BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis tulang belakang adalah
peradangan granulomatosa yg bersifat kronisdestruktif oleh Mycobacterium
tuberculosis. Dikenal pula dengan nama Pottds disease of the spine atau tuberculous
vertebral osteomyelitis. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra T8
L3 dan paling jarang pada vertebra C1 2. Spondilitis tuberkulosis biasanya
mengenai korpus vertebra, tetapi jarang menyerang arkus vertebrae (Desiyadi,
2011).
Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di
tempat lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tipik
(2/3 dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin) 5-10% oleh Mycobacterium
tuberculosa atipik. Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis tulang belakang adalah
peradangan granulomatosa yg bersifat kronis destruktif oleh Mycobacterium
tuberculosis (Yuliana, 2014).
Spondilitis tuberkulosis memiliki perjalanan penyakit yang relatif indolen,
sehingga sulit untuk didiagnosis secara dini. Seringkali penderita mendapatkan
pengobatan pada keadaan lanjut dimana deformitas kifosis dan kecacatan
neurologis sudah relatif ireversibel. Pemberian obat anti-tuberkulosis adalah pilihan
pengobatan awal yang terbaik pada fase awal. Pembedahan pada spondilitis
tuberkulosis dilakukan hanya pada kasus melanjut, dengan variasi teknik yang
beragam, bergantung pada jenis kasus yang didapatkan. Pembedahan anterior
dengan instrumentasi adalah teknik yang paling sering dilakukan dan dikaji.
Namun, karena diagnosis dini spondilitis tuberkulosis yang sulit, maka pembedahan
tetap merupakan penatalaksanaan yang umum (Zuwanda dan Janitra, 2013).
Pada tahun 2005, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa
jumlah kasus TB baru terbesar terdapat di Asia Tenggara (34 persen insiden TB
secara global) termasuk Indonesia.4 Jumlah penderita diperkirakan akan terus
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penderita acquired immunodefi
ciency syndrome (AIDS) oleh infeksi human immunodefi ciency virus (HIV). Satu
hingga lima persen penderita TB, mengalami TB osteoartikular. Separuh dari TB
osteoartikular adalah spondilitis TB.
Tuberkulosis merupakan masalah besar bagi negara-negara berkembang karena
insidensnya cukup tinggi dengan morbiditas yang serius. Indonesia adalah
kontributor pasien tuberkulosis 5 terbesar di dunia (583.000 kasus baru tuberkulosis
per tahun) sebagian besar berada dalarn usia produktif (15-54 tahun), dengan
tingkat
10%
sosioekonomi
dari
penderita
TB
dan
mengalami
pendidikan
keterlibatan
yang
sendi
rendah.
dan
tulang
yang
bertujuan
untuk
mencegah,
meningkatkan
dan
Tujuan Umum
Mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan pada klian dengan
spondilitis paru.
1.2.2
Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
a. Definisi
Tuberculosis tulang belakang atau disebut juga spondilitis tuberkulosa
merupakan peradangan granulose yang bersifat kronik destruktif oleh
mikrobakterium tuberkulosa ( Rasjad, 2007 ).
Spondilitis TB disebut juga penyakit Pott bila disertai paraplegi atau defisit
neurologis. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra Th 8-L3 dan
paling jarang pada vertebra C2. Spondilitis TB biasanya mengenai korpus
vertebra, sehingga jarang menyerang arkus vertebra (Mansjoer, 2000).
Spondilitis tuberculosis disebut juga penyakit pott. Spondilitis ini
sering ditemukan pada vertebra T8 - L3 dan paling jarang pada vertebra C1C2 (
Sjamsuhidajat, 1997 ).
Spondilitis
tuberkulosa
ialah
suatu
bentuk
infeksi
tuberculosis
c. Patofisiologi
Spondilitis tuberkulosa merupakan kelanjutan dari penyebaran kuman
tuberkulosa yang sudah bermukim ditubuh, misalnya di paru atau kelenjar getah
bening. Penyebaran itu menyebar melalui darah arteri vertebralis. Kuman
tuberkulosa pertama bersarang di korpus vertebra. Infeksi berawal dari bagian
sentral, bagian depan, atau epifisial korpus vertebra. Kemudian terjadi hiperemi
dan eksudasi yang menyebabkan osteoporosis dan perlunakan korpus.
Selanjutnya terjadi kerusakan pada kortek epifise, diskus intervertebralis dan
vertebra sekitarnya. Kerusakan pada bagian korpus ini akan menyebabkan
terjadinya kiposis yang dikenal sebagai gibbus. Berbeda dengan infeksi lain yang
cenderung menetap pada vertebra yang bersangkutan, tuberkulosis akan terus
menghancurkan vertebra di dekatnya. Kemudian eksudat menyebar kedepan,
dibawah ligamentum longitudinal anterior dan mendesak aliran darah vertebra di
dekatnya. Eksudat ini dapat menembus ligamentum dan berekspansi keberbagai
arah disepanjang ligamen yang lemah.
Sebagai proses kelanjutan dapat berkembang abses yang pada mulanya
merupakan tempat hancurnya jaringan yang terkena proses tuberkulosa. Semakin
hancur maka terjadilah abses yang pada permulaan merusak ke anterior dan ke
samping korpus vertebra. Kemudian dapat terjadi perluasan ke bawah atau
merusak ke posterior di sela subdural. Abses pada daerah ini dapat menekan
medulla spinalis sehingga timbul paraplegi.
Perjalanan penyakit ini terbagi menjadi 5 stadium, yaitu:
1) Stadium Implantasi
Setelah bakteri berada di dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh penderita
menurun, bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung
selama 6 8 minggu. Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus
dan pada anak-anak umumnya pada daerah sentral vertebra.
2) Stadium destruksi awal
Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra
serta penyempitan yang ringan pada diskus. Proses ini berlangsung selama
3-6 minggu.
sama
dapat
menyebabkantuberkulosis
kelenjar
getah
bening
4) Saat tulang belakang yang terkena lebih rendah dari dada (region lumbal),
dimana juga berada di bawah serabut saraf spinal, pus juga dapat menjalar
pada otot sebagaimana pada tingkat yang lebih tinggi. Jika ini terjadi akan
tampak sebagai pembengkakan lunak atas atau bawah ligamentum pada
lipatan paha atau di bawah tetap pada sisi dalam dari paha (abses psoas).
Pada keadaan yang jarang pus dapat berjalan menuju pelvis dan mencapai
permukaan belakang sendi panggul.
5) Pada pasien-pasien dengan malnutrisi akan didapatkan demam (kadangkadang demam tinggi), kehilangan berat badan dan kehilangan nafsu makan.
Di beberapa negara Afrika juga didapati pembesaran kelenjar getah bening,
tuberkel subkutan, pembesaran hati dan limpa.
6) Pada penyakit-penyakit yang lanjut mungkin tidak hanya terdapat gibus
(angulasi dari tulang belakang), juga dapat kelemahan dari anggota badan
bawah dan paralisis (paraplegi) akibat tekanan pada serabut saraf spinal atau
pembuluh darah.
e. Komplikasi
Paraplegi pott, menekan medulla spinalis
Immobilisasi
Komplikasi dari spondilitis tuberkulosis yang paling serius adalah Potts
paraplegia yang apabila muncul pada stadium awal disebabkan tekanan
ekstradural oleh pus maupun sequester, atau invasi jaringan granulasi pada
medula spinalis dan bila muncul pada stadium lanjut disebabkan oleh
terbentuknya fibrosis dari jaringan granulasi atau perlekatan tulang (ankilosing)
di atas kanalis spinalis.
Mielografi dan MRI sangatlah bermanfaat untuk membedakan penyebab
paraplegi ini. Paraplegi yang disebabkan oleh tekanan ekstradural oleh pus
ataupun sequester membutuhkan tindakan operatif dengan cara dekompresi
medulla spinalis dan saraf.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah ruptur dari abses paravertebra
torakal ke dalam pleura sehingga menyebabkan empiema tuberkulosis,
10
sedangkan pada vertebra lumbal maka nanah akan turun ke otot iliopsoas
membentuk psoas abses yang merupakan cold abscess.
f. Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada spondilitis tuberkulosa yaitu:
1) Infeksi piogenik (contoh : karena staphylococcal/suppurative spondylitis).
Adanya sklerosis atau pembentukan tulangbaru pada foto rontgen
menunjukkan adanya infeksi piogenik. Selain itu keterlibatan dua atau lebih
corpus vertebra yang berdekatan lebih menunjukkan adanya infeksi
tuberkulosa daripada infeksi bakterial lain.
2) Infeksi enterik (contoh typhoid, parathypoid). Dapat dibedakan dari
pemeriksaan laboratorium.
3) Tumor/penyakit keganasan (leukemia, Hodgkinds disease, eosinophilic
granuloma, aneurysma bone cyst danEwingds sarcoma) Metastase dapat
menyebabkan destruksi dan kolapsnya corpus vertebra tetapi berbedadengan
spondilitis tuberkulosa karena ruang diskusnya tetap dipertahankan. Secara
radiologis kelainan karenainfeksi mempunyai bentuk yang lebih difus
sementara untuk tumor tampak suatu lesi yang berbatas jelas.
4) Scheuermannds disease mudah dibedakan dari spondilitis tuberkulosa oleh
darah
(LED)
dan
mungkin
disertai
mikrobakterium
b) Uji mantoux positif
c) Pada pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan mikrobakterium
d) Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limpe regional
e) Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel
2) Pemeriksaan Radiologis
a) Foto thoraks untuk melihat adanya tuberculosis paru.
11
Pirazinamid 1.500 mg. Obat ini diberikan setiap hari selama 2 bulan
pertama (60 kali).
12
Tahap 2: Rifampisin 450 mg, INH 600 mg, diberikan 3 kali seminggu
mg, Pirazinamid 1500mg dan Etambutol 750 mg. Obat ini diberikan
setiap hari , Streptomisin injeksi hanya 2 bulan pertama (60 kali) dan
obat lainnya selama 3 bulan (90 kali).
Tahap 2 : diberikan INH 600 mg, Rifampisin 450 mg dan Etambutol
13
tulang
belakang
yang
disebut
total
treatment.
14
pengobatan tidak teratur atau tidak dilanjutkan setelah beberapa saat karena
terjadi resistensiterhadap pengobatan (Lindsay, 2008).Untuk spondilitis dengan
paraplegia awal, prognosis untuk kesembuhan saraf lebih baik sedangkan
spondilitis denganparaplegia akhir, prognosis biasanya kurang baik. Apabila
paraplegia disebabkan oleh mielitis tuberkulosa prognosisnyaad functionam juga
buruk (Lindsay, 2008).
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan
keperawatan dan juga sebagai alat dalam melaksanakan praktek keperawatan yang
terdiri dari lima tahap yang meliputi : pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
a. Pengkajian.
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
Pengkajian di lakukan dengan cermat untuk mengenal masalah klien, agar dapat
memeri arah kepada tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan
sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian. Tahap
pengkajian terdiri dari tiga kegiatan yaitu : pengumpulan data, pengelompokan
data, perumusan diagnosa keperawatan.
Secara tehnis pengumpulan data di lakukan melalui anamnesa baik pada
klien, keluarga maupun orang terdekat dengan klien. Pemeriksaan fisik di
lakukan dengan cara , inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
1) Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, alamat, tanggal/jam MRS dan
diagnosa medis.
15
tindakan
medis
serta
perawatan
di
rumah
sakit
akan
tidak
semua
klien
mengerti
benar
perjalanan
16
aktivitas
fisik
dan
berkurangnya
kemampuan
dalam
17
18
d) Auskultasi
Pada pemeriksaan auskultasi keadaan paru tidak di temukan kelainan.
8) Hasil pemeriksaan medik dan laboratorium.
a) Radiologi
Terlihat gambaran distruksi vertebra terutama bagian anterior, sangat
jarang menyerang area posterior.
Terdapat penyempitan diskus.
Gambaran abses para vertebral ( fusi form ).
b) Laboratorium
Laju endap darah meningkat
c) Tes tuberkulin.
Reaksi tuberkulin biasanya positif.
b. Analisa
Setelah data di kumpulkan kemudian dikelompokkan menurut data subjektif
yaitu data yang didapat dari pasien sendiri dalm hal komukasi atau data verbal
dan objektiv yaitu data yang didapat dari pengamatan, observasi, pengukuran
dan hasil pemeriksaan radiologi maupun laboratorium. Dari hasil analisa data
dapat disimpulkan masalah yang di alami oleh klien.
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah klien yang
nyata ataupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang
pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat untuk
melakukannya. ( Tim Departemen Kesehatan RI, 1991 : 17 ).
Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien Spondilitis tuberkulosa
adalah
1) Gangguan mobilitas fisik
2) Gangguan rasa nyaman ; nyeri sendi dan otot.
3) Perubahan konsep diri : Body image.
19
20
f) Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan atau lecet
lecet.
g) Perbanyak masukan cairan sampai 2500 ml/hari bila tidak ada kontra
indikasi.
h) Berikan anti inflamasi sesuai program dokter. Observasi terhadap efek
samping : bisa tak nyaman pada lambung atau diare.
Rasional:
a) Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
b) Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
c) Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata.
d) Di lakukan untuk menegakkan postur dan menguatkan otot otot
paraspinal
e) Untuk mendeteksi perubahan pada klien.
f) Deteksi diri dari kemungkinan komplikasi imobilisasi.
g) Cairan membantu menjaga faeces tetap lunak.
h) Obat anti inflamasi adalah suatu obat untuk mengurangi peradangan dan
dapat menimbulkan efek samping.
2) Diagnosa Keperawatan II
Gangguan rasa nyaman : nyeri sendi dan otot sehubungan dengan adanya
peradangan sendi.
Tujuan:
Rasa nyaman terpenuhi
Nyeri berkurang / hilang
Dengan kriteria hasil :
a) klien melaporkan penurunan nyeri
b) menunjukkan perilaku yang lebih relaks
21
dapat
mengungkapkan
perasaan
perhatian
dan
22
Rencana tindakan:
a) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan. Perawat
harus mendengarkan dengan penuh perhatian.
b) Bersama sama klien mencari alternatif koping yang positif.
c) Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien keluarga dan
teman serta berikan aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi
perubahan body image.
Rasional:
a) meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya dan
dengan ungkapan perasaan dapat membantu penerimaan diri.
b) Dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
c) Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara
positif dan tidak merasa rendah diri.
4) Diagnosa Keperawatan IV
Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang
penatalaksanaan perawatan di rumah.
Tujuan: Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di rumah.
Dengan kriteria hasil:
a) Klien dapat memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau
korset
b) Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan
c) Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit,
rencana pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit.
Rencana tindakan:
a) Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek
sampingnya.
b) Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset.
c) Perbanyak diet nutrisi dan masukan cairan yang adekuat.
d) Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur.
e) Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri dan
mobilitas.
23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KELOLAAN
3.1 Data Biografi Klien
Nama
: Tn. D.M
Umur
: 35 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
24
Status perkawinan
: Belum menikah
Agama
: Kristen Protestan
Suku
: Mamberamo
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: PNS
Lama bekerja
: 10 tahun
Tgl MRS
: 28 februari 2015
Tgl kaji
: 2 maret 2015
Sumber informasi
Diagnosa MRS
Keluhan Utama
3.2.2
seperti bisul pada tulang belakang 2 minggu yang lalu dan bisul itu pecah
ketika klien batuk, cairannya berwarna seperti susu kental, lebih banyak
keluar ketika klien berjalan, duduk atau batuk dan bila tidur tengkurap agak
berkurang, klien tidak dapat memperkirakan berapa banyak cairan yang
keluar. Selain dari keluar nanah klien juga merasakan sakit pada tulang
belakang, dan sakit semakin dirasakan apabila klien beraktivitas dan bila
istirahat sakitnya berkurang bahkan tidak dirasakan lagi. keadaan ini sudah
dialami 2 tahun yang lalu, skala nyeri 4. selain itu klien juga mengatakan
tidak bisa berjalan tanpa menggunakan tongkat akhirnya klien memutuskan
untuk berobat ke RSUD dok II setelah mendapat surat rujukan dari PKM
mamberamo.
3.2.3
Riwayat Kesehatan Dahulu : klien pernah jatuh dari sepeda motor pada
bulan Agustus 2012, tapi karena hanya luka lecet klien tidak berobat. 3 bulan
setelah kejadian itu klien merasakan kaki kram dan sakit pada tulang belakang
klien sempat berobat di PKM mamberamo dan akhirnya dirujuk ke RSUD
dok II pada November 2012, setelah di dok II dilakukan pemeriksaan dan
akhirnya direncanakan pemasangan alat pada tulang belakang, kurang lebih
25
sebulan klien berada di RS tapi karena alatnya tidak ada klien dipulangkan
pada 22 desember 2012 dengan perjanjian setelah selesai tahun baru, klien
kembali untuk dilakukan operasi. tapi klien tidak kembali ke rumah sakit
untuk berobat. Selama setahun klien dirumah, badan klien kurus, tidak napsu
makan, BAB dan BAK di tempat tidur bahkan klien tidak merasakan kalau
mau BAB dan BAK, kedua kaki lumpuh dan keluarga memutuskan membawa
klien berobat ke RSUD dok II. pada tanggal 09 maret 2014 klien dirawat di
Ruang Ortopedi, pada tanggal 25-03-2014 klien di Operasi dan post OP lebih
dari 2 minggu klien dapat berjalan dengan menggunakan tongkat. Klien di
pulangkan dengan terapi OAT yang direncanakan pengobatan selama 09-12
bulan tetapi klien putus obat setelah 4 bulan.
3.2.4
ada yang sakit paru-paru atau tidak ? karena tidak pernah berobat tapi kalau
batuk-batuk ada yaitu: Bapak klien tapi ia telah meninggal ketika klien
berumur 29 tahun. Dalam keluarga tidak ada yang punya riwayat DM,
Hipertensi, sakit jantung.
Genogram
c
c
c
c
c
26
Keterangan gambar
:
: Laki-laki
c
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Hubunngan Pernikahan
3.2.5
Klien mengatakan bahwa keluar nanah pada tulang belakang bekas operasi
dan juga ia harus berjalan dengan tongkat mungkin akibat dari dirinya tidak
minum obat teratur.
3.4.2
Pola makan teratur, frekuensi 3-4 kali per hari, kadang makan makanan ringan
seperti keripik pisang, biskuit atau gorengan. Jenis makanan yang di makan :
Nasi, sayur bervariasi danging kadang ikan atau telur atau tempe. Tidak ada
mual/ muntah, tidak ada alergi makanan atau makanan pantangan, nafsu
makan baik dan makan dapat dihabiskan 1 porsi.
3.4.3
Intake cairan
27
Klien minum air putih, kalau pagi kadang susu atau teh manis. Minum per
hari bisa 3-4 botol qualala sedang 600 ml, mual/ muntah tidak ada, tidak
minum minuman beralkohol dan juga kopi.
3.4.4
Pola eliminasi
BAB : Frekuensi 1-2 kali per hari, warna coklat, konsistensi lembek, tidak
keluar darah segar saat BAB dan juga tidak mengedan
BAK : Frekuensi 6-8 kali per hari, banyaknya 2 botol aqua sedang penuh,
warna kuning muda
3.4.5
Tidur siang : tidur siang bisa 2-3 jam dan terbangun bila mendengar suara
petugas, bunyi motor yang lewat di jalan, suara keluarga klien lain dalam
ruangan kadang juga kalau sakit pada tulang belakang
Tidur malam : tidur malam 6-8 jam, kadang tebangun karena sakit pada
tulang belakang, apalagi kalau menjelang pagi atau cuaca hujan rasanya
ngilu
3.4.7
Pola Perceptual
Klien mengatakan bahwa sakit yang dialami saat ini karena kelalaian dirinya,
seandainya ia minum obat teratur mungkin ia tidak dirawat seperti saat ini.
Klien juga mengatakan apakah ia dapat lumpuh lagi? Karena sekarang ia tidak
28
bisa berjalan kalau tidak menggunakan tongkat bahkan ia tidak bisa berjalan
jauh, klien hanya mampu berjalan dalam jarak 2 meter
3.4.9
Pengkajian Fisik
29
RR : 18 x/menit
3.4.2
Kepala
Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, tidak ada strabismus, sklera tidak ikterik,
tidak nampak oedem periorbitae, pupil isokor, konjungtiva tidak anemis
Palpasi : tekanan intra okular pada kiri dan kanan sama
3.4.4
Hidung
Inspeksi : ada septum nasi dan terletak ditengah antara lubang hidung kiri
dan kanan, tidak ada benjolan, dapat menyebutkan bau jeruk manis.
3.4.5
Telinga
Inspeksi : bentuk telinga kiri dan kanan simetris, tidak ada pus.
3.4.6
Mulut
Inspeksi : warna bibir merah, lembab, tidak ada sariawan, tidak ada
labioscisis dan palatoscisis, ada karang gigi pada molar I III bawah
kanan, tidak ada gigi palsu, tidak ada gigi berlubang, keadaan gusi merah
muda, lidah bersih, tidak tampak hiperemik pada tepi lidah
3.4.7
Leher
Thoraks
Inspeksi : bentuk dada normal, irama napas teratur, tidak ada retraksi
intercostae, tidak ada jejas, tidak tampak ictus cordis
Palpasi : teraba getaran sama pada dada kiri dan kanan, tidak ada nyeri
tekan
30
Abdomen
Inspeksi : bentuk perut datar, umbilikus tidak menonjol, tidak tampak jejas,
tidak tampak benjolan, tidak tampak spider nevi
Auskultasi: Terdengar bising usus, frekuensi 12 x/menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan epigastrum, tidak teraba massa, turgor
kulit perut 2 detik, tidak terba pembesaran hepar dan lien
Perkusi : bunyi tympani
3.4.10 Ekstremitas
Atas : kedua tangan simetris, jari-jari lengkap, crt 2 detik, warna
telapak tangan merah muda, kekuatan otot kiri / kanan : 5
Bawah : kedua kaki simetris kiri dan kanan, tidak terdapat oedem, warna
telapak kaki putih, refleks babinsky (-), kekuatan otot kiri kanan : 3,
nampak tremor ketika berdiri dan berjalan dibantu adiknya juga
menggunakan tongkat, mampu berjalan paling jauh 2 meter
Nilai rujukan
M : 12,0 18,0
Senin,
2015
0 10 mm/jam
0 -10 mm/jam
Sputum BTA
Selasa, 3 Maret
2015
Jam I : 53
Jam II : 78
A : negatif
B : negatif
C : negatif
31
Data Objektif
Keadaan umum : nampak sakit
lalu
Skala nyeri 4
Ada bisul pada tulang belakang
Bisul pecah pada saat batuk
Ada keluar cairan seperti susu
Berjalan harus menggunakan
sedang
Kesadaran : compos mentis
TTV :
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
0
Suhu badan : 36,2 c
RR : 18 x/menit
Kekuatan otot ekstremitas bawah
kiri / kanan : 3
Skala nyeri 4
Ada luka pada daerah lumbal
September 2014
Dokter pernah
menjelaskan
meter
Hasil laboratorium
LED : 57 78
Hasil thorax foto
(jawaban
32
Etambutol 1000 mg
B6 10 mg
Ekspresi wajah menahan sakit
kelalaian dirinya
Khawatir akan lumpuh lagi,
Data
DS :
Masalah
Nyeri kronis
Etiologi
Adanya trauma
Klien mengatakan :
Nyeri pada tulang belakang
Nyeri 2 tahun dan bila
Kompresi vertebra
beraktivitas
Nyeri makin dirasakan bila
Disfus
intervertebra
terdorong
dingin
DO :
tongkat
Adanya trauma
dibantu adiknya
fisik
Kompresi vertebra
DO:
Kekuatan
otot
ekstremitas
bawah kiri/kanan : 3
Klien mampu berjalan dalam
jarak 2 meter
Pada foto lumbosacral nampak
anggota
33
pen
DS :
Klien mengatakan:
Keluar
3.
nanah
pada
tulang
belakang
Pernah minum obat paru-paru
tapi putus
Doter pernah
Adanya
mengatakan
kuman
Mycobacterium
Resiko
infeksi tuberculosa
penularan
kuman
Mycobacterium
Tractus respiratorus
tuberculosis
Batuk produktif
Kuman keluar
Airbone
Lingkungan sekitar
Diagnosa
o
1.
Keperawatan
Nyeri kronis b/d
penekanan
saraf
spinal
DS :
Klien mengatakan :
Nyeri
pada
tulang belakang
Nyeri 2 tahun
dan
bila
beraktivitas
Nyeri
makin
dirasakan
bila
menjelang pagi
atau cuaca dingin
NOC
NIC
Setelah dilakukan 1.
tindakan
keperawatan
selama 3x30 menit
diharapkan nyeri
hilang
dengan
kriteria:
2.
Ekspresi wajah
ceria
Klien
tidak
mengeluh nyeri
Skala nyeri 0
Rasional
Anjurkan
klien 1. Dengan istirahat
untuk istirahat di
dan mengurangi
tempat tidur
aktivitas
dapat
mencegah
penekanan pada
saraf spinal
Berikan
klien
2. Dengan
posisi
untuk
mengatur
yang diatur oleh
posisi mana yang
klien maka klien
menurutnya
lebih merasakan
nyaman
posisi
yang
nyaman baginya
34
DO :
Kesadaran
:
compos mentis
Ekspresi wajah
nampak menahan
sakit bila berjalan
Skala nyeri 4
2.
Gangguan mobilitas
fisik
berhubungan
dengan kelemahan
anggota gerak bawah
ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan
Berjalan
harus
menggunakan
tongkat
dan
dibantu
oleh
adiknya
Mandi
dan
BAB/BAK harus
menggunakan
tongkat
dan
dibantu
oleh
adiknya
DO :
Kekuatan
otot
ekstremitas bawah
kiri/kanan : 3
Klien
mampu
berjalan
dalam
jarak 2m
tapi
Pada fhoto lumbal
realita
saco
nampak
terjadi
terpasang pen
Resiko
infeksi Setelah dilakukan 1. Ajarkan klien bila 1. Agar
penularan
kuman tindakan
batuk tutup mulut
tidak
melihat
yang
kuman
35
mycobacterium
tuberculosa
berhubungan dengan
TB
paru
aktif
ditandai dengan :
keperawatan
dengan kain
berterbangan
selama
3x2jam
2. Anjurkan
untuk
diharapkan
yang
tidak membuang 2. Tempat
penularan infeksi
kering
akan
ludah
dibawah
tidak terjadi.
mudah
ditiup
jendela
oleh
angin
DS :
sehingga dapat
Klien mengatakan
dihirup
oleh
Keluar
cairan
orang lain
nanah warna susu,
3. Modefikasi
kental.
lingkungan lokasi 3. Menciptakan agar
Pernah
minum
tempat tidur klien
klien nyaman
obat paru tapi
4. Beri
penjelasan
putus
tentang
4. Klien memahami
Dokter
pernah
pengobatan
TB
bahwa
dengan
mengatakan
ada
yang
teratur
putus obat yang
infeksi pada paruterus
menerus
parunya
akan
mengakibatkan
DO :
kuman resisten
Hasil thorax foto
terhadap
jenis
TB paru aktif
obat
LED
meningkat
(57-78)
Hasil sputum BTA
(-)
Terapi OAT
Dx
Dx. 1
Implementasi
Tanggal 2-3-2015 jam 10.15
Evaluasi
Tanggal 2-3-2015 jam 15.10
1. Memberikan
penjelasan S:
Klien mengatakan nyeri
bahwa tulang belakang
dirasakan saat berpindah
fungsinya
menopang
dari duduk ke berdiri dan
36
ada
saraf
sehingga
kalau
berjalan
vertebra
dapat
sehingga
mengakibatkan
alangkah O:
baiknya beristirahat
Respon: klien mengatakan
kalau
beliau
baring,
keluhan
nyeri
tidak
nyeri,
dirasakan
jadi
hanya
kalau A: masalah
menjelang pagi atau cuaca teratasi
dingin
nyeri
belum
P: Intervensi dilanjutkan:
Ajarkan nafas dalam
Tanggal 2-3-2015 jam 10.30
2. Bapak .... kira-kira posisi
Anjurkan
untuk
istirahat
mana yang baik dan
membuat bapak tidak rasa
sakit
Respon:
klien
lebih
berdiri
dari
tempat
tidur
dan
menggunakan tongkat ke
kamar mandi
Respon: klien mengatakan
37
Dx. 2
RR: 20 x/menit
Tanggal 3-3-2015 jam 10.15
1. Bapak duduk lurus kalau
tidak
mampu
boleh
menggunakan
kedua
tidur
sehingga
kaki O:
Klien nampak takut jattuh
menginjak pada lantai Klien
nampak
tidak
sambil dibuka sejajar
menerima kalau dirinya
bisa seperti ini
bahu, dengan tarikan nafas
Klien nampak tremor
dalam bapak boleh verdiri Berjalan kaki nampak
nanti suter bantu.
seperti sulit diangkat
Berjalan
menggunakan
tongkat
Tanggal 3-3-2015 jam 10.20
belakang,
kedua
P: Intervensi dilanjutkan:
menggunakan Pakaikan alat bantu bisa
mobilisasi
sandal.
Lakukan ROM aktif
Bantu klien mengatur
Tanggal 3-3-2015 jam 12.15
keseimbangan
saat
berpindah
3. Memberikan
informasi
klien
memerlukan
38
Dx. 3
petugas
maupun
keluarga.
Tanggal 3-3-2015 jam 09.15
1. Menganjurkan klien untuk
menutup mulutnya dengan
O:
Klien nampak menutup
mulut dengan baju saat
batuk
A: Penularan infeksi tidak
terjadi
P: Intervensi dikontrol:
Modefikasi lingkungan
Awasi
dalam
mengkonsumsi obat
Awasi pada saat klien
buang ludah
39
Hari/Tanggal
Implementasi
Evaluasi
O
1
Selasa, 3-3-2015
S:
S: klien mengatakan
mebaca.
karena dingin
senang mengisi
TTS sambil
O:
isitirahat ditempat
klien nampak
tidur
terbaring ditempat
tidur
mengantuk,mengu
berpindah.
berpindah tempat
ap terus
ekspresi wajah
melakukan dengan
A: nyeri kronis
baik, nyeri
berkurang
P:
P: intervensi dilanjutkan
1. Anjurkan istirahat
1. Anjurkan istirahat
2. Ajarkan nafas
3. Memberikan kesempatan
kepada klien untuk
dalam bila
berpindah
3. Mengizinkan klien
2. Nafas dalam
3. Mempertahankan klien
nyaman tidur
untuk mengatur
posisinya sesuai
di tekuk
dengan rasa
nyaman yang ia
2
rasakan.
Rabu, 4-3-2015
S: klien mengatakan
Belum dapat
S:
klien masih
memakaikannya di ketiak
menggunakan tongkat
kekamar mandi
40
BAB/BAK
Berjalan harus
di dampingi oleh
BAK/BAB
adiknya
menggunakan
tongkat
Bila menapak
O:
pada tulang
kemudian ditekukan
belakang
menggunakan tongkat
klien masih didampingi
petugas dan adiknya
klien nampak hati-hati
bila berpindah
O:
melakukan sendiri
Klien masih
tanpa bantuan
mengguankan
tongkat
Bila berdiri masih
tremor
Kekuatan otot
P: Intervensi dilanjutkan
ekstremitas
berdiri.
bawah : 3
bantu menjaga
tidak jatuh
A: gangguan mobilitas
fisik
P:
Bantu klien dalam
menggunakan alat
bantu
Ajarkan ROM
aktif
Bantu dalam
menjaga
keseimbangan
tubuh saat berdiri
41
Rabu, 4-3-2015
S:
klien mengatakan
nyeri berkurang
cairan juga
dirasakan
berkurang
O:
klien istirahat
ditempat tidur
senyum saat disapa
tidak menunjukkan
ekspresi wajah
meringis
A: Masalah nyeri
kronis
P:
1. mempertahankan
posisi
2. anjurkan aktivitas
ringan ditempat
tidur
BAB IV
PEMBAHASANAN
4.1 Proses Keperawatan
a. Pengkajian keperawatan
Pasien adalah Tn. D dengan spondilitis TB. Tn. D masuk rumah sakit
tanggal 28 februari 2015, itu berrati sudah 2 hari ia dirawat di ruang bedah
orthopedi ini. Klien mulanya masuk dengan keluhan neyri pada tulang belakang
42
sejak 2 tahun yang lalu, nyeri ini hilang timbul terutama bila klien beraktivitas
tapi bila tidak beraktivitas nyerinya berkurang bahkan sampai tidak dirasakan
sama sekali. Skala nyeri 4, lamanya tidak ada rentang waktu karena nyeri ini di
rasakan sepanjang klien beraktivitas.
Berdasarkan anamnesa dan status rekam medik klien, selain nyeri yang di
rasakan klien juga mengatakan ada timbul seperti bisul pada tulang belakangnya
2 minggu yang lalu daan bisul itu pecah ketika klien batuk, bisul iitu nerisi
cairan berwarna seprti susu kental, tidak berbau, sebesar mata bolpen, selain itu
juga klien merasakan ia tidak bisa berjalan di kedua kakinya lagi sehingga ia
harus menggunakan tongkat untuk berjalan sehingga klien meminta dibuatkan
rujukan dari PKM mambramo ke RSUD DOK II Jayapura. Berdasarkan hasil
pemeriksaan awal dan anamnesa klien , masalah deformitas tulang belakang
berua gibbus merupakan salah satu manisfestasi klinis dari spondilitis
tuberkulosis. Namun hal ini masih perlu ditunjang dengan beberapa pemeriksaan
diasnostik yang terkait.
Untuk itu, pemeriksaan diasnostik juga dilakukan , diantaranya adalah test
BTA untuk menegakkan TB sebagai penyebab utama.hasil dari pemeriksaan
BTA ketiga meriksaaan tersebut menunjukan hasil negatif. kemudian
pemeriksaan selanjutnya untuk mendukung diagnostik adalah rontgen dada dan
rontgen tulang belakang.hasil rontgen dada nampak berawan pada bagian atas
paru kanan, dan rontgen tulang belakang / foto saco lumbal masih terpasang pen.
b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian beberapa masalah keperawatan yang muncul
pada klien adalah nyeri kronis berhubungan dengan menekan saraf spinal,
gangguan mobilitas fisik behubungan dengan kelemahan anggota gerak bawah,
dan resiko penularan kuman mycobakterium tuberkulosis berhubungan
lingkungan sekitar.
c. Intervensi Dan Implementasi
Masalah nyeri kronis didefinisikan pengalaman sensori dan emosi yang baik
menyenangkan,
akibat
kerusakan
jaringan
aktual
atau
potensial
atau
43
pain); awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat
dengan yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasi lebih dari enam
bulan (NANDA, 2013). Data subjektif yang di dapat rasa nyeri yang dirasakan
merupakan akibat dari terjadinya penekanan pada tulang belakang karena gibbus
atau penonjolan akibat dari bakteri tuberkulosis yang sudah menyebar hingga ke
sumsum tulang belakang. Nyeri 2 tahun dan bila beraktivitas, dan Nyeri makin
dirasakan bila menjelang pagi atau cuaca dingin. Sedangkan ndata objektif yang
di dapat Kesadaran : compos mentis, Ekspresi wajah nampak menahan sakit bila
berjalan, dan Skala nyeri 4Intervensi yang akan diberikan bertujuan klien
merasakan nyeri berkurang dengan kriteriahasil yang diharapkan klien tidak
menyeluh nyeri, ekspesi wajah ceria, dan skala 0.
Intervensi pertama yang diberikan yaitu anjurkan klien untuk istirahat di
tempat tidur bertujuan dengan istirahat dan mengurangi aktivitas dapat mencegah
penekanan pada saraf spinal, intervensi kedua yang diberikan yaitu berikan klien
untuk mengatur posisi mana yang menurutnya nyaman bertujuan dengan posisi
yang diatur oleh klien maka klien lebih merasakan posisi yang nyaman baginya.
Intervensi ketiga yang diberikan yaitu ajarkan klien nafas dalam bila akan
berpindah tempat dan duduk ke berdiri bertujuan bengan memfokuskan pada
perhatian tertentu, menurunkan ketegangan otot dan rasa nyeri dan intervensi
keempat ukur tanda-tanda vital bertujuan mengetahui akan perubahan
hemodinamik.
Implementasi pertama dilakukan tanggal 2 maret 2015 memberikan
penjelasan bahwa tulang belakang fungsinya menopang kepala dan pada tulang
belakang ada saraf sehingga kalau berjalan atau melakukan aktivitas akan
membuat pergesekan antar vertebra sehingga dapat mengakibatkan nyeri, jadi
alangkah baiknya beristirahat, Respon: klien mengatakan kalau beliau baring,
keluhan nyeri tidak dirasakan hanya kalau menjelang pagi atau cuaca dingin.
Implementasi kedua dilakukan bapak kira-kira posisi mana yang baik dan
membuat bapak tidak rasa sakit respon: klien lebih nyaman tidur dengn kedua
kaki ditekuk. Implementasi ketiga dilakukan Mengajarkan klien tarik nafas
dalam tahan baru lepas pada saat tahan klien mencoba berdiri dari tempat tidur
dan menggunakan tongkat ke kamar mandi Respon: klien mengatakan masih
44
45
klien
memahami bahwa dengan putus obat yang terus menerus akan mengakibatkan
kuman resisten terhadap jenis obat. Implementasi pertama tanggal 3 maret 2015,
menganjurkan klien untuk menutup mulutnya dengan kain pada saat batuk.
Implementasi kedua tanggal 3 maret 2015, menganjurkan klien untuk tidak
membuang dahak dibawah jendela tapi buanglah ditempat yang sudah diberikan
air dalam wadah. Implementasi ketiga tanggal 3 maret 2015, memberikan
penjelasan bahwa obat TB hanya 5 macam obat saja sehingga kalau tubuh sudah
resisten terhadap obat tersebut maka apalagi yang maw dibuat. Jadi minum obat
teratur bila obat tinggal 3-4 bungkus, kontrol lagi agar dapat diberikan obat
kelanjutan. Selain itu pengobatan yang teratur membuat tubuh nampak sehat,
tidak banyak keluhan.
d. Evaluasi
Pada masalah keperawatan nyeri kronis berhubungan dengan menekan saraf
spinal didapatkan hasil evaluasi pada tanggal 2 maret 2015 jam 15.10 dengan
data subjektif klien mengatakan nyeri dirasakan saat berpindah dari duduk ke
berdiri dan saat berjalan ke kamar mandi dan juga klien mengatakan adiknya
46
harus ada untuk membantunya dalam hal memberikan tongkat dan membantu
agar ia dapat berdiri. Sedangkan pada data objektif klien tampak menahan sakit,
tampak pucat saat berdiri, takut jatuh dan tremor. Masalah pada nyeri belum
teratasi. Planning intervensi dilanjutkan: Ajarkan nafas dalam dan Anjurkan
untuk istirahat.
Pada masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik behubungan dengan
kelemahan anggota gerak bawah didapatkan hasi dari evaulasi pada tanggal
3maret 2015 jam 14.10 dengan data subjektif klien mengatakan berjalan masih
menggunakan tongkat dan dibantu adiknya dan klien masih berat bila berjalan.
Sedangkan pada data objektif klien nampak takut jattuh, Klien nampak tidak
menerima kalau dirinya bisa seperti ini, klien nampak tremor, berjalan kaki
nampak seperti sulit diangkat dan berjalan menggunakan tongkat. masalah
mobilitas fisik terganggu. planing intervensi dilanjutkan: Pakaikan alat bantu
bisa mobilisasi, lakukan ROM aktif, dan bantu klien mengatur keseimbangan
saat berpindah.
Pada masalah keperatawatan resiko penularan kuman mycobakterium
tuberkulosis berhubungan lingkungan sekitar didapatkan hasi dari evaulasi pada
tanggal 3 maret 2015 jam 15.10 dengan data subjektif klien mengatakan batk
berkurang. Sedangkan pada data objektifk klien nampak menutup mulut dengan
baju saat batuk. Masalah penularan infeksi tidak terjadi. Planning intervensi
dikontrol: Modefikasi lingkungan, awasi dalam mengkonsumsi obat dan awasi
pada saat klien buang ludah
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Spondilitis tuberkulosis dapat menyebabkan kompresi pada korpus vertebra
sehingga menyebabkan masalah seperti gangguan pembentukan darah dan defisit
neurologi,
untuk
memperbaikinya.
itu
perlu
dilakukan
tindakan
pembedahan
untuk
47