Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HIV/AIDS telah menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi.
HIV/AIDS

adalah

salah

satu

penyakit

yang

harus

diwaspadai

karena

AcquiredImmunodeficiency Syndrome ( AIDS) sangat berakibat pada penderitanya.


Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan gejala
penyakit yang menyerang tubuh manusia setelah sistem kekebalannya dirusak oleh
virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).Cara penularan HIV dapat melalui
hubungan seksual, penggunaan obatsuntik, ibu ke anak-anak dan lain-lain
Mengenai penyakit HIV/AIDS,penyakit ini telah menjadi pandemi yang
mengkhawatirkan masyarakat dunia, karena disamping belum ditemukan obat dan
vaksin pencegahan penyakit ini juga memiliki window periode dan fase
asimtomatik

(tanpa

gejala)

yang

relative

panjang

dalam

perjalanan

penyakitnya.Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun di seluruh bagian dunia


terusmeningkat meskipun berbagai upaya preventif terus dilaksanakan. Dari beberapa
cara penularan tersebut, masing-masing penularan memiliki resiko penularan cukup
besar. Oleh karena itu, penularan HIV harus diberi pengobatan agar penyebaran
mengalami perlambatan.
HIV tidak dapat disembuhkan karena tidak ada obat yang dapatsepenuhnya
menyembuhkan HIV/AIDS.Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak

dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan


antiretroviral dapat memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem
kekebalan tubuh dan menunda awal terjadinya AIDS.
B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan HIV/AIDS?
Bagaimana pencegahannya?
Bagaimana cara penatalaksanaannya?
Apa saja gejala klinis HIV/AIDS?
Bagaimana penularan HIV/AIDS?
C. Tujuan
Untuk mengetahui HIV/AIDS.
Untuk mengetahui pencegahan HIV/AIDS.
Untuk mengetahui penatalaksanan HIV/AIDS.
Untuk mengetahui apa saja gejala klinis HIV/AIDS.
Untuk mengtahui cara penularan HIV/AIDS.
D. Manfaat
Penulisan makalah ini bermanfaat untuk kehidupan kita, karna
penyangkutan materi makalah ini yang di tujukan kepada atau kedalam hati
sanubari manusia.Oleh karna pehaman kita belum sempurna hendaknya makalah
ini menambah dan memenuhi hasrat kita supaya hidup kita lebih bermamfaat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sejarah Singkat HIV/AIDS


Virus HIV dikenal secara terpisah oleh para peneliti di Institut Pasteur
Perancis pada tahun 1983 dan NIH yaitu sebuah institut kesehatan nasional di
Amerika Serikat pada tahun 1984. Meskipun tim dari Institute Pasteur Perancis yang
dipimpin oleh Dr. Luc Montagnie, yang pertama kali mengumumkan penemuan ini di
awal tahun 1983 namun penghargaan untuk penemuan virus ini tetap diberikan
kepada para peneliti baik yang berasal dari Perancis maupun Amerika. Peneliti
Perancis memberi nama virus ini LAV atau lymphadenopathy associated virus. Tim
dari Amerika yang dipimpin Dr. Robert Gallo menyebut virus ini HTLV-3 atau
humanT-cell lymphotropic virus type-3. Kemudian Komite Internasional untuk
Taksonomi Virus memutuskan untuk menetapkan nama human immunodeficiency
virus (HIV) sebagai nama yang dikenal sampai sekarang maka para peneliti tersebut
juga sepakat untuk menggunakan istilah HIV. Sesuai dengan namanya, virus ini
memakan imunitas tubuh.

II.2 Pengertian

Apa itu HIV?


HIV

atau

Human

Immunodeficiency

Virus,
HIV adalah virus yang menyerang dan
merusak kekebalan tubuh pada manusia,
sehingga tubuh tidak bisa melawan infeksiinfeksi yang masuk ke tubuh.
Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan
dengan AIDS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yaitu: H =
Human (manusia), I = Immuno deficiency (berkurangnya kekebalan), V = Virus.
Maka dapat dikatakan HIV adalah virus yang menyerang dan merusak sel
kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh kehilangan daya tahan dan mudah
terserang berbagai penyakit antara lain TBC, diare, sakit kulit, dll. Kumpulan
gejala penyakit yang menyerang tubuh kita itulah yang disebut AIDS, yaitu:
A = Acquired (didapat), I = Immune (kekebalan tubuh),D = Deficiency
(kekurangan), S = Syndrome (gejala). Maka, selama bertahun-tahun orang dapat
terinfeksi HIV sebelum akhirnya mengidap AIDS. Namun penyakit yang paling

sering ditemukan pada penderita AIDS adalah sejenis radang paru-paru yang
langka, yang dikenal dengan namapneumocystis carinii pneumonia (PCP), dan
sejenis kanker kulit yang langka yaitu kaposis sarcoma (KS).
Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem
kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir dan disebabkan oleh HIV atau
Human Immunodeficiency Virus.AIDS bukan penyakit turunan, oleh sebab itu
dapat menulari siapa saja.Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency
Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh
manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada

dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benarbenar bisa disembuhkan.
Penyakit ini kadang disebut infeksi oportunistik, karena penyakit ini
menyerang dengan cara memanfaatkan kesempatan ketika kekebalan tubuh
menurun sehingga kanker dan infeksi oportunistik inilah yang dapat
menyebabkan kematian. Biasanya penyakit ini baru muncul dua sampai tiga tahun
setelah penderita didiagnosis mengidap AIDS. Orang yang mengidap KS
mempunyai kesempatan hidup lebih lama dibandingkan orang yang terkena
infeksi oportunistik. Akan tetapi belum ada seorang pun yang diketahui benarbenar sembuh dari AIDS. Seseorang yang telah terinfeksi HIV belum tentu
terlihat sakit. Secara fisik dia akan sama dengan orang yang tidak terinfeksi HIV.
Apakah seseorang sudah tertular HIV atau tidak hanya bisa diketahui melalui tes

darah. Oleh karena itu 90% dari pengidap AIDS tidak menyadari bahwa mereka
telah tertular virus AIDS, yaitu HIV karena masa inkubasi penyakit ini termasuk
lama dan itulah sebabnya mengapa penyakit ini sangat cepat tertular dari satu
orang ke orang lain. Masa inkubasi adalah periode atau masa dari saat penyebab
penyakit masuk ke dalam tubuh (saat penularan) sampai timbulnya penyakit.
II.3 Perbedaannya HIV dan AIDS
Fase HIV adalah fase dimana virus masuk ke dalam tubuh dan tubuh mulai
melakukan perlawanan dengan menciptakan antibodi. Pada fase ini, sebagian
besar orang tidak merasakan gejalanya sehingga disebut fase tanpa gejala.
Fase AIDS, adalah saat tubuh sudah tidak mampu melawan penyakit-penyakit
yang masuk dan menginfeksi tubuh. Biasanya dikatakan fase AIDS setalah
muncul 2 atau lebih gejala. Misal flu yang sulit sembuh diiringi mencret dan
menurunnya berat badan hingga >10%.Untuk memudahkan penjelasannya.
Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) dibagi dalam 4 Stadium
perkembangan, yaitu:
a. Stadium awal infeksi HIV, menunjukkan gejala-gejala seperti : demam,
kelelahan, nyeri sendi, pembesaran kelenjar getah bening. Gejala-gejala ini
menyerupai influenza/monokleosis.

b. Stadium tanpa gejala, yaitu stadium dimana ODHA nampak sehat, namun
dapat merupakan sumber penularan infeksi HIV. Masa ini bisa mencapai 5
hingga 10 tahun, bergantung dengan kekebalan tubuh dan kesehatan
seseorang.
c. Stadium ARC (AIDS Related Complex), memperlihatkan gejala-gejala seperti
demam lebih dari 38oC secara berkala/terus-menerus, menurunnya berat badan
lebih dari 10% dalam waktu 3 bulan, pembesaran kelenjar getah bening,
diare/mencret secara berkala/terus-menerus dalam waktu yang lama tanpa
sebab yang jelas, kelemahan tubuh yang menurunkan aktifitas fisik,
berkeringat pada waktu malam hari.
d. Stadium AIDS, akan menunjukkan gejala-gejala seperti terdapatnya kanker
kulit yang disebut sarkoma kaposi, kanker kelenjar getah bening, infeksi
penyakit penyerta misalnya : pneumonia yang disebabkan oleh pneumocytis
carinii, TBC, peradangan otak/selaput otak.
II.4 Penyebab HIV/AIDS
Penyebab timbulnya penyakit AIDS belum dapat dijelaskan sepenuhnya.
tidak semua orang yang terinfeksi virus HIV ini terjangkit penyakit AIDS
menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang berperan di sini. Penggunaan
alkohol dan obat bius, kurang gizi, tingkat stress yang tinggi dan adanya penyakit
lain terutama penyakit yang ditularkan lewat alat kelamin merupakan faktor-faktor
yang mungkin berperan di antaranya adalah waktu.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa HIV secara terus menerus


memperlemah

sistem

kekebalan

tubuh

dengan

cara

menyerang

dan

menghancurkan kelompok-kelompok sel-sel darah putih tertentu yaitu sel T-helper.


Normalnya sel T-helper ini (juga disebut sel T4) memainkan suatu peranan penting
pada pencegahan infeksi. Ketika terjadi infeksi, sel-sel ini akan berkembang
dengan cepat, memberi tanda pada bagian sistem kekebalan tubuh yang lain bahwa
telah terjadi infeksi. Hasilnya, tubuh memproduksi antibodi yang menyerang dan
menghancurkan bakteri-bakteri dan virus-virus yang berbahaya.
Selain mengerahkan sistem kekebalan tubuh untuk memerangi infeksi, sel Thelper juga memberi tanda bagi sekelompok sel-sel darah putih lainnya yang
disebut sel T-suppressor atau T8, ketika tiba saatnya bagi sistem kekebalan tubuh
untuk menghentikan serangannya. Biasanya kita memiliki lebih banyak sel-sel Thelper dalam darah daripada sel-sel T-suppressor, dan ketika sistem kekebalan
sedang bekerja dengan baik, perbandingannya kira-kira dua banding satu. Jika
orang menderita penyakit AIDS, perbandingan ini kebalikannya, yaitu sel-sel Tsuppressor melebihi jumlah sel-sel T-helper. Akibatnya, penderita AIDS tidak
hanya mempunyai lebih sedikit sel-sel penolong yaitu sel T-helper untuk
mencegah infeksi, tetapi juga terdapat sel-sel penyerang yang menyerbu sel-sel
penolong yang sedang bekerja.
Selain mengetahui bahwa virus HIV membunuh sel-sel T-helper, kita juga
perlu tahu bahwa tidak seperti virus-virus yang lain, virus HIV ini mengubah
struktur sel yang diserangnya. Virus ini menyerang dengan cara menggabungkan

kode genetiknya dengan bahan genetik sel yang menularinya. Hasilnya, sel yang
ditulari berubah menjadi pabrik pengasil virus HIV yang dilepaskan ke dalam
aliran darah dan dapat menulari sel-sel T-helperyang lain. Proses ini akan terjadi
berulang-ulang. Virus yang bekerja seperti ini disebut retrovirus.
HIV tidak hanya menyerang sistem kekebalan tubuh. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa virus ini juga merusask otak dan sistem saraf pusat. Otopsi
yang dilakukan pada otak pengidap AIDS yang telah meniggal mengungkapkan
bahwa virus ini juga menyebabkan hilangnya banyak sekali jaringan otak. Pada
waktu yang bersamaan, peneliti lain telah berusaha untuk mengisolasi HIV dengan
cairan cerebrospinal dari orang yang tidak menunjukkan gejala-gejala terjangkit
AIDS. Penemuan ini benar-benar membuat risau. Sementara para peneliti masih
berpikir bahwa HIV hanya menyerang sistem kekebalan, semua orang yang
terinfeksi virus ini tetapi tidak menunjukkan gejala terjangkit AIDS atau penyakit
yang berhubungan dengan HIV dapat dianggap bisa terbebas dari kerusakan
jaringan otak. Saat ini hal yang cukup mengerikan adalah bahwa mereka yang
telah terinfeksi virus HIV pada akhirnya mungkin menderita kerusakan otak dan
sistem saraf pusat.
Penyakit AIDS disebabkan oleh virus HIV yang menyerang sel-sel Limfosit
(sel T helper) yang berfungsi melindungi tubuh terhadap terjadinya infeksi
sehingga daya tahan tubuh penderita berkurang dan mudah terinfeksi oleh berbagai
penyakit

II.5 Penularan HIV/AIDS

Cara mencegah penularan HIV


Pencegahan

tentu

saja

harus

dikaitkan dengan cara-cara penularan


HIV

seperti

yang

sudah

dikemukakan. Ada beberapa cara


pencegahan HIV/AIDS, yaitu :
A.

Pencegahan

penularan

melalui hubungan seksual,


infeksi HIV terutama terjadi melalui hubungan seksual, sehingga pencegahan
AIDS perlu difokuskan pada hubungan seksual. Untuk ini perlu dilakukan
penyuluhan agar orang berperilaku seksual yang aman dan bertanggung
jawab, yakni : hanya mengadakan hubungan seksual dengan pasangan sendiri
(suami/isteri sendiri), kalau salah seorang pasangan anda sudah terinfeksi
HIV, maka dalam melakukan hubungan seksual perlu dipergunakan kondom
secara benar, mempertebal iman agar tidak terjerumus ke dalam hubunganhubungan seksual di luar nikah.

10

B. Pencegahan Penularan Melalui Darah dapat berupa : pencegahan dengan cara


memastikan bahwa darah dan produk-produknya yang dipakai untuk transfusi
tidak tercemar virus HIV, jangan menerima donor darah dari orang yang
berisiko tinggi tertular AIDS, gunakan alat-alat kesehatan seperti jarum suntik,
alat cukur, alat tusuk untuk tindik yang bersih dan suci hama.
C. Pencegahan penularan dari Ibu-Anak (Perinatal). Ibu-ibu yang ternyata
mengidap virus HIV/AIDS disarankan untuk tidak hamil

D. Mencegah Penularan Lewat. Alat-Alat Yang Tercemar Bila hendak


menggunakan alat-alat yang menembus kulit dan darah (jarum suntik, jarum
tato, pisau cukur dan lain-lainnya), pastikan bahwa alat-alat tersebut benarbenar steril. Cara mensterilkan alat-alat tersebut dapat dengan mencucinya

11

dengan benar. Anda dapat memakai ethanol 70% atau pun pemutih. Caranya,
sedot ethanol dengan jarum suntik tersebut, lalu semprotkan keluar. Hal ini
dilakukan dua kali. Manifestasi AIDS rata-rata timbul 10 tahun sesudah
infeksi.
HIV/AIDS tidak menular kecuali :
a. Melakukan hubungan seks dengan seorang ODHA
b. Melakukan hubungan seks (homo/hetero seksual)
c. Melakukan hubungan seks berganti-ganti pasangan tanpa kondom
d. Menggunakan satu jarum suntik secara bergantian atau menggunakan
jarum bekas
e. Dari Wanita ODHA melalui kelahiran
f. Dari Wanita ODHA melalui Air Susu Ibu. (Virus HIV hidup dan
berkembang biak di dalam Darah,Cairan Sperma,Cairan Vagina dan
ASI)

Siapapun

beresiko.Penampilan

Bisa
luar

terkena

AIDS,

tidak

menjamin

jika

prilakunya
bebas

HIV.

ODHA sering terlihat sehat dan merasa sehatJika belum belakukan tes
HIV, ODHA tidak tau bahwa dirinya telah tertular HIV dan dapat
menularkan HIV kepada orang lain.Tes HIV adalah satu-satunya cara
mendapatkan kepastian tertular atau tidak.

12

Virus HIV Tidak Menular Melalui :


1. Keringat, Air liur
2. Makanan,Flu/influenza
3. Berpelukan
4. Makan dengan perabot yang sama
5. Bersalaman
6. Mandi bersama
7. Digigit nyamuk
8. Memakai toilet bersama
9. Berhubungan Seks dengan menggunakan Kondom yang baik.
10. Ciuman, senggolan, pelukan dan kegiatan sehari-hari lainnya.
HIV masuk langsung ke aliran darah untuk dapat hidup dalam tubuh manusia
1. Di luar tubuh manusia HIV sangat cepat mati
2. HIV mati oleh air panas, sabun, bahan pencuci hama lain
3. HIV tidak dpt menular lewat udara seperti virus lainnya
4. Ditubuh manusia HIV bersarang dalam sel darah putih tertentu yang disebut
sel T4 (CD4 = Sel Thelper)

13

5. Sel T4 terdapat pd cairan tubuh maka HIV ditemukan terutama dalam: darah,
air mani, cairan vagina
6. HIV tidak terdapat dalam: urine, faeces, muntahan
7. HIV tidak dapat menembus kulit utuh.

14

II. 6 Gejala HIV/AIDS.


Gejala-gejala utama AIDS.
Sebenarnya tidak ada tanda-tanda khusus yang
bisa menandai apakah seseorang telah tertular HIV,
karena keberadaan virus HIV sendiri membutuhkan
waktu yang cukup panjang (5 sampai 10 tahun hingga
mencapai masa yang disebut fullblown AIDS).
Adanya HIV di dalam darah bisa terjadi tanpa
seseorang menunjukan gejala penyakit tertentu dan
ini disebut masa HIV positif. Bila seseorang terinfeksi
HIV untuk pertama kali dan kemudian memeriksakan diri dengan menjalani tes
darah, maka dalam tes pertama tersebut belum tentu dapat dideteksi adanya virus
HIV di dalam darah. Hal ini disebabkan kaena tubuh kita membutuhkan waktu
sekitar 3 - 6 bulan untuk membentuk antibodi yang nantinya akan dideteksi oleh
tes darah tersebut. Masa ini disebut window period (periode jendela) . Dalam
masa ini , bila orang tersebut ternyata sudah mempunyai virus HIV di dalam
tubuhnya (walau pun belum bisa di deteksi melalui tes darah), ia sudah bisa
menularkan HIV melalui perilaku yang disebutkan di atas tadi
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat
infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh

15

unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum
didapati pada penderita AIDS HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh.
Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi,
kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma

Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam,


berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan,

merasa lemah, serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu yang
diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi
tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.
II. 7 Manifestasi Klinis HIV/AIDS.
Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem, malaise, demam yang
menyerupai flu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya berupa
penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula, berkeringat malam,
diare kronik, kelelahan, limfadenopati. Beberapa ahli klinik telah membagi beberapa
fase infeksi HIV yaitu :
1. Infeksi HIV Stadium Pertama
Pada fase pertama terjadi pembentukan antibodi dan memungkinkan juga
terjadi gejala-gejala yang mirip influenza atau terjadi pembengkakan kelenjar
getah bening.
2. Persisten Generalized Limfadenopati

16

Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal, keringat pada


waktu malam atau kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas dan
sariawan oleh jamur kandida di mulut.
3. AIDS Relative Complex (ARC)
Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan sehingga mulai
terjadi berbagai jenis infeksi yang seharusnya dapat dicegah oleh kekebalan
tubuh. Disini penderita menunjukkan gejala lemah, lesu, demam, diare, yang
tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan berlangsung lama, kadang-kadang
lebih dari satu tahun, ditambah dengan gejala yang sudah timbul pada fase
kedua.
4. Full Blown AIDS.
Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat rentan
terhadap infeksi sehingga dapat meninggal sewaktu-waktu. Sering terjadi
radang paru pneumocytik, sarcoma kaposi, herpes yang meluas, tuberculosis
oleh kuman opportunistik, gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga
penderita pikun sebelum saatnya. Jarang penderita bertahan lebih dari 3-4
tahun, biasanya meninggal sebelum waktunya.
II. 8 Gambaran Klinis HIV/AIDS :
Gejala Awal:

17

Gejala Mayor :
1. BB turun > 10 % Dalam1 bulan
2. Diare kronis > 1 bulan
3. Demam panjang > 1 bulan
4. Penurunan Kesadaran/gangguan Neurologis
5. Dimensia/HIV encefalopati
6. Perubahan pada kuku

Gejala Minor :
1. Batuk > 1 bulan
2. Herpes Zoster multi sektor/berulang
3. Dermatitis Generalisata
4. Kandidiasis oro faringeal
5. Herpes simplek kronis progresif
6. Limfadenofati generalisata
7. Infeksi Jamur

18

Gejala lanjutan atau kronis:

Stadium Hiv

Stadium Klinis I
Asimtomatik
Limfadenopati Persisten Generalisata

Stadium Klinis II
Penurunan bb < 10%
Kelainan kulit/dermatitis
Herpes zoster

Stadium Klinis III:


Penurunan BB > 10%
Diare kronis > 1 bln
Demam > 1 bln sebab tak jelas
Kandidiasis oral
TB Paru
Infeksi bakteri berat

19

Stadium Klinis IV

HIV Wasting syndroma


Encefalitis toxoplasma
Diare kriptokokus > 1 bulan
Infeksi sitomegalovirus
Herpes simplek > 1 bulan
Infeksi Jamur berat
Kandidiasis esofagus,trakea,bronkus
Mikobaterialis atipikal
TB extra paru
Limfoma malignum
Sarkoma kaposis
Ensefalopati HIV

II.9 Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
1. Kompleks

dimensia

AIDS

karena

serangan

langsung

Human

Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan


kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social.

20

2. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,


ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
3. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
4. Neuropati

karena

imflamasi

demielinasi

oleh

serangan

Human

Immunodeficienci Virus (HIV)


c. Gastrointestinal
1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma,
dan

sarcoma

Kaposi.

Dengan

efek,

penurunan

berat

badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.


2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam
atritis.
3. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri
rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek ,batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, dan gagal nafas.
e. Dermatologik

21

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis


karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
1. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan .
2. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
II. 10 Diagnosa HIV/AIDS.
Pemeriksaan
1. Konfirmasi diagnosis dilakukan dengan uji antibody terhadap antigen virus
structural. Hasil positif palsu dan negative palsu jarang terjadi.
2. Untuk transmisi vertical (antibody HIV positif) dan serokonversi (antibody
HIV negative), serologi tidak berguna dan RNA HIV harus diperiksa.
Diagnosis berdasarkan pada amflikasi asam nukleat.
3.

Untuk memantau progresi penyakit, viral load (VL) dan hitung DC4
diperiksa secara teratur (setiap8=12 minggu). Pemeriksaan VL sebelum
pengobatan menentukan kecepatan penurunan CD4, dan pemeriksaan
pascapengobatan (didefinisikan sebagai VL <50 kopi/mL).menghitung CD4
menetukan kemungkinan komplikasi, dan menghitung CD4 >200 sel/mm 3
menggambarkan resiko yang terbatas. Adapun pemeriksaan penunjang dasar
yang diindikasikan adalah sebagai berikut :

Semua pasien
Antigen permukaan HBV*

22

CD4 <200 sel/mm3


Rontgen toraks

Antibody inti HBV+

RNA HCV

Antibody HCV

Antigen kriptokukus

Antibody IgG HAV

OCP tinja

Antibody IgG sitomegalovirus


Serologi Treponema

CD4 <100 sel/mm3


PCR sitomegalovirus

Rontgen toraks

Funduskopi dilatasi

Skrining GUM

EKG

Sitologi serviks (wanita)

Kultur darah mikrobakterium

HAV, hepatitis A, HBV, hepatitis B, HCV, hepatitis C


Antigen/antibody e HBV dan DNA HBV bila positif.
+ Antibodi permukaan HBV bila negative dan riwayat imunisasi.
Bila terdapat kontak/riwayat tuberculosis sebelumnya, pengguna obat
suntik dan pasien dari daerah endemic tuberculosis.
4. ELISA (Enzyme-Linked Immuno Sorbent Assay) adalah metode yang
digunakan menegakkan diagnosis HIV dengan sensitivitasnya yang tinggi
yaitu sebesar 98,1-100%. Biasanya tes ini memberikan hasil positif 2-3 bulan
setelah infeksi.
5. WESTERN blot adalah metode yang digunakan menegakkan diagnosis HIV
dengan sensitivitasnya yang tinggi yaitu sebesar 99,6-100%. Pemeriksaanya
cukup sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam.
6. PCR (polymerase Chain Reaction), digunakan untuk :

23

a. Tes HIV pada bayi, karena zat antimaternal masih ada pada bayi yang
dapat menghambat pemeriksaan secara serologis. Seorang ibu yan
menderita HIV akan membentuk zat kekebalan untuk melawan penyakit
tersebut. Zat kekbalan itulah yang diturunkan pada bayi melalui plasenta
yang akan mengaburkan hasil pemeriksaan, seolah-olah sudah ada infeksi
pada bayi tersebut. (catatan : HIV sering merupakan deteksi dari zat antiHIV bukan HIV-nya sendiri).
b.

Menetapakan status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok


berisiko tinggi.

c. Tes pada kelompok berisiko tinggi sebelum terjadi serokonversi.


d. Tes konfirmasi untuk HIV-2, sebab ELISA mempunyai sensitivitas rendah
untuk HIV-2.
7. Serosurvei,

untuk

mengetahui

prevalensi

pada

kelompok

berisiko,

dilaksanakan 2 kali pengujian dengan reagen yang berbeda.


8. Pemeriksaan dengan rapid test (dipstick)

II. 11 Pencegahan HIV/AIDS


Bagi yang belum terinfeksi
Sampai detik ini belum ada vaksin yang sanggup mencegah atau mengobati
HIV AIDS. Namun bukanlah sesuatu yang mustahil untuk melakukan pencegahan

HIV terhadap diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, pemahaman terhadap
proses penularan merupakan kunci dari pencegahannya. Disini saya sampaikan

24

tindakan-tindakan untuk mencegah penularan HIV


AIDS jika anda belum terinfeksi HIV AIDS.
Tindakan-tindakan

untuk

mencegah

penularan HIV AIDS jika anda belum terinfeksi HIV


AIDS.Yaitu :

Pahami HIV AIDS dan ajarkan pada orang lain. Memahami HIV AIDS

dan bagaimana virus ini ditularkan merupakan dasar untuk melakukan


tindakan pencegahan

Ketahui status HIV AIDS patner seks anda. Berhubungan seks dengan

sembarang orang menjadikan pelaku seks bebas ini sangat riskan terinfeksi
HIV, oleh karena itu mengetahui status HIV AIDS patner seks sangatlah
penting.

Gunakan jarum suntik yang baru dan steril. Penyebaran paling cepat

HIV AIDS adalah melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian dengan
orang yang memiliki status HIV positif, penularan melalui jarum suntik sering
terjadi pada IDU ( injection drug user).

Gunakan Kondom Berkualitas. Selain membuat ejakulasi lebih lambat,

penggunaan kondom saat berhubungan sekscukup efektif mencegah penularan


HIV AIDS melalui seks.

Lakukan sirkumsisi / khitan. Banyak penelitian pada tahun 2006 oleh

National Institutes of Health (NIH) menunjukkan bahwa pria yang melakukan

25

khitan memiliki resiko 53 % lebih kecil daripada mereka yang tidak


melakukan sirkumsisi.
Lakukan tes HIV secara berkala. Jika anda tergolong orang dengan resiko tinggi,
sebaiknya melakukan tes HIV secara teratur, minimal 1 tahun sekali
II. 12 Tata Laksana HIV
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency

Virus

(HIV)

untuk

mencegah

terpajannya

Human

Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :


1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan
yang tidak terinfeksi.
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir
yang tidak terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status
Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.
Apabila

terinfeksi

Human

Immunodeficiency

Virus

(HIV),

maka

pengendaliannya yaitu :
1.

Pengendalian Infeksi Opurtunistik


Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,
nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk
mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.

26

2.

Terapi AZT (Azidotimidin)


Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap

AIDS,

obat

ini

menghambat

replikasi

antiviral

Human

Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik


traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 .
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3.
3.

Terapi Antiviral Baru


Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada
prosesnya. Obat-obat ini adalah :
f.1. Didanosine
f.2. Ribavirin
f.3. Diedoxycytidine
f.4. Recombinant CD 4 dapat larut

4.

Vaksin dan Rekonstruksi Virus


Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon,
maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian
dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan
keberhasilan terapi AIDS.

5.

Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makanmakanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang
mengganggu fungsi imun.

27

6.

Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T


dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

28

BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
AIDS disebabkan oleh virus yang bernama HIV (Human Immunodeficiency
Virus), apabila anda terinfeksi HIV, maka tubuh anda akan mencoba untuk
melawan infeksi tersebut. Tubuh akan membentuk antibodi, yaitu molekulmolekul khusus untuk melawan HIV.
Menjadi HIV-positif, atau terkena HIV, tidaklah sama dengan terkena AIDS.
Banyak orang yang HIV-positif tetapi tidak menunjukkan gejala sakit selama
bertahun-tahun.Namun selama penyakit HIV berlanjut, virus tersebut secara
perlahan-lahan merusak sistem kekebalan tubuh. Apabila kekebalan tubuh anda
rusak, berbagai virus, parasit, jamur, dan bakteria yang biasanya tidak
mengakibatkan masalah dapat membuat anda sangat sakit. Inilah yang disebut
infeksi oportunistik.

III.2 Saran
Makalah yang kami tulis ini adalah jauh dari kesempurnaan, karna
kesempurnaan itu hanyalah milik sang pencipta Allah SWT. Perbaikan menuju yang
lebih baik itu perlu, agar disetiap mata ajar yang akan kita proses, dapat di terima
ditengah-tengah kita. Jadi kami harapkan kepada penulis berikutnya yang ingin
melanjutkan makalah ini, sudi kira penambahan nya, agar hal yang baik itu akan kita
terima dalam pembahasan kali ini. Dan dalam penulisan makalah, haruslah kita

29

mengurutkan suatu skema dalam makalah secara authentic, agar pembaca dapat relex
dalam membaca. Ini karena hal layak kini susah membawakan diri nya gemar
membaca, maka dari itu kita ajak mereka membaca dengan hasil penulisan makalah
yang maksimal. Supaya hasil kita maksimal kerjakan dengan sungguh-sungguh dan
secara benar.

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Flexner, C. 1998. HIV-Protease Inhibitor. N. Engl. J.Med. 338:1281-1293


2. Patrick, A.K. & Potts, K.E. 1998.Protease Inhibitors as Antiviral
Agents.Clin.Microbiol. Rev. 11: 614-627
3. http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/0910712024/bab2.pdf
4. http://eprints.undip.ac.id/32494/2/11_BAB_I.pdf
5. https://www.scribd.com/doc/51505153/makalah-HIV-aids
6. https://www.scribd.com/doc/218654719/Referat-Hiv-Fix
7. http://lushirosmayanti.blogspot.com/

31

Anda mungkin juga menyukai