeluh atau meminta bantuan kepada orangtua. Menurut penulis
keadaan inilah yang kemudian menuntut anak untuk lebih kreatif dalam
menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Sebaiknya sejak awal
anak sudah harus menjalin hubungan yang baik (bersosialisasi-red), kalau
perlu akrab dengan teman-teman yang satu rumah serta ibu pengasuh atau
ibu kost. Hal ini wajib karena merekalah orang terdekat yang pertama kali
dapat anak-anak minta pertolongan bila terjadi masalah dikemudian hari.
Bergaul dengan sebanyak mungkin masyarakat sekitar.
Adapun latar belakang masalah dalam skripsi ini adalah : Secara
pribadi tertarik dengan masalah tersebut, karena faktor lingkungan (tempat
tinggal) sedikit banyak akan berpengaruh terhadap prestasi belajar yang
diperoleh. Di pondok pesantren, siswa mendapat bimbingan dari guru/ kyai
hanya mengenai ilmu agama saja . dan siswa juga diharuskan mengikuti
setiap kegiatan yang diadakan pesantren. Hal ini dapat memungkinkan
waktu belajar matematika siswa berkurang sehingga dapat memungkinkan

turunnya prestasi belajar matematika. Oleh karena itu pengurus pesantren


diharapkan memberikan waktu khusus kepada para sisiwa yang tinggal di
pondok pesantren untuk belajar secara maksimal. Di pondok pesantren juga
lebih memungkinkan siswa belajar sungguh-sungguh, karena tidak ada
pengaruh dari luar yang negatif. Sehingga peluang untuk belajar kelompok
lebih besar dan siswa sudah terbiasa hidup disiplin sehingga hal ini
memungkinkan para siswa untuk bisa saling membagi kemampuan yang
dimiliki setiap siswa. Kemudian untuk tinggal dikos anak-anak lebih bebas
untuk menggunakan waktu keseharian mereka dan tanpa ada kontrol dari
pihak manapun. Sehingga peluang untuk belajar lebih sedikit karena akan
banyak pengaruh negatif dari luar yang masuk. Oleh karena itu diharapkan
orang tua yang mengizinkan anaknya untuk tinggal dikos ikut serta
membantu anak tersebut memilih kos yang dapat dipantau dengan baik oleh
ibu kos atau orang yang punyakos tersebut serta kos yang memiliki aturanaturan yang dapat membatasi perilaku siswa dengan baik. Sedangkan untuk
siswa yang tinggal di rumah anak-anak lebih banyak dikontrol oleh orang
tua mereka. orang tua yang perhatian kepada anak untuk selalu balajar akan
memberikan kemudahan siswa untuk meningkatkan prestasi belajar
Sehingga peluang untuk belajar lebih banyak dan pengaruh dari luar yang
negatif tidak banyak mempengaruhi anak tersebut. Oleh karena itu
sebaiknya orang tua harus banyak memberikan perhatian yang khusus
terhadap anak baik dalam pergaulan maupun tindakan-tidakan.

Dari keterangan di atas, maka siswa yang belajar di lingkungan


tersebut, perlu mempelajari ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan
agama. Sehingga diharapkan, keselarasan, keserasian dan keseimbangan
antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama akan dapat
tercapai. Penulis mengambil contoh sebuah sekolahan didaerah perkotaan
MA Nurul Ulum Mranggen. Untuk memperoleh ilmu pengetahuan umum
dan ilmu pengetahuan agama siswa belajar di MA Nurul Ulum Mranggen,
sedangkan untuk beberapa siswa yang ingin memperdalam pengetahuan
agama, sepulang dari sekolah siswa tinggal di pondok pesantren. Hal ini
yang mendasari penulis memilih judul Perbandingan Prestasi Belajar
Matematika Antara Siswa Yang Tinggal Di Pondok Pesantren, Kos, Dan
Tinggal Bersama Orang Tua Pada Pokok Bahasan Logika Matematika Siswa
Kelas X Semester II MA Nurul Ulum Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011.
B.

Penegasan Istilah.
Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap judul skripsi :
Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Antara Siswa Yang Tinggal Di
Pondok Pesantren, Kos, Dan Tinggal Bersama Orang Tua Pada Pokok
Bahasan Logika Matematika Siswa Kelas X Semester II MA Nurul Ulum
Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011. Maka penulis perlu memberikan
penegasan terhadap istilah-istilah yang berkaitan dengan judul tersebut
antara lain :

1. Studi Komparasi atau Perbandingan.


Kata studi yang dipakai dalam kamus besar Bahasa Indonesia
diterangkan dengan arti : Kajian, Telaah, Penelitian Ilmiah (TIM.
2005:1093). Sedangkan kata komparasi menurut kamus besar bahasa
Indonesia adalah berkenaan atau berdasarkan perbandingan adalah
penelitian atau penyelidikan ilmiah yang membandingkan dua kejadian
atau lebih yaitu antara siswa yang tinggal di pondok pesantren, kos, dan
tinggal bersama orang tua.
2. Prestasi Belajar Matematika.
Prestasi belajar dapat juga dikatakan sebagai hasil belajar. Prestasi
belajar matematika adalah kemampuan atau hasil yang telah dicapai oleh
siswa yang berupa nilai setelah mengikuti proses belajar matematika
dengan materi logika matematika.
3. Pondok Pesantren.
Dalam kamus Bahasa Indonesia Pondok merupakan tempat tinggal
atau asrama dan tempat belajar mengaji bagi muri-murid. (TIM,
2005:888). Yang dimaksud pondok pesantren dalam skripsi ini adalah
tempat tinggal bagi siswa di luar lingkungan sekolah yang menjadi
tempat tinggal bagi siswa yang sekolah di MA Nurul Ulum Mranggen
Tahun Ajaran 2010/2011.
4. Kos.
Dalam

Kamus

Bahasa

Indonesia

Kos

merupakan tempat

tumpangan (yang menerima orang untuk menumpang tinggal dan makan

dengan membayar)(TIM 2005:597). Yang dimaksud kos dalam skripsi


ini adalah tempat tinggal diluar lingkungan sekolah yang menjadi tempat
tinggal bagi siswa yang sekolah di MA Nurul Ulum Mranggen Tahun
Ajaran 2010/2011
5. Siswa Yang Tinggal Bersama Orang Tua.
Siswa yang selama belajar di MA Nurul Ulum Mranggen tidak tinggal di
pondok pesantren, maupun kos tetapi tinggal bersama orangtua.
6. Siswa kelas X semester II MA Nurul Ulum Mranggen Tahun Ajaran
2010/2011 merupakan subjek dari penelitian ini.
7. Logika Matematika
Kata logika berasal dari kata logike(kata sifat dari logos). Logos
artinya ucapan atau pikiran yang diucapkan dengan selengkaplengkapnya. Logika sebagai ilmu pengetahuan adalah ilmu yang
mempelajari azas-azas dan aturan-aturan penalaran agar diperoleh
kesimpulan yang benar.(Sunardi 2005: ). Yang dimaksud logika
matematika dalam skripsi ini adalah materi yang digunakan oleh peneliti
untuk membandingkan hasil prestasi belajar anak yang tinggal dipondok
pesantren, di kos dan tinggal bersama orang tua.
Dalam penelitian ini peneliti akan membandingkan prestasi belajar
matematika siswa yang tinggal dipondok pesantren, di kos maupun yang
tinggal bersama orang tuanya pada pokok bahasan logika matematika siswa
kelas X semester II MA Nurul Ulum Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011.

C.

Permasalahan.
Dengan uraian tersebut

di atas,

maka penulis

merumuskan

permasalahan sebagai berikut :


1. Adakah perbedaan antara prestasi belajar matematika antara siswa yang
tinggal di pondok pesantren, kos, dan tinggal bersama orang tua pada
pokok bahasan logika matematika siswa kelas X semester II MA Nurul
Ulum Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011?
2. Adakah perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang tinggal
dipondok pesantren dan siswa yang tinggal dikos pada pokok bahasan
logika matematika siswa kelas X semester II MA Nurul Ulum Mranggen
Tahun Ajaran 2010/2011?
3. Adakah perbedaan prestasi belajar matematika antara

yang tinggal

dipondok pesantren dengan siswa yang tinggal bersama orang tua pada
pokok bahasan logika matematika siswa kelas X semester II MA Nurul
Ulum Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011?
4. Adakah perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang tinggal
dikos dengan siswa yang tinggal bersama orang tua pada pokok bahasan
logika matematika siswa kelas X semester II MA Nurul Ulum Mranggen
Tahun Ajaran 2010/2011?
D.

Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini untuk
mengetahui :

1.

Adanya perbedaan antara prestasi belajar matematika antara siswa


yang tinggal di pondok pesantren kos maupun tinggal bersama orang
tua pada pokok bahasan logika matematika siswa kelas X semester II
MA Nurul Ulum Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011.

2.

Adanya perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang


tinggal dipondok pesantren dan siswa yang tinggal dikos pada pokok
bahasan logika matematika siswa kelas X semester II MA Nurul Ulum
Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011.

3.

Adanya perbedaan prestasi belajar matematika antara yang tinggal


dipondok pesantren dengan siswa yang tinggal bersama orang tua pada
pokok bahasan logika matematika siswa kelas X semester II MA Nurul
Ulum Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011.

4.

Adanya perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang


tinggal dikos dengan siswa yang tinggal bersama orang tua pada pokok
bahasan logika matematika siswa kelas X semester II MA Nurul Ulum
Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011.

E.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Guru
Guru dapat ikut memberikan alternatif saran bagi siswa untuk bertempat
tinggal di kos, pondok pesantren maupun tinggal bersama orang tua agar
prestasi belajar siswa dapat meningkat.

10

b. Siswa
Pembelajaran yang dilakukan oleh siswa yang bertempat tinggal misal di
pondok pesantren dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga
minat belajar dan pemahaman siswa lebih baik, serta terciptanya suasana
kondusif karena adanya faktor-faktor dari lingkungan siswa untuk
belajar dalam hal ini pelajaran matematika.
c. Peneliti
Peneliti akan memiliki pengalaman tentang lingkungan peserta didik
yang akan mempengaruhi prestasi hasil belajar siswa, sehingga peneliti
nantinya akan memberikan perhatian yang khusus kepada siswa yang
lingkungannya kurang mendukung agar nantinya siswa lebih giat dalam
belajar.
F.

Sistematika Skripsi
Sistematika dalam penyusunan skripsi ini secara garis besar terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu :
1.

Bagian Pendahuluan
Pada bagian ini berisi : Judul, pengesahan, motto dan persembahan,
kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran-lampiran, daftar tabel,
abstraksi.

2.

Bagian Isi Skripsi


Bagian ini terdiri dari lima bab, yaitu :

11

Bab I : Pendahuluan, meliputi : Latar belakang masalah, permasalahan,


penegasan istilah, kajian pustaka, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika skripsi.
Bab II

: Kajian Pustaka dan Hipotesis, meliputi : Belajar dan prestasi


belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar,
hakekat matematika dan prestasi belajar matematika,
pondok pesantren, dan kos.

Bab III: Metodologi Penelitian, meliputi : Populasi dan sampel,


metode pengumpulan data dan metode analisis data.
Bab IV: Hasil Penetian dan Pembahasan, meliputi : Persiapan
penelitian, pelaksanaan, hasil penelitian dan pembahasan
penelitian.
Bab V : Penutup, meliputi : Kesimpulan dan Saran.
3.

Bagian Akhir Skripsi


Bagian Akhir ini meliputi :
a.

Daftar Pustaka.

b.

Lampiran-lampiran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A.

Belajar dan Prestasi Belajar


Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman dan latihan individu itu sendiri. Sedangkan prestasi adalah hasil
belajar yang telah dicapai menurut Hamalik (2004:37) menyatakan belajar
berarti suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang` baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan
Dari pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpukan bahwa yang
dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh individu
setelah melakukan usaha untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
secara keseluruhan, baik tingkah laku yang bersifat pengetahuan (kognitif),
sikap (efektif), maupun keterampilan (psikomotor).
Untuk memperoleh pengetahuan belajar lebih lanjut dan untuk lebih
memahami pengertian belajar maka perlu dikemukakan beberapa prinsip
belajar sebagai ciri dari perbuatan belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Belajar sebagai usaha memperoleh perubahan tingkah laku, ciri-ciri
perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah :

12

13

a.

Perubahan yang disadari.


Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau
individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam
dirinya.

b.

Perubahan dalam belajar bersifat terus menerus, dinamis, dan tidak


statis.
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu
berlangsung terus menerus, dinamis dan tidak statis. Satu
perubahan yang terjadi akan berguna bagi kehidupan atau proses
belajar berikutnya.

c.

Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan pasif.


Dalam perubahan belajar perubahan-perubahan itu akan senantiasa
bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang baik dari
sebelumnya. Perubahan-perubahan itu bersifat aktif artinya bahwa
perubahan itu terjadi dengan dirinya melainkan harus karena usaha
individu sendiri.

d.

Perubahan dalam belajar bukan bersifat temporer.


Perubahan dalam belajar terjadi karena pengaruh atau dorongan
dari luar dan sengaja.

e.

Perubahan belajar bertujuan atau terarah.


Ini berarti perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan
yang akan dicapai.

14

2. Hasil ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku.


Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami
perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan
keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Jadi aspek perubahan yang
satu erat hubungannya dengan aspek yang lainnya.
3. Belajar merupakan suatu proses.
Jadi perbuatan belajar merupakan suatu kegiatan. Kegiatan merupakan
suatu bentuk usaha individu secara aktif dalam memenuhi kebutuhan
untuk mencapai tujuan.
4. Proses belajar terjadi karena ada dorongan dan tujuan yang hendak
dicapai.
Dengan demikian makin besar dorongan yang dirasakan individu dan
makin jelas tujuan yang akan dicapai, maka makin besar pula usaha
individu untuk melakukan kegiatan belajar.
5. Belajar merupakan bentuk pengalaman.
Perbuatan belajar tidak dapat dipisahkan dari situasi kehidupan individu.
Hasil belajar yang dicapai individu akan merupakan pengalaman
individu. Belajar menghasilkan perubahan pada siswa, perubahan
tersebut berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap.
Perubahan yang terjadi itu merupakan suatu hasil belajar atau prestasi
belajar.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa suatu individu
dikatakan telah melakukan proses belajar bilamana dalam dirinya telah

15

terjadi perubahan secara sadar, bersifat fungsional, bersifat positif dan Aktif,
bukan bersifat sementara, bertujuan atau terarah dan mencakup seluruh
aspek tingkah laku serta terjadi karena adanya dorongan dan tujuan yang
hendak dicapai.
B.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Prestasi belajar yang dicapai peserta didik tidak terlepas dari faktorfaktor yang mempengaruhinya.
Menurut Dimiyati (2009: 236) mengemukakan bahwa :
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah : Faktor intern,
dalam interaksi belajar ditemukan bahwa proses belajar yang akan dilakukan
oleh siswa merupakan kunci keberhasilan siswa dan Faktor ekstern, proses
yang didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses belajar
juga dapat terjadi atau menjadi lebih kuat bila didorong oleh lingkungan
siswa.
a.

Faktor intern, dalam interaksi belajar ditemukan bahwa proses belajar


yang akan dilakukan oleh siswa merupakan kunci keberhasilan siswa.
Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh
pada proses belajar mengajar antara lain :
1)

Kondisi fisiologis
Kondisi fisiologis umumnya sangat berpengaruh terhadap belajarnya

seseorang. Faktor kesehatan badan, Orang yang dalam keadaan segar


jasmaninya akan berbeda belajarnya dari orang yang dalam keadaan lelah.
Anak-anak yang tidak kekurangan gizi, mereka lekas mudah mengantuk

16

dan tidak mudah menerima. Di samping kondisi fisiologis umum, hal yang
tidak kalah pentingnya adalah panca indra terutama penghilatan dan
pendengaran, sebab sebagian besar yang dipelajari oleh manusia dipelajari
dengan menggunakan penglihatan dan pendengaran. Kegiatan ini lebih
jelas bila kita melihat dan menghayati sendiri dalam belajar yaitu dengan
membaca, melihat model, mengobservasi, mengamati hasil percobaan,
mendengarkan keterangan guru, dan sebagainya. Kondisi fisiologis yang
lain adalah tidak cacat atau kebutuhan anggota tubuh, baik itu pada kaki/
tangan, dan sebagainya. Sebab pelajaran matematika memerlukan kegiatan
mental yang tinggi, menuntut banyak perhatian dan pikiran jernih Hal ini
akan dapat menghambat proses keberhasilan dalam belajar. Misal: cacat
pada telinga kesulitan mendengarkan keterangan guru.
2)

Kondisi Psikologis
Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap

proses belajar yang bersifat psikologis juga. Beberapa faktor psikologis


yang utama, yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah:
a.

Kecerdasan
Kecerdasan besar peranannya dalam keberhasilan seseorang
mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu progrom pendidikan.
Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar
dari pada orang yang kurang cerdas. Atau dapat dikatakan bahwa
orang cerdas akan dapat cepat menguasai pelajaran dibandingkan
dengan orang yang kurang cerdas, meskipun fasilitas dan waktu yang

17

digunakan untuk mempelajari materi pelajaran itu sama. Hasil


penggunaan kecerdasan biasanya dinyatakan dengan angka yang
menunjukkan perbandingan kecerdasan yang terkenal dengan IQ
(Intelligence Quotient). Beberapa penelitian telah menunjukkan
hubungan yang erat antara IQ dengan hasil belajar disekolah. Jadi
kecerdasan seseorang bisa kita ukur dengan menggunakan bahwa
faktor kecerdasan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
keberhasilan dalam belajar.
b.

Bakat
Bakat merupakan faktor yang bersar pengaruhnya terhadap proses
dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada yang membantah,
bahwa belajar yang sesuai dengan bakat yang dimiliki, akan
memperbesar kemungkinan keberhasilan belajarnya. Akan tetapi
banyak sekali hal-hal yang menghalangi untuk tercipitanyan kondisi
yang

sangat diingini oleh setiap oarang.

Dalam linkungan

(SLTP,SLTA) misalnya belum semua sekolah memberi pelajaran


pilihan bebas, yang memang sesuai dengan anak-anak. Memang
diakui, alat pengukur bakat yang benar-benar dapat diandalkan
sampai saat ini masih langka. Secara mudah bila dijumpai murid yang
berprestasi sangat menonjol dalam bidang tertentu kiranya itu perlu
mendapatkan perhatian yang khusus, sebab ada kemungkinan anak
tersebut mempunyai bakat dalam bidang itu. Misal: anak yang
berbakat matematika, bila dibandingkan dengan anak yang kurang

18

bakat merupakan hal yang paling penting dalam proses belajar dan
pengaruh terhadap prestasi belajar.
c.

Minat
Kalau sesorang mempelajari sesuatu dengan penuh minat, maka
dapat diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik, sebaliknya kalau
seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, jangan
diharapkan bahwa akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal
tersebut. Biasanya persoalan yang timbul adalah bagaimana
mengusahakan agar hal yang diinginkan sebagai pengalaman belajar
itu menarik minat para pelajar, atau bagaimana cara menentukan agar
para pelajar itu dapat belajar sesuai dengan minatnya. Misalnya:
persoalan pemilihan jurusan atu bidang studi yang dipilih itu benarbenar sesuai dengan minat pelajar, karena dengan demikian dapat
diharapkan hasil yang baik. Dengan sendirinya minat yang harus
didukung pula kemampuan yang memadai. maka dapat disimpulkan
bahwa minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang
disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya
melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa
pengetahuan, sikap dan keterampilan.

d.

Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi
psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Umumnya

19

persoalan kaitan motivasi dengan belajar adalah mengatur agar


motivasi dapat ditingkatkan supaya hasil belajar dapat optimal sesuai
dengan kemampuan yang ada pada individu. motivasi sangat
diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini
merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak
menyentuh kebutuhannya. Dan segala sesuatu yang menarik minat
orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan
kebutuhannya. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu
membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai
hubungan dengan kepentingannya sendiri. Jadi motivasi merupakan
dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang sehingga
ia berminat terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi
dalam belajar.
e.

Emosi
Sesuai dengan proses belajar dalam perkembangan kehidupan
sesorang, maka terbentuklah suatu tipe atau keadaan kepribadian
tertentu antara lain menjadi seorang yang emosional, mudah putus
asa. Hal ini tentu ikut menentukan bagaimana ia menerima,
menghayati pengalaman yang diperoleh. Keadaan emosi yang labil,
seperti mudah marah, mudah tersinggung, merasa tertekan, merasa
tidak aman dapat mengganggu keberhasilan anak dalam belajar.
Perasaan aman, gembira, bebas merupakan aspek yang mendukung

20

dalam kegiatan belajar. Siswa memperoleh kesempatan belajar


meskipun

demikian

siswa

dapat

memerima,

menolak,

atau

mengabaikan kesempatan belajar tersebut.


f.

Kemampuan kognitif
Yang dimaksud dengan kemampuan kognitif disini adalah
kemampuan penalaran yang dimiliki oleh para sisiwa. Kemampuan
penalaran yang tinggi akan memungkinkan seorang siswa belajar
dengan baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan penalaran
sedang. Perlu diketahui bahwa kemampuan kognitif ini tidak akan
berkembang dengan baik tanpa adanya latihan. Untuk itu, belajar
teratur akan dapat meningkatkan kemampuan kognitif yang dimiliki
seseorang. Pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh siswa besar
pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Pengalaman tersebut menjadi
dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru yang akan
sangat membantu dalam minat belajar siswa.
Sebagai contoh, seseorang siswa akan sangat mudah dalam
menguasai dan memahami materi pelajaran Matematika, karena ia
telah memahami dan menguasai dengan baik materi pelajaran
Matematika sewaktu di SD/MI. Jadi, dapat dipahami bahwa
pengalaman belajar Matematika di jenjang pendidikan sebelumnya
turut berpengaruh terhadap belajar siswa, terutama dalam mata
pelajaran Matematika.

21

b.

Faktor ekstern, proses yang didorong oleh motivasi intrinsik siswa.


Disamping itu proses belajar juga dapat terjadi atau menjadi lebih kuat
bila didorong oleh lingkungan siswa. Ditinjau dari segi siswa, maka
ditemukan beberapa faktor ektern yang berpengaruh pada aktivitas
belajar sebagai berikut :

1)

Faktor Lingkungan.
Faktor lingkungan ini juga sangat berpengaruh sekali terhadap
proses belajar dan hasi belajar. Faktor lingkungan menurut Muniroh
(2002:17) dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a.

Lingkungan alami
Lingkungaan

alami

yaitu

kondisi

alam

yang

dapat

berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, seperti suhu udara,


kelembapan udara, kepengapan udara, pencahayaan, musim, cuaca
termasuk kejadian-kejadian yang ada, dan sebagainya. Belajar
Matematika pada keadaan udara yang segar, akan lebih baik
hasilnya dari pada belajar dalam keadaan udara yang panas dan
pengap, atau belajar pagi hari akan lebih baik dari pada belajar
siang hari. Jadi, minat dan perhatian siswa akan lebih baik jika jam
pelajaran Matematika di letakkan di pagi hari. Di Indonesia, orang
cenderung belajar pada pagi hari hasilnya akan lebih baik daripada
belajar pada siang hari ataupun sore hari. Di samping itu,
pengaturan cahaya yang kurang baik dapat mengganggu proses
pembelajaran Matematika di dalam kelas. Karena cara mengajar

22

dan

sistem

pengajaran

pada

umumnya

sangat

banyak

menggunakan penglihatan dan pendengaran.


b.

Lingkungan sosial
Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan
representasinya (wakilnya) maupun wujud lain yang langsung
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Misalnya siswa
yang sedang belajar memecahkan soal Matematika yang rumit dan
membutuhkan konsentrasi tinggi, akan terganggu apabila ada siswa
lain yang mondar-mandir di dekatnya atau bercakap-cakap keras di
dekatnya. Hubungan antara anak dan orang tua yang harmonis,
penuh

perhatian,

kasih

sayang,

akrab,

saling

pengertian

memungkinkan anak belajar dengan baik, karena disamping


memberikan dorongan untuk belajar, orang tua akan membantu
menciptakan situasi belajar yang baik. Representasi manusia
seperti potret, tulisan, rekaman suara juga berpengaruh terhadap
belajar. Hal inilah yang menjadikan salah satu alasan mengapa
gedung sekolah didirikan ditempat yang jauh dari keramaian.
2)

Kurikulum.
Kurikulum sekolah yang belum mantap, sering adanya perubahanperubahan dapat mengganggu proses belajar siswa. Terutama bagi
siswa yang terkena aturan perubahan kurikulum itu. Kurikulum yang
baik, jelas dan mantap memungkinkan siswa untuk dapat belajar lebih
baik pula. program pembelajaran disekolah didasarkan pada suatu

23

kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan disekolah adalah kurikulum


ynag disahkan oleh pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan
oleh suatu yayasan pendidikan. Kurikulum sekolah tersebut berisi
tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar, dan
evaluasi.
3)

Program.
Program pendidikan dan pengajaran disekolah yang telah dirinci
dalam suatu kegiatan yang jelas akan memudahkan siswa dalam
merencanakan dan mempersiapkan untuk mengikuti program tersebut.
Program-program yang jelas

tujuannya, sasarannya, waktunya,

kegiatannya dapat dilaksanakan dengan mudah, akan membantu siswa


dalam proses belajar dan sebaliknya program-program pendidikan dan
pengajaran disekolah yang kurang jelas akan menyulitkan siswa untuk
mengikuti proses belajar
4)

Sarana dan Fasilitas


Keadaan

gedung/tempat

belajar

siswa

termasuk

didalam

penerangan, ventilasi, tempat duduk dapat mempengaruhi keberhasilan


dalam belajar. Penerangan yang cukup, ventilasi yang memungkinkan
pergantian udara secara baik, tempat duduk yang memadaidan ruangan
yang bersih, akan membuat iklim yang kondusif untuk belajar. Alatalat pelajaran yang lengkap, perpustakaan yang memadai, merupakan
faktor pendukung keberhasilan belajar siswa. Tersedianya fasilitas dan
alat yang memadai dapat memancing minat siswa pada mata pelajaran

24

Matematika Saran lain seperti asrama, kantin, koperasi juga dapat


memberikan kemudahan bagi siswa.
Fasilitas dan alat penunjang pelajaran Matematika yang dimaksud
di sini bisa berupa :
a) Alat dan fasilitas yang digunakan bersama-sama dengan murid.
Sebagai contoh, papan tulis, kapur tulis/spidol, ruangan kelasdan
sebagainya.
b) Alat yang dimiliki oleh masing-masing murid dan guru. Misalnya :
alat tulis, buku pelajaran Matematika, buku pengangan guru dan
lain sebagainya.
c) Alat peraga yang berfungsi untuk memperjelas atau memberi
gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang diajarkan.
Belajar dengan menggunakan fasilitas dan alat lebih efektif dan
lebih menyenangkan dibandingkan tanpa menggunakan alat peraga
atau hanya dengan teori saja.
5)

Guru dan Tenaga Pengajar


Kelengkapan dari jumlah pengajar dan kualitas dari guru tersebut
akan mempengaruhi pula keberhasilan siswa dalam belajar. Disamping
itu, cara penyampaian pelajaran yang kurang menarik menjadikan
siswa kurang berminat dan kurang bersemangat untuk mengikutinya.
Namun sebaliknya, jika pelajaran disampaikan dengan cara dan gaya
yang menarik perhatian, maka akan menjadikan siswa tertarik dan
bersemangat untuk selalu mengikutinya dan kemudian mendorongnya

25

untuk terus mempelajarinya. Cara seorang guru dalam menyampaikan


pelajaran sangat terkait dengan tipe atau karakter kepribadiannya,
Kelengkapan jumlah guru, kemampuan, kedipslinan dan cara mengajar
yang baik, yang dimiliki oleh setiap guru akan memungkinkan siswa
dapat belajar dengan baik. Dalam proses belajar mengajar guru
merupakan komponen yang penting terhadap keberhasilan belajar
siswa, terutama dalam sistem pengajaran klasikal. Jadi hendaknya guru
dapat menggunakan berbagai metode mengajar yang bervariasi sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor
yang mempengaruhi belajar meliputi faktor intern/dalam dan faktor
ektern/luar. Faktor intern/dalam terdiri dari faktor fisiologis/jasmani, faktor
psikologis,

faktor

kecerdasan/intelegensi,

kelelahan.
bakat,

Faktor

perhatian,

psikologis
minat,

mencakup

motivasi,

motif,

kematangan, emosi, kesiapan, kemampuan kognitif. Sedangkan faktor


ekstern/luar terdiri dari faktor keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat
dan lingkungan alami. Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik,
relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
perhatian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah meliputi
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di
atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Faktor
masyarakat meliputi kegiatan siswa dengan masyarakat, mass media, teman

26

bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. Lingkungan alami meliputi suhu


udara, kelembaban udara, cuaca dan musim.
C.

Hakekat Matematika dan Hasil Belajar Matematika


Sutrisman Murtadho dan Tambunan dalam Suyudi (2005 : xxvii)
mendefinisikan matematika sebagai ilmu yang dapat membantu manusia
menafsirkan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan-kesimpulan serta
dalam mengambil keputusan. Anak dikenalkan benda secara konkrit yang
dihubungkan dengan konsep angka dan perhitungan. Objek langsung dalam
matematika terdiri dari fakta, konsep, dan prinsip. Selain objek langsung
dalam matematika juga terdapat objek tidak langsung yang terdiri dari
mengalihkan perhatian, kemampuan menyelidiki, kemampuan pemecahan
soal, disiplin diri, dan apresiasi terhadap struktur matematika. Setiap objek
langsung pengajaran matematika tersebut memiliki tingkat kesulitan yang
menuntut kemampuan kognitif yang berbeda, maka mengajarkan objek
langsung dalam pengajaran matematika memerlukan strategi mengajar
tersendiri yang sesuai dengan objek yang sedang dipelajari siswa.
Fakta matematika menurut Sutrisman Murtadho dan Tambunan dalam
Suyudi (2005: xxix) diartikan sebagai ide abstrak yang memudahkan orang
dapat mengklasifikasikan objek atau kejadian dan menentukan apakah objek
atau kejadian itu adalah contoh dari ide abstrak itu. Konsep dapat dipelajari
melalui definisi-definisi atau melalui pengamatan langsung. Dalam belajar
konsep, siswa yang masih berada dalam tahap operasi konkrit, biasanya
perlu melihat dan memegang benda (objek) yang dinyatakan oleh konsep

27

itu, sedangkan siswa dalam tahap operasi formal, mempelajari konsep


melalui diskusi dan memperhatikannya dengan sungguh-sungguh. Seseorang
telah belajar konsep, jika seseorang itu telah mampu memisahkan contoh
konsep dari bukan contoh konsep. Prinsip adalah hubungan dari satu atau
lebih dari objek langsung pengajaran matematika yang berupa fakta, konsep,
operasi atau prinsip yang lain. Prinsip dapat dipelajari melalui proses inkuiri
ilmiah, penemuan yang dituntun, diskusi kelompok menggunakan strategi
pemecahan masalah soal dan demonstrasi. Seorang siswa telah belajar
prinsip, apabila siswa itu mampu menentukan konsep-konsep itu pada relasi
yang benar satu dengan lainnya dan mampu menggunakan prinsip itu pada
situasi tertentu.
Operasi adalah keterampilan menggunakan fakta, konsep, dan prinsip
yang dipelajari. Pemahaman fakta, konsep, dan prinsip sangat diperlukan
untuk mendapatkan kemahiran keterampilan. Tetapi adakalanya terlihat
seorang siswa memiliki keterampilan yang baik, tetapi waktu diminta
menyebut prinsip apa yang digunakan siswa tidak mampu menyebutnya.
Operasi dapat dipelajari melalui demonstrasi dan berbagai jenis latihan dan
praktikum, seperti lembaran kertas kerja, bekerja dipapan tulis, kegiatan
kelompok dan permainan kelompok. Siswa telah dianggap menguasai
operasi apabila mereka telah dapat mendemonstrasikan operasi itu secara
tepat dan benar dalam penyelesaian berbagai jenis soal atau menggunakan
operasi itu dalam berbagai situasi.

28

Nana Sudjana dalam Suyudi(2005: xxxi) mengemukakan bahwa hasil


belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya. Dalam belajar matematika
terjadi proses berpikir dan terjadi kegiatan mental dan dalam kegiatan dalam
menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang
diperoleh sebagai pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan
menguasai hubungan-hubungan tersebut. Dengan demikian ia dapat
menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan yang dipelajari tersebut,
inilah yang disebut hasil belajar.
Gagne dalam Ratna Wilis (1996 : 135) mengelompokkan hasil belajar
menjadi lima bagian dalam bentuk kapabilitas yakni ketrampilan intelektual,
strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap. Gagne
dan Briggs dalam Ratna Wilis (1996 : 134) menerangkan bahwa hasil
belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut adalah
a)

Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berkenaan dengan


pengetahuan procedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep
konkret dan terdefinisi, kaidah serta prinsip,

b)

Strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalahmasalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing
individu dalam memperhatikan, mengingat, dan berpikir.

c)

Informasi verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu


dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang
relevan,

29

d)

Keterampilan motorik adalah kemampuan untuk melaksanakan dan


mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.

e)

Sikap

merupakan kemampuan

internal

yang

berperan dalam

mengambil tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan


penilaian terhadap objek tersebut.
Bloom dalam Suyudi (2005 : xxxii) membagi hasil belajar menjadi tiga
kawasan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kawasan kognitif
berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual
serta

keterampilan-keterampilan.

Kawasan

afektif

menggambarkan

sikapsikap, minat, dan nilai serta pengembangan pengertian atau


pengetahuan dan penyesuaian diri yang memadai. Kawasan psikomotor
adalah kemampuan-kemampuan menggiatkan dan mengkoordinasikan
gerak. Kawasan kognitif dibagi atas enam macam kemampuan intelektual
mengenai lingkungan yang disusun secara hirarkis dari yang paling
sederhana sampai kepada yang paling kompleks, yaitu :
a.

Pengetahuan adalah kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah


dipelajari.

b.

Pemahaman adalah kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu


hal.

c.

Penerapan adalah kemampuan mempergunakan hal-hal yang telah


dipelajari untuk menghadapi situasi-situasi baru dan nyata.

d.

Analisis adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagianbagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami.

30

e.

Sintesis adalah kemampuan untuk memadukan bagian-bagian menjadi


suatu keseluruhan yang berarti

f.

Penilaian adalah kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan


criteria intern atau kelompok atau criteria ekstern ataupun yang
ditetapkan lebih dahulu.
Oleh karena itu dalam mempelajari matematika, tidak hanya bisa

dipelajari dengan membaca saja, karena penalarannya deduktif yang


berkenaan

dengan

ide-ide,

konsep-konsep,

simbol-simbol.

Dalam

mempelajari matematika seorang peserta didik haruslah menguasai konsepkonsep dasar matematika dengan baik, karena tanpa menguasai konsep
matematika dengan baik, mustahil prestasi belajar yang diraih akan
menggembirakan. Sedang hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai
secara maksimal setelah melaksanakan kegiatan belajar dan berusaha
memperoleh kepintaran dalam belajar atau materi matematika. Untuk
memperolah hasil yang memuaskan, ada beberapa kesulitan yang terasa
dalam memcapai harapan tersebut, penguasaan konsep dasar matematika
yang kurang dan sebagainya.
D.

Pondok Pesantren
Hasbullah dalam Mayra (2002 : 11)Definisi singkat istilah pondok
adalah tempat sederhana yang merupakan tempat tinggal kyai bersama para
santrinya. Di Jawa, besarnya pondok tergantung pada jumlah santrinya.
Adanya pondok yang sangat kecil dengan jumlah santri kurang dari seratus
sampai pondok yang memiliki tanah yang luas dengan jumlah santri lebih

31

dari tiga ribu. Tanpa memperhatikan berapa jumlah santri, asrama santri
wanita selalu dipisahkan dengan asrama santri laki-laki.
Komplek sebuah pesantren memiliki gedung-gedung selain dari
asrama santri dan rumah kyai, termasuk perumahan ustad, gedung madrasah,
lapangan olahraga, kantin, koperasi, lahan pertanian dan/atau lahan
pertenakan. Kadang-kadang bangunan pondok didirikan sendiri oleh kyai
dan kadang-kadang oleh penduduk desa yang bekerja sama untuk
mengumpulkan dana yang dibutuhkan.
Salah satu niat pondok selain dari yang dimaksudkan sebagai tempat
asrama para santri adalah sebagai tempat latihan bagi santri untuk
mengembangkan ketrampilan kemandiriannya agar mereka siap hidup
mandiri dalam masyarakat sesudah tamat dari pesantren. Santri harus
memasak sendiri, mencuci pakaian sendiri dan diberi tugas seperti
memelihara lingkungan pondok.
Dalam tulisannya, Drs. K.H. Abdul Hamid, M.Ag dan Drs. Yaya,
M.Ag (2010 : 335) ada banyak model dan gambaran pesantren sehingga
agak sulit untuk melakukan kategorisasi dalam suatu definisi tunggal,
apalagi membuat definisi yang ketat. Gambaran global tentang pesantren
sangatlah beragam. Pesantren memiliki keunikan tersendiri sehingga akan
terasa sulit untuk mendefinisikannya dalam satu konsep yang mencakup
semua gambaran tentang pesantren. Bagaimanapun, disana justru ada
semacam model dan gambaran penting dari pesantren. Model ini

32

diformulasikan atas dasar riset empirik, yaitu aspek visioner dalam tujuan
pesantren.
Dhofier dalam Mayra (2002 : 11)Sistem asrama ini merupakan ciri
khas tradisi pesantren yang membedakan sistem pendidikan pesantren
dengan sistem pendidikan Islam lain seperti sistem pendidikan di daerah
Minangkabau yang disebut surau atau sistem yang digunakan di
Afghanistan.
Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam di
Indonesia. Ciri sebuah pesantren biasanya selalu mempertahankan unsurunsur seperti : pondok, masjid, pengajian kitab kuning, guru mengaji (kyai),
santri

(siswa/siswi)

dan

lain-lain.

Lembaga-lembaga

pesantren

dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu :


a.

Pesantren Salafiah
Dari pesantren ini pengajian kitab kuning masih dipertahankan,
contohnya pondok pesantren Telogorejo Magelang, Plosa di Kediri
dan lain-lain.

b.

Pesantren Kalafiah
Dipesantren

ini,

selain

pengajian

kitab

kuning

tetap

dipertahankan, juga telah memberikan materi pelajaran umum.


Contohnya pondok pesantren Tebu Ireng dan Gontor di Jawa Timur.
Hasbullah dalam Muniroh (2002 : 25) mengemukakan tujuan
pendidikan pesantren adalah :

33

1.

Tujuan utamanya adalah membimbing anak didik untuk menjadi


manusia yng berkepribadian Islam dan dengan ilmu agamanya ia
sanggup untuk menjadi mubaligh dilingkungan sekitarnya.

2.

Tujuan khususnya adalah mempersiapkan santri menjadi orang


yang alim dan ilmu agama yang diajarkan oleh kyai di
amalkannya di masyarakat.
Melihat tujuan pendidikan pesantren tersebut, maka pada
perkembangan selajutnya ada beberapa macam pendidikan yang
perlu dikembangkan, yaitu :
1. Pendidikan Agama
Pendidikan agama bisa mencerminkan perbuatan dan
tindakan seseorang.
2. Pendidikan Kecerdasan
Kecerdasan

sangat

diutamakan

dalam

agama,

menjalankan agama harus didasarkan atas pengetahuan yang


benar, dan berdasar atas dasar hukum yang kuat. Hal ini
biasanya

terjadi

jika

seseorang

mempergunakan

akal

pikirannya.
3. Pendidikan Keindahan (Estetika)
Keindahan dapat tumbuh dan berkembang dengan
tingkah laku dan tindakan yang berdasarkan agama.

34

4. Pendidikan Etika
Pembangunan tidak hanya membangun materiil saja,
namun juga membangun spiritual/ rohani dan moral. Untuk itu
pesantren banyak sekali dikembangkan pendidikan yang
berkenaan dengan etika (kesusilaan).
5. Pendidikan Sosial
Dengan pengembangan pendidikan ini, diharapkan agar
seseorang

dapat

terjun

kemasyarakat

dan

membangun

masyarakat agar lebih maju.


6. Pendidikan Olah Raga dan Kesehatan
Dengan anak didik yang sehat, maka akan menghasilkan
warga negara yang kuat, sehingga bisa mewujudkan cita-cita
bangsa dan negara.
7. Pendidikan Keterampilan
Tujuan untuk memberikan bekal keterampilan kepada
anak didik agar ia mempunya skill yang baik, sehingga
keterampilan tersebut bisa diterapkan di masyarakat.
Jenjang kehidupan dipondok pesantren tidak dibatasi seperti dalam
lembaga-lembaga pendidikan yang memakai sistem klasikal. Umumnya
kenaikan belajar seorang santri disesuaikan dengan selesainya dan
brgantungnya kitab yang dipelajari.
Menurut Hamid dan Yaya (2010 : 337) kurikulum pesantren memiliki
empat komponen yaitu:

35

1. Ngaji sebagai pendidikan agama tradisional,


2. Kurikulum-kurikulum yang diakui pemerintah,
3. Pelatihan keahlian atau skill, dan
4. Pengembangan karakter.
Dalam bermasyarakat santri sudah dibekali taat nilai dan kebiasaan
dilingkungan pondok pesantren, yang merupakan ciri tersendiri

dalam

kehidupan di pondok pesantren.


Ciri-ciri tersebut antara lain :
1. Adanya hubungan yang akrab antara santri dan kyai.
2. Tunduknya santri pada kyai, para santri menganggap bahwa
menantang kyai di anggap kurang sopan dan menantang ajaran
agama.
3. Hidup hemat dan sederhana benar-benar dilukukan di dalam
kehidupan pondok pesantren.
4. Semangat menolong diri sendiri amat terasa dan terlihat dikalangan
santri pada pondok pesantren tersebut.
5. Jiwa tolong menolong dan rasa persaudaraan mewarnai pergaulan di
pondok pesantren, hal ini disebabkan karena para santri menyadari
bahwa mereka itu saudara.
6. Kehidupan disiplin sangat ditekankan dalam kehidupan di pondok
pesantren.

36

Bila ditinjau dari ciri-ciri tersebut diatas, maka ada lima hal yang
menjiwai kehidupan dipondok pesantren, yaitu : keikhlasan, kesederhanaan,
sikap tolong menolong diri sendiri, persaudaraan dan kebebasan.
Jadi dengan kebiasaan yang telah dilakukan dipesantren, santri
diharapkan

bisa

menerapkan

kebiasaan

tersebut

dalam

kehidupan

bermasyarakat, karena sudah menjadi keharusan bagi santri untuk


mengamalkan dan mempratekkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.
E.

Kos
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kost merupakan tempat tumpangan
(yang menerima orang untuk menumpang tinggal dan makan dengan
membayar). (TIM 2005:597).
Kost atau indekost adalah sebuah jasa yang menawarkan sebuah kamar
atau tempat untuk ditinggali dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk
setiap periode tertentu (umumnya pembayaran per bulan). Kata "kost"
sebenarnya adalah turunan dari frase bahasa Belanda "In de kost". Definisi
"In de kost" sebenarnya adalah "makan di dalam" namun bila frase tersebut
dijabarkan lebih lanjut dapat pula berarti "tinggal dan ikut makan" di dalam
rumah tempat menumpang tinggal.
Pada zaman kolonial / penjajahan Belanda di Indonesia, "in de kost"
adalah sebuah gaya hidup yang cukup populer di kalangan menengah ke atas
untuk kaum pribumi, terutama sebagian kalangan yang mengagungagungkan budaya barat / Eropa khususnya adat Belanda, dengan trend ini

37

mereka berharap banyak agar anaknya dapat bersikap dan berprilaku


layaknya bangsa Belanda atau Eropa yang dirasa lebih terhormat saat itu.
Dalam masa penjajahan, bangsa Belanda ataupun bangsa Eropa pada
umumnya mendapat status sangat terpandang dan memiliki kedudukan
tinggi dalam strata sosial di masyarakat, terutama di kalangan masyarakat
pribumi Indonesia.

Orang-orang

yang

bukan orang

Belanda dan

berpandangan non-tradisional menganggap perlunya anak mereka bersikap


"seperti layaknya" orang Belanda. Dengan membayar sejumlah uang
tertentu sebagai jaminan, anaknya diperbolehkan untuk tinggal di rumah
orang Belanda yang mereka inginkan, dengan beberapa syarat yang sudah
diperhitungkan, dan resmilah si anak diangkat sebagai anak angkat oleh
keluarga Belanda tersebut.
Setelah tinggal serumah dengan keluarga Belanda tersebut, selain
diperbolehkan makan dan tidur di rumah tersebut, si anak tetap dapat
bersekolah dan belajar menyesuaikan diri dengan gaya hidup keluarga
tempat ia menumpang. Dari situasi inilah mungkin sisi paling penting dari
konsep "in de kost" jaman dulu, yaitu mengadaptasi dan meniru budaya
hidup, bukan sekedar hanya makan dan tidur saja, namun diharapkan setelah
berhenti menumpang, sang anak dapat cukup terdidik untuk mampu hidup
mandiri sesuai dengan tradisi keluarga tempat dimana ia pernah tinggal. Hal
ini dianggap mirip atau sama dengan konsep "Home stay" (bahasa Inggris)
di zaman sekarang.

38

Seiring berjalannya waktu dan berubahnya jaman, sekarang khalayak


umum di Indonesia menyebut istilah "in de kost" dengan menyingkatnya
menjadi "kost" saja. Dimana-mana, terutama di berbagai daerah di
Indonesia, sentra pendidikan tumbuh berjamuran, terutama akademi dan
universitas swasta. Hal ini diikuti dengan bertambahnya jumlah rumahrumah atau bangunan khusus yang menawarkan jasa "kost" bagi para
pelajar/mahasiswa yang membutuhkannya. Jasa ini tidaklah gratis, yaitu
dengan melibatkan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode, yang
biasanya dihitung per bulan atau per minggu. Hal ini berbeda dengan
kontrak rumah, karena umumnya "kost" hanya menawarkan sebuah kamar
untuk ditinggali. Setelah melakukan transaksi pembayaran barulah
seseorang dapat menumpang hidup di tempat yang dia inginkan.
Biasanya siswa yang merasa rumahnya jauh dari tempat mereka
menimba ilmu mereka lebih memilih untuk tinggal kos didekat-dekat
sekolah mereka. Seseorang yang menjalani kehidupan kost biasanya akan
lebih mandiri dan bertanggungjawab dibandingkan dengan orang-orang
yang tidak menjalaninya. Hal ini dimungkinkan sebab seorang anak kost
mau tidak mau harus belajar untuk mengatur kehidupannya sendiri, makan
sendiri, mencuci baju sendiri, membersihkan kamar, dan sebagainya
Meskipun begitu, tidak sedikit juga mahasiswa yang rumahnya dekat tetapi
mereka tetap tinggal dikos. .
Alasannya pun bermacam-macam, ada yang bilang kalau mengerjakan
tugas jadi gampang, Terakhir, masalah yang sepele namun juga penting

39

adalah selektif dalam memilih teman. Dizaman di mana pergaulan bebas


menjadi nge-trend ini, selektif dalam memilih teman adalah kunci utama
yang paling menentukan seperti apa nanti wujud eksistensi di dunia ini.
Seperti nasihat para sufi bahwa bergaul dengan penjual minyak wangi,
maka kita akan mendapatkan percikan minyak wanginya. Namun bergaul
dengan pandai besi, tak jarang kita mendapatkan percikan apinya, seperti
itu pula jika anak tersebut bergaul dengan temannya. Bila teman-teman anak
itu adalah orang-orang yang mempunyai semangat untuk mencapai
keberhasilan yang tinggi, maka kemungkinan anak tersebut juga akan
semangat untuk mencapai keberhasilan dalam hidup, sebaliknya bila temanteman anak yang tinggal dikos adalah orang-orang yang ngakunya gaul
namun ternyata sibuk mendzalimi dirinya sendiri, maka kemungkinan besar
anak juga akan menjadi seperti itu. Maka sebaiknya memberikan pengertian
kepada anak untuk bergaul dengan semua orang, namun tetap selektif dalam
memilih teman.
Dan itu juga mengapa dikalangan siswa/pelajar banyak kasus seks
bebas. Karena mereka tidak terpantau oleh orang tua mereka. Dan itu juga
yang membuat budaya kumpul-kumpul atau yang lebih dikenal dengan
nongkrong menjadi tidak sehat. Ada yang memakai obat-obatan, minumminuman beralkohol pun juga ada. Tapi tidak sedikit juga yang benar-benar
mereka untuk sekolah dengan benar.
Ada baiknya orang tua yang mengizinkan anaknya untuk tinggal dikos
lebih baik mencari kos-kosan yang bisa dipantau langsung oleh ibu kos atau

40

sering disebut induk semang. Dan mempunyai peraturan yang harus


dilakukan oleh penghuni kos sehingga hidupnya pun akan lebih teratur dan
juga faktor-faktor negative dari luar sedikit bisa dihindari.
F.

Kerangka Berfikir
Untuk

dapat

mencapai

tujuan

pendidikan

nasional

diperlukan

keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara ilmu pengetahuan agama


dan ilmu pengetahuan umum. Ilmu pengetahuan agama dapat membentuk
manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,
sedangkan ilmu pengetahuan dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan
dan produktivitas manusia Indonesia.
Banyak sekali orang tua yang menginginkan putranya untuk melanjutkan
disekolah-sekolah yang berlatar belakang agama Islam. Di sekolah tersebut
biasanya jam pelajaran ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan
agama berimbang, artinya disamping dituntut untuk mempelajari ilmu
pengetahuan agama. Salah satu contohnya adalah Madrasah Aliyah (MA).
Disamping itu banyak juga banyak juga orang tua berkeinginan
memasukkan putranya kepondok pesantren yang memang telah disediakan
untuk yang sekolah dilingkungan tersebut. Hal ini juga menambah beban
belajar yang sangat berat.
Tapi terkadang ada juga orang tua yang menyerahkan seutuhnya kepada
putranya untuk memilih tinggal dipondok pesantren maupun dikos.
Kehidupan kos sangat berbeda jauh dengan dipondok pesantren. Dikos
anak-anak lebih bebas untuk menggunakan waktu keseharian merekatanpa

41

ada kontrol dari pihak manapun. Tinggal sendiri tanpa pengawasan orang
tua jelas menimbulkan tanggung jawab tanggung jawab moriil kepada
anak tersebut. Seiring dengan bertambahnya usia, anak harus belajar
bagaimana dapat menyelenggarakan kehidupan sebaik-baiknya dengan
sedikit mungkin mengeluh dan meminta bantuan kepada orang tua.
G.

Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam
penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006 : 73).
Berlandaskan teori yang penulis uraikan diatas, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.

Ha1 : Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa


yang tinggal di pondok pesantren, kos, dan tinggal bersama orang
tua pada pokok bahasan logika matematika kelas X semester II
MA Nurul Ulum Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011.
Ho1 : Tidak terdapat

perbedaan prestasi belajar matematika antara

siswa yang tinggal di pondok pesantren, kos, dan tinggal bersama


orang tua pada pokok bahasan logika matematika kelas X
semester II MA Nurul Ulum Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011.
b.

Ha2 : Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang


tinggal di pondok pesantren dengan siswa yang tinggal di kos
pada pokok bahasan logika matematika kelas X semester II MA
Nurul Ulum Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011.

42

Ho2 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa


yang tinggal di pondok pesantren dengan siswa yang tinggal di
kos pada pokok bahasan logika matematika kelas X semester II
MA Nurul Ulum Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011.
c.

Ha3 : Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang


tinggal di pondok pesantren dengan siswa yang tinggal bersama
orang tua pada pokok bahasan logika matematika kelas X
semester II MA Nurul Ulum Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011.
Ho3

: Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa


yang tinggal di pondok pesantren dengan siswa yang tinggal
bersama orang tua pada pokok bahasan logika matematika kelas
X semester II MA Nurul Ulum Mranggen Tahun Ajaran
2010/2011.

d.

Ha4 : Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang


tinggal di kos dengan siswa yang tinggal bersama orang tua pada
pokok bahasan logika matematika kelas X semester II MA Nurul
Ulum Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011.
Ho4 :Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa
yang tinggal di kos dengan siswa yang tinggal bersama orang tua
pada pokok bahasan logika matematika kelas X semester II MA
Nurul Ulum Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011.

43

Hipotesis statistikanya adalah sebagai berikut:


1. Ho1 : i = ps = k
Ha1 : minimal salah satu bertanda
2. Ho2 : i = ps
Ha2 : i ps
3. Ho3 : i = k
Ha3 : i k
4. Ho4 : ps = k
Ha4 : ps k
Keterangan:
i: Hasil belajar matematika siswa yng tinggal dipondok pesantren.
ps: Hasil belajar matematika siswa yang tinggal dikos.
k: Hasil belajar matematika siswa yang tinggal bersama orang tua.

BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam rangka mengkaji masalah yang akan diteliti, setiap penelitian


memerlukan metode yang jelas. Metode penelitian adalah serangkaian aturan yang
ditetapkan dan harus diikuti selama proses penelitian dilaksanakan. Metode yang
harus digunakan adalah metode tes tertulis.
Dipilihnya metode tes tertulis dalam penelitian ini karena mengetahiu
variabelnya yaitu tingkat kemempuan siswa antara lain dengan cara menganalisis
hasil setelah populasi diberi perlakuan yang sama.
Pada dasarnya metode penelitian merupakan suatu hal atau aspek yang
menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Terlebih tujuan penelitian
secatra umum untuk mencari dan membuktikan kebenaran ilmiah. Oleh sebab itu
sebelum peneliti mengadakan penelitian, maka harus menentukan metode
penelitian yang tepat.
A.

Subyek Penelitian
1.

Populasi
Pengertian populasi menurut sudjana dalam buku Metode
Statistika mengungkapkan sebagai berikut :
Populasi adalah semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas
yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. (sudjanan, 2005:6).
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto dalam buku Prosedur
Penelitian mengatakan :

44

45

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,2006 :


130)
Dari pendapat diatas disimpulkan populasi adalah keseluruhan
obyek penelitian yang memiliki minimal satu karakteristik sama.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sisiwa kelas X
semester II MA Nurul Ulum Mranggen Tahun Ajaran 2010/2011.
berdasarkan data yang diperoleh populasi terdiri dari 160 anak.
2.

Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2002: 109). Jadi sample dapat diartikan sebagai subyek
yang dilibatkan langsung dalam penelitian yang dapat menjadi wakil
keseluruhan populasi. Pengambilan sample dalam penelitian ini
dilakukan dengan purposive sample.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sample yaitu
cara pengambilan subyek bukan didasarkan atas strata, random atau
daerah

tetapi

didasarkan

atas

adanya

tujuan

tertentu

(Arikunto,2006:139) dari siswa kelas X-A sampai X-D semester II MA


Nurul Ulum Mranggen.
Penentuan sample dari populasi yaitu diambil empat kelas secara
acak dari keseluruhan siswa kelas X pada MA Nurul Ulum Mranggen
Kabupaten Demak. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa
kelas sample yang diambil diampu oleh guru yang sama, mendapat
materi dengan kurikulum yang sama, menggunakan buku paket

46

matematika yang sama, siswa duduk pada tingkat kelas yang sama dan
pembagian kelas tidak ada kelas unggulan.
B.

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.

Metode Dokumenter
Metode dokumenter dalam penelitian ini digunakan untuk
mencari :
a.

Data siswa kelas X semester II MA Nurul Ulum Mranggen


Kabupaten Demak tahun ajaran 2010/2011 yang tinggal di
pondok pesantren, dikos, maupun siswa yang tinggal bersama
orang tua.

b.

Data nilai semester I mata pelajaran matematika dari siswa kelas


X semester II MA Nurul Ulum Mranggen Kabupaten Demak
tahun ajaran 2010/2011.

2.

Metode Tes
Metode tes ini digunakan dalam mendapatkan data mengenai
penguasaan soal, diman soal-soal tes disusun oleh peneliti dengan
prosedur sebagai berikut :
a.

Membuat kisi-kisi soal


Materi yang disajaikan dalam penelitian ini adalah mata
pelajaran matematika tentang logika matematika.

47

b.

Menentukan tipe-tipe soal


Tipe soal yang digunakan adalh obyektif siswa hanya
menentukan hasil akhir saja, sedangkan tehnik penyelesaian
hanya dikerjakan dikertas coret-coretan.

c.

Menulis butir soal


Butir-butir soal hanya ditulis dengan dilengkapi dengan
kunci jawaban dan skor.

C.

Instrumen Penelitian.
Instrumen dalam penelitian ini adalah tes prestasi (archievement test)
yang berbentuk obyektif. Instrumen sebelumnya di uji cobakan dengan
jumlah 40 butir, kemudian dianalisis dan diambil 25 soal dalam waktu 75
menit. Sedangkan bentuk pertanyaan yang digunakan adalah bentuk tes
obyektif pilihan ganda (multiple choice) dengan 4 option. Penentuan bentuk
soal dilakukan dengan pertimbangan banyak mempunyai kelebihan antara
lain :
a)

Tes bentuk obyektif lebih reliable dibanding tes bentuk uraian.

b)

Dapat diskor oleh siapapun.

c)

Dapat diskor dengan mudah dan cepat.

d)

Dapat mengetes bahan yang banyak dalam waktu yang relatif singkat.

e)

Tes bentuk obyektif tidak menuntun kemampuan menyusun kalimat.

Adapun langkah-langkah penyusunan tes adalah sebagai berikut :


a)

Menetukan pokok bahasan dan sub pokok bahan yang diujikan.

b)

Menentukan jumlah waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal.

48

1.

c)

Menentukan tipe soal.

d)

Menentukan jumlah item soal.

Uji Instrumen
Sebelum tes digunakan sebagai instrumen telebih dahulu di uji cobakan
(try out) pada sekolah lain. Tujuannya untuk melihat item mana yang tidak
memenuhi.
Analisis yang dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.

Analisis Validitas
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid atau shahih
apabila mempunyai validitas yang tinngi sebaliknya, instrument yang
kurang valid berarti memiliki validitas rendah. (Arikunto, 2006:168)
Rumus yang dipakai untuk menghitung pruduct moment
sebagai berikut :
rxy =

NXY (X )(Y )
{NX 2 (X ) 2 }{ NY 2 (Y ) 2 }

Keterangan :
X

: skor item

: skor total

X 2 : jumlah kuadrat skor item


Y 2 : jumlah kudrat skor total
XY : jumlah hasil kali skor item dengan skor total

rxy

: koefisien korelasi skor item denagn skor total

49

: jumlah subyek
Setelah memperoleh harga rxy kemudian dikonsultasikan

dengan harga r product moment, dengan menentukan taraf signifikan


5%, jika rhitung > rtotal , maka alat ukur tersebut valid.
b.

Analisis Reliabilitas
Reliabilitas berarti tetap, dapat dipercaya dan dapat
diandalkan. Suatu instrument yang dapat mengukur secara tepat apa
yang diukur dikatansudah variabeldan dapat digunakan untuk
penelitian.
Releabilitas dalam penelitian ini akan diuji dengan rumus
KR-20 sebagai berikut :
k Vt pq
r11 =

k 1 Vt

Keterangan :

r11

= releabilitas instrument

= banyaknya butir pertanyaan

Vt

= varians total

= proporsi subyek yang menjawab betul pada suatu butir


(proporsi subyek yang mendapat skor 1)

= (banyaknya subyek yang skornya 1)


N

= (proporsi subyek yang mendapat skor 0)


(q=1-p)

50

(Arikunto, 2006: 187)


Apabila harga r11 ini dikonsultaskan dengan tabel r product
moment, tetapi masih lebih kecil dari harga r11 , maka dapat
disimpulkan bahwa instrument tersebut tidak reliable.
c.

Analisis Tingkat Kesukaran


Tingkat kesukaran suatu soal adalah seberapa mudah atau
seberapa sukarnya setiap soal bagi sekelompok subyek. Tingkat
kesukaran soal dinyatakan dengan P (proporsi) rumus yang
digunakan menurut Suharsimi Arikunto (2006: 208) adalah sebagai
berikut :
P=

B
Js

Keterangan :
P

= indeks kesukaran soal

= jumlah jawaban yang benar

Js

= jumlah seluruh siswa


Sedangkan klasifikasi indeks tingkat kesukaran yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


P = 0,00 sampai dengan 0.30 = soal sulit
P = 0.31 sampai dengan 0,70 = soal sedang
P = 0,71 sampai dengan 1,00 = soal mudah
Soal tersebut

dianggap

baik

apabila

soal

tersebut

mempunyai indeks kesukaran antara 0,30 sampai dengan 0,70

51

d.

Analisis Daya Pembeda


Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang
kurang pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda disebut indeks diskriminasi :
Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus sebagai
berikut :
D=

BA BB

Js JB

Keterangan :
D

= daya pembeda

BA

= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB

= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab

benar

JA

= banyaknya peserta kelompok atas

JB

= banyaknya peserta kolompok bawah

Dengan kriteria sebagai berikut :


0.0 sampai dengan 0.20 = jelek
0,21 sampai dengan 0,40 = cukup
0,41 sampai dengan 0,70 = baik
0,71 sampai dengan 1,00 = baik sekali
(Arikunto, 2006 : 213-219)

52

D negative semuanya tidak baik, jadi semua butir yang


mempunyai nilai D negative sebaiknya tidak dipergunakan.
Selanjutnya dari analisis tersebut diatas akan ditentukan item soal
yang akan digunakan untuk mengambil data.
D.

Metode analisis data


1. Analisis Awal
a.

Uji Barlett
Harga-harga yang perlu untuk uji barlett
Ho : 21 = 2 2 = 2 3

Dk

1/dk

si2

Log si2

dk log si2

n1-1

1/ (n1-1)

si2

Log si2

(n1-1) log si2

n1-1

1/(n1-1)

si2

Log si2

(n1-1) log si2

n1-1

1/(n1-1)

si2

Log si2

(n1-1) log si2

nk-1

1/(nk-1)

sk2

Log sk2

(nk-1) log si2

jumlah

( ni 1)

(ni 1)log si

Sampel
ke

ni 1

53

Dengan taraf nyata , kita tolak Ho jika 2 2 (1 )(k 1) ,


dimana 2 2 (1 )(k 1) didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat
dengan peluang (1 ) dan dk = (k 1) . (Sudjana, 2005:262)
1.

varians gabungan dari semua sampel


s 2 = {( ni 1) si 2 / ( ni 1)}

2.

harga satuan B dengan rumus :


B = (log s 2 )( ni 1)

(Sudjana, 2005:263)
b.

Uji Normalitas
Sudjana mengatakan Uji normalitas digunakan untuk
pengujian terhadap normal atau tidaknya sebaran data kelompok
eksperiment yang akan dianalisis. Uji normalitas ini menggunakan
uji Lilliefors. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1)

Pengamatan x1 , x2, x3, ... ,xn dijadikan bilangan baku


z1, z2, z3, ... , zn dengan menggunakan rumus :
zi =

xi 1
s

Keterangan :
zi : proporsi sampel
xi : data ke i
s

: simpangan baku sampel


: rata-rata sampel

54

2)

Untuk setiap bilangan baku, digunakan daftar distribusi


normal baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P (z
zi).

3)

Selanjutnya menghitung proporsi z1, z2, z3, ... , zn yang


lebih kecil atau sama dengan zi. Apabila proporsi ini
dinyatakan oleh S (zi), maka :
S (zi) =

4)

banyaknyaz1, z 2 , z3 ,..., z n . yang zi


n

Hitung selisih F(zi) - S (zi) kemudian menentukan harga


mutlaknya.

5)

Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga


mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga sebesar ini Lo.
Untuk memutuskan apakah menerima Ho atau menolak
Ho, maka harus membandingkan antara Lo dengan L.
Uji Lillefors dengan menentukan taraf nyata sebesar 5%
jika Lo < L, maka Ho diterima. Adapun tabel dibuat
dibawah ini adalah sebagai berikut :

xi

Zi

F(zi)

S(zi)

F ( zi ) S ( zi )

(Sudjana, 2005:466)
2. Analisis Akhir
Analisis

akhir

ini

dilaksanakn

untuk

mengetahui

tngkat

kemampuan dari masing-masing sampel pada siswa kelas X semester II

55

Adapun rumus yang digunakan adalah :


i.

Uji Anova satu jalur (Oneway Anova)


Anova (Analysis Of Variance) merupakan bagain dari metoda
analisis

statistika

yang

tergolong

analisis

komperatif

(perbandingan) lebih dari dua rata-rata. Tujuan dari uji Anova satu
jalur ialah untuk membandingkan lebih dari dua rata-rata.
Sedangkan gunanya untuk menguji kemmapuan generalisasi.
Maksudnya dari signifikansi hasil penalitian (anova satu jalur). Jika
terbukti berbeda kedua sampel tersebut dapat digeneralisasikan
artinya data sampel dapat mewakili populasi.
Anova pengembangan atau penjabaran labih lanjut dari uji-t
(thitung). Uji-t atau uji-z hanya dapat melihat perbandingan dua
kelompok data saja. Sedangakan anova satu jalur lebih dari dua
kelompok data saja. Sedangkan anova satu jalur lebih dari dua
kelompok data, contohnya: 1) perbedaan perbedaan prestasi belajar
statistika anatar mahasiswa tugas belajar (X1), izin belajar (X2) dan
umum (X3). 2) motivasi kerja pegawai diklat dari eselon I ( X1),
eselon II (X2), eselon III (X3), eselon IV (X4).
Anova lebih dikenal dengan uji-F (Fisher Test), sedangkan
arti variasi itu asal usulnya dari pengertian konsep Mean Square
atau kuadrat rerata (KR), rumus sistematisnya :
KR =

JK
db

56

Dimana :
JK = Jumlah kuadrat (some of square)
Db = derajat bebas (degree of freedom)
Menghitung nilai anova atau F (Fhitung) dengan rumus :

Fhitung =

V A KR A JK A : db A
VarianAntarGroup
=
=
=
VD KR D JK D : dbD VarianDala mGroup

Jadi untuk pengujian hipotesis dengan anova klasifikasi


tunggal diperlukan langkah-langkah sebagai berikut

i. Menghitung Jumlah Kuadrat (JK) total


JK total = X

2
tot

( X tot )2
N

ii. Menghitung jumalh kuadrat antara kelompok (JKantar),


dengan rumus :
( X k )
( X tot )
=

nk
N
2

JK (antar )

iii. Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok (JKdalam)


dengan rumus :
JK(dalam) = Jktot - JKantar
iv. Menghitung mean kuadrat anatara kelompok (MKantar),
dengan rumus :

MK antara =

JK anatara
m 1

m = jumlah kelompok sampel

v. Menghitung mean kuadrat dalam kelompok (MKdalam),


dengan rumus :

57

MK dalam =

JK dalam
, N = jumlah seluruh anggota sampel
N m

vi. Menghitung Fhitung dengan rumus

Fhitung =

MK antara
MK dalam

vii. Membandingkan harga Fhitung dengan Ftabel dengan dk


pembilang (m-1) dan dk penyebut (N-1)
viii. Memasukkan hasil perhitungan kedalam tabel anova satu
jalur atau satu jalur
Sumber
dk

JK

MK

Fh

Ftab

Keputusan

Variasi
Lihat
F

Total

N-1

JKtot

JK antara
JK dalam

tabel

Fhitung >

untuk

Ftabel Ha

5%

diterima

atau
1%

ix. Membuat kesimpulan pengujian hipotesis.


Jika Fhitung lebih kecil atau sama dengan harga dari Ftabel maka
Ho diterima dan Ha ditolak. (Sugiyono: 2006: 163-165)
Sebelum mengadakan perhitungan nilai F, maka perlu dibuat
table persiapan lebih dahulu, yaitu:

58

DARI POPULASI KE
1
Data

Hasil Y11

Pengamatan

Y12

Rata rata

..

Y21

Y31

..

Yk1

Y22

Y32

..

Yk2

Y2n2

Y3n3

Yknk

J2

J3

..

Jk

..

Y1n1
Jumlah

J1
1

Dalam analisis varians ini, hipotesis statistic yang di uji adalah


Ho : 1, 2, 3
Ha : paling sedikit satu tanda = tidak berlaku
Keterangan:
1 : Hasil belajar matematika siswa yang bertempat tinggal dipondok
pesantren.
2 : Hasil belajar matematika siswa yang bertempat tinggal dikos.
3 : Hasil belajar matematika siswa yang bertempat tinggal bersama
orang tua.
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan uji F dengan bantuan
59
tabel analisis varians seperti pada tabel berikut:

Sumber Variasi

DK

JK

KT

Rata rata

Ry

R = Ry/1

Antar Kelompok

k-1

Ay

A = Ay/ k-1

Dalam Kelompok

(ni 1)

Dy

D = Dy/ (ni 1)

Total

ni

Y2

A/D

Keterangan:
Ry = jumlah kuadrat
=

( )

Ay = jumlah kuadrat antar kelompok


=

Dy = jumlah kuadrat dalam kelompok


= JKtot Ry Ay
R

= Kuadrat tengah rata rata

A = Kuadrat tengah antar kelompok


D = Kuadrat tengah dalam kelompok
Kriteria pengujiannya adalah tolak Ho jika Fhitung F(1-a)(k-1,(n-i))
dimana (1 - a)(k - 1,(n - i)) didapat dari daftar distribusi F dengan
peluang (1 ) untuk = 0,05 dan dk = (k - 1,(n - 1)). Jika harga F ini
60
lebih besar dari F daftar dengan dk pembilang (k-1) dan dk penyebut
(ni-1) untuk yang dipilih, maka hipotesis Ho ditolak.
(sudjana, 2005: 304-305)

a. Uji t
Jika berdasarkan perhitungan analisis varians terdapat perbedaan maka
dilanjutkan uji-t digunakan untuk menguji dan mengetahui lingkungan
mana yang dipilih siswa lebih baik. Uji t ini digunakan utuk menguji
hipotesis penelitian setelah diberi perlakuan. Rumus yang digunakan ini
merupakan rumus uji t yaitu menguji kesamaan dua rata-rata dengan uji
dua pihak.
a) Jika 1 = 2, maka rumus yang digunakan adalah :

x1 x 2

t=
s

s2 =

1
1
+
n1 n 2

(n1 1)s12 + (n2 1)s2 2


n1 + n2 2

Kriteria pengujian Ho diterima jika t

1
1
2

< t hit < t

1
1+
2

dan Ho ditolak

jika t mempunyai harga-harga yang lain. Derajat kebebasan (dk) =


1
(n1+n2 2) dan peluang ( 1 ) dengan = 5%.
2

b) Jika 1 2, maka rumus yang digunakan adalah:

t' =

61

x1 x 2
2

s1
s
+ 2
n1
n2
Kriteria
s2 =

pengujian

(n1 1)s1 2 + (n 2 1)s 2 2


n1 n2 2

dengan

tolak

Ho

jika

dan terima Ho jika

w1t1 + w2 t 2
w t + w2 t 2
< t< 1 1
w1 + w2
w1 + w2 t 2

sebaliknya,

s12
s22
dengan W1 =
, W2 =
n1
n2
jika t1 = t (1 )(n1 1) dan t 2 = t (1 )(n2 1)
derajat kebebasan masing-masing t adalah (n1 1) dan (n2 1)
dengan peluang (1 ). (Sudjana, 2005:243-244)
Keterangan :
S1 2

= Varian kelompok eksperimen

S2 2

= Varian kelompok control

S2

= Varian gabungan

X1

= Rata-rata kelompok eksperimen

X2

= Rata-rata kelompok control

n1

= Jumlah subjek kelompok eksperimen

n2

= Jumlah subjek kelommpok control

Apabila dalam penelitian ini Ho diterima berarti hasil belajar


matematika pada kelompok eksperimen tidak berbeda dengan
kelompok control. Dan apabila Ho ditolak berarti ada perbedaan
62
prestasi belajar matematika kelompok eksperimen dengan kelompok
control. Artinya Ha diterima yaitu, metode Inkuiri dan Problem solving
lebih efektif dibanding pembelajaran ekspositori (konvensional).
Ketuntasan Belajar :
1. Ketuntasan belajar secara klasikal

Ketuntasan belajar dinyatakan telah dicapai jika sekurangkurangnya 85% siswa dalam kelompok yang bersangkutan telah
memenuhi kriteria perorangan.
2. Ketuntasan belajar secara individual
Ketuntasan belajar dinyatakan telah terpenuhi jika seorang
siswa telah mencapai taraf penguasaan minimal 65%. Skor benar
atau telah mencapai daya serap minimal 65% terhadap materi
tiap satuan bahasan yang diajukan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MA Nurul Ulum Mranggen yang
berlangsung selama dua minggu mulai dari 16 Mei 2011 sampai 30 Mei
2011. Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu peneliti melakukan
persiapan yang berkenaan dengan pelaksanaan penelitian yaitu konsultasi
dengan kepala sekolah, waka kesiswaan dan juga guru pengampu bidang
studi matematika kelas X. Kemudian mencatat daftar nama siswa kelas X
MA Nurul Ulum Mranggen Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2010/2011
yang terdiri dari 4 kelas yaitu :
Kelas X1 = 42 orang
Kelas X2 = 40 orang
Kelas X3 = 40 orang
Kelas X4 = 39 orang
Kelas-kelas tersebut merupakan populasi dalam penelitian ini.
Dari populasi yang ada, secara acak masing-masing kelas diambil
dengan cara purposive dan diperoleh 117 siswa untuk dijadikan sampel yang
terbagi atas 41 siswa kelompok tinggal dipondok pesantren, 34 siswa
kelompok tinggal dikos dan 42 siswa kelompok tinggal bersama orang 64
tua
dan yang diambil dari kelas X1, X2, dan X3. Selanjutnya mencatat nilai
semester 1 dan menyusun alat tes.
Setelah berbagai persiapan dilakukan, maka langkah selanjutnya
adalah melaksanakan penelitian.63Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti
secara langsung memberikan tes kepada ketiga kelompok dengan bentuk dan

jumlah yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk megetahui perbedaan hasil
belajar matematika antara siswa yang tinggal dipondok pesantren, dikos dan
tinggal bersama orang tua pada siswa kelas X MA Nurul Ulum Mranggen
Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2010/2011. Soal tes yang digunakan
berbentuk pilihan ganda dengan 5 option dan berjumlah 30 butir soal dengan
alokasi waktu 90 menit. Sebelum soal diteskan pada ketiga kelompok,
terlebih dahulu diuji cobakan (try out) pada kelas X4 guna memenuhi
standarisasi soal tes. Setelah dianalisis ternyata butir soal tersebut sudah
memenuhi standart.
Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah mengolah data-data hasil
penelitian sesuai dengan rumus yang ada dan kemudian melakukan
pembahasan.
B. Tahap Pelaksanaan dan Hasil Uji Coba
Instrumen soal tes diujicobakan pada siswa di luar sampel yaitu
kelas X4 yang berjumlah 39 siswa dan mereka bukan dari sampel yang
masuk dalam kelompok siswa yang tinggal dipondok pesantren, dikos,
maupun tinggal bersama orang tua. Soal tes yang akan diujikan berjumlah
65
30 yang berbentuk soal pilihan ganda. Tes uji coba dilakukan pada tanggal
30 Mei 2011. Setelah tes diujikan, skor yang diperoleh dianalisis untuk
mengetahui validitas item, reliabilitas tes, perhitungan daya pembeda, dan
tingkat kesukaran soal.
1. Validitas Soal

Perhitungan validitas digunakan menentukan valid tidaknya


suatu soal uji coba. Berikut adalah contoh perhitungan validaitas soal :
Contoh perhitungan item soal nomor 1.
N = 39

xy

= 439

x = 29

= 29

y = 546

rxy =

rxy =

= 8282

N XY - ( X)( Y)
{N X 2 ( X) 2 }{N Y 2 ( Y) 2 }
(39)(439) - (29)(546)
{(39)(29) ( 29) 2 }{(39)(8282) (546) 2 }

rxy =

(17121) - (15834)
{(1131) (841)}{(322998) (298116)}

rxy =

1287
=
{290}{24882}

1287
1287
=
7215780 2686, 22

rxy = 0,479
Setelah dikonsultasikan dengan harga kritik r product moment,
untuk =5% dengan n = 39 diperoleh rtabel = 0, 316 maka diperoleh rxy
> rtabel sehingga disimpulkan soal nomor satu valid.

66

Hasil analisis validitas item dan perhitungan dapat dilihat pada


lampiran 11 dan lampiran 13 yaitu soal yang valid nomor 1, 2, 4, 5, 6,
7, 8, 9, 11, 12, 13, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, dan 29.. Yang tidak
valid nomor 3, 10, 14, 15, 17, 24, 26, 27, 28, dan 30.
2. Reliabilitas soal

Perhitungan reliabilitas soal perlu dilakukan untuk mnentukan


tingkatan reliabilitas suatu soal uji coba. Berikut contoh perhitungan
reliabilitas suatu soal
k = 20

pq = 1,919

Vt =16,79

k Vt pq
r11 = =

k 1 Vt

20 16,79 1,919

r11 =

20
1
16,79

20 14,871
r11 =

19 16,79

r11 = (1,052)(0,886)
r11 = 0,932
Dengan menggunakan rumus KR-20 didapatkan r11 sebesar 0,932
karena reliabilitas instrument tes sebesar 0.932 maka tergolong dalam
kriteria sangat tinggi.
Hasil analisis reliabilitas tes dan perhitungannya dapat dilihat pada
lampiran 11 dan 14.
3. Tingkat Kesukaran.
Analisis tingkat kesukaran soal dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui keseimbangan item tes. Tingkat kesukaran soal merupakan
perbandingan antara banyak siswa yang menjawab dengan benar
dengan banyaknya siswa peserta tes uji coba. Tingkat kesukaran soal

dibedakan dalam kategori soal mudah, sedang, dan sukar dengan


menggunakan rumus :
P=

B
JS

Contoh perhitungan tingkat kesukaran pada butir soal nomor 1:


B = 27

JS = 39

Harga-harga tersebut kemudian dimasukkan ke rumus menjadi :


P=

27
= 0,69
39

Dari perhitungan didapat harga P = 0,487, karena 0,30 P < 0,70


maka butir soal nomor 1 mempunyai tingkat kesukaran sedang.
Dari hasil analisis tingkat kesukaran soal tersebut didapatkan soal
dalam kategori mudah ada pada butir soal nomor 3, 6, 19, 22, dan 24.
Soal kategori sedang terdapat pada butir soal nomor 1, 5, 7, 8, 11, 12,
13, 14, 16, 18, 20, 21, 23, 27, 28, 29 .dan soal dengan kategori sukar
terdapat pada butir soal nomor 2, 4, 9, 10, 15, 17, 25, dan 26.
Hasil dan perhitungan taraf kesukaran tes dapat dilihat pada
lampiran 12 dan 15.
4. Daya Pembeda

68

Rumus yang digunakan untuk analisis daya pembeda butir soal


adalah:
D=

B A BB

= PA PB
JA JB

Analisis daya pembeda dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui


kemampuan soal dalam membedakan siswa yang termasuk kelas
berkemampuan tinggi dan siswa yang termasuk kelas berkemampuan
rendah. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh soal dengan daya beda
jelek nomor 1, 2, 3, 4, 5,6, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 19, 21, 22, 23,
24, 25, 26, 27, 28, dan 30. Soal dengan daya beda cukup nomor 11, 17,
18, 20, dan 29. Soal dengan daya beda baik nomor 7. Dan tidak ada
soal dengan daya pembeda baik sekali.
Contoh perhitungan daya pembeda pada butir soal nomor 1 :
BA = 16
BB = 11
JA = 19
JB = 20
Harga-harga tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rumus
menjadi :
D=

B A BB

= PA PB
JA JB

D=

16 11
= 0,789 0,6 = 0,189
19 20

69
Dari perhitungan didapat D = 0,189 karena 0,00 D < 0,200
maka daya pembeda jelek.
Peneliti tetap mengambil butir soal nomor 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 12, 13,
14, 16, 19, 21, 22, 23, 25 karena dinyatakan valid, jadi soal yang

digunakan untuk penelitian adalah butir soal nomor 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9,


11, 12, 13, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, dan 30.
Hasil dan perhitungan analisis daya pembeda dapat dilihat pada
lampiran 12 dan 16.
C. Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap pelaksanaan langkah yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut :
a. Melaksanakan pembelajaran dengan model yang sama kepada kelompok
siswa yang tinggal dipondok pesantren, dikos, dan tinggal bersama orang
tua.
b. Memberikan tes evaluasi pada ketiga kelompok dengan alokasi waktu
yang telah ditentukan
c. Melakukan uji hipotesis dengan menggunakan data hasil evaluasi ketiga
kelompok tersebut.
D. Analisis Hasil Penelitian
Bedasarkan penelitian yang dilaksanakan diperoleh data hasil penelitian,
data ini kemudian dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku untuk
seluruh populasi. Adapun analisis penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu
sebagai berikut :

1. Analisis awal

70

Analisis awal ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok siwa


yang tinggal dipondok pesantren, kelompok siswa yang tinggal dikos, dan
kelompok siswa yang tinggal bersama orang tua dari keadaan yang sama
atau sepadan. Data yang digunakan adalah data nilai semester 1 kelas X1,
X2, dan X3 MA Nurul Ulum Mranggen Demak yang dimana data diambil
dari sampel penelitian.
Adapun uji yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas Data
Hasil perhitungan uji kenormalan kelompok siwa yang tinggal
dipondok pesantren didapatkan Lo hitung = 0,1381.

Kemudian kita

bandingkan dengan nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis untuk
uji liliefors dengan taraf signifikan sebesar 5% dan n = 41 diperoleh
Lotabel = 0, 1384 karena harga Lo hitung < Lotabel yaitu (0,1381 < 0,0,1384)
maka data nilai tes evaluasi kelompok siswa yang tinggal dipondok
pesantren MA Nurul Ulum Mranggen berdistribusi normal, data dapat
dilihat pada lampiran 20.
Hasil perhitungan uji kenormalan kelompok siswa yang tinggal di
kos didapatkan Lo hitung = 0,1230. Kemudian kita bandingkan dengan
nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis untuk uji liliefors dengan
taraf signifikan sebesar 5% dan n = 34 diperoleh Lotabel = 0,1498 karena
harga Lo hitung < Lotabel yaitu (0,1230 < 0,1498) maka data nilai tes

71

evaluasi kelompok siswa yang tinggal dikos berdistribusi normal, data


dapat dilihat pada lampiran 21.
Hasil perhitungan uji kenormalan kelompok siswa yang tinggal
bersama orang tua didapatkan Lo hitung = 0,0951.

Kemudian kita

bandingkan dengan nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis untuk
uji liliefors dengan taraf signifikan sebesar 5% dan n = 42 diperoleh
Lotabel = 0,136728 karena harga Lo hitung < Lotabel yaitu (0,0951 <
0,136728) maka data nilai tes evaluasi kelompok siswa yang tinggal
bersama orang tua MA Nurul Ulum Mranggen berdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19.
b. Uji Homogenitas Data
Untuk mengetahui apakah sampel diperoleh dari populasi yang
variannya homogen, maka perlu diuji homogenitas sampel dengan uji
Bartlett.
Berdasarkan perhitungan diperoleh :
B = 180,102

( ni 1 ) Log Si 2 = 179,89

Maka,
2

= (ln10){B-(ni - 1)logSi2}
= (2,3026){180,102-179,89 }
= (2, 3026) {0,212}
= 0,487

Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan 2 tabel . Untuk


= 5% dengan dk = (ni 1) = (3 - 1)= 2 dari harga kritis Chi Kuadrat

72

diperoleh 2 tabel = 5,591 . Karena 2 hitung < 2 tabel yaitu (0,487 < 5,591)
maka Ho diterima, bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen.
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 25.
2. Analisis Akhir
1) Uji Normalitas Data
Hasil perhitungan uji kenormalan kelompok siswa yang tinggal
dipondok pesantren didapatkan Lo hitung = 0,1226.

Kemudian kita

bandingkan dengan nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis untuk
uji liliefors dengan taraf signifikan sebesar 5% dan n = 41 diperoleh
Lotabel = 0,1384 karena harga Lo hitung < Lotabel yaitu (0,1226 < 0,1384)
maka data nilai tes kelompok siswa yang tinggal dipondok pesantren MA
Nurul Ulum Mranggen berdistribusi normal, data dapat dilihat pada
lampiran 23.
Hasil perhitungan uji kenormalan kelompok siswa yang tinggal
dikos didapatkan Lo hitung = 0,1230. Kemudian kita bandingkan dengan
nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis untuk uji liliefors dengan
taraf signifikan sebesar 5% dan n = 34 diperoleh Lotabel = 0,1520 karena
harga Lo hitung < Lotabel yaitu (0,1230 < 0,1520) maka data nilai tes
kelompoksiswa yang tinggal dikos MA Nurul Ulum Mranggen
berdistribusi normal, data dapat dilihat pada lampiran 24.
Hasil perhitungan uji kenormalan kelompok siswa yang tinggal
dbersama orang tua didapatkan Lo hitung = 0,0556.

Kemudian kita

73

bandingkan dengan nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis untuk
uji liliefors dengan taraf signifikan sebesar 5% dan n = 42 diperoleh
Lotabel = 0,136728 karena harga Lo hitung < Lotabel yaitu (0,0556 <
0,136728) maka data nilai tes kelompok siswa yg tinggal bersama orang
tua MA Nurul Ulum Mranggen berdistribusi normal. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 22.
2) Uji Homogenitas Data
Untuk mengetahui apakah sampel diperoleh dari populasi yang
variannya homogen, maka perlu diuji homogenitas sampel dengan uji
Bartlett.
Berdasarkan perhitungan diperoleh :
B = 175,901

( ni 1 ) Log Si 2 = 168,28

Maka,
2

= (ln10){B-(ni - 1)logSi2}
= (2, 3026){175,901-168,28 }
= (2, 3026) {7,621}
= 17,5476

Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan 2 tabel . Untuk

= 5%

dengan dk = (ni 1) = (3 - 1)= 2 dari harga kritis Chi Kuadrat diperoleh

2 tabel = 5,591 . Karena X2hitung > 2 tabel yaitu (17,5476 > 5,591) maka Ho
tidak diterima, bahwa sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 18.

74

3) ANAVA
Untuk mengetahui kesamaan rata-rata antara kelompok siswa yang
tinggal dipondok pesantren, kelompok siswa yang tinggal dikos, dan
kelompok siswa yang tinggal bersama orang tua dilakukan uji kesamaan
rata-rata dengan ANAVA.
Berdasarkan perhitungan diperoleh :
Jumlah kuadrat rata-rata (RY) = 494845
Jumlah kuadrat antar kelompok (AY) = 54856
Jumlah kuadrat total (JK tot) = 499421
Jumlah kuadrat dalam (DY) = -5028
dk (rata-rata)

= 1

dk (antar kelompok)

= (k-1)= (3-1) = 2

dk (dalam kelompok) =
KT (rata-rata)

(n

1) = 114

= { k= RY:1 }= 494845 : 1 = 494845

KT (antar kelompok) = {A=AY: (k-1) }= 54856 : 2 = 27428


KT (dalam kelompok) = {D= DY: ( (n1 1) }= -5028:114 = -44,10
F (kesamaan rata-rata) =

A 27428
=
= 62,18
D 441,1

Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel . Untuk F


tabel dengan dk pembilang ( k-1) = (3-1) = 2 dan dk penyebut (n i -1) =
(117-3) = 114 dari tabel distribusi F diperoleh

= 3,09. Karena

Fhitung > F(0 , 05 )(2:100 ) yaitu (-62,18 < 3,09) maka Ho diterima, bahwa tidak

ada perbedaan rata rata dari kelompok siswa yang tinggal dipondok

75

pesantren, kelompok siswa yang tinggal dikos, dan kelompok siswa yang
tinggal bersama orang tua.
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 18.
Karena Ho diterima, maka dilanjutkan dengan uji t untuk
mengetahui apakah ada perbedaan antara siswa yang tinggal dipondok
pesantren, dikos dan tinggal bersama orang tua.
4) Uji t
a. Antara kelompok yang tinggal dipondok pesantren dan kelompok
yang tinggal dikos
S2 =

(n1 1)s12 + (n 2 1)s 2 2


n1 + n 2 2

S2 =

( 41 1)23,402 + (34 1)16,731


41 + 34 2

S2 =

936,08 + 552,11
73

383,968
= 5,26
73
S = 2,29
S2 =

t=
S

t=

X 1 X 2
1
1
+
n1 n2

63, 44 63, 24
2,29

t=

1
1
+
41 34

0,20
2, 29 0,024 + 0,029

0,20
0,20
=
= 0,377
2,29(0,23) 0,53

76

Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan t tabel . Untuk


= 5% dengan dk = (n1 + n2 2) = (41+34 - 2) = 73 dan peluang (1
) dari harga distribusi t diperoleh ttabel = 1,995 Karena t hitung < t tabel
yaitu (0,377 < 1,995) maka Ho diterima, dengan demikian tidak ada
perbedaan siswa yang tinggal dipondok pesantren maupun siswa
yang tinggal dikos.
b.

Antara kelompok siswa yang tinggal dikos dan kelompok siswa yang
tinggal bersama orang tua.
S =
2

(n1 1)s12 + (n 2 1)s 2 2


n1 + n 2 2

S2 =

( 42 1)60,778 + (34 1)16,731


42 + 34 2

S2 =

2491,9 + 552,118
74

S2 =

3044,018
= 41,135
74

S = 41,135 = 6,41

t=
S

t=

X 1 X 2
1
1
+
n1 n2

68,05 63,24
6,41

t=

1
1
+
42 34
4,81

6, 41 0,023 + 0,029

4,81
6, 41.(0,052)

77

t=

4,81
= 14,57
0,33

Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan t tabel . Untuk


= 5% dengan dk = (n1 + n2 2) = (42+34 - 2) = 74 dan peluang (1
) dari harga distribusi t diperoleh ttabel = 1,995. Karena t hitung > t tabel
yaitu (14,57 > 1,995) maka Ho ditolak, dengan demikian ada
perbedaan siswa yang tinggal bersama orang tua dengan siswa yang
tinggal dikos.
c.

Antara kelompok siswa yang tinggal dipondok pesantren dengan


siswa yang tinggal bersama orang tua
S2 =

(n1 1)s12 + (n 2 1)s 2 2


n1 + n 2 2

S2 =

( 41 1)23,402 + (42 1)60,778


41 + 42 2

S2 =

936,08 + 2491,9
81

S2 =

3427,98
= 42,32
81

S = 42,32 = 6,5

t=
S

t=

X 1 X 2
1
1
+
n1 n2

63,44 68,05
6,5

1
1
+
41 42

78

t=

4,61
6,5 0,047

t=

4,61
6,5(0,21)

t=

4,61
= 3,26
1,41

Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan t tabel . Untuk


= 5% dengan dk = (n1 + n2 2) = (41+42 - 2) = 81 dan peluang
1
(1 ) dari harga distribusi t diperoleh ttabel = 1,993.
2

Karena

t hitung < t tabel yaitu (-3,26 < 1,993) maka Ho diterima, dengan

demikian tidak ada perbedaan siswa yang tinggal di pondok


pesantren dengan siswa yang tinggal dikos. Perhitungan selanjutnya
dapat dilihat pada lampiran 18
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada data nilai tes
ulangan diketahui bahwa data berdistribusi normal dan homogen antara
kelompok siswa yang tinggal dipondok pesantren, dikos dan siswa yang
tinggal bersama orang tua. Sehingga ketiga kelompok berawal dari keadaan
yang sama.
Pada akhir tahap analisis ditunjukkan dengan anava dapat disimpulkan
bahwa bahwa kemampuan prestasi belajar matematika pada pokok bahasan
logika matematika pada siswa yang tinggal dipondok pesantren maupun siswa
yang tinggal dikos tidak terdapat perbedaan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan

79

melihat rata-rata dari kelompok siswa yang tinggal dipondok pesantren


sebesar = 63,44 dengan rata-rata dari kelompok siswa yang tinggal dikos
sebesar = 63,24, dan pada uji t yaitu t hitung < t tabel (0,377 < 1,995) maka Ho
diterima, dengan demikian bahwa tidak ada perbedaan siswa yang tinggal
dipondok pesantren dengan siswa yang tinggal dikos, hal ini mungkin para
siswa yang tinggal dipondok pesantren, dikos, maupun tinggal bersama orang
tua mempunyai waktu yang hampir sama untuk mereka belajar.
Perbedaan prestasi belajar siswa yang tinggal bersama orang tua dengan
siswa yang tinggal dikos mengalami perbedaan, Hal ini dapat ditunjukkan
dengan rata-rata kelompok siswa yang tinggal bersama orang tua sebesar =
68,05 dengan rata-rata kelompok siswa yang tinggal dikos sebesar = 63,24
dan pada uji t yaitu t hitung > t tabel yaitu (14,57 > 1,995) maka Ho ditolak,
dengan demikian bahwa ada perbedaan siswa yang tinggal bersama orang tua
dengan siswa yang tinggal dikos, hal ini disebabkan kemungkinan siswa yang
tinggal dikos lebih bebas menggunakan waktu keseharian mereka tanpa ada
kontrol dari pihat mana pun sehingga waktu mereka sedikit untuk belajar.
Sedangkan perbedaan prestasi belajar antara siswa yang tinggal di
pondok pesantren dengan siswa yang tinggal bersama orang tua tidak
mengalami perbedaan. Hal ini ditunjukkan pada uji hipotesis bahwa
t hitung < t tabel , yaitu -3,26 < 1,998 karena t hitung < t tabel maka Ho diterima,

dengan demikian tidak ada perbedaan siswa yang tinggal dipondok pesantren
dengan siswa yang tinggal bersama orang tua dengan rata rata yang tidak
jauh berbeda yaitu pada kelompok siswa yang tinggal dipondok pesantren

80

rata ratanya 63,44 dan pada kelompok siswa yang tinggal bersama orang tua
rata ratanya 68,05, hal ini mungkin disebabkan adanya waktu belajar yang
hampir sama antara siswa yang tinggal dipondok pesantren dan siswa yang
tinggal bersama orang tua.
Untuk menguasai kedua bidang ilmu pengetahuan umum maupun agama
maka siswa yang tinggal dipondok pesantren dituntut untuk mempelajari berbagai
ilmu baik yang diperoleh disekolah maupun dipondok pesantren, demikian juga
siswa yang tinggal dikos yang mana para siswa bebas untuk menentuka hidup
mereka dengan berbagai kebebasan yang mereka miliki.
Dengan demikian beban belajar siswa yang tinggal dipondok pesantren
lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang tinggal dikos maupun siswa yang
tinggal bersama orang tua. Sedangkan beban pelajaran yang banyak, kesulitan dan
manfaat bahan pelajaran akan mempengaruhi kecepatan dan hasil belajar yang
dicapai oleh siswa.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Saidatul Muniroh (Tahun 2002) yang berjudul Perbandingan Prestasi Belajar
Siswa Yang Tinggal Di Pondok Pesantren Dengan Siswa Yang Tidak Tinggal Di
Pondok Pesantren Pada Kelas 1 Cawu 1 Di MTs Futuhiyyah 2 Mranggen
Kab.Demak Tahun Ajaran 2001/2002 menyimpulkan bahwa adanya perbedaan
prestasi belajar antara siswa yang tinggal dipondok pesantren dengan siswa yang
tidak tinggal dipondok pesantren.
Menurut Suryabrata dalam Muniroh berpendapat bahwa : Prestasi
belajar matematika antara siswa yang tinggal dipondok pesantren dengan

81

siswa yang tidak tinggal dipondok pesantren lebih baik siswa yang tinggal
tidak dipondok pesantren dikarenakan oleh bahan atau hal yang harus
dipelajari dan kondisi individu siswa .
Beberapa hal yang membuat siswa yang tinggal dipondok pesantren
prestasi belajarnya kurang meningkat :
a.

Bahan atau hal yang harus dipelajari


Bahan atau hal yang harus dipelajari ikut menentukan bagaimana
proses belajar terjadi dan hasil belajar yang dicapai. Taraf satu tingkat
kesukaran bahan pelajaran sangat besar pengaruhnya terhadap proses
sekaligus prestasi belajar siswa. Apabila bahan pelajaran yang harus
dipelajari terlalu banyak dan siswa mengalami kesukaran maka hal
tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam proses belajar dan
berpengaruh pula pada hasil belajar yang dicapai siswa.

b.

Kondisi individu siswa.


Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar

adalah kondisi individu siswa. Hal ini hal ini dikelompokkan menjadi dua yaitu
kondisi fisiologis dan psikologis. Kondisi fisiologis umumnya berpengaruh
terhadap aktivitas belajar seseorang. Contohnya : kondisi tubuh seseorang yang
lemah ataupun kurang sehat dapat menurunkan ranah cipta (kognitif) sehingga
materi tidak sepenuh dapat diserap. Kondisi psikologis yaitu : minat, kecerdasan,
bakat, sikap, dan motivasi.
Tetapi dalam penelitian ini menyimpulkan hasil bahwa tidak ada perbedaan
prestasi belajar anak yang tinggal dipondok pesantren, dikos dan tinggal bersama

82

orang tua hal ini disebabkan karena kemungkinan perlakuan yang diterima dari
siswa yang tinggal dipondok pesantren, dikos, dan tinggal bersama orang tua
mempunyai perlakuan yang sama dalam hal pengolahan waktu belajar maupun
dalam hal perhatian yang diperoleh dari para siswa. Kehidupan pondok pesantren
yang dimana para siswanya tetap bisa belajar dan memungkinkan siswanya untuk
bisa belajar kelompok dengan teman-teman satu pondok pesantren, demikian juga
bagi anak kos yang dimana ada batas waktu buat para siswa bermain dari ibu kos
maka siswa dapat belajar dengan tenang.

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan perumusan masalah, pengajuan hipotesis, analisis data
penelitian dan pembahasan masalah maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tidak ada perbedaan hasil belajar peserta didik kelas X MA Nurul Ulum
Mranggen pada pokok bahasan logika matematika siswa yang tinggal
dipondok pesantren, dikos, maupun siswa yang tinggal bersama orang tua
yang dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Demak tahun
ajaran 2010/2011.
Hal ini ditunjukkan pada uji ANAVA Fhitung < F(0 , 05 )(2:100 ) yaitu -62,18 <
3,09, dengan demikian tidak ada perbedaan dari ketiga kelompok siswa
yang tinggal dipondok pesantren, dikos, maupun tinggal bersama orang tua.
2. Kemampuan prestasi belajar matematika pada pokok bahasan logika
matematika pada siswa yang tinggal dipondok pesantren maupun siswa
yang tinggal dikos tidak terdapat perbedaan. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan melihat rata-rata dari kelompok siswa yang tinggal dipondok
pesantren sebesar = 63,44 dengan rata-rata dari kelompok siswa yang
tinggal dikos sebesar = 63,24, dan pada uji t yaitu t hitung < t tabel (0,377 <
1,995) maka Ho diterima, dengan demikian bahwa tidak ada perbedaan
siswa yang tinggal dipondok pesantren dengan siswa yang tinggal dikos.

83

84

3. Perbedaan prestasi belajar siswa yang tinggal bersama orang tua dengan
siswa yang tinggal dikos mengalami perbadaan, Hal ini dapat ditunjukkan
dengan rata-rata kelompok siswa yang tinggal bersama orang tua sebesar =
68,05 dengan rata-rata kelompok siswa yang tinggal dikos sebesar = 63,24
dan pada uji t yaitu t hitung > t tabel yaitu (14,57 > 1,995) maka Ho ditolak,
dengan demikian bahwa ada perbedaan siswa yang tinggal bersama orang
tua dengan siswa yang tinggal dikos.
4. Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang tinggal di pondok
pesan tren dengan siswa yang tinggal bersama orang tua. Hal ini
ditunjukkan pada uji hipotesis bahwa t hitung < t tabel , yaitu -3,26 < 1,998
karena t hitung < t tabel maka Ho diterima, dengan demikian tidak ada
perbedaan siswa yang tinggal dipondok pesantren dengan siswa yang
tinggal bersama orang tua dengan rata rata yang tidak jauh berbeda yaitu
pada kelompok siswa yang tinggal dipondok pesantren rata ratanya 63,44
dan pada kelompok siswa yang tinggal bersama orang tua rata ratanya
68,05.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Guru dapat ikut memberikan alternatif saran bagi siswa untuk bertempat
tinggal di kos, pondok pesantren maupun tinggal bersama orang tua agar
prestasi belajar siswa dapat meningkat.

85

2. Untuk pengelola pengurus pondok pesantren perlu mengevaluasi program


kerja pondok pesantren, dengan tidak hanya menekankan pada ilmu-ilmu
agama saja, namun juga ada ilmu-ilmu umum, seperti ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sehingga siswa yang tinggal dipondok pesantren mampu
menguasai berbagai bidang ilmu untuk kepentingan dirinya, agama, bangsa,
dan negara.
3. Untuk pengelola kos perlu menambahkan berbagai peraturan yang
digunakan untuk para siswa agar mereka tidak terlampau jauh hidup bebas
tanpa ada kontrol dari pihak manapun.
4. Perlu sekali kesadaran akan pentingnya keselarasan, keserasian dan
keseimbangan anatar ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan
umum, khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Sebaiknya penelitian ini dikembangkan lebih lanjut pada materi dan
populasi yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta : Rineka Cipta
Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Daud Ali, S. H, Prof. H. Mohammad. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada
Dimiati, Dr, Drs. Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka
Cipta
Hamalik, Dr.Oemar. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Hamid, M.Ag. Drs. K. H. Abdul dan Drs. Yaya, M. Ag. 2010. Pemikiran Modern
Dalam Islam. Bandung: CV Pustaka Setia
http://darulhikmah.blogspot.com/2008/05/pengertian-dan-tipe-pesantren.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Indekost#Kegunaan_sekarang
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/04/gaya-hidup-mahasiswazamansekarang/ April 12th, 2010
Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Matematika. Malang :
Krismanto, Al, M. Sc dan Widyaiswara PPPG Matematika. 2003. Beberapa
Teknik, Model, Dan Strategi Dalam Pembelajaran Matematika.
Yogyakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Muniroh, Saidatul . 2002. Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Antara
Siswa Yang Tinggal Di Pondok Pesantren Dengan Siswa Yang Tidak

Tinggal Di Pondok Pesantren Pada Kelas 1 Cawu 1 Di MTs Futuhiyyah


2 Mranggen Kab.Demak Tahun Ajaran 2001/2002. Semarang : IKIP
PGRI Semarang
Sudjana. 1996. Metode Statistik . Bandung : Tarsito
Sujudi, Aji. 2005. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan
Perkalian dan Pembagian Menggunakan Media Komputer Pada Siswa
Kelas 2 SD Muhammadiyah Plus Salatiga Tahun Pelajaran 2004/2005.
Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Sunardi, Slamet waluyo, Sutrisno, Subagya. 2005. Matematika 1 Kelas X. Jakarta:
Bumi Aksara.
Syairozi, Mokhamad Arif. 2009. Analisis Tingkat Kemampuan Kognitif
Matematika Pada Pokok Bahasan Kubus Dan Balok Kelas VIII Semester
II SMP Negeri 1 Karangawen Kab.Demak Tahun Ajaran 2008/2009.
Semarang : IKIP PGRI Semarang
TIM. 2005. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka PN
Wals,Mayra. 2002. Pondok Pesantren Dan Ajaran Golongan Islam Ekstrim Studi
Kasus Di Pondok Pesantren Modern Putri Darul Ridwam Parang
Harjo Banyuwangi. Malang : Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Muhammadiyah.

Anda mungkin juga menyukai