Anda di halaman 1dari 19

LONG CASE

ILMU KEDOKTERAN JIWA

GANGGUAN PSIKOAFEKTIF TIPE MANIK


KINI DALAM REMISI
Disusun Untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Diajukan kepada :
dr. Vista Nurasti Pradanita, Sp.KJ., M.Kes
Dokter Muda
Eirna Syam Fitri, S.Ked
20090310229
SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

STATUS PSIKIATRI
1. METODE PENGAMBILAN DATA
a. Autoanamnesis
b. Alloanamnesis
c. Rekam Medis Pasien
2. SETTING WAWANCARA
Hari/tanggal

: Selasa, 17 Februari 2015

Waktu

: Jam 16.00 18.00

Tempat

: Rumah pasien (ruang tamu)

Situasi

: Tenang

Pencahayaan

: kurang

3. IDENTITAS PASIEN (AUTOANAMNESIS)


Nama

: Ny.EP

No. RM

: 3794XX

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tempat tanggal lahir

: Bantul, 16 Juli 1972

Lama Tinggal

: 17 tahun

Umur

: 42 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Pembantu rumah tangga

Status pernikahan

: menikah

Bangsa/suku

: Indonesia/Jawa

Alamat

: Pendowoharjo, Bantul

Kunjungan pertama

: 10-10-2012

Riwayat perawatan

: (+)

4. IDENTITAS NARASUMBER (ALLOANAMNESIS)


Identitas

Narasumber 1

Narasumber 2

Bp. Kh

Nn.Fi

Laki-laki

Perempuan

14 April 1971

29 Februari 1996

Umur

43 tahun

18 tahun

Agama

Islam

Islam

Pendidikan

SMP

SMA

Pekerjaan

Tukang Kebun Sekolah

Penjaga toko

Indonesia/Jawa

Indonesia/Jawa

Pendowoharjo, Bantul

Pendowoharjo, Bantul

Hubungan

Suami

Anak kandung

Lama kenal

18 tahun

18 tahun

Dekat

Dekat

Nama
Jenis Kelamin
Tempat tanggal lahir

Bangsa/Suku
Alamat

Sifat perkenalan
4.1. Keluhan Utama

Pasien datang ke rumah sakit untuk kontrol rutin obat habis. Pasien
mengatakan sudah jauh lebih baik.
4.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)
27 Mei 2006
Autoanamnesis

: Terjadi gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Keadaan

rumah pasien pasca gempa yaitu di beberapa sisi rumah terlihat retak, perabot rumah
banyak yang rusak, dan seisi rumah berantakan. Tidak ada anggota keluarga pasien
yang menjadi korban. Oleh pemerintah, setiap kepala keluarga mendapat santunan
berupa bahan-bahan makanan dan uang pengganti atas kerusakan rumah. Ketika itu,
pasien mendapat uang sejumlah Rp.1.000.000. Padahal tetangga sekitar rumah
mendapat Rp.4.000.000 Rp 15.000.000. Perbedaan jumlah yang signifikan itu tidak
diketahui oleh pasien atas pertimbangan apa. Pasien merasa sama dengan tetangga,
sama-sama kurang secara ekonomi dan rumahpun tidak lebih bagus dari mereka.
Menurut pasien, hal tersebut tidak adil. Pasien mengharapkan uang santunan lebih
karena ingin mengganti kerusakan rumah. Pasien terus memikirkannya. Sehari-hari
pasien sedih, murung, dan meratapi nasib.
3

Alloanamnesis

: Memang diakui, selama ini keluarga pasien mengalami

masalah ekonomi. Penghasilan yang didapatkan dari suami dan pasien tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lebih-lebih mereka harus membayar biaya
sekolah anak mereka. Pasien terlihat selalu memikirkan nasib keluarga. Hal tersebut
diperparah ketika gempa. Awalnya, suami dan anak pasien juga merasa tidak
mendapat keadilan, tapi kemudian bisa menerima.
Desember 2009
Autoanamnesis

: Selama kurun waktu beberapa tahun setelah kejadian gempa,

pasien terus saja memikirkan kejadian itu, ditambah sehari-hari selalu memikirkan
masalah ekonomi, lebih-lebih ada masalah dengan mertua.Selama menikah, mertua
pasien seringkali acuh tak acuh, meremehkan, dan tidak jarang menyalahkan. Pasien
jadi merasa kebingungan menanggapi masalah yang tak kunjung selesai. Sehari-hari
pasien sering marah-marah, sulit mencerna sesuatu, dan tidak bisa fokus.
Alloanamnesis

: pasien seringkali marah-marah tanpa kontrol ke suami, anak,

tetangga, bahkan orang tak dikenal yang lewat. Pasien tampak sekali dua dalam sehari
bicara sendiri, Ketika ditanya pasien bicara dengan siapa, pasien tampak kebingungan.
Juni 2010
Autoanamnesis

: 6 bulan setelah itu, seingat pasien, pasien merasa hidupnya

kacau. Pasien sering maki-maki siapa aja orang yang didepannya. Pasien merasa
orang-orang disekitarnya membicarakan dirinya dan keluarga. Tekadang pasien
mendengar suara-suara ramai yang tidak jelas isinya. Pernah suatu kali pasien
mendengar suara tanpa wujud berupa bisikan untuk mencekik anaknya, tapi tidak
dihiraukannya. Selain itu pasien juga kerap terbangun karena mendengar suara orang
mengaji dan bersholawat, padahal anggota keluarga lain tidak mendengarnya.
Alloanamnesis

: Keluarga merasa keadaan pasien semakin parah. Pasien

tampak sering tertawa-tawa sendiri tanpa sebab yang jelas. Pasien juga suka
membanting perabot-perabot rumah tangga. Bahkan, buffet yang ada diruang tamu
4

( rak besar berukuran 4 x 2,5 x 1 meter) pernah didorongnya sendirian sampai di


depan rumah. Pasien sering bercerita mendengakan suara-suara yang membicarakan
keluarga, dan suara-suara lain yang tidak pernah didengarkan anggota keluarga lain.
Pernah selama 5 hari pasien tidak tidur sedikitpun. Karena suami merasa istrinya
semakin parah, akhirnya dibawanya ke RSUP. Sardjito, disana pasien dirawat inap
selama 11 hari. Setelah membaik, pasien dipulangkan dan menjalani rawat jalan.
September 2010
Autoanamnesis

: Setelah pulang rawat inap dari RSUP.Sardjito, pasien dapat

memulai aktivitas rumah tangga seperti biasa. pasien rutin minum obat selama 3
bulan, setelahnya pasien tidak minum obat karena pasien merasa badan kaku-kaku.
Keluarga sering mengingatkan, namun pasien merasa lebih tau tentang kebutuhannya.
3 bulan berikutnya merasa suara-suara yang dulu sering didengar, kini muncul
kembali. Pasien juga menjadi sulit tidur. Ketika melihat suatu acara televisi, pasien
merasa seperti diungkap kisah hidupnya. Pasien menjadi semakin marah. Sehari-hari
kegiatan pasien tidak tentu. Pernah dari pagi sampai sore pasien bersepeda sampai
pantai parangtritis, padahal pasien mengaku akan pergi ke tempat saudara tidak jauh
dari rumah, pasien merasa ada yang membelokkan sepedanya sehingga dia sampai di
pantai parangtritis.
Alloanamnesis

: Setelah tidak minum obat, menurut keluarga pasien kembali

sering marah-marah. Bahkan kali ini lebih parah dari sebelumnya. Akhirnya pasien
kembali dibawa ke RSUP Sardjito dan dirawat inap selama 15 hari. Setelah membaik,
akhirnya pasien dibawa pulang. Sejak itu pasien menjalani rawat jalan di RSUP
Sardjito. Pasien mulai minum obat rutin. Keadaan pasien sedikit demi sedikit
membaik. Pasien terkadang masih sering marah-marah, namun tidak seperti dulu.
Juli 2012
Autoanamnesis

: Pasien kembali dirawat inap di RSUP Sardjito selama 20 hari

dengan keluhan sama. Sulit tidur, sering marah-marah tidak kontrol, dan membantingbanting barang.
Alloanamnesis

: Keluarga pasien membawa ke RSUP Sardjito kembali karena

pasien menunjukkan tanda-tanda yang sama seperti sebelumnya. Kali ini lebih parah
terutama ditujukan ke ibu mertua pasien. Pasien juga masih sering membanting5

banting barang. Pasien dirawat inap selama 20 hari. Setelah membaik, pasien dibawa
pulang. Pasien menjalani rawat jalan di RSUP Sardjito sampai kemudian pindah ke
RSUD Panembahan Senopati karena aturan terbaru dari BPJS.
10 Oktober 2012
Autoanamnesis

: pasien pertama kali menjalani rawat jalan di RSUD

Panembahan Senopati. Pasien merasa sudah membaik, hanya kadang-kadang masih


sering bingung. Masalah ekonomi tetap menjadi hal yang dipikirkan pasien. Suarasuara tanpa wujud masih sesekali didengar,terutama ketika malam hari, tapi selalu
pasien abaikan. Aktivitas pasien sehari-hari sudah mulai menjadi pembantu rumah
tangga dari pagi-siang.
17 Februari 2015
Autoanamnesis

: hari ketika dilakukan anamnesis di rumah pasien, pasien

menceritakan banyak sekali perbaikan dari gejala-gejala dan tanda-tanda yang dialami
sebelumnya. Pasien pernah mencoba tidak minum obat selama 4 hari, namun pasien
merasa risau. Suara-suara masih didengarkan, tapi jarang sekali (1 bulan terakhir ini
hanya 1 kali). Aktivitas sehari-hari masih menjadi pembantu rumah tangga. Tidur
dirasakan cukup.
4.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan
Kemandirian)
Sistem Saraf

: demam (-), kejang (-), tremor (-)

Sistem Kardiovaskular : edem kaki (-), nyeri dada (-)


Sistem Respirasi

: terlihat sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-)

Sistem Digestiva

: BAB normal, muntah (-), diare (-), sulit makan (-)

Sistem Urogenital

: BAK normal

Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-), gatal pada kulit (-),
Sistem Muskuloskeletal : edema (-), bengkak sendi (-), nyeri otot (-), kelemahan
otot (-).
Menurut autoanamnesis pasien tidak terdapat keluhan fisik.
Menurut alloanamnesis secara sosial, saat ini pasien sering mengikuti arisan dan
pengajian di desa nya. Tidak ada masalah dengan tetangga sekitar.

4.4. Grafik Perjalanan Penyakit


Gejala Klinis

Mental Health
Line
2006 2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Fungsi peran
4.5. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu
4.5.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit
Faktor Organik
Panas, kejang, trauma fisik satu tahun sebelum mengalami gangguan
disangkal oleh suami pasien.

Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)


Masalah dengan mertua pasien sejak awal menikah dan diperberat ketika
pasien sakit.

Faktor Predisposisi
Penyakit herediter disangkal oleh pasien.

Faktor Presipitasi
- Kejadian gempa 27 mei 2006 yang membuat pasien terpukul karena
merasa uang santunan yang diberikan tidak adil
- Masalah ekonomi
4.5.2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya
7

Pasien belum pernah mengalami keadaan tersebut sebelumnya


Riwayat Sakit Berat/Opname
Pasien pernah dirawat di RSUP Sardjito selama 3 kali, masing-masing
selama 11 hari, 15 hari, dan 20 hari oleh karena sebab yang serupa.
4.6. Riwayat Keluarga
4.6.1. Pola Asuh Keluarga
Pasien merupakan anak nomor tiga dari tiga bersaudara. Pasien dengan
saudara-saudara kandungnya memiliki hubungan baik. Orang tua pasien
bercerai ketika pasien masih kecil. Ayah pasien menikah lagi dan kemudian
meninggal pada tahun 2007 karena sakit jantung. Pasien tinggal bersama
dengan ibu dan kedua kakaknya. Pasien hidup prihatin sejak kecil, meski
begitu ibunya sangat menyayanginya, tidak beda dengan kedua kakaknya.
Pasien merasa takut dengan ayahnya, komunikasi hampir tidak pernah,
ayahnya juga tidak pernah meberinya uang saku.
4.6.2. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga lainnya yang mengalami hal yang sama dengan
pasien.
4.6.3. Silsilah Keluarga

4.7. Riwayat Pribadi


4.7.1. Riwayat Prantal dan Perinatal
Pasien dilahirkan dengan persalinan normal di Bidan, sesuai dengan hari
perkiraan lahir. Ibu ketika

mengandung pasien dengan kondisi sehat.

Kontrol kehamilan dilakukan hanya di bidan dan di puskesmas.


4.7.2. Latar Belakang Perkembangan Mental
Menurut pengakuan dari kakak pasien, perkembangan mental sejak kecil
sama dengan teman-teman sebaya yang ada disekitar rumahnya.
Sifat pasien sejak kecil adalah mudah bergaul dengan anak sebaya nya, tetapi
sedikit pemalu dibandingkan dengan kedua kakaknya.
4.7.3. Perkembangan Awal (usai 0-3 tahun)
Usia 4 bulan pasien sudah tengkurap-terlentang sendiri. Usia 1,5 tahun
pasien sudah bisa berjalan.
Pasien diberi ASI, tanpa susu formula.

Pasien sudah tidak mengompol sejak usia 3 tahun.

Pasien mudah bergaul dengan teman usia sebaya nya.

4.7.4. Masa kanak pertengahan (usia 3-11 tahun)

Pasien selaluberpakaian sesuai jenis kelamin.

Pasien di tinggal ayahnya ketika usia 4 tahun.

Pasien mudah bergaul dengan anak-anak sebaya nya. Ketika masuk


SD pertama kali pasien ada perasaan takut di sekolah nya. Tapi
kemudian bisa menyesuaikan.

Pasien mengalami menstruasi ketika kelas 5 SD usia 10 tahun

4.7.5. Masa kanak akhir (Pubertas Remaja) (autoanmnesis)

Ketika SMP pasien tidak pernah mengalami masalah yang berarti


dengan teman sekolahnya.

Pasien tidak mengkonsumsi rokok, alkohol maupun zat-zat lainnya.

4.7.6. Riwayat Pendidikan


SD

: lulus tahun 1984 dengan nilai yang baik dan bisa untuk masuk

ke SMP negeri.
SMP

: lulus dengan baik tahun 1987 dengan nilai yang baik, tetapi

karena masalah biaya, pasien tidak melanjutkan ke jenjang lebih tinggi.


4.7.7. Riwayat Pekerjaan
Tahun 1990

: bekerja sebagai penjaga toko

Tahun 2000

: bekerja membantu menggoreng peyek

Tahun 2005-sekarang

: bekerja sebagi pembantu rumah tangga.

Pasien mengaku pekerjaannya terhenti ketika sakit dan menjalani


perawatan. Pasien bekerja setiap hari senin-minggu, mulai bekerja jam
06.00 09.00. Gaji Rp.150.000 per bulan.
4.7.8. Riwayat Perkembangan Psikoseksual
Pasien pernah 2 kali menjalin hubungan dengan laki-laki sebelum
akhirnya menikah dengan suaminya
4.7.9. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual (autoanamnesis)
Agama Islam
Pasien sholat 5 waktu. Aktivitas ibadah pasien terhenti ketika sakit
Pasien sering ikut pengajian di desa nya.
4.7.10. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah 1 kali - sekarang
4.7.11. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian Premorbid)
Mudah bergaul dengan teman sebayanya.
Pasien cenderung pemikir
Cenderung terbuka terhadap orang yang sudah dikenal.
4.7.12. Hubungan Sosial
Pasien menjalin hubungan baik dengan tetangganya, kecuali ketika kejadian
gempa dan ketika sakit pasien merasa tetangganya sering membicarakan
tentang keluarga pasien.
4.7.13. Kebiasaan
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok dan minum alkohol.
4.7.14. Status Sosial Ekonomi

10

Pasien tinggal bersama dengan suami dan anak satu-satunya. Selain dari
penghasilan pasien, kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi dari suami yang
bekerja sebagai tukang kebun di SMA dengan gaji Rp.700.000 per bulan dan
anak yang belum lama ini bekerja sebagai penjaga toko dengan penghasilan
Rp. 400.000 per bulan. Penghasilan-penghasilan tersebut masih dirasakan
pasien kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4.7.15. Riwayat Khusus
Pengalaman militer (-)
Urusan dengan polisi (-)
4.8. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis
Alloanamnesis

: dapat dipercaya

4.9. Kesimpulan Autoanamnesis Alloanamnesis


Seorang wanita, 42 tahun dengan keluhan marah marah, sering membanting
barang-barang, sulit mencerna sesuatu, tidak fokus, bicara sendiri, sulit tidur dan
tampak kebingungan. Pasien juga mendengar suara-suara yang membicarakan
dirinya dan keluarga. Ketika menonton televisi, pasien kerap merasa bahwa acara
televisi itu mengungkap kisah hidupnya. Paisen pernah dirawat inap di RSUP
Sardjito sebanyak 3x karena keluhan-keluhan tersebut. Sekarang keadaan pasien
sudah membaik, keluhan-keluhan yang masih dirasakan adalah mendengar suarasuara tanpa wujud (dalam 1 bulan terakhir ini 1 kali).

Faktor psikosisoal (+)

Faktor predisposisi

RPD (-), RPK (-)

5. PEMERIKSAAN FISIK
5.1. Status Pemeriksaan Fisik
5.1.1 Status Internus
Tanggal Pemeriksaan: 17 Februari 2015
Keadaan Umum : Compos Mentis
Bentuk Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Berat Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Tinggi Badan

: tidak dilakukan pengukuran


11

Tanda Vital
- Tekanan Darah : 120/70 mmHg
- Nadi

: 88 x/menit

- Respirasi

: 20 x/menit

- Suhu

: 36,6oC

Kepala
- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan
- Mata

: conjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)

Leher
- Inspeksi

: leher tampak bersih

- JVP

: tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax
- Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 Reguler
- Sistem Respirasi

: Vesikuler (+) Whezzing (-)

Abdomen
- Sistem Gastrointestinal : nyeri tekan (-) bising usus (+)
-

Sistem Urogenital

tidak

dilakukan

pemeriksaan
Ekstremitas
- Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan
Sistem Integumentum

: tidak ditemukan kelainan

Kesan Status Internus

: Dalam batas normal, meskipun ada beberapa


pemeriksaan tidak dilakukan karena tidak
tersedianya

tempat

dan

alat

untuk

pemeriksaan.

5.1.2 Status Neurologis


Kepala dan Leher

: dalam batas normal

Tanda Meningeal

: tidak dilakukan

Kekuatan Motorik

: dalam batas normal

Sensibilitas

: tidak dilakukan

Refleks Fisiologis

: tidak dilakukan
12

Refleks Patologis

: tidak dilakukan

Gerakan Abnormal

: tidak dilakukan

Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: tidak ada


Kesan Status Neurologis : pemeriksaan yang dilakukan dalam batas normal.
5.1.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang
EKG

: tidak dilakukan pemeriksaan.

EEG

: tidak dilakukan pemeriksaan.

CT Scan

: tidak dilakukan pemeriksaan.

Foto Rontgen : tidak dilakukan pemeriksaan.


LAB darah

: tidak dilakukan pemeriksaan.

5.2. Status Psikiatri


Tanggal Pemeriksaan: 17 Februari 2015
5.2.1

Kesan Umum

Wanita 43 tahun sesuai umur, tidak tampak sakit jiwa, kooperatif, rawat diri baik,
berpenampilan sesuai umur dan sesuai jenis kelamin.

No Status Psikiatri
Hasil
1.
Kesadaran
Kuantitatif: GCS E4V5M6
2.

Pembicaraan

Kualitatif : Compos mentis


Kuantitas : bicara cukup

Pasien

Kualitas : koheren dan

dimengerti dan menjawab sesuai

relevan
3.

Orientasi

Keterangan
Pasien sadar penuh

Orang: baik

dengan

berbicara
yang

cukup,

ditanyakan

dapat
saat

wawancara
Pasien mengenalkan anak dan
suami yang bersama dia

Waktu: baik

Pasien dapat mengetahui pukul


berapa pemeriksa datang.

Tempat: baik

Pasien dapat memberikan denah


ke rumah nya.

13

Situasi : baik

Pasien dapat mengatakan kondisi


saat itu tenang
Pasien dapat mengingat nama

Memori

pemeriksa yg baru dikenalnya.


Memori segera (immediate)

Pasien dapat menceritakan tadi


pagi sarapan apa.

Memori

jangka

pendek Pasien ingat tahun meninggal ayah

(recent)

nya.

Memori

jangka

panjang

(remote)
Kooperatif

4.

Sikap/tingkah

Pasien dapat diajak berbicara ketika

5.

laku
Perilaku

6.

aktivitas
Penampilan/rawat Baik

Pasien terlihat rapi dan cukup

7.
8.

diri
Mood
Afek

eutimik
apropriate

bersih.
Mood pasien terlihat baik
Terlihat ekspresi wajah

9.

Pikiran

Bentuk pikir: non realistik

sesuai dengan apa yang diceritakan


Apa yang disampaikan oleh pasien

diwawancarai.
Perilaku dan aktivitas normal

dan Normoaktif

pasien

sesuai dengan kenyataan.


Tidak adanya kepercayaan palsu

Isi pikir:

yang tidak sesuai kenyataan.

Waham (-)

10.
11.

12.

Perhatian

Mudah

Persepsi

dicantum
Halusinasi auditorik (+)

saat ditanya dan tetap fokus


Pasien sesekali mendengar bisikan-

Halusinasi visual (-)

bisikan tanpa ada wujudnya (1

Ilusi (-)

bulan terakhir hanya 1 kali) dan

Insight

Derajat 4

ditarik,

mudah Pasien memperhatikan pemeriksa

menyangkal

melihat

bayang-

bayang.
Menyadari dirinya sakit dan butuh
bantuan, namun tidak memahami
penyebab sakitnya. Pasien masih
kadang mendengarkan suara-suara
14

tanpa wujud, namun pasien selalu


mengabaikannya
betul

bahwa

dan
itu

menyadari

bagian

dari

penyakitnya
3.2.1. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan
Tidak ada
5.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis
3.3.1. Kepribadian
Tidak dilakukan tes
3.3.2. IQ
Tidak dilakukan tes
3.3.3. Lain-Lain
Tidak ada
6. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA
4.1. Tanda-Tanda (Sign)
a. Penampilan
Pasien tampak sehat, penampilan sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya,
rawat diri baik, kooperatif.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cara berjalan biasa, gerakan tubuh biasa, semua dalam batas normal
c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)
Bicara cukup, relevan dan kohern : dalam batas normal.
d. Insight 4 : Pasien menyaari dirinya sakit dan butuh bantuan, namun tidak
memahami penyebab sakitnya.
4.2. Gejala
a.

Mood eutimik

b.

Afek apropiate

4.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)


Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis dan pemeriksaan status mental pasien
didapatkan :

15

Afek elasi, ngamuk-ngamuk, aktivitas meningkat, afek elasi, halusinasi


audiotorik (+), waham of refference, waham siar pikir,waham kendali pikir.
7. DIAGNOSIS BANDING

F.25.0 : Gangguan Skizoafektif tipe manik

F.30.2 : Mania dengan gejala psikotik

8. PEMBAHASAN
Menurut PPDGJ III
Pedoman Diagnostik

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya


skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan
(simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu
episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode
penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau
depresif

Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dlam episode penyakit yang berbeda

F.25.0

: Gangguan Skizoafektif Tipe Manik

Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang tunggal
maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe
manik.

Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tidak begitu
menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.

Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua,
gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F.20
pedoman diagnostik (a) sampai (d)).

16

9. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)


Tidak perlu dilakukan karena pasien tidak menunjukkan gejala-gejala patologik pada
organ.
10. DIAGNOSIS
AKSIS I (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)
F.25.0 : Gangguan Skizoafektif Tipe Manik kini dalam remisi
AKSIS II (Gangguan kepribadian, retardasi mental)
Z03.2 Tidak ada diagnosis
AKSIS III (Kondisi Medik Umum)
Tidak ada
AKSIS IV (Stressor Psikososial)
Masalah psikososial dengan ibu mertua
AKSIS V (Fungsi Sosial)
GAF 80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, sekolah, dll
11. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
Risperidone 2x2mg
Psikoterapi

Terapi keluarga
Edukasi keluarga tentang penyakit yang diderita pasien agar keluarga ikut serta dalam
memperhatikan dan mensupport pasien.

17

FAKTOR PREMORBID

12. PROGNOSIS
Indikator
1.

Pada Pasien
Tidak ada

Prognosis
Baik

Faktor genetik

neglected

Jelek

2.

Tidak ada

Baik

Pola asuh

Baik

Baik

3.

Baik

Baik

Faktor organik

Jelas

Baik

4.

menikah

baik

Dukungan keluarga

Baik

baik

5.
Sosioekonomi
6.
Faktor pencetus
7.
Status perkawinan
8.
Kegiatan spiritual

18

FAKTOR MORBID

9.

Dewasa

baik

Onset usia

Kronik

baik

10.

Skizoafektif tipe

Perjalanan penyakit

manik

Baik

11.

Baik

Baik

Jenis penyakit

kurang

Jelek

12.

Baik

Baik

Respon terhadap terapi

Tidak Ada

Baik

Meningkat

Baik

13.
Riwayat disiplin minum
obat
14.
Riwayat disiplin kontrol
15.
Riwayat peningkatan gejala
16.
Beraktivitas
Kesimpulan prognosis: Dubia ad bonam
13. RENCANA FOLLOW UP

Memastikan pasien mendapat psikoterapi keluarga dan interpersonal.

19

Anda mungkin juga menyukai