Anda di halaman 1dari 6

Vol. 8, No.

Jurnal Mibobiologi Indonesia, September 2003, hlm. 47-52


ISSNO853-358X

Produksi Massal Sel Rhizobium dengan Teknologi Bioproses


Mass Production of Rhizobium Using Bioprocess Technology
RASTI SARASWATI1', KHASWAR SYAMSV, DWI NINGSM SUSILOWATI1,
BADRTYATULLAILA2& RENGGANIS SANTIKAANDHAYANP
'Bnlni Penelitinn Bioteknologi Tnnamnrr Pangan don Sumberdnyn Genetik Pertaninn,
Jnlnn TentarnPelnjnr 3A, Bogor 16111
2Jurusnrr Tekuologi Indusfri Pertaninn, Institrit Pertaninn Bogor, Knmpus Dnrmngn, Bogor 16680
Moss Produetioa of Rhizobium Using Bioprocess Tecltnology. Efficient mass production of Rhizobium inoculant has been
studied by applying bioprocess technology under laboratory and pilot scale. The mass production of Rhizobiurn strain
RIFCBl
RIFCB7 has been optimized by batch system under pilot scale with maximum population of 2.5 x 10' sell1
after 48 h and maximum specific growth rate of 0.129 h-' for 0-24 h, while under fed batch system the highest cell number
was 2.3 x 109 sell1 after 24 h cultivation with maximum specific growth rate of 0.135 h-' far 0-24 h. The mass production
were decreased after 24 h and increased at 78 h to the maximum peak at 102 h with cell number of 1.7 X lo9 cellll. Fed
batch system i s much better than batch system due to the continuation of mass production. The addition of fresh
medium could increase the cell number.

...

Key words: Rhizobium, bioproses

Suatu sistem teknikproduksi yang unggul diperlukan untuk


menghasilkan pupuk mikrob bermutu unggul sesuai perannya
yang sangat penting bagi sistem pertanian yang berkelanjutan.
Teknikproduksi inokulan Rhizobium yang selama ini dilakukan
lebih banyak bersifat skala kecil yang dibesarkan, bukan skala
besar yang sebenamya. Produksi massal sel Rhizobium pada
skala komersial membutuhkan volume biakan yang besar
sehingga diperlukan usaha peningkatan efisiensi biaya
produksi. Untuk memperoleh teknik produksi inokulan yang
efisien deogan produktivitas tinggi diperlukan teknologi
produksi massal dengan fermentor atau teknologi bioproses
melalui aplikasi prinsip-prinsip keteknikan mendesain,
merekayasa, mengembangkan, dan melakukan analisis prosesproses biologis (Schuler &Kargi 1992).Penelitian aplkasi teknik
bioproses masih sangat terbatas pada penggunaan inokulan
Rhizobium. Pengalaman di India menunjukkan bahwa di awal
1980-an,inokulan Rhizobium diasilkan dari dalam labu kocok,
sehingga jumlah dan mutu hasilnya sangat bumk. Di tahun
1990-an,produksi Rhizobium dilakukan dalam skala besar yang
berorientasi padapemilihan galur yang sesuai dengan fermentor
ukuran 2000 liter untukpenyiapan inokulum (Alam 1994). Hal
yang sama juga dilakukan di Kanada (Stephens 1996,
komunikasi pribadi) pada tahun 1994 dengan fermentor ukuran
400 liter. Namun, karenamutu produhya masib tetap bervariasi
dan sulit menumnkan tingkat kontaminasi maka diperlukan
teknologi yang lebih efisien dengan menggunakan fermentor
yang lebih kecil(20 liter). Padaprinsipnya, teknik skalapilot
adalahperbesaran skalaproses produksi dari skala laboratorium
ke skala dengan volume produksi yang lebih besar dengan
penilaian efisiensi yang lebih terinci. Pada tabap ini faktor'Penulis untuk korespondensi,
E-mail: rasti@cbn.net.id

Tel. +62-251-338820,

faktor yang tidak begitu diperhatikan sebelurnnya, seperti


konsumsi energi, jumlah kehilangan yang diperbolehkan, dan
pengaturan tenaga kerja sangat menentukan. Pada akhimya,
teknikproduksi skala komersial adalah suatu teknologi proses
yang mampu menghasilkan suatu produk yang secara
ekonomis layak.
Penelitian penggandaan skala dimana kondisi-kondisi
optimal mulai diterapkan sangat penting bagi optimasi
pertumbuban mikrob dalam fermentor, dengan memasok
sumber energi, nutrisi penting untuk memenuhi semua
kebutuhan biokatalis, meniadakan komponen penghambat dari
media, inokulum yang baik dan kondisi fisika-kimiawi yang
optimal. Jenis fermentor yang digunakan dalam penelitian ini
adalah fermentor airlift dengan sistem batch (tumpak) dan
sistem fed batch (semisinambung).
Pada perbanyakan sistem tumpak, media atau substrat
dimasukkan ke dalam fermentor, lalu dimokulasi dan dibiarkan
teraduk sampai selang waktu tertentu. Pada sistem ini tidak
dilakukan penambahan komponen substrat setelab inokulasi
bakteri ke dalam media steril di dalam fermentor, kecuali
penambahan oksigen steril, anti buih, dan asam atau basa untuk
mengatur pH. Laju pertumbuhan mikrob dinyatakan dalam
jumlah sel per satuan volume biakan atau dalam konsentrasi
biomassa (gram massa sel kering per satuan volume biakan).
Secara umum perturnhuban mikrob dalamperbanyakan sistem
tumpak terdiri atas beberapa fase, yaitu adaptasi (lag),
percepatan, logaritma, perlambatan, stasioner, dan penurunan.
Perbanyakan sistem semisinambung,merupakan
perbanyakan sistem tumpak yang menggunakan penambaban
media secara sinambung dengan aliran seragam sehingga
volume biakan bertambah sesuai w a h (Standbury & Whitaker
1984). Selamaperbanyakan, substratyangdiiasukkan ke dalam

48

J Mikrobiol lndones

SARASWATI ETAL

biakan sama dengan substrat yang diionsumsi oleh sel mikrob.


Meskipun total biomassa dalam biakan meningkat sesuai
dengan waktu, konsentrasi sel tertinggal relatif konstan.
Kondisi ini disebut steady state. Pada saat itu, laju pertumbuhan
rata-rata akan menurun sesuai dengan peningkatan volume
media. Residu substrat akan menurun sesuai dengan penurunan
laju pertumbuhan dan mengakibatkan peningkatan konsentrasi
sel.
Produksi inokulan d i i l a i dengan penyiapan biakan pemula
pada agar-agar miring hingga inokulasi ke dalam media
perbanyakan sari khamir manitol (SI<M) cair (Somasegaran &
Hoben 1994). Hasil perbanyakan ini digunakan sebagai biakan
pemula untult volume yang lehih besar di dalam fermentor,
umumnya volume yang digunakan ialah 5-10 persen dari
volume media cair dalam fermentor. Selamaproses produksi,
lcondisi aseptik sangat diperlukan. Kontaminan biasanya
mempunyai laju pertumbuhan yang cepat, berhau busuk, dan
menimbulkan busa yang banyak. Media tumbuh harus mampu
menyediakan sumber energi berupa C dan garam mineral,
disamping aerasi menggunakan rotary shaker. Pertumbuhan
optimum Rhizobium terjadi pada selang suhu 25-30C dan
pH 6.8-7.0.
Penelitian ini bertujuan mempelajari kondisi opti~num
perbanyakan massal Rhizobiurn hingga diperoleh metode
perbanyakan inokulan yangefisien dengan produlctivitas tinggi
untuk skalapilotplant (industri).

Penelitian ini terdiri atas skala laboratorium dan skala


industri. Penelitian skala laboratorium untuk mendapatkan
media dan teknik perbanyakan yang cocok untuk produksi
nlassal Rhizobium yang selanjutnya akan digunakan dalaln
penelitian slcala industri. Jenis fermentor yang digunakan ialah
fermentor airlft dengan sistem tumpak dan sistem
semisinambung.Fermentor aid@tidakrnenggunakanpengaduk
mekanis, tetapi menggunakan penyembur udara sebagai alat
pencampur. Fermentor ini lebih ekouomis dibaudiigkan dengan
fe~mentorberpengaduk karena konstruksinya sederhana.
Perbanvakan biomassa sel Rhizobium dilakukan dalam dua
tabapan. Perbanyakan tahap I untuk menghasilkan biakan
pemula. Masing-masing biakan pemula dari agar-agar miring
dibiakkan dalam 25 ml media sari bhamir manitol (SKM).
Perbanyakan tahap I1 untuk menghasilkan inokulan dilakukan
dengan menlbiakkan ketujuh campuran galur Rhizobium umur
24jam dalam 500 ml SIUvl.
Tabel

RIFCB4
RIFCBS
RIFCB6

Galur Rhizobirmr. Pada penelitian skala laboratorium


digunakan Rhizobium tumbuh lambat (Bradyrhizobium
japonicurn galur RIFCB3) dan pada skala industri digunakan 8
galur Rhizobiurn yang terdiri atas 6 galur Rhizobiurn tumbuh
cepat (Sinorhizobizninfiedii galur RIFCB 1, RIFCB2, RlFCB4,
RIFCB5, RIFCB6, RIFCB7), dan 2 galur Rhizobitnm tumbuh
lambat (BradyrhizobiunzjaponicumgalurRIFCB3 dan RFCB8).
Seluruh galur bakteri (Tabel 1) merupakan galur terpilih hasil
seleksi terhadap kemampuanuya menamhat N, udara, tahan
kondisi tercekam (kemasaman-Al dan kekeringan) (Samswati
1999). Semuagalur Rhizobiurn ditumbuhkanpadamedia agaragar SKM cair (Somasegaran & Hoben 1994).
Biakan Pernula. Biakan pemula untuk perbanyakan
Rhizobium skala laboratorium ,dibuat dengan cara
menginokulasikan satu lup Rhizobium galur RIFCB3 ke dalam
duajenis media cair s a i khamir glukosa (SKG) dan SKMmasingmasing sebanyak 50 ml dan meuginkubasilcannya selama
24 jampadainkubator goyangdengan kecepatan goyang antara
100-150 rpm pada suhu ruang 28-30C. Sedangkan bialtan
pemula skala industri dibuat dengan menginokulasikan satu
lup Rhizobiurn ke dalam 25 mlmedia S I W cair, satu erlenmeyer
untuk satu galur Rhizobizrm. Selanjutnya bialcan diinkubasi
dengan menggunakan cara yang sama.
Perbanyakan Biomassa Sel Rhizobium pada Sltala
Laboratorium. Dalam optimasi pertumbuhan Rhizobium
digunakan media yang mampu menyediakan sumber energi C,
yaitu mediaSKG danmedia SKM, sertamodifiasi mediamanitol
bifasik (dua fase). Produksi biomassa sel Rhizobium dilakukan
dalam erlenmeyer 1 liter (volume kerja 500 ml) dan fermentor
beragitasi 2 liter (volume kerja 1 liter). Volume biakan pemula
yangdigunakan 5-1 0% dari volume mediacair dala~nerlenmeyer
atau fermentor yang digunakan.
Perbanyakan sel Rhizobium dalam erlenmeyer dilakukan
dengan menginoltulasikan biakan pernula Ice dalam 500 ml
media SI<Gdan SI(M (volume biakan pemula 10% dari volnme
media cair dalam erlenmeyer). Selanjutnya bialcan tersebut di
inkubasikan pada inkubator goyang dengan kecepatan goyang
antara 100-150 rpm pada suhu mang 28-30C selama 24jam.
Perbanyakan sel dalam fermentor dilakukan dengan sistem
tumpak dan bifasik. Perbanyakan dilakukan dengan
menginokulasikan biakan penlula ke dalam 1 liter media SI<M
(volume biakan pemula 5% dari volume media cair dalam
fermentor) dengan kecepatan agitasi 500 rpm, laju aerasi
0.5 vvm, suhu luang 28-3O0C,danpH 6.8-7.0.

I. Ciri marfologi galer yang digonakm pada media sari khamir manitol (SKM) yang mengandung brom timol

S. fieedii
S. fieedii
S fieedii

G
1

I
1
I
6

Biru
Kuning
Kuning

RonineKuning
Biru

1.5
3
7
4
17
1.5

Cembung, berlendir
Datar, berair
Sedikit cernbung, berair
Datar, berair
Dstar, berair
Ccmbung, kering

biru

Licin

Tidak rafa
Licin
Licin
Licin
Licin

Besar berlendir
Besar berair
Besar bcrair
Berar bcrair
Besar berair
ICccil kering

J Mikrobiol lndones 49
Produksi Biomassa Sel Rhizobium pada Skala Industri.
Perbanyakan galur ganda Rhizobium dengan sistem
semisinambung dilakukan dalam fermentor 30 liter dengan
volume kerja terpakai 10 liter. Kondisi perbanyakan dengan
sistem ini meliputi aerasi dengan laju alir 1-2 literudaralmenit,
suhu mang 28-30QC,dan tekanan udara dalam fermentor 0 psi
serta tidak diberikan kontrol pH. Udara dialirkau melalui filter
steril dan dikeluarkan melalui saluran udara keluar yang
dilengkapi dengan filter juga.
Penelitian ini dilakukan dengan tiga metode perbanyakan,
yaitu perbanyakan menggunakan sistem tumpak untuk galur
RIFCB1, RIFCB2, RIFCB3, RIFCB4, RIFCBS, RIFCB6, RIFCB7
(FUFCBI ... RIFCB7) dan campuran galur yang sama dengan
tambaban galur RIFCB8, serta sistem semisinambung untuk
galur RIFCB1 ...RIFCB7. Perbanyakannya dilakukan dalam
fermentor aid$ denganvolume kerja 10 liter.
GalurRhizobium yang diperbanyakdalam fermentor dengan
sistem tumpak dilakukan dengan menginokulasikan sebanyak
50 ml inokulan campuran ke dalam 500 ml media SKM dalam
erlenmeyer sebagai biakan pemula. Biakan diinkubasi pada
inkubator goyang dengan kecepatan goyang 100-150 rpm dan
suhu mang 28-30C selama 24 jam. Selanjutnya biakan pemula
diinokulasikan ke dalam 9.5 liter media SKM (volume biakan
pemula 5% dari volume media cair dalam fermentor). Aerasi
dilakukan dengan memompakan udara steril dengan laju
1-2 literlmenit. Suhu dalam fermentor dipertabankanpada suhu
ruang 28-30C dan pH awal diatur pada tingkat pH netral
(6.8-7.0). Inkubasi dilakukan selamaenam hari danpengambilan
contoh untuk pengamatan dilakukan secara aseptik setiap
24jam.
Perbanyakan galur ganda Rhizobium pada fermentor
dengan sistem semisinambung dilakukan dengan
mengalirkan media segar pada saat pertumbuban sel berada
pada akhir fase eksponensial. Pada awalnya fermentor berisi
5 liter media segar dan diinokulasi dengan 5% (vlv) biakan
pemula. Setelahpertumbuban 24 jam, fermentor dialiri 5 liter
media segar dengan laju alir yang lebih kecil dari pada laju
pertumbuban spesifik maksimunmya, yaitu 150 mWjam. Galur
yang digunakan berdasarkan pada hasil sistem tumpak yang
paling baik. Pengaliran media menggunakan pompa peristaltik.
1nk;basi dilakukan selama enam hari dan pengambilan contob
untuk pengamatan dilakukan secara aseptik pada 30, 54, 78,
102,126, dan 150jam.
Pengarnatan. Peubah yang diukur ialah biomassa sel dan
pH media. Contoh yang diambil langsung diukur pH-nya.
Penghitungan jumlah sel dilakukan dengan menggunakan
metode pengenceran serial dan cawan tuang. Penghitungan
jumlah sel dilakukan setelah 1-3 hari dari waktu inkubasi dan
penghitungan kinetika pertumbuhan (laju pertumbuban spesifik
maksimum) dilakukan berdasarkau pada hasil pengukuran
jumlah sel.

Perbaoyakan Sel Rhizobirrrrr pada Skala Laboratorium.


Perbanyakan sel galur FUFCB3 pada erlenmeyer goyang dalam
media SKG menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik

maksimum (pmats)yang diperoleh ialab sebesar 0.12/jam,


sedangkan hasil biomassa tertinggi hanyalah sebesar
11.70 1 mgil yang dicapai pada jam ke-96 (data tidak disajikan).
Persentase penggunaan substrat pada saat konsentrasi sel
mencapai maksimum ialah 54%. Rendemen tertinggi yang
mempakan efisiensi konversi substrat menjadi biomassa ialah
0.005 mg seWmg substrat. Glukosa tampaknya kurang cocok
digunakan sebagai sumber karbon untuk produksi biomassa
Bradyrhizobium.
Perbanyakan sel galur RIFCB3 pada erlenmeyer goyang
dalam media SKM menunjukkan bahwa biomassa sel tertinggi
dicapai pada jam ke-96, yaitu sebesar 190.9 mgli (data tidak
disajikan). Hasil ini 16 kali lebih baik daripada hasil yang
diperoleh pada perbanyakan dalam erlenmeyer goyang dengan
menggunakan media SKG. Kinetika pertumbuhan, laju
pertumbuhan spesifik maksimum, persentase penggunaan
substrat dan efisiensi konversi substrat menjadi biomassa
b e r t ~ m t - t u ialah
~ t sebesar 0.12/jam, 61%, dan 0.14 mgseVmg
substrat.
Perbanyakan sel galur W C B 3 pada fermentor dalam media
SKM menunjukkan bahwa biomassa sel tertinggi dicapai pada
jam ke-96, sebesar462 mgll atau 2.4 kali lebih tinggi daripada
hasil tertinggi yang diperoleh dengan perbanyakan dalam
erlenmeyer. Persentase substrat yang digunakan ialab 73.6%
dan nilai ini jauh lebib tinggi daripada di erlenmeyer goyang,
tetapi efisiensipenggunaan substrat menjadi biomassa (0.12 mg
seWmg substrat) sedikit lebih rendah daripada di erlenmeyer
goyang. Laju pertumbuban spesifik maksimum yang dapat
dicapai dengan metode ini ialah sebesar 0.13ljam. Peroleban
biomassa sel menumn setelah mencapai angka tertinggi pada
jam ke-96 karena kelangkaan oksigen untuk pertumbuhan.
Perbanyakan Set Rhizobiumpada Skalalndustri. Jumlah
sel Rhizobium setiap galur pada media perbanyakan tabap I
telab mencapai lo8-109sel/ml,kecuali RIFCB-3 (lo7seYml) dan
RIFCB-8 (lo6seWml) (Tabel 2). Perbedaanjumlab sel disebabkan
oleh genusnya, 6 galur Sinorhizobium dan 2 galur
Bradyrhizobium.
Pertumbuhan fase lag tidak terlibatpada perbanyakan galur
Rhizobium (RIFCBI ... RIFCB7) dengan sistemturnpak. Ketika
sel bakteri diinokulasikan ke dalam fermentor, jumlahnya
mencapai 7.9 x lo8sellml dan kondisi pertumbubannya masih
berada pada fase eksponensial (Gambar 1).
Fase eksponensial terjadi antarajam ke-0 sampaijam ke-24,
dengan laju pertumbuhan spesifik maksimum sebesar
0.129ljam dan jumlah sel2.5 x lo9 sellml dicapai pada jam
Tahel 2. Jumlah sel beberapa galu Rhimbiur biakan pemula dalam
media sari khamir rnanitol ~ a d aumur 24 iam
Galur Rlrizobiunr
RIFCB-I
RIFCB-2
RIFCB-3*
RIFCB-4
RIFCBJ
RIFCB-6
RIFCB-7
RTFCB-8*

Jumlah sellml
2.5 x 10'
2.0 x lo1
2.7 X 10'
4.8 X 10'
4.1 x lo8
2.7 x loP
1.9 x 10'
8.0 x lo6

50

J Mikrobiol Indones

SARASWATI ETAL

ke-48. Setelahjam ke-48, pertumbuhan bakteri memasuki fase


kematian. Kontrol pH banya dilakukanpadaawalkultivasi,yaitu
dengan mengondisikan pH media segar 6.5-7.0, tetapi sesaat
setelah media diinokulasi pH-nya tunm sampai 4.3 1 (Gambar
2). SelanjutnyapHmenm sampaijam ke-96 dan naik kembali
sampaijam ke- 144,namun Nlai pH masih kurang dari 6. Jumlab
sel galurgandapadajam ke-120 ialah 1 x los s e h l (datatidak
disajikan), tetapi tidak diketahui bakteri mana yang jumlahnya
lebih banyak.
Penamhahan RIFCB8 ke dalam biakan ganda Rhizobium
dengan sistem tumpakmenumnkan Iaju perhmbuhan spesifik
maksimum dan jumlah sel. Laju pertumbuhan spesifik
maksimumnya menjadi 0.077/jam dan jumlah sel maksimum
1.7 x 109seVmlyangdicapai pada jam ke-72 (Gambar3).
Nilai pH media (Gambar 4) sesaat setelah media diimokulasi
menunjukkan 5.32. Nilai ini terus menurun sampai jam ke-72
dan b m meningkat setelahjam ke-96, namunpeningkatannya
tidak terlalu besar.

7.0

~j

24

48

72
96
120
144
Waktu (jam)
Gambar 1 . Pertumbuhan Rhizobium (RIFCBI
RIFCB7) pada
perbanyakan sistem tumpak.

...

Jumlah sel maksimum yang dihasilkan dalamperbanyakan


galur Rhizobiu~n(RIFCBI ... RIFCB7) dengan sistem
semisinambung ialah 2.3 x lo9sel/l padajam ke-24 dan setelah
dialiri media segar,jumlah sel tampak menurun dan kemudian
bertambah lagi setelahjam ke-78 sampai pada puncaknya jam
ke-102 dengan jumlab sel 1.7 x lo9 self1 (Gambar 5). Laju
pertumbuhan spesifk maksimum yang dicapai ialah 0.135/jam
lebih tinggi daripada dengan sistem tumpak. Nilai pH media
tidak banyak berbeda dengan teknikperbanyakan sebelumnya.
Sesaat setelah media diiiokulasipH terukurmenunjukkan 5.62.
Nilai iN terus menurun sampaijam ke-102 dan baru meningkat
setelah jam ke-126, namunpeningkatannya tidak terlalu besar.

Perbanyakan Sel Rhizobium pada Skala Laboratorium.


Biakan pemula yang digunakan dalam penelitian ialah h a d
pertumbuhan pada jam ke-24 sampaijam ke-48. Pertumbuhan
Rhizobium meningkat 2 kali lipat darijam ke-0 sampai dengan
jam ke-24, meskipun pada selang waktu tersebut pertumbuhan
sel masih berada pada fase adaptasi dan pada selang waktu
antara 24 jam sampai 72jam, pertumbuhan sel beradapada fase
eksponensial.
Pertumbuhan Rhizobium pada media dengan sumber karbon
glukosa dalam erlenmeyer goyang relatif lambat dan kurang
efisien. Tampaknyajenis sumber karbon glukosakurang cocok
uutuk produksi biomassa Bradyrhizobium. Lambatnya
pertumbuhan serta sedikitnya biomassa yang terbentuk
mengakibatkan banyaknya substrat yang tersisa pada akhir
perbanyakan. Pada skala industri, ha1 ini tidak menguntungkan
danjuga menimbulkan dampak negatif pada lingkungan apabila
sisa substrat akan dibuang ke lingkungan. Nilai rendemen
tertinggi, yaitu 0.005 mg seVmg substrat menunjukkan bahwa
banya sebagian kecil dari substrat yang digunakan untuk

-0
48 72 96
120 144
Waktu (jam)
Gambar 2 . Perubahan pH media perbanyakan sel Rhizobium
(RIFCBI ... RIFCB7).

24

24

48
72 9 6
Waktu (jam)

120

144

Gambar 4 . Perubahan pH media perbanyakan sistem tumpak


(RIFCBI
RIFCB8).

...

24 30 4 2 54 6 6 7 8 90 102114126138150
Waktu (jam)
Gambar 5. Pertumbuhan Rhizobium (RIFCBI ... RIFCB7) pada
perbanyakan sistem semisinambung.
0

Waktu (jam)
Gambar 3. Pertumbuhan Rhizobium (RIFCBI
perbanyakan sistem tumpak.

... RIFCB8)

pada

Vol. 8,2003
produksi biomassa, sebagian besar substrat digunakan untuk
menghasilkan produk lain dan pemeliharaan sel karena suplai
oksigen pada perbanyakan dalam erlenmeyer h a n g mencukupi
untuk pertumbuhan. Apabila oksigen yang terdapat pada mang
kosong dalan erlenmeyer sudah semakin berkurang, maka
suasana pertumbuhan menjadi semakin tidak menguntungkan.
Suasana kekurangan oksigen akan mengurangi produksi energi
untuk pertumbuhan sekaligus mengaliian alokasi penggunaan
substrat untuk pemeliharaan sel dan pembentukan produk
sehingga mengurangi produksi biomassa.
Produksi biomassa dalam erlenmeyer goyang menggunakan
sumber karbon manitol lebih baik 16 kali daripada glukosa.
Meskipun kecepatan pertumbuhan lambat, tetapi secara umum
media SKM sebagai sumber karbon jauh lebih baik daripada
media SKG dari segi jumlah biomassa yang dihasilkan,
persentase substrat yang digunakan, maupun efisiensi
penggunaan substrat untuk pembentukan biomassa.
Pertumbuhan Rhizobium dalam fermentor lebih cepat
daripada erlenmeyer goyang. Suplai oksigen tidak sinambung
di dalam erlenmeyer goyang menumnkan produksi biomassa.
Oksigen mempakan syarat mutlak untuk pertumbuhan mikrob
aerob. Oksigen yang semakin langka tidak hanya mengurangi
pertumbuhan, tetapi juga mengakibatkan kematik sei.
Penggunaan fermentor beragitasi dengan oksigen yang disuplai
secara sinambung melalui pompaperistaltikmemberiaerasi lebih
baik daripada erlenmeyer goyang. Pada waktu yang cukup
panjang, ketersediaan oksigen dalam ruang kosong akan
semakin berkurang. Namun, ha1 ini tidak berpengamh apabila
biomassa yang dihasilkan tidak banyak, tetapi jika biomassa
yang dihasilkan semakin banyak, seperti pertumbuhan pada
media SKM, ketersediaan oksigen mempakan salah satu faktor
pembatas untuk mencapai hasil yang lebih tinggi lagi. Apabila
oksigen yang sebelunmya menjadi faktor pembatas telah
mencukupi, maka faktor pembatasnya ialah ketersediaan
substrat dan atau terbentuknya produk lain yang mungkin
bersifat racun bagi sel. Bila kecenderungan penumnan
konsentrasi substrat dicemati, maka terlihat semakin lama
substrat yang tersedia semakin habis. Apabila substrat yang
tersedia tidak mencukupi lagi, maka sel akan mati. Sel yang mati
biasanya akan mengalami h i s dan digunakan oleh sel-sel yang
masib hidup sehingga jumlab sel total di dalam fermentor akan
berkurang. Pada penelitian ini produksi biomassa menumn
setelah mencapai hasil maksimum pada jam ke-96, karena
sebagian substrat dikonversi menjadi produk lain yang tidak
menjadi perhatian pada penelitian ini. Untuk mengatasi
permasalahan ini, substrat cadangan perlu disediakan yang
disuplai secara sinambung dari luar dengan sistemperbanyakan
semisinambung.
Perbanyakan sel RI~izobitiwpada Skala Industri.
Pertumbuhan sel Rhizobium dengan sistem tumpak mulai
memasuki fase kematianpadajam ke-48. Pada fase ini aktivitas
bakteri menumn karena ketersediaan nutrien dalam media
berkurang. Adanya persaingan antara bakteri satu dengan
lainnya menyebabkan terjadinya kematian pada sebagian
bakteri. Kondisi lingkungan sebamsnya diupayakan agar
mendekati kondisi lingkungan Rhizobium ketika diinokulasikan
ke alam. Faktor lingkungan seperti pH akah sangat bergantung

J Mikrobiol Indones

51

pada tujuan percobaan yang dilakukan. Apabila biomassa sel


yang diproduksi ditujukan untuk tanah masam, maka
produksinya dapat dikondisikan pada suasana masam atau
bakteri h m s mampu beradaptasi dengan keadaan tersebut.
Pada penelitian ini, kontrol pH banya dilakukan pada awal
kultivasi. Rendahnya nilai pH ini disebabkan reaksi asam yang
dihasilkan oleh genus Sinorhizobiu~ngalur RIFCBl, RIFCB2,
RIFCB4, RIFCB5, RIFCB6, dan RIFCB7 relatif lebih besar
dibandingkan dengan jumlah senyawa penyebab reaksi alkali
yang dihasilkan oleh Bradyrhizobium galur RIFCB3. Namun,
bakteri masih dapat bertahan hidup dan kinerja bakteri
meningkat meski pH-nya masih kurang dari 6. Menumt
Cunningham dan Munns (1984) eksopolisakharida yang
dihasilkan oleh Rhizobium berfungsi meningkatkan pH dan
melindungi sel bakteri dari kondisi masam-Al, serta mengkelat
ion A13+dan Mn2+.Dalam keadaan masam seperti ini galur
Rhizobium uji masib dapat tumbuh dengan baik dan mencapai
1 x 108sel/mlpadajam ke-120, meskipun tidak diietahui bakteri
mana yangjumlahnya lebih banyak. Penambahan galur RIFCB8
pada perbanyakan dengan sistem tumpak menumnkan populasi
sel maksimum dan laju pertumbuhan spesifik maksimum.
Perbanyakan galur Rhizobium (RECB1 ...RIFCB7) dengan
sistem semisinambung dengan jumlah dan jenis substrat yang
sama menunjukkan bahwa biomassa atau populasi sel yang
dihasilkan lebih tinggi daripada sistem tumpak. Perbanyakan
dengan sistem ini dirancang dengan pengaliran substrat ketika
pertumbuhan sel Rhizobium berada pada puncak fase
eksponensial untuk mendapatkan sumber energi barn untuk
pertumbuhannya. Penambahan substrat barn menumnkan
konsentrasi sel per ml biakan karena laju alir penambahan
substrat bam lebib besar daripada kemampuan sel dalam
menggunakan substrat barn sehingga mengakibatkan efek
pengenceran biakan, walaupun mungkin secara total jumlah
sel dalam fermentor meningkat.
Perbandingan Metode Perbanyakan. Berdasarkan
perbandingan ketiga metode perbanyakan, sistem tumpak
biakan ganda RIFCB 1 ...RIFCB7 dan RIFCBl ... RIFCB8, dan
sistem semisinambung RIFCBl ... RIFCB7 terhadap laju
pertumbuhan spesifik maksimum selama masa inkubasi, maka
laju pertumbuhan spesifik maksimum tertinggi ialah
perbanyakan sel Rhizobium dengan sistem semisinambung
RIFCB1 ... RIFCB7 (0.135ljam) dengan waktu pencapaian
tercepat ialah 24 jam, dan terendah dengan sistem tumpak
RIFCBl ... RIFCB7 (0.077/jam) dengan waktu pencapaian 72
jam. Nilai p umumnya berbanding lurus dengan peningkatan
jumlah mikroorganisme yang dihasilkan dalam k u m waktu
tertentu. Jumlah sel mikroorganisme mempakan peubah
mikrobiologi bagi pertumbuhan dan kualitas biakan. Semakin
tinggi jumlah sel bakteri dalam biakan, maka peluang bakteri
untuk dapat bersaing dengan bakteri lainjuga lebih tinggi. Panen
inokulan pada ketiga metode perbanyakan dapat dilakukan
setelah biakan b e m u r 24jam denganjumlah sel maksimum 10'
sel/ml, meskipun pencapaian jumlah maksimum sel ketiganya
berbeda. Tingkat populasi yang diperoleh ini dianggap
memenuhi kebutuhan, temtama ketika dipakai pada bahan
pembawa yang tidak steril (Somasegaran & Hoben 1994).

J Mikrobiol Indones

SARASWATI ETAL.

52

Laju pertumbuhan spesifk maksimum tertinggi diperoleh


pada metode perbanyakan dengan sistem semisinambung.
Fenomena yang tejadi pada sistem ini merupakan penemuan
yang dapat dimanfaatkan untuk efektivitas produksi massal sel
Rhizobium pada skala industri. Pada sistem ini panen dapat
dilakukan lebih dari satu kali dalam setiap periode produksi
pada tingkat populasi sel lo9 sel/ml. Sistem ini merupakan
alteruatif baru bilamana pabrik inokulan Rhizobium
menginginkan produksi mikrob dengan skala lebih besar dan
terus-menerus. Namun, perlu juga dipertimbangkan beberapa
ha1 seperti sumber daya manusia yangmemadai. Laboran hams
dapat bekerja dengan baik, karena kontaminasi yang
menyebabkan kegagalan produksi dapat terjadi pada saat
mengalirkan subsrat segar ke dalam fermentor saat kultur
sebelurnnya selesai di panen. Bila berdasarkan pertimbangan
bahwa pesanan inokulan Rhizobium tidak terus-menerus
karena penggunaannya bergantung pada musim tanam kedelai
maka lebih baik menggunakan perbanyakan sistem tumpak.
Pada oeuelitian ini. fase ada~tasitidak terlihat vada kuwa
purtumhuhan. Baktcr~dcngan cepat mulampaui f a x adaprasi
sesaat setelah inokulasi dilakukan. Hal ini discbnbkan oleh media
propagasi yang sama deugan media produksi sehingga bakteri
dengan cepat beradaptasi dan mengatur sistem molekulemya
pada lingkungan yang barn Ketika bakteri berada pada fase
eksponensial dalam kultur propagasi, maka dengan cepat bakteri
melakukan reproduksi sel. Dalam keadaan tersebut jumlah
bakteri pada media baru mash sedikit, sementara oksigen dan
sumber makananmasih tersediadalamjumlah berlebih sehiigga
dalam waktu 24 jam reproduksi sel meningkat secara drastis.
~

~~~

Laju pertumbuhan spesifik maksimum tejadi pada jam ini.


Kecepatan dalam melampaui fase adaptasidan mencapai tingkat
populasi maksimum merupakan salah satu kriteria dalam
meneutukan metode atau teknik terbaik, terutama bagi industri
yang terkait dengan masalab efisiensi.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan babwa metode
perbanyakan Rhizobium sistem tumpak dengan menggunakan
media sari khamir manitol ialah yang terbaik dibandingkan
dengan sari khamir glukosa. Penggunaan metode perbanyakan
sistem semi sinamhung merupakan altematif baru bilamana
pabrikmenginginkan produksi mikrob dengan skala lebih besar
dan terus-menerus. Namun demikian, berdasarkan beberapa
pertimbangan bilamana sumber daya manusia belum memadai
dan kebutuhan inokulan yaug tidak terus-menerus, maka
perhanyakannya cukup menggunakan sistem tumpak.
DAFTARPUSTAKA
Alam G. 1994. Biotechnology and sustainable agriculture: Lessons
from India. Tech. Paper No. 103. OECD Dev. Ctr., Paris.
Cunningham DS, Mums DN. 1984. The canelation between extracellular
polysaecharides production and acid tolerance in Rhiiobiltm. Soil
Sci Soe Biochem 48:1273-1276.
Saraswati R. 1999. Teknologi Pupuk Mikrob Multiguna Menunjang
Keberlanjutan Sistem Produksi Kedelai. J Mikrobiol Indon 4:l-9.
Schuler ML, Kargi F. 1992. Bioprocess Engineering Basic Concepts. New
Jersey: Prentiee Hall.
Somasegaran P, Hoben HJ. 1994. Handbook for Rhiiobia. Mefhods in
Legume-Rhirobio Technology. New York: Springer-Verlag.
Standbury PF, Whitaker A . 1984. Principles of Fermeufarion
Tecbtrology. New York: Pergamon PI.

Anda mungkin juga menyukai