Peneliti Utama :
Nama
NIM
: Alexander Yasimson
: 11.11.113
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Skripsi
2. Peneliti
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Fakultas
e. Alamat
f. E-mail
3. Dosen Pembimbing
a. Nama
b. NIP
4. Biaya Kegiatan Total
a. Peneliti
5. Jangka Waktu Pelaksanaan
Alexander Yasimson
11.11.113
Teknik Mesin S1
Teknologi Industri
Jl. Bowling Tasikmadu
Malang
Karangploso,
: alexanderyasimson@gmail.com
: Ir. Drs. Eko Edi Susanto, MT
: 19570322 198211 1 001
: Rp 2.135.000,: 4 Bulan
Malang, 29 0ktober 2014
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Peneliti,
Alexander Yasimson
NIM. 11.11.113
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin S-1
Sibut, ST. MT
NIP. Y. 1030300379
RINGKASAN
Cadangan energi bahan bakar minyak (BBM) semakin menipis sementara kebutuhannya terus
mengalami peningkatan. Solusi alternatifnya adalah menggunakan bahan bakar gas berupa
LPG (Liquid Petroleum Gas) yang merupakan gas bumi dengan cadangan cukup besar di
Indonesia. Salah satu langkah nyata untuk meningkatkan penggunaan BBG adalah melalui
pengkajian modifikasi motor bakar 4 Tak 99 cc, yang semula dirancang untuk motor bakar
bensin menjadi motor bakar gas. Modifikasi yang akan dilakukan yakni menambahakan
mixer venturi sebagai mekanisme pencampuran antara udara dan bahan bakar. Penelitian ini
dilakukan untuk mendapatkan perbandingan unjuk kerja mesin dengan menggunakan bahan
bakar bensin dan LPG. Unjuk
pencampuran udara dan bahan bakar (gas) yang tepat, sehingga pembakaran lebih sempurna.
Oleh karena itu dirancang venturi mixer dengan jumlah inlet gas 8 buah, guna mendapat
campuran udara yang lebih homogen, serta dengan penambahan gas injector sebagai
penyuplai dan pengatur jumlah aliran gas ke venturi mixer. Diharapkan dengan perhitungan
yang akurat dan ketepatan di dalam pembuatan, venturi mixer ini mampu meningkatkan
unjuk kerja mesin dalam menghasilkan efesiensi mesin yang jauh lebih baik dibanding
dengan motor bakar bensin.
Kata kunci : Venturi Mixer, LPG, Injektor Gas, Unjuk Kerja Mesin, Campuran Udara.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya energi minyak bumi, gas alam, dan batu bara banyak tersedia dan sudah
banyak dimanfaatkan di Indonesia. Bahan bakar gas selama ini hanya terserap pada sektor
industri dan rumah tangga sedangkan utuk industri transportasi masih sangat minim.
Menurut kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, ketergantungan energy fosil masih
didominasi oleh kebutuhan minyak yang mencapai 41,8 persen, disusul batu bara 29 persen
dan gas 23 persen. Cadangan minyak hanya cukup untuk 23 tahun lagi, sementara cadangan
gas masih masih cukup sampai 50 tahun kedepan dan batu bara cukup untuk 80 tahun
mendatang. Ketersediaan energi fosil bersifat terbatas sehingga perlu adanya strategi
untuk mengamankan pasokan energi fosil tersebut. Cadangan gas bumi relatif masih cukup
besar dan biaya pengadaanya lebih murah dari BBM. Adapun cadangan minyak bumi di
Indonesia semakin menipis, bahkan mulai tahun 2005 Indonesia telah mengimpor
minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri(Subekti, dkk., 2010: 85).
Hal tersebut sangat memberatkan pemerintah karena subsidi BBM yang ditanggung
pemerintah menjadi lebih besar. Kebijakan Energi Nasional (KEN) sebagaimana tertuang
dalam Peraturan Presiden RI Nomor 05 Tahun 2006 memberikan panduan diversifi kasi
energi dengan mengembangkan energi alternatif. Upaya diversifikasi energi dengan
mengoptimalkan sumber energi lain diantaranya adalah konversi minyak tanah ke LPG
sebagai bahan bakar kompor masak rumah tangga, seperti yang telah dilakukan
pemerintah. Program ini terbilang sukses, seiring dengan berkurangnya ketergantungan
masyarakat terhadap minyak tanah. Berdasarkan hal ini, peluang untuk memanfaatkan gas
sebagai energi alternatif cukup besar. Akan sangat memungkinkan apabila konversi bahan
bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) diberlakukan untuk sektor transportasi
dan industri maka ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar minyak yaitu bensin
dan solar dapat dikurangi.
Semakin banyaknya peralatan peralatan dalam hal ini motor bakar yang semula
mengonsumsi bahan bakar minyak dialihkan ke penggunaan bahan bakar gas akan
mengurangi kelangkaan bahan bakar fosil serta meningkatkan cadangan bahan bakar minyak.
Pengalihan ini tentunya memerlukan sejumlah modikasi pada komponen-komponen untuk
mendukung mesin dalam menghasilkan kerja.
Penggunaan bahan bakar gas pada motor bakar perlu menggunakan alat yang biasa disebut
dengan konverter. Tipe konverter yang digunakan dalam penelitian ini adalah venturi
mixer dengan 8 lubang nosel, juga dengan penambahan injektor gas sebgai pengatur jumlah
gas yang masuk ke venturi. Penelitian oleh (K. Kadirgama et all, 2008) tentang pengaruh
jumlah lubang 8, 10, dan 12 terhadap rasio pencampurannya. Hasil dari penelitian tersebut
merekomendasikan jumlah lubang nosel 8 buah, dikarenakan jumlah ini menghasilkan
campuran udara gas lebih homogen dan ramping sesuai jumlah putaran mesin, yang
berpengaruh terhadap performa mesin.
Penelitian sebelumya oleh (Tri Sulistyo, 2008) dilakukan untuk menganalisa pengaruh
variasi jumlah lubang venturi terhadap berbagai parameter performa kendaraan bermotor
meliputi horse power, torsi, air fuel ratio (AFR), fuel consumption serta kadar polutan dalam
gas buang pada mesin sepeda motor Honda CB / 125 cc 4 langkah dengan metode uji jalan.
Pada penelitian sebelumnya, pengujian hanya dilakukan pada sepeda motor dan metode yang
dipakai ialah uji jalan dengan variasi jarak, sehingga penelitian selanjutnya
perlu
Bagaimana konsep dari motor bakar 4 langkah serta parameter parameter pengukur
prestasinya ? , serta apakah karakteristik dari LPG dapat menghasilkan prestasi mesin
lebih baik dibanding BBM dan berapa rasio yang terbaik untuk pembakaran ?
Bagaimana konsep dari venturi mixer serta pengaruh jumlah inlet gas 8 lubang
Pembahasan dilakukan pada hal-hal yang berkaitan dengan motor bensin 4 langkah
dan sistem pengaplikasian gas LPG pada system bahan bakar untuk mengetahui
bakar dan parameter prestasi mesin berupa daya keluaran, torsi, dan air fuel ratio.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan motor bensin 4 langkah 3 HP yang
dilengkapi dengan sistem saluran penambahan LPG dengan bahan bakar utama adala
bahan bensin premium.
Pada bagian dijelaskan mengenai data hasil percobaan, perhitungan dan pengolahan
dari data yang telah diambil dari pengujian. Hasil pengolahan akan ditampilkan dalam bentuk
tabel.
BAB V : ANALIS DAN PEMBAHASAN
Analisis hasil pengujian yang disajikan adalah dalam bentuk tabel dan grafik.
BAB VI : KESIMPULAN
Bab ini berisikan kesimpulan yang didapat dari pengujian motor bakar 3 HP 99 cc 4
langkah yang telah dipasangkan venturi mixer .
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Motor Bensin 4 Langkah
Motor
bensin
langkah
menggunakan
siklus
pada
mesin
SI(spark
ignition) dimulai setelah penyalaan dari busi, loncatan bunga api terjadi sesaat setelah torak
mencapai titik mati atas sewaktu langkah kompresi. Panas pembakaran pada TMA diubah
dalam bentuk kerja dengan efisiensi yang tinggi. Efisiensi pembakaran yang tinggi
akibat
langkah kompresi juga dapat menurun akibat penyalaan yang terlalu cepat dan
sebaliknya. Hal tersebut disebabkan rendahnya tekanan akibat pertambahan volume dan
waktu penyebaran api yang terlalu lambat. Adapun siklus otto yang terjadi pada motor bensin
4 langkah adalah sebagai berikut :
(a)
(b)
Gambar 2.1 Diagram Indikator tekanan motor Otto 4 langkah
Proses pembakaran pada motor 4 langkah digambarkan dengan grafik pada gambar 2.1
dan proses pembakaranya adalah sebagai berikut.
A. Merupakan langkah hisap bahan bakar dimana piston mulai bergerakdari TDC (top
death centre) menuju ke BDC (bottom death centre) dengan posisi katup hisap terbuka
dan katup buang tertutup. Akibat dari langkah piston turun ini maka campuran bahan
bakar dengan udara akan terhisap ke dalam ruang bakar.
B. Merupakan langkah kompresi dimana piston bergerak keatas lagi menju TDC setelah
melakukan langkah hisap dengan posisi katup hisap dan katup buang tertutup.
Langkah ini akan menaikkan tekanan pada ruang bakar yang terisi campuran bahan
bakar dengan udar menjadi naik.
C. Merupakan proses pembakaran bahan bakar dimana proses ini terjadi sesaat sebelum
akhir dari proses kompresi. Campuran bahan bakar dengan udara yang telah
terkompresi mulai terbakar akibat percikan api yang ditimbulkan oleh busi terpasang
di dinding silinder. Akibat proses pembakaran ini maka tekanan dan temperature di
dalam ruang bakar menjadi naik tinggi.
D. Merupakan langkah kerja dari engine dimana piston akan bergerak menuju titik mati
bawak akibat dari tekanan yang di timbulkan proses pembakaran. Pada langkah ini
posisi katup hisap dan katup buang masih dalam kondisi tertutup. Selama proses
ekspansi ini tekanan dan temperature mulai turun.
E. Merupakan langkah buang dimana pada akhir langkah kerja piston, katup buang
terbuka dan katup hisap masih tertutup dan piston bergerak menuju TDC membuang
gas pembakaran keluar dari silinder, kemudian piston turun kembali ke BDC untuk
mengambil campuran udara bahan bakar yang baru melalui katup hisap. Sebagai
catatan bahwa tekanan dalam silinder diatas tekanan lingkungan saat langkah buang
dan berada dibawah tekanan lingkungan saat hisap.
Siklus Siklus Otto ideal terdiri dari empat proses reversibel internal, yaitu proses 1-2
kompresi isentropik, proses 2-3 penambahan kalor pada volume tetap, proses 3-4 ekspansi
isentropik, dan proses 4-1 pelepasan kalor pada volume tetap. Karena siklus Otto ideal ini
merupakan sistem tertutup, maka ada beberapa asumsi yang digunakan yaitu (1)
mengabaikan perubahan energi kinetik dan potensial, dan (2) tidak ada kerja yang timbul
selama proses perpindahan kalor.
Efisiensi termal siklus Otto ideal ini tergantung dari besarnya rasio kompresi mesin dan rasio
kalor spesifik dari fluida kerjanya. Efisiensi siklus akan naik bila rasio kompresi dan rasio
kalor spesifik semakin besar seperti pada diagram di bawah ini.
Satuan
Tanpa Timbal
Min
Max
Bilangan oktan
RON
88.0
Kandungan sulfur
% m/m
0,05 1)
Kandungan timbal
gr/1
0.013
Sulfur mercaptain
% massa
0.002
Catatan kaki : batasan 0,05 % setara dengan 500 ppm
Bertimbal
Min
Max
88.0
0,05 1)
0.3
0.002
sejumlah
oktana
terbakardengan sempurna
akan
menghasilkan energi, gas CO2 dan air, dengan perbandingan seperti yang
ditunjukkan sebelah kanan tanda panah.
C8 H 18+ 12,5O2 8 CO 2 +9 H 2 0
Mr C8 :12 8=9 6
Mr H 18 : 1 18=18
Mr C8 H 18=1 1 4
Massa atom relatif (Mr) dari oktana (C8H18) adalah 114 dan Mr dari
oksigen adalah 32 maka setiap kilogram oktana membutuhkan oksigen sebanyak
12,5 Mr oksigen 12,5 32 400
=
=
=3,508 kg oksigen
Mr oktana
114
114
Kadar oksigen dalam atmosfer adalah 23,2 % berat, maka udara yang dibutuhkan
untuk membakar 1 kg oktana adalah :
100
3,508
=15,1 kg udara
23,2
Jadi rasio oktana dan udara secara teoritis antara 1 : 15,1
secara
perlahan.
Untuk
membantu
pendeteksian
kebocoran
ke
atmosfir, LPG ditambah bahan yang berbau yaitu pentana(C5H12). LPG yang
dipasarkan oleh pertamina merupakan campuran antara 29,3 % propana, 69,7 %
butana, dan 1 % pentana. Untuk mendapatkan rasio pembakaran secara teoritis
dari komponen LPG dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :
Propana
C3 H 8 +5 O2 3CO 2 +4 H 2 0
Mr C3 :12 3=36
Mr H 8 :1 8=8
Mr C3 H 8=4 4
Massa atom relatif (Mr) dari propana adalah 44 dan Mr dari oksigen
adalah 32 maka setiap kilogram propana membutuhkan oksigen sebanyak
5 Mr oksigen 5 32
=
=3, 64 kg oksigen
Mr ana
44
Kadar oksigen dalam atmosfer adalah 23,2 % berat, maka udara yang
dibutuhkan untuk membakar 1 kg propana adalah :
3,64
100
=15,67 kg udara
23,2
Butana
C 4 H 10 +6, 5 O 2 4 CO 2+ 5 H 2 0
Mr C 4 :12 4=48
Mr H 10 :1 10=10
Mr C 4 H 10=58
Massa atom relatif (Mr) dari butana adalah 58 dan Mr dari oksigen
adalah 32 maka setiap kilogram butana membutuhkan oksigen sebanyak
6, 5 Mr oksigen 6, 5 32
=
=3,58 kg oksigen
Mr but ana
58
100
=15,46 kg udara
23,2
Pentana
C5 H 1 2+8O2 5 CO 2+ 6 H 2 0
Mr C5 :12 5=60
Mr H 12 :1 12=1 2
Mr C5 H 12=72
Massa atom relatif (Mr) dari pentana adalah 72 dan Mr dari oksigen
adalah 32 maka setiap kilogram pentana membutuhkan oksigen sebanyak
8 Mr oksigen 8 32
=
=3,55 kg oksigen
Mr pen tana
72
Kadar oksigen dalam atmosfer adalah 23,2 % berat, maka udara yang
dibutuhkan untuk membakar 1 kg pentana adalah :
100
3,55
=15,32 kg udara
23,2
Jadi untuk membakar 1 kg LPG yang terdiri dari 29,3 % propana, 69,7 %
butana, dan 1 % pentana dibutuhkan udara sebanyak :
= (29,3 % x jumlah udara untuk membakar 1 kg propane) + (69,7 % x
jumlah udara untuk membakar 1 kg butana ) + (1 % x jumlah udara
untuk membakar 1 kg pentana)
( 29,3 15,67 )+ (69,7 15,46 ) +(1 15,32)
4,59+10,77+ 0,15
15,52 kg udara