Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

RESTORASI
Peran bahan organik dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah

Oleh :
Nama

: Netty Dwi Ariska

NIM

: 125040201111099

Kelas

:A

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

Pendahuluan
Kegiatan pertanian dikatakan berhasil apabila memiliki hasil produksi yang tinggi.
Produktivitas yang tinggi dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti penggunaan bibit unggul,
tidak terserang hama penyakit serta kesehatan tanah. Kondisi tanah sangat mempengaruhi
subur atau tidaknya suatu tanaman budidaya. Tanah yang subur mampu memasok hara yang
optimal untuk pertumbuhan tanaman sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan tanaman
yang optimal. Sedangkan tanah yang terdegradasi (tidak subur) tidak mampu menghasilkan
pertumbuhan tanaman yang optimal, hal ini dikarenakan ketersediaan unsur hara dalam tanah
yang berkurang.
Kesuburan tanah tidak terlepas dari keseimbangan biologi, fisika dan kimia. ketiga
unsur tersebut saling berkaitan dan sangat menentukan tingkat kesuburan lahan pertanian.
Tanpa disadari selama ini sebagian besar pelaku tani di Indonesia hanya mementingkan
kesuburan yang bersifat kimia saja, yaitu dengan memberikan pupuk anorganik seperti: urea,
TSP/SP36, KCL dan NPK secara terus menerus dengan dosis yang berlebihan. Kegiatan
penambahan bahan anorganik secara terus menerus dapat menyebabkan menurunnya
kesuburan tanah dan berdampak terhadap hasil budidaya. Untuk meningkatkan kesuburan
tanah dapat dilakukan dengan penambahan bahan organik.
Bahan organik merupakan bahan yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan maupun
organisme yang mengalami proses dekomposisi. Penambahan bahan organik dilakukan untuk
memperbaiki sifat biologi, fisika dan kimia tanah. Diharapkan setelah penambahan bahan
organik mampu meningkatkan kesuburan tanah yang dapat memperbaiki kualitas tanah,
meningkatkan produktivitas serta lingkungan. Apabila keadaan tersebut terjadi maka lahan
pertanian dianggap memiliki tanah yang sehat. Oleh karena permasalahan tersebut, akan
sedikit diulas tentang peranan bahn organik dalam memperbaiki sifat fisika, biologi dan kimia
tanah.

Bahan organik dalam memperbaiki sifat fisik tanah


Tanah merupakan media penunjang mekanik dalam pertumbuhan tanaman. Tanah
yang terdegradasi akan menurunkan kemampuannya dalam menunjang pertumbuhan
tanaman. Indikator tanah yang rusak dapat dilihat dari struktur tanah yang keras. Menurut
Refliaty (2011) menyatakan tanah yang mudah memadat serta memiliki porositas tanah yang
rendah mengakibatkan infiltrasi dan perkolasi rendah, akibatnya aliran permukaan dan erosi
lebih besar. Struktur tanah yang rusak dapat mengurangi pori tanah dan dapat berakibat pada
kemampuan menyimpan air dan udara dalam tanah. Sehingga pada akhirnya tanah tidak
mampu mensuplay udara dan air bagi tanaman yang menyebabkan tanaman tersebut mati.
Oleh karena itu, perbaikan tanah yang terdegradasi sangat perlu. Perbaikan tersebut, dapat
dilakukan dengan penambahan bahan organik.
Bahan organik mampu memperbaiki sifat fisika tanah. Penambahan organik dapat
melalui pemberian pupuk kandang, kompos maupun pengembalian sisa panen. Penambahan
bahan organik kedalam tanah, mampu meningkatkan pembentukan dan stabilitas struktur
tanah. Hal ini dikarenakan pada bahan organik mengandung polifenol dan lignin yang
berfungsi sebagai perekat antar agregat tanah. Menurut Shiddieq & Partoyo (2000),
mengatakan bahwa seperempat bagian bahan organik berupa karbohidrat dan setengah bagian
karbohidrat adalah polisakarida tanaman yang terutama selulosa yang tidak terlibat dalam
agregasi. Sisanya adalah zat perekat yang terbentuk selama pertumbuhan akar. Campuran dari
bahan-bahan membentuk zat perekat dapat dianggap sebagai cementing agent dalam
mengikatkan antar partikel liat. Peran zat perekat ini banyak terlibat dalarn agregat mikro
yang tidak mudah terusik dengan praktek pengolahan tanah. Tanah yang mempunyai agregat
mantap akan mempengaruhi jumlah pori baik makro, mikro dan meso didalamnya. Tanah
yang memiliki banyak pori mikro dan messo mampu menyimpan air dan udara dalam jumlah
yang besar juga. Sehingga akan berpengaruh juga terhadap laju infiltrasi dan perkolasi dalam
tanah yang dapat mengurangi air tergenang dan limpasan permukaan. Oleh karena itu, dengan
perbaikan struktur tanah mampu meningkatkan kemampuan tanah dalam menunjang
pertumbuhan tanaman budidaya.

Bahan organik dalam memperbaiki sifat kimia tanah


Selain sifat fisika tanah yang perlu diperbaiki, sifat kimia tanah juga mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Hal ini dikarenakan sifat kimia tanah berpengaruh terhadap
kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman. Indikator kimia tanah dapat
dilihat dari KTK, pH, C-org, N tersedia dll. Bahan organik menyumbang muatan negatif
tanah sangat besar melalui, sehingga pemberian bahan organik diharapkan dapat
meningkatkan kapasitas tukar kation. Tanah yang memiliki KTK tinggi mampu menjerap
unsur hara dalam jumlah besar. Pada umumnya nilai kapasitas tukar kation mencerminkan
tingkat kesuburan tanah. Apabila tanah memiliki kapasitas tukar kation tinggi maka dapat
dikatakan bahwa tanah tersebut mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi. Selain KTK,
bahan organik juga memoengaruhi pH. Menurut Utami (2003), bahan organik mempunyai
daya sangga (buffer capacity) yang besar sehingga apabila tanah cukup mengandung
komponen ini, maka pH tanah relatif stabil. Pada pH netral, kemampuan tanah dalam
menjerap unsur hara meningkat. Sedangkan pada pH yang asam, unsur hara dalam tanah
seperti P dan K akan diikat oleh unsur hara seperti Al, Fe hal ini mampu mengakibatkan hara
P dan K menjadi tidak tersedia.
Selain itu, penambahan bahan organik mampu meningkatkan C-org dalam tanah.
Tingginya karbon tanah ini akan mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih baik, baik secara
fisik, kimia dan biologi. Karbon merupakan sumber makanan mikroorganisme tanah,
sehingga keberadaan unsur ini dalam tanah akan memacu kegiatan mikroorganisme sehingga
meningkatkan proses dekomposisi tanah dan juga reaksi-reaksi yang memerlukan bantuan
mikroorganisme, misalnya pelarutan P, fiksasi N dan sebagainya (Utami, 2003). Tanah
dengan penambahan bahan organik mampu meningkatkan persentase (%) N dalam tanah. Hal
ini dikarenakan peningkatan N total tanah berasal dari mineralisasi bahan organik yang
ditambahkan (Utami, 2003).

Bahan organik dalam memperbaiki sifat biologi tanah


Pemberian bahan organik mampu memperbaiki struktur dan pori tanah. Selain karena
bahan organik yang bersifat merekatkan agregat tanah, bahan organik juga mampu
memperbaiki struktur dan pori tanah akibat aktivitas mikro dan makro organisme dalam
tanah. Penambahan bahan organik mampu meningkatkan populasi cacing tanah karena bahan
organik menyediakan karbon untuk sumber energi bagi makroorganisme. Selain itu
penambahan bahan organik mampu meningkatkan kegiatan jasad mikro dalam membantu
dekomposisi bahan organik. Bahan organik segar yang ditambahkan ke dalam tanah akan
dicerna oleh berbagai jasad renik yang ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika
faktor lingkungan mendukung.
Meningkatnya aktivitas cacing tanah ini menyebabkan banyak munculnya liang-liang
(lubang) didalam tanah. Lubang-lubang ini nantinya mampu meningkatkan aerasi dan
drainase tanah sehingga tanah menjadi gembur. Oleh karena itu, penambahan bahan organik
sangat diperlukan dalam meningkatkan aktivitas biologi didalam tanah.

Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penambahan bahan organik mampu
memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Penerapan bahan organik mampu
menstabilkan struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah dalam menyediakan air, udara
dan usnur hara serta meningkatkan kemampuan tanah sebagai penunjang mekanik
pertumbuhan tanaman. Namun, harus ditekankan bahwa penambahan bahan organik ini tidak
mampu memperbaiki tanah dalam waktu singkat. Sehingga diperlukan waktu yang cukup
lama untuk penambahan bahan organik mampu berperan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Refliaty et, al. 2011. Pengaruh Pemberian Kompos Sisa Biogas Kotoran Sapi Terhadap
Perbaikan Beberapa Sifat Fisik Ultisol dan Hasil Kedelai (Glycine Max. (L)
Merill). Jurnal Hidrolitan. Vol 2 : 3 : 103-114, 2011.
Shiddieq, J & Partoyo. 2000. Suatu pemikiran mencari paradigma baru dalam pengelolaan
tanah yang ramah lingkungan. Hal 139 - 156. Prosiding. Kongres Nasional VII
HITI tgl 2 4 Nopember 1999, Bandung.
Utami, Sri Nuryani H. 2003. Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal Ilmu
Pertanian. Vol. 10 No. 2 : 63-69, 2003

Anda mungkin juga menyukai