Anda di halaman 1dari 20

BAB IPENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Saat ini dengan semakin modernnya zaman, semakin banyak juga penyakit yang
timbul akibat gaya hidup manusia dan penularan bakteri. Salah satunya adalah
penyakit gastritis, yang terjadi karena inflamasi yang terjadi pada lapisan lambung
yang menjadikan sering merasa nyeri pada bagian perut. Penyakit ini tidak bisa
menular tapi biasanya bakteri Helycobacter pylori masuk ke dalam tubuh manusia
melalui makanan.

Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung.
Secara histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada
daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di
klinik atau ruangan penyakit dalam pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis
meningkat sejak 5 6 tahun ini bisa menyerang semua jenis kelamin karena pola
makan yang buruk dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok. Penyakit
gastritis ini lebih menyerang kepada usia remaja sampai dewasa sehingga butuh
perawatan khusus karena akan menggaggu masa tua kita semua,sehingga
dibutuhkan pengetahuan untuk mengobati dan lebih baik lagi untuk mencegah
terjadinya penyakit ini sejak dini

B.

RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1.

Apakah pengertian penyakit gastritis?

2.

Bagaimanakah epidemologi penyakit gastritis ?

3.

Bagaimanakah klasifikasi penyakit gastritis ?

4.

Bagaimanakah pathogenesis penyakit gastritis ?

5.

Apa sajakah faktor resiko penyakit gastritis ?

6.

Bagaimanakah gejala klinis penyakit gastritis ?

7.

Bagaimanakah diagnosis penyakit gastritis ?

8.

Bagaimanakah pencegahan penyakit gastritis ?

9.

Bagaimanakah pengobatan/penanggulangan penyakit gastritis ?

BAB II

ISI

A.

PENGERTIAN

Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi jaringan
mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal dengan magh
berasal dari bahasa Yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang
berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal,
tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan
peradangan pada lambung.

Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut
erosive. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung

yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosif apabila kerusakan


yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di
klinik, sebagai akibat samping pemakaian obat, sebagai penyulit penyakit-penyakit
lain atau karena sebab yang tidak diketahui.

Perjalanan penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang dapat


menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna atas. Penderita
gastritis akut erosif yang tidak mengalami perdarahan sering diagnosisnya tidak
tercapai. Untuk menegakkan diagnosis tersebut diperlukan pemeriksaan khusus
yang sering dirasakan tidak sesuai dengan keluhan penderita yang ringan saja.

Jenis gastritis yang lainnya yaitu gastritis kronik. Gastritis kronik adalah suatu
peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun. Gastritis kronik
sering dihubungkan dengan ulkus peptik dan karsinoma lambung, tetapi hubungan
sebab akibat antara keduanya belum pernah dapat dibuktikan.

B.

EPIDEMIOLOGI

Adanya kasus gastritis di masyarakat :

1.
Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record Rumah Sakit Hospital
pada tahun 2010 ditemukan jumlah pasien yang dirawat dengan penyakit infeksi
pada saluran pencernaan adalah 55% dengan diare, 34.5% dengan gastritis, 4%
dengan infeksi usus, 3.5% dengan peritonitis, dan 3% dengan penyakit infeksi
lainnya.

2.
Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia menjaga kesehatan
lambungnya, menyebabkan jumlah penderita gastritis mengalami grafik kenaikan.
Di penjuru dunia saat ini penderita gastritis mencapai 1.7 miliar. Hasil penelitian
riset Brain & Co dengan PT. Kalbe Farma tahun 2010, terhadap 1.645 responden di
Medan, Jakarta, Surabaya dan Denpasar mengungkapkan 60% dari jumlah
responden menderita gastritis.

3.
Menurut Dr.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB dari Divisi GastroenterologiDepartemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSUPN Cipto Mangunkusumo, dari hasil
penelitian yang dilakukan RSCM pada sekitar 100 pasien dengan keluhan dispepsia,
didapatkan 20% penderita yang mengalami kelainan organik. Kelainan ini
ditemukan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan
endoskopi. Suatu penelitian lain dengan junlah pasien yang cukup besar dan
melibatkan pusat endoskopi pada beberapa kota di Indonesia juga menunjukkan
tingginya penderita gastritis kronis. Dari 7.092 kasus dispepsia yang dilakukan
endoskopi, ditemukan 86.41% pemderita mengalami dispepsia fungsional. Datadata penelitian dari luar negeri juga menunjukkan angka yang tidak terlalu berbeda.

C.

KLASIFIKASI

Gastritis ada 2 kelompok yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Tetapi gastritis
kronik bukan merupakan lanjutan dari gastritis akut, dan keduanya tidak saling
berhubungan.

1.Gastritis akut

Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut
erosif.Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.

2.Gastritis kronis

Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
menahun (Soeparman, 1999, hal : 101).Gastritis kronis adalah suatu peradangan
bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik
oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori
(Brunner dan Suddart, 2000, hal : 188).

Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B:

1.
Dikatakan gastritis kronik tipe A (korpus) jika mampu menghasilkan imun
sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan
mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia
pernisiosa berkembang pada proses ini.

2.
Gastritis kronik tipe B (antrum) lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi
helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

D.

PATOGENESIS

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung, yaitu :

1.

Kerusakan mukosa barrier sehingga difusi balik ion H meninggi.

2.

Perfusi mukosa lambung yang terganggu.

3.

Jumlah asam lambung.

Faktor-faktor tersebut biasanya tidak berdiri sendiri. Misalnya stres fisik akan
menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah-daerah
infark kecil. Di samping itu, sekresi asam lambung juga terpacu.Mukosal
barrier pada penderita stres fisis biasanya tidak terganggu. Hal inilah yang
membedakannya dengan gastritis erosif karena bahan kimia atau obat. Pada
gastritis refluks, gastritis karena bahan kimia, obat, mukosal barrier rusak sehingga
difusi balik ion H meninggi. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan
mempercepat kerusakan mukosal barrier oleh cairan usus.

Pada umumnya patogenesis gastritis kronik belum diketahui. Gastritits kronik sering
dijumpai bersama-sama dengan penyakit lain, misalnya anemia, penyakit Addison
dan Gondok, anemia kekurangan besi idiopatik. Gastritis kronik antrum-pilorus
hampir selalu terdapat bersamaan dengan ulkus lambung kronik. Beberapa peneliti
menghubungkan gastritis kronik fundus dengan proses imunologi. Hal ini didasarkan
pada kenyataan kira-kira 60% serum penderita gastritis kronik fundus mempunyai

antibodi terhadap sel parietalnya. Gastritis kronik antrum-pilorus biasanya


dihubungkan dengan refluks usus-lambung.

E.

FAKTOR RISIKO

1. Pola Makan Menurut Yayuk Farida Baliwati (2004), terjadinya gastritis dapat
disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi
makan, jenis, dan jumlah makanan, sehingga lambung menjadi sensitif bila asam
lambung meningkat.

a.

Frekuensi Makan

Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan
kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat
pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung
tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung kosong
antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya
lambung (Okviani, 2011).

Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit gastritis.
Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam
lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri
(Ester, 2001). Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap
waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar
glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan
merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi.

Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi
semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta
menimbulkan rasa nyeri di seitar epigastrium (Baliwati, 2004). Kebiasaan makan
tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu
berlangsung lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat
mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak
peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa
naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar (Nadesul, 2005).
Produksi asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan sefalik, yaitu

pengaturan oleh otak. Adanya makanan dalam mulut secara refleks akan
merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia, melihat dan memikirkan
makanan dapat merangsang sekresi asam lambung (Ganong 2001).

b.

Jenis Makanan.

Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan
diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang.
Menyediakan variasi makanan bergantung pada orangnya, makanan tertentu dapat
menyebabkan gangguan pencernaan, seperti halnya makanan pedas (Okviani,
2011). Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem
pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal ini akan
mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan
muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu makannya.

Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam seminggu
selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan iritasi pada
lambung yang disebut dengan gastritis (Okviani, 2011). Gastritis dapat disebabkan
pula dari hasil makanan yang tidak cocok. Makanan tertentu yang dapat
menyebabkan penyakit gastritis, seperti buah yang masih mentah, daging mentah,
kari, dan makanan yang banyak mengandung krim atau mentega. Bukan berarti
makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena lambung membutuhkan waktu
yang labih lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat meneruskannya
kebagian usus selebih-nya. Akibatnya, isi lambung dan asam lambung tinggal di
dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke dalam duodenum
dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat
mengiritasi (Iskandar, 2009).

c.

Porsi Makan

Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang
dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap orang harus makan makanan dalam jumlah
benar sebagai bahan bakar untuk semua kebutuhan tubuh. Jika konsumsi makanan
berlebihan, kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh dan menyebabkan obesitas
(kegemukan). Selain itu, Makanan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi
lambung, yang pada akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun.

Kondisi seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka pada lambung
(Baliwati, 2004).

2.

Kopi

Menurut Warianto (2011), kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis
bahan dan senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam nabati
yang disebut dengan fenol, vitamin dan mineral. Kopi diketahui merangsang
lambung untuk memproduksi asam lambung sehingga menciptakan lingkungan
yang lebih asam dan dapat mengiritasi lambung. Ada dua unsur yang bisa
mempengaruhi kesehatan perut dan lapisan lambung, yaitu kafein dan asam
chlorogenic. Studi yang diterbitkan dalam Gastroenterology menemukan bahwa
berbagai faktor seperti keasaman, kafein atau kandungan mineral lain dalam kopi
bisa memicu tingginya asam lambung. Sehingga tidak ada komponen tunggal yang
harus bertanggung jawab (Anonim, 2011). Kafein dapat menimbulkan
perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak), sistem pernapasan, serta
sistem pembuluh darah dan jantung. Oleh sebab itu tidak heran setiap minum kopi
dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh kita terasa segar, bergairah, daya pikir
lebih cepat, tidak mudah lelah atau mengantuk. Kafein dapat menyebabkan
stimulasi sistem saraf pusat sehingga dapat meningkatkan aktivitas lambung dan
sekresi hormon gastrin pada lambung dan pepsin. Hormon gastrin yang dikeluarkan
oleh lambung mempunyai efek sekresi getah lambung yang sangat asam dari
bagian fundus lambung. Sekresi asam yang meningkat dapat menyebabkan iritasi
dan inflamasi pada mukosa lambung (Okviani, 2011). Jadi, gangguan pencernaan
yang rentan dimiliki oleh orang yang sering minum kopi adalah gastritis
(peradangan pada lapisan lambung). Beberapa orang yang memilliki gangguan
pencernaan dan ketidaknyamanan di perut atau lambung biasanya disaranakan
untuk menghindari atau membatasi minum kopi agar kondisinya tidak bertambah
parah (Warianto, 2011).

3.

Teh

Hasil penelitian Hiromi Shinya, MD., dalam buku The Miracle of Enzyme
menemukan bahwa orang-orang Jepang yang meminum teh kaya antioksidan lebih
dari dua gelas secara teratur, sering menderita penyakit yang disebut gastritis.
Sebagai contoh Teh Hijau, yang mengandung banyak antioksidan dapat membunuh
bakteri dan memiliki efek antioksidan berjenis polifenol yang mencegah atau
menetralisasi efek radikal bebas yang merusak. Namun, jika beberapa antioksidan

bersatu akan membentuk suatu zat yang disebut tannin. Tannin inilah yang
menyebabkan beberapa buah dan tumbuh-tumbuhan memiliki rasa sepat dan
mudah teroksidasi (Shinya, 2008). Tannin merupakan suatu senyawa kimia yang
memiliki afinitas tinggi terhadap protein pada mukosa dan sel epitel mukosa
(selaput lendir yang melapisi lambung). Akibatnya terjadi proses dimana membran
mukosa akan mengikat lebih kuat dan menjadi kurang permeabel. Proses tersebut
menyebabkan peningkatan proteksi mukosa terhadap mikroorganisme dan zat
kimia iritan. Dosis tinggi tannin menyebabkan efek tersebut berlebih sehingga
dapat mengakibatkan iritasi pada membran mukosa usus (Shinya, 2008). Selain itu
apabila Tannin terkena air panas atau udara dapat dengan mudah berubah menjadi
asam tanat. Asam tanat ini juga berfungsi membekukan protein mukosa lambung.
Asam tanat akan mengiritasi mukosa lambung perlahan-lahan sehingga sel-sel
mukosa lambung menjadi atrofi. Hal inilah yang menyebabkan orang tersebut
menderita berbagai masalah lambung, seperti gastritis atrofi, ulcus peptic, hingga
mengarah pada keganasan lambung

4.

Rokok.

Rokok adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau cacah. Dalam sebatang
rokok, terkandung berbagai zat-zat kimia berbahaya yang berperan seperti racun.
Dalam asap rokok yang disulut, terdapat kandungan zat-zat kimia berbahaya
seperti gas karbon monoksida, nitrogen oksida, amonia, benzene, methanol,
perylene, hidrogen sianida, akrolein, asetilen, bensaldehid, arsen, benzopyrene,
urethane, coumarine, ortocresol, nitrosamin, nikotin, tar, dan lain-lain. Selain
nikotin, peningkatan paparan hidrokarbon, oksigen radikal, dan substansi racun
lainnya turut bertanggung jawab pada berbagai dampak rokok terhadap kesehatan
(Budiyanto, 2010).

Efek rokok pada saluran gastrointdstinal antara lain melemahkan katup esofagus
dan pilorus, meningkatkan refluks, mengubah kondisi alami dalam lambung,
menghambat sekresi bikarbonat pankreas, mempercepat pengosongan cairan
lambung, dan menurunkan pH duodenum. Sekresi asam lambung meningkat
sebagai respon atas sekresi gastrin atau asetilkolin. Selain itu, rokok juga
mempengaruhi kemampuan cimetidine (obat penghambat asam lambung) dan
obat-obatan lainnya dalam menurunkan asam lambung pada malam hari, dimana
hal tersebut memegang peranan penting dalam proses timbulnya peradangan pada
mukosa lambung.

Rokok dapat mengganggu faktor defensif lambung (menurunkan sekresi bikarbonat


dan aliran darah di mukosa), memperburuk peradangan, dan berkaitan erat dengan
komplikasi tambahan karena infeksi H. pylori. Merokok juga dapat menghambat
penyembuhan spontan dan meningkatkan risiko kekambuhan tukak peptik (Beyer,
2004). Kebiasaan merokok menambah sekresi asam lambung, yang mengakibatkan
bagi perokok menderita penyakit lambung (gastritis) sampai tukak lambung.
Penyembuhan berbagai penyakit di saluran cerna juga lebih sulit selama orang
tersebut tidak berhenti merokok (Departemen Kesehatan RI, 2001).

5.

Obat-Obatan.

Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan gastritis erosif adalah aspirin dan
sebagian besar obat anti inflamasi non steroid (AINS) (Suyono, 2001). Asam asetil
salisilat lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Asam asetil salisilat merupakan
obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) turunan asam karboksilat derivat asam
salisilat yang dapat dipakai secara sistemik. Obat AINS adalah salah satu golongan
obat besar yang secara kimia heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase,
menyebabkan penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor tromboksan dari
asam arakhidonat. Siklooksigenase merupakan enzim yang penting untuk
pembentukkan prostaglandin dari asam arakhidonat. Prostaglandin mukosa
merupakan salah satu faktor defensive mukosa lambung yang amat penting, selain
menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspirin dan obat antiinflamasi
nonsteriod tertentu dapat merusak mukosa secara topikal, kerusakan topikal terjadi
karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat
merusak sel-sel epitel mukosa.

Pemberian aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid juga dapat menurunkan sekresi
bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif
terganggu. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan
terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara
terus menerus atau berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan ulkus peptikum.
Pemakaian setiap hari selama minimal 3 bulan dapat menyebabkan gastritis

6.

Stress

Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang
menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan

seseorang. Definisi lain menyebutkan bahwa stress merupakan ketidakmampuan


mengatasi ancaman yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia,
yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut

a. Stress Psikis Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress,
misalnya pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung
yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan, lamakelamaan dapat menyebabkan terjadinya gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan
stres umumnya tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, maka kuncinya adalah
mengendalikannya secara efektif dengan cara diet sesuai dengan kebutuhan
nutrisi, istirahat cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup

b. Stress Fisik Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar,
refluks empedu atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga ulkus serta
pendarahan pada lambung. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan
radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya
dapat berkembang menjadi gastritis dan ulkus peptik. Ketika tubuh terkena
sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis
besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat
mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung
(Anonim, 2010).

Refluks dari empedu juga dapat menyebabkan gastritis. Bile (empedu) adalah
cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi
oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan
menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk
seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam
lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk
ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.

7.

Alkohol

Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup, terutama dengan


kemampuannya sebagai pelarut lipida. Kemampuannya melarutkan lipida yang
terdapat dalam membran sel memungkinkannya cepat masuk ke dalam sel-sel dan
menghancurkan struktur sel tersebut. Oleh karena itu alkohol dianggap toksik atau

racun. Alkohol yang terdapat dalam minuman seperti bir, anggur, dan minuman
keras lainnya terdapat dalam bentuk etil alkohol atau etanol (Almatsier, 2002).

Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol adalah lambung dan
hati, oleh karena itu efek dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jangka
panjang tidak hanya berupa kerusakan hati atau sirosis, tetapi juga kerusakan
lambung. Dalam jumlah sedikit, alkohol merangsang produksi asam lambung
berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual, sedangkan dalam jumlah banyak,
alkohol dapat mengiritasi mukosa lambung dan duodenum. Konsumsi alkohol
berlebihan dapat merusak mukosa lambung, memperburuk gejala tukak peptik, dan
mengganggu penyembuhan tukak peptik. Alkohol mengakibatkan menurunnya
kesanggupan mencerna dan menyerap makanan karena ketidakcukupan enzim
pankreas dan perubahan morfologi serta fisiologi mukosa gastrointestinal (Beyer
2004).

8.

Infeksi Helicobacter pylori

Helicobacter pylori adalah kuman Gram negatif, basil yang berbentuk kurva dan
batang. Helicobacter pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan peradangan
lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada manusia. Sebagian besar populasi di
dunia terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori yang hidup di bagian dalam lapisan
mukosa yang melapisi dinding lambung.

Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat


ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau
akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.
Infeksi Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi Helicobacter pylori
ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya ulkus peptikum dan
penyebab tersering terjadinya gastritis .

9.

Usia.

Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis dibandingkan
dengan usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia

mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih cenderung memiliki infeksi
Helicobacter Pylory atau gangguan autoimun daripada orang yang lebih muda.

Sebaliknya, jika mengenai usia muda biasanya lebih berhubungan dengan pola
hidup yang tidak sehat. Kejadian gastritis kronik, terutama gastritis kronik antrum
meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Di negara Barat, populasi yang usianya
pada dekade ke-6 hampir 80% menderita gastritis kronik dan menjadi 100% pada
saat usia mencapai dekade ke-7. Selain mikroba dan proses imunologis, faktor lain
juga berpengaruh terhadap patogenesis Gastritis adalah refluks kronik cairan
penereatotilien, empedu dan lisolesitin (Suyono, 2001).

F.

GEJALA KLINIS

1.
Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi
lebih baik atau lebih buru ketika makan

2.

Mual

3.

Muntah

4.

5.

6.

7.

Kehilangan selera makan

Kembung

Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan

Kehilangan berat badan

Gastritis yang terjadi tiba-tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit
pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronik yang berkembang secara

bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian
atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Gastritis dapat menyebabkan
pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat
yang sama juga terjadi borok/luka pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat
menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada feces dan memerlukan
perawatan segera.

Sebagian besar penderita gastritis kronik tidak memiliki keluhan. Sebagian kecil saja
yang mempunyai keluhan biasanya berupa : nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, nyeri
seperti ulkus peptik dan keluhan-keluhan anemia. Pada pemeriksaan fisis sering
tidak dapat dijumpai kelainan. Kadang-kadang dapat dijumpai nyeri tekan
midepigastrium yang ringan saja. Pemeriksaan laboratorium juga tidak banyak
membantu. Kadang-kadang dapat dijumpai anemia makrositik. Uji coba ciling tidak
normal. Analisis cairan lambung kadang-kadang terganggu. Dapat terjadi
aklorhidria. Kadar gastrin serum meninggi pada penderita gastritis kronik fundus
yang berat. Antibodi terhadap sel parietal dapat dijumpai pada sebagian penderita
gastritis kronik fundus.

G.

DIAGNOSIS

Jika seseorang merasakan nyeri pada perut sebelah atas disertai mual dan
gejalanya menetap maka dokter akan menduganya Gastritis. Dan bila seseorang
didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan tambahan
untuk mengetahui secara jelas penyebabanya. Pemeriksaan tersebut meliputi :

1.

Pemeriksaan darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibakteri H.pylori dalam darah. Hasil
tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut
terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang
terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.

2.

Pemeriksaan pernapasan

Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi H.pylori atau tidak.

3.

Pemeriksaan feces

Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori dalam feces atau tidak. Hasil yang
positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan
terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya perdarahan pada
lambung.

4.

Endoskopi saluran cerna bagian atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian
atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. tes ini dilakukan dengan cara
memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan
masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan
terlebih dahulu dimatirasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini.

Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian
akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu lebih kurang
20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini
selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, lebih kurang
satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering
terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan ondoskop.

5.

Ronsen saluran cerna bagian atas

Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan
ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika
dironsen

H.

PENCEGAHAN GASTRITIS

Agar kita terhindari dari penyakit gastritis, sebaiknya kita mengontrol semua Faktor
risiko yang menyebabkan terjadinya gastritis, dengan melakukan tindakan
pencegahan seperti dibawah ini:

Makan yang teratur

Hindari alkohol

Makan dalam porsi kecil dan sering

Menghindari stress

Mengunyah 32 kali

Menghindari rokok

I.

PENGOBATAN/PENANGGULANGAN

1. Cara Perawatan Gastritis

a.
Ketika sedang sakit, makanlah makanan yang lembek yang mudah dicerna
dan tidak merangsang asam lambung

b.
Hindari makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung, seperti
makanan pedas, makanan yang asam, tinggi serat, zat tepung

c.
Hindari minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung seperti teh
kopi, alkohol

d.

e.

f.

Makan secara teratur

Minum obat secara teratur

Hindari stress fisik dan psikologis

2. Pemberian Obat-obatan

Pengobatan yang dilakukan terhadap Gastritis bergantung pada penyebabnya. Pada


banyak kasus Gastritis, pengurangan asam lambung dengan bantuan obat sangat
bermanfaat. Antibiotik untuk menghilangkan infeksi. Penggunaan obat-obatan yang
mengiritasi lambung juga harus dihentikan. Pengobatan lain juga diperlukan bila
timbul komplikasi atau akibat lain dari Gastritis.

Kategori obat pada Gastritis adalah :

a.

b.

Antasid : menetalisir asam lambung dan menghilangkan nyeri

Acid blocker membantu mengurang jumlah asam lambung yang diproduksi

c.
Proton pump inhibitor : menghentikan produksi asam lambung dan
menghambat H.pylori.

3. Pengobatan tradisional

Banyak cara pengobatan tradisional yang dapat mengobati penyakit maag, salah
satunya dengan resep di bawah ini yang penulis dapat berikan:

Bahan:Daun jambu biji ................. 5 lembarPegagan ............................ 10


lembarKencur .............................. 5 bijiKetumbar .......................... 11 bijiKayu
Manis ...................... jari tanganCara meramu:Cuci bersih semua bahan,
kemudian rebus bahan dengan 4 gelas air hingga tersisa sekitar 3 gelas. Angkat
dan saring.Aturan pakai:Minum ramuan setelah makan, dengan dosis sebagai
berikut;Anak umur 9-12 tahun, 3 kali sehari, masing-masing 1/3
gelas.Dewasa, 3 kali sehari, masing-masing gelas

Insya Allah penyakit maag akan berkurang sakitnya.

BAB III

KESIMPULAN

1.
Gastritis atau yang lebih dikenal maag adalah penyakit tidak menular yang
disebabkan imflamasi (pembengkakan) dari mukosa lambung.

2.
Gastritis ada 2 kelompok yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Tetapi
gastritis kronik bukan merupakan lanjutan dari gastritis akut, dan keduanya tidak
saling berhubungan.

3.
Ada banyak factor risiko yang dapat menyebabkan maag antara lain, pola
makan yang tidak teratur, jenis makanan yang dapat memicu asam lambung kopi,
teh, rokok, alcohol, stress, obat-obatan, dan usia

4.
Gejala gastritis bermacam-macam, tergantung kepada jenis gastritisnya.
Biasanya penderita gastritis mengalami gangguan pencernaan (indigesti) dan rasa
tidak nyaman di perut sebelah atas.

5.
Pencegahan dari penyakit ini yaitu dengan menghindari semua factor risiko
yang dapat memicu timbulnya penyakit gastritis

6.
Pengobatan dengan memberikan obat yang dapat menetralisir asam lambung
seperti antasida, selain itu selalu perhatikan pola konsumsi makanan, hindari
makanan yang dapat memicu naiknya asam lambung

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Anonimous, 2010.

Baliwati, Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya
Beyer. 2004

Brunner dan Suddart, 2000, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Budiyanto, Carko. 2010. Merokok Memang Ternyata Nikmat.


http://nina9yuli.student.umm.ac.id/2010/02/11/Merokok-Memang-Ternyata-Nikmat/

Ester, Monica. 2001. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Iskandar, H. Yul. 2009. Saluran Cerna. Jakarta: Gramedia Kelly, Gregory. 2010

Okviani, Wati. 2011. Pola Makan Gastritis. http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/205312047/.pdf

Nadesul. 2005. Sakit Lambung, Bagaimana


Terjadinya. http://www.kompas.com/Sakit-Lambung-Bagaimana/Terjadinya

Soeparman, 1999, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI, Jakarta.

Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan
FKUI

Warianto, Chaidar. 2011. Minum Kopi Bisa Berakibat Gangguan Pencernaan.


http://www.griyawisata.com/pdf. php ? url pdf = 28640

Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya Beyer. 2004.
Medical Nutrition Therapy for Upper Gastrointestinal Tract Disorders.

akmal n di 04.47Berbagi

1 komentar:

DKD.WLJ SUL-SEL11 Desember 2014 19.51MANTAAPPBalasBerandaLihat versi web

Mengenai Saya

akmal n Lihat profil lengkapkuDiberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai