Diajukan kepada :
dr. Vista Nurasti Pradanita, Sp.KJ., M.Kes
Dokter Muda
Eirna Syam Fitri, S.Ked
20090310229
SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
STATUS PSIKIATRI
1. METODE PENGAMBILAN DATA
a. Autoanamnesis
b. Alloanamnesis
c. Rekam Medis Pasien
2. SETTING WAWANCARA
Hari/tanggal
Waktu
Tempat
Situasi
: Tenang
Pencahayaan
: kurang
: Ny.EP
No. RM
: 3794XX
Jenis Kelamin
: Perempuan
Lama Tinggal
: 17 tahun
Umur
: 42 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
Status pernikahan
: menikah
Bangsa/suku
: Indonesia/Jawa
Alamat
: Pendowoharjo, Bantul
Kunjungan pertama
: 10-10-2012
Riwayat perawatan
: (+)
Narasumber 1
Narasumber 2
Bp. Kh
Nn.Fi
Laki-laki
Perempuan
14 April 1971
29 Februari 1996
Umur
43 tahun
18 tahun
Agama
Islam
Islam
Pendidikan
SMP
SMA
Pekerjaan
Penjaga toko
Indonesia/Jawa
Indonesia/Jawa
Pendowoharjo, Bantul
Pendowoharjo, Bantul
Hubungan
Suami
Anak kandung
Lama kenal
18 tahun
18 tahun
Dekat
Dekat
Nama
Jenis Kelamin
Tempat tanggal lahir
Bangsa/Suku
Alamat
Sifat perkenalan
4.1. Keluhan Utama
Pasien datang ke rumah sakit untuk kontrol rutin obat habis. Pasien
mengatakan sudah jauh lebih baik.
4.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)
27 Mei 2006
Autoanamnesis
rumah pasien pasca gempa yaitu di beberapa sisi rumah terlihat retak, perabot rumah
banyak yang rusak, dan seisi rumah berantakan. Tidak ada anggota keluarga pasien
yang menjadi korban. Oleh pemerintah, setiap kepala keluarga mendapat santunan
berupa bahan-bahan makanan dan uang pengganti atas kerusakan rumah. Ketika itu,
pasien mendapat uang sejumlah Rp.1.000.000. Padahal tetangga sekitar rumah
mendapat Rp.4.000.000 Rp 15.000.000. Perbedaan jumlah yang signifikan itu tidak
diketahui oleh pasien atas pertimbangan apa. Pasien merasa sama dengan tetangga,
sama-sama kurang secara ekonomi dan rumahpun tidak lebih bagus dari mereka.
Menurut pasien, hal tersebut tidak adil. Pasien mengharapkan uang santunan lebih
karena ingin mengganti kerusakan rumah. Pasien terus memikirkannya. Sehari-hari
pasien sedih, murung, dan meratapi nasib.
3
Alloanamnesis
masalah ekonomi. Penghasilan yang didapatkan dari suami dan pasien tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lebih-lebih mereka harus membayar biaya
sekolah anak mereka. Pasien terlihat selalu memikirkan nasib keluarga. Hal tersebut
diperparah ketika gempa. Awalnya, suami dan anak pasien juga merasa tidak
mendapat keadilan, tapi kemudian bisa menerima.
Desember 2009
Autoanamnesis
pasien terus saja memikirkan kejadian itu, ditambah sehari-hari selalu memikirkan
masalah ekonomi, lebih-lebih ada masalah dengan mertua.Selama menikah, mertua
pasien seringkali acuh tak acuh, meremehkan, dan tidak jarang menyalahkan. Pasien
jadi merasa kebingungan menanggapi masalah yang tak kunjung selesai. Sehari-hari
pasien sering marah-marah, sulit mencerna sesuatu, dan tidak bisa fokus.
Alloanamnesis
tetangga, bahkan orang tak dikenal yang lewat. Pasien tampak sekali dua dalam sehari
bicara sendiri, Ketika ditanya pasien bicara dengan siapa, pasien tampak kebingungan.
Juni 2010
Autoanamnesis
kacau. Pasien sering maki-maki siapa aja orang yang didepannya. Pasien merasa
orang-orang disekitarnya membicarakan dirinya dan keluarga. Tekadang pasien
mendengar suara-suara ramai yang tidak jelas isinya. Pernah suatu kali pasien
mendengar suara tanpa wujud berupa bisikan untuk mencekik anaknya, tapi tidak
dihiraukannya. Selain itu pasien juga kerap terbangun karena mendengar suara orang
mengaji dan bersholawat, padahal anggota keluarga lain tidak mendengarnya.
Alloanamnesis
tampak sering tertawa-tawa sendiri tanpa sebab yang jelas. Pasien juga suka
membanting perabot-perabot rumah tangga. Bahkan, buffet yang ada diruang tamu
4
memulai aktivitas rumah tangga seperti biasa. pasien rutin minum obat selama 3
bulan, setelahnya pasien tidak minum obat karena pasien merasa badan kaku-kaku.
Keluarga sering mengingatkan, namun pasien merasa lebih tau tentang kebutuhannya.
3 bulan berikutnya merasa suara-suara yang dulu sering didengar, kini muncul
kembali. Pasien juga menjadi sulit tidur. Ketika melihat suatu acara televisi, pasien
merasa seperti diungkap kisah hidupnya. Pasien menjadi semakin marah. Sehari-hari
kegiatan pasien tidak tentu. Pernah dari pagi sampai sore pasien bersepeda sampai
pantai parangtritis, padahal pasien mengaku akan pergi ke tempat saudara tidak jauh
dari rumah, pasien merasa ada yang membelokkan sepedanya sehingga dia sampai di
pantai parangtritis.
Alloanamnesis
sering marah-marah. Bahkan kali ini lebih parah dari sebelumnya. Akhirnya pasien
kembali dibawa ke RSUP Sardjito dan dirawat inap selama 15 hari. Setelah membaik,
akhirnya pasien dibawa pulang. Sejak itu pasien menjalani rawat jalan di RSUP
Sardjito. Pasien mulai minum obat rutin. Keadaan pasien sedikit demi sedikit
membaik. Pasien terkadang masih sering marah-marah, namun tidak seperti dulu.
Juli 2012
Autoanamnesis
dengan keluhan sama. Sulit tidur, sering marah-marah tidak kontrol, dan membantingbanting barang.
Alloanamnesis
pasien menunjukkan tanda-tanda yang sama seperti sebelumnya. Kali ini lebih parah
terutama ditujukan ke ibu mertua pasien. Pasien juga masih sering membanting5
banting barang. Pasien dirawat inap selama 20 hari. Setelah membaik, pasien dibawa
pulang. Pasien menjalani rawat jalan di RSUP Sardjito sampai kemudian pindah ke
RSUD Panembahan Senopati karena aturan terbaru dari BPJS.
10 Oktober 2012
Autoanamnesis
menceritakan banyak sekali perbaikan dari gejala-gejala dan tanda-tanda yang dialami
sebelumnya. Pasien pernah mencoba tidak minum obat selama 4 hari, namun pasien
merasa risau. Suara-suara masih didengarkan, tapi jarang sekali (1 bulan terakhir ini
hanya 1 kali). Aktivitas sehari-hari masih menjadi pembantu rumah tangga. Tidur
dirasakan cukup.
4.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan
Kemandirian)
Sistem Saraf
Sistem Digestiva
Sistem Urogenital
: BAK normal
Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-), gatal pada kulit (-),
Sistem Muskuloskeletal : edema (-), bengkak sendi (-), nyeri otot (-), kelemahan
otot (-).
Menurut autoanamnesis pasien tidak terdapat keluhan fisik.
Menurut alloanamnesis secara sosial, saat ini pasien sering mengikuti arisan dan
pengajian di desa nya. Tidak ada masalah dengan tetangga sekitar.
Mental Health
Line
2006 2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Fungsi peran
4.5. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu
4.5.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit
Faktor Organik
Panas, kejang, trauma fisik satu tahun sebelum mengalami gangguan
disangkal oleh suami pasien.
Faktor Predisposisi
Penyakit herediter disangkal oleh pasien.
Faktor Presipitasi
- Kejadian gempa 27 mei 2006 yang membuat pasien terpukul karena
merasa uang santunan yang diberikan tidak adil
- Masalah ekonomi
4.5.2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya
7
: lulus tahun 1984 dengan nilai yang baik dan bisa untuk masuk
ke SMP negeri.
SMP
: lulus dengan baik tahun 1987 dengan nilai yang baik, tetapi
Tahun 2000
Tahun 2005-sekarang
10
Pasien tinggal bersama dengan suami dan anak satu-satunya. Selain dari
penghasilan pasien, kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi dari suami yang
bekerja sebagai tukang kebun di SMA dengan gaji Rp.700.000 per bulan dan
anak yang belum lama ini bekerja sebagai penjaga toko dengan penghasilan
Rp. 400.000 per bulan. Penghasilan-penghasilan tersebut masih dirasakan
pasien kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4.7.15. Riwayat Khusus
Pengalaman militer (-)
Urusan dengan polisi (-)
4.8. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis
Alloanamnesis
: dapat dipercaya
Faktor predisposisi
5. PEMERIKSAAN FISIK
5.1. Status Pemeriksaan Fisik
5.1.1 Status Internus
Tanggal Pemeriksaan: 17 Februari 2015
Keadaan Umum : Compos Mentis
Bentuk Badan
Berat Badan
Tinggi Badan
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 120/70 mmHg
- Nadi
: 88 x/menit
- Respirasi
: 20 x/menit
- Suhu
: 36,6oC
Kepala
- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan
- Mata
Leher
- Inspeksi
- JVP
Thorax
- Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 Reguler
- Sistem Respirasi
Abdomen
- Sistem Gastrointestinal : nyeri tekan (-) bising usus (+)
-
Sistem Urogenital
tidak
dilakukan
pemeriksaan
Ekstremitas
- Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan
Sistem Integumentum
tempat
dan
alat
untuk
pemeriksaan.
Tanda Meningeal
: tidak dilakukan
Kekuatan Motorik
Sensibilitas
: tidak dilakukan
Refleks Fisiologis
: tidak dilakukan
12
Refleks Patologis
: tidak dilakukan
Gerakan Abnormal
: tidak dilakukan
EEG
CT Scan
Kesan Umum
Wanita 43 tahun sesuai umur, tidak tampak sakit jiwa, kooperatif, rawat diri baik,
berpenampilan sesuai umur dan sesuai jenis kelamin.
No Status Psikiatri
Hasil
1.
Kesadaran
Kuantitatif: GCS E4V5M6
2.
Pembicaraan
Pasien
relevan
3.
Orientasi
Keterangan
Pasien sadar penuh
Orang: baik
dengan
berbicara
yang
cukup,
ditanyakan
dapat
saat
wawancara
Pasien mengenalkan anak dan
suami yang bersama dia
Waktu: baik
Tempat: baik
13
Situasi : baik
Memori
Memori
jangka
(recent)
nya.
Memori
jangka
panjang
(remote)
Kooperatif
4.
Sikap/tingkah
5.
laku
Perilaku
6.
aktivitas
Penampilan/rawat Baik
7.
8.
diri
Mood
Afek
eutimik
apropriate
bersih.
Mood pasien terlihat baik
Terlihat ekspresi wajah
9.
Pikiran
diwawancarai.
Perilaku dan aktivitas normal
dan Normoaktif
pasien
Isi pikir:
Waham (-)
10.
11.
12.
Perhatian
Mudah
Persepsi
dicantum
Halusinasi auditorik (+)
Ilusi (-)
Insight
Derajat 4
ditarik,
menyangkal
melihat
bayang-
bayang.
Menyadari dirinya sakit dan butuh
bantuan, namun tidak memahami
penyebab sakitnya. Pasien masih
kadang mendengarkan suara-suara
14
bahwa
dan
itu
menyadari
bagian
dari
penyakitnya
3.2.1. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan
Tidak ada
5.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis
3.3.1. Kepribadian
Tidak dilakukan tes
3.3.2. IQ
Tidak dilakukan tes
3.3.3. Lain-Lain
Tidak ada
6. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA
4.1. Tanda-Tanda (Sign)
a. Penampilan
Pasien tampak sehat, penampilan sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya,
rawat diri baik, kooperatif.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cara berjalan biasa, gerakan tubuh biasa, semua dalam batas normal
c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)
Bicara cukup, relevan dan kohern : dalam batas normal.
d. Insight 4 : Pasien menyaari dirinya sakit dan butuh bantuan, namun tidak
memahami penyebab sakitnya.
4.2. Gejala
a.
Mood eutimik
b.
Afek apropiate
15
8. PEMBAHASAN
Menurut PPDGJ III
Pedoman Diagnostik
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dlam episode penyakit yang berbeda
F.25.0
Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang tunggal
maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe
manik.
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tidak begitu
menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua,
gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F.20
pedoman diagnostik (a) sampai (d)).
16
Terapi keluarga
Edukasi keluarga tentang penyakit yang diderita pasien agar keluarga ikut serta dalam
memperhatikan dan mensupport pasien.
17
FAKTOR PREMORBID
12. PROGNOSIS
Indikator
1.
Pada Pasien
Tidak ada
Prognosis
Baik
Faktor genetik
neglected
Jelek
2.
Tidak ada
Baik
Pola asuh
Baik
Baik
3.
Baik
Baik
Faktor organik
Jelas
Baik
4.
menikah
baik
Dukungan keluarga
Baik
baik
5.
Sosioekonomi
6.
Faktor pencetus
7.
Status perkawinan
8.
Kegiatan spiritual
18
FAKTOR MORBID
9.
Dewasa
baik
Onset usia
Kronik
baik
10.
Skizoafektif tipe
Perjalanan penyakit
manik
Baik
11.
Baik
Baik
Jenis penyakit
kurang
Jelek
12.
Baik
Baik
Tidak Ada
Baik
Meningkat
Baik
13.
Riwayat disiplin minum
obat
14.
Riwayat disiplin kontrol
15.
Riwayat peningkatan gejala
16.
Beraktivitas
Kesimpulan prognosis: Dubia ad bonam
13. RENCANA FOLLOW UP
19