Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FISIKA SEKOLAH

Model Pembelajaran Discovery Learning

DISUSUN OLEH :

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

1. Putri Maryati

(06121011014)

2. Hikma Pujiati

(06121011027)

3. Mirna Julaika Azijah

(06121011035)

4. Tri Nanda Amilia

(06121011036)

Dosen Pengampuh

: Ismet, S.Pd., M. Si

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN FISIKA

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR
0

Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas mata
kuliah Fisika Sekolah I. Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan
semaksimal mungkin.
Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan
kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya.
Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada teman-teman atas masukkannya,
dorongan dan saran yang telah diberikan kepada kami. Dan ucapan terima kasih kepada
Bapak Ismet, S.Pd., M.Si sebagai dosen mata kuliah Fisika Sekolah I, yang telah
memberikan waktu kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini, sehingga kami dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insya Allah sesuai yang
kami harapkan. Dan kami ucapkan terima kasih pula kepada rekan-rekan dan semua pihak
yang terkait dalam penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan
sumbangan pemikiran sekaligus pengetahuan bagi kita semuanya.

Inderalaya, 10 September 2014

Penulis

DAFTAR ISI
1

Kata Pengantar..................................................................................................................... 1
Daftar Isi.............................................................................................................................. 2
Bab I Pendahuluan
1.1...........................................................................................................................
Latar Belakang.................................................................................................. 3
1.2...........................................................................................................................
Rumusan Masalah............................................................................................. 3
1.3...........................................................................................................................
Tujuan penulisan............................................................................................... 4
1.4...........................................................................................................................
Metodologi Penyusunan................................................................................... 4
1.5...........................................................................................................................
Manfaat Penulisan............................................................................................ 4
Bab II Pembahasan
2.1. Konsep Metode Discovery Learning................................................................ 5
2.2. Proses Discovery Learning............................................................................... 5
2.3.Urutan Discovery Learning...............................................................................6
2.4. Keuntungan Discovery Learning...................................................................... 6
2.5. Kelemahan Discovery Learning....................................................................... 7
2.6. Macam-macam Discovery Learning................................................................. 7
2.7.Langkah-langkah operasional............................................................................ 8
2.8. Sistem Penilaian............................................................................................... 9
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan....................................................................................................... 10
3.2. Saran................................................................................................................. 10
3.3 Lampiran............................................................................................................. 11
Daftar Pustaka...................................................................................................................... 13
2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pelajaran ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan alam berkaitan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep atau prinsip saja
tetapi juga proses penemuan. Pendidikan fisika diharapkan dapat menjadi pembelajaran
bagi peserta didik untuk meningkatkan kemampuan serta keterampilan yang dimiliki serta
dapat mengembangkan dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam
proses pembelajaran fisika guru membutuhkan strategi agar peserta didik dapat belajar
secara efektif dan efisien serta tercapainya tujuan yang diharapkan. Salah satu cara yang
ditempuh adalah penggunaan metode atau model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik pelajaran maupun kondisi intern sekolah. Ini berarti guru memahami benar
kedudukan metode atau model pembelajaran yaitu sebagai strategi pengajaran dan
sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Menurut teori kognitif, peserta didik memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu
merencanakan sesuatu. Peserta didik mampu untuk mencari, menemukan dan
menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar
peserta didik mampu mengidentifikasi, merumuskan , menganalisis data, menafsirkan,
dan menarik kesimpulan.
Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep metode pembelajaran Discovery Learning?
2. Apa saja proses dalam metode pembelajaran Discovery Learning?
3. Bagaimana urutan pembelajaran dalam Discovery Learning?
4. Apa saja keuntungan dan kelemahan metode pembelajaran Discovery Learning?
5. Jelaskan macam-macam Discovery Learning?
6. Bagaimana langkah-langkah operasional dalam metode pembelajaran Discovery
Learning?
7. Bagaimana sistem penilaian pada Discovery Learning?

1.3 Tujuan Penulisan


Setelah membahas tentang Metode Discovery Learning diharapkan pembaca dapat
memahami:
1. Konsep metode pembelajaran Discovery Learning
2. Proses pada metode pembelajaran Discovery Learning
3. Urutan Pembelajaran pada Discovery Learning
4. Keuntungan dan kelemahan Discovery Learning
5. Langkah-langkah operasional dalam metode Discovery Learning
6. Sistem Penilaian Discovery Learning
1.4 Metodologi Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi pustaka.
Yakni dengan mengumpulkan sumber-sumber, baik dari buku ataupun internet tentang
Discovery Learning, yang kemudian kami gabungkan menjadi satu dalam satu makalah.
1.5 Manfaat Penulisan
Adapun setelah disusunnya makalah ini, kami berharap dapat bermanfaat bagi
pembaca sebagaimana yang kami jadikan tujuan. Yakni memberikan informasi dan
pengetahuan tentang Discovery Learning mengetahui beberapa masalah terkait dengan
Discovery Learning, serta terpenuhinya tugas mandiri mata kuliah Fisika Sekolah 1.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Metode Discovery Learning
Discovery Learning adalah pembelajaran dimana guru memberikan suatu kebebasan pada
peserta didik untuk menemukan sesuatu sendiri, sehingga peserta didik akan sampai pada
suatu pengalaman. Dengan model pembelajaran discovery based learning, siswa terlibat
4

langsung dalam proses pencarian dan penemuan sehingga seolah-olah dirinya sebagai
ilmuwan yang sedang meneliti dan menemukan konsep-konsep baru.
Discovery Learning adalah Model pengajaran dimana guru memberikan kebebasan
peserta didik untuk dapat mengerti lebih dalam. Dengan menemukan sendiri, peserta didik
akan sampai pada pengalaman. Menurut Suryobroto, metode penemuan diartikan sebagai
cara mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain
percobaan, sebelum generalisasi umum. Metode penemuan adalah metode dimana dalam
proses belajar peseta didik diperkenankan menemukan sendiri informasinya. Maka keaktifan
peserta didik sangat penting.
Discovery learning dalam sistem belajar mengajar ini, guru menyajikan bahan pelajaran
tidak dalam bentuk yang final, tetapi peserta didik diberi peluang untuk mencari dan
menemukan sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah.
Pembelajaran penemuan (discovery learning) merupakan satu komponen penting di
dalam pendekatan konstruktivisme, Siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui
keterlibatan aktif mereka dengan konsep-konsep, atau prinsip-prinsip. Pendekatan discovery
learning memiliki beberapa keuntungan antara lain membangkitkan keingintahuan,
memotivasi

mahasiswa

untuk

melanjutkan

dengan

penelitian

sehingga

mereka

menemukanjawabannya, belajar memecahkan masalah secara mandiri dan berpikir kritis.


2.2 Proses Discovery Learning
1) Mengamati, peserta didik mengamati gejala atau persoalan yangndihadapi.
2) Menggolongkan, peserta didik mengklasifikasi apa-apa yang ditemukan

dalam

pengamatan sehingga menjadi lebih jelas.


3) Memprediksi, peserta didik diajak untuk memperkirakan mengapa gejala itu terjadi
atau mengapa persoalan itu terjadi.
4) Mengukur, peserta didik melakukan pengukuran terhadap yang diamati untuk
memperoleh data yang lebih akurat yang dapat digunakan untuk mengambil
kesimpulan
2.3 Urutan Model Discovery Learning
1) Persoalan diajukan oleh guru. Guru mengajukan persoalan yang harus dicari
pemecahannya oleh peserta didik. Misalnya: Apa yang akan terjadi bila anda
mengendarai sepeda motor dengan cepat di jalan yang melingkar ?
2) Peserta didik memecahkan persoalan. Peserta didik sendiri ataukah berkelompok
mulai memecahkan persoalan.

3) Konsep baru dijelaskan. Bila ada konsep baru yang perlu ditambahkannya sehingga
pengertian peserta didik menjadi lebih lengkap.
2.4 Keuntungan Model Discovery Learning
1) Membantu siswa untuk memperbaiki

dan

keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha

meningkatkan

keterampilan-

penemuan merupakan kunci

dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. Pengetahuan


yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan
pengertian, ingatan dan transfer.
2) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.
3) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri.
4) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan
akalnya dan motivasi sendiri.
5) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya,

karena

memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.


6) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasangagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di
dalam situasi diskusi.
7) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah
pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
8) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
9) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses
belajar yang baru;
10) Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
11) Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
12) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi
lebih terangsang;
13) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan
manusia seutuhnya;
14) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
15) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar;
16) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
17)
2.5 Kelemahan Model Discovery Learning
1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi
siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep yang tertulis atau lisan,
sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
6

2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.
3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar lama.
4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.
5) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur
gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan
oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
2.6 Macam-macam Discovery Learning
Menurut Weimer sebagaimana yang dikutip oleh Paul Suparno mengidentifikasi
adanya 6 tipe Discovery, yaitu :
1) Discovery, proses menemukan sesuatu sendiri. Prosesnya lebih bebas,

yang

terpenting adalah orang menemukan sesuatu hukum, proses, atau pengertian sendiri.
2) Discovery Teaching, model mengajar dengan cara menemukan sesuatu. Discovery
Teaching lebih digunakan guru untuk mengajar siswa dengan cara penemuan.
3) Inductive Discovery, penemuan sesuatu dengan pendekatan induktif, yaitu dari
pengamatan banyak data, lalu disimpulkan. Prosesnya lengkap seperti metode ilmiah.
4) Semi-inductive Discovery, penemuan dengan pendekatan induktif, tetapi tidak
lengkap. Ketidak lengkapan bias berupa data yang diambil hanya sedikit, prosesnya
yang disederhanakan, dll.
5) Unguided or Pure Discovery atau Discovery murni, siswa diberi persoalan dan harus
memecahkan sendiri dengan sedikit sekali petunjuk dari guru.
6) Guided Discovery, siswa diberi soal untuk dipecahkan sedangkan guru menyediakan
hint (petunjuk ), dan arahan bagaimana cara memecahkan persoalan itu.
2.7 Langkah-langkah Operasional
1. Langkah Persiapan
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar,
dan sebagainya)
c. Memilih materi pelajaran.
7

d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contohcontoh generalisasi)
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contohcontoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret
ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
2. Pelaksanaan
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian

dilanjutkan untuk tidak memberi

generalisasi, agar timbul

keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan

masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk

menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa
dalam mengeksplorasi bahan.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung
dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil
data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia
jumpai dalam kehidupannya.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
8

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan


yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi
maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
2.8 Sistem Penilaian
1) Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan
menggunakan tes maupun non tes.
2) Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau
penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka
dalam model pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika
bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja
siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan.
3)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Discovery Learning adalah Model pengajaran dimana guru memberikan kebebasan
peserta didik untuk dapat mengerti lebih dalam. Dengan menemukan sendiri, peserta didik
akan sampai pada pengalaman.
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai
pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif,
sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang
teacher oriented menjadi student oriented.
3.2 Saran
Setelah terselesaikannya makalah kami, besar harapan kami agar makalah kami
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Akhirnya, kritik
dan saran yang membangun sangat kami nantikan untuk perbaikan kami ke depan dalam
penyusunan makalah.

Lampiran
CONTOH RPP
Deskripsi pelaksanaan tindakan pembelajaran adalah sebagai berikut:
Pertemuan 1
Pertemuan 1 dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : 8 September 2011
Waktu

: 07. 00-09.00

Materi

: - Menjelaskan frekuensi, periode, sudut tempuh, kecepatan linear, kecepatan


sudut, dan percepatan sentripetal.
- Memahami hubungan kecepatan sudut dan kecepatanlinear pada gerak roda
berhubungan.
Kegiatan pembelajaran diawali oleh guru mengucapkan salam, dilanjutkan peserta

didik menjawab salam dengan serempak. Ketua kelas memimpin salam, setelah selesai,
peneliti mengabsen peserta didik. Pada pertemuan 1 peserta didik tidak ada yang absen .
Setelah mengabsen, guru memulai membuka pelajaran dengan mencoba mengingatkan
kembali materi sebelumnya, yaitu, pengertian frekuensi, periode dan sudut tempuh. peneliti
meminta peserta didik untuk membuat contoh dari materi gerak melingkar.
Setelah melakukan apersepsi, peneliti menjelaskan model pembelajaran yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran , yaitu model pendekatan discovery learning. Peneliti
membagi peserta didik dalam 10 kelompok. Dengan perincian 9 kelompok beranggotakan 4
peserta didik dan 1 kelompok beranggotakan 5 peserta didik. Setelah peserta didik
10

berkelompok, guru membagikan lembar kerja praktikum. Masing-masing peserta didik


(anggota) mendapatkan 1 lembar praktikum. Setelah lembar praktikum dibagikan, masingmasing ketua kelompok membagi anggotanya untuk melakukan kegiatan praktikum. Satu
anggota menulis hasil dari kegiatan praktikum.
Setiap anggota kelompok mengerjakan lembar praktikum yang sama berkumpul untuk
mendiskusikan lembar kerja praktikum tersebut sampai paham dan dapat melakukan kegiatan
praktikum tersebut dengan baik. Setelah mendapatkan hasil praktik maka salah satu dari
kelompok yang bertugas mencatat hasil yang ditemukan. Selanjutnya ketua dari kelompok
tersebut maju didepan kelas untuk mempresentasikan hasil dan menjelaskan cara kerja
praktik fisika khususnya pada materi gerak melingkar kepada teman-temannya. Setelah itu,
guru memberikan kesempatan kepada peserta didik yang lainnya untuk maju ke depan kelas.
Namun, peserta didik tidak berani maju untuk ikut mempresentasikan hasil praktik
tersebut didepan kelas. Sehingga, hanya ketua kelompok yangmaju untuk mempresentasikan
hasil praktik tersebut didepan kelas. peneliti memberikan penguatan kepada kelompok yang
sudah maju di depan kelas. Sebelum mengakhiri kegiatan praktikum peneliti mengingatkan
pada peserta didik bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan evaluasi dengan materi
praktik yang telah dilakukan. Setelah itu peneliti mengakhiri pelajaran dengan salam dan
dijawab serempak oleh peserta didik.
Pertemuan 2
Pertemuan 2 dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : 12 September 2011
Waktu

: 07. 00 - 09.00

Materi

: Evaluasi Siklus 1
Guru mengawali pelajaran dengan salam, peserta didik menjawab serentak. Setelah

itu peneliti bertanya Tadi malam sudah belajar belum ?. Sebagian menjawab Sudah,
pak!. Sebagian tidak menjawab. Sudah siap melakukan ujian praktik gerak melingkar anakanak ? Tanya guru. Ya, pak jawab peserta didik.
Guru memerintahkan peserta didik untuk menyiapkan peralatan tulis dan
perlengkapan praktik di laboratorium. Pada evaluasi siklus 1 , guru memberikan lembar soal
post test fisika dan 5 soal esai. Pada evaluasi siklus 1 diikutioleh semua peserta didik kelas XA, yakni sebanyak 42 peserta didik. Peserta didik diberi waktu 40 menit untuk melakukan
praktik dan mengerjakan soal evaluasi.Setelah waktu habis, peserta didik mengumpulkan
11

hasil kerja praktik dan hasil kerja evaluasi mereka. guru mengakhiri pelajaran dengan salam,
kemudian peserta didik menjawab salam.

DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel979647FCF6AB713554160492F639C1F6.pdf
diakses tgl 05 September 2014
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/118/jtptiain-gdl-ekakurniaw-5898-1073611021.pdf diakses tgl 05 September 2014
https://docs.google.com/presentation/d/12TOZRNW7Wn47y59PuQRlmUaoYVIxoePYXSyi
K31rI-4/edit#slide=id.p36 diakses tgl 10 September 2014

12

Anda mungkin juga menyukai