Anda di halaman 1dari 3

Budidaya Jamur Tiram

Di Desa Penompo, Kecamatan Jetis, Kabupaten


Mojokerto terdapat budidaya jamur tiram (Pleurotus
ostreatus) yang terbilang cukup sukses oleh seorang
petani muda. Kegiatan budidaya tersebut mampu
menghasilkan hingga 60 kg jamur tiram per hari. Budidaya
jamur tiram sendiri tergolong cukup prospektif karena
memiliki nilai jual yang cukup baik dipasaran. Selain siklus
hidup yang terbilang cukup singkat, proses budidayanya
yang mudah menambah keunggulan dari kegiatan
budidaya jamur tiram. Teknik budidaya jamur tiram terdiri
dari pembuatan media, sterilisasi, inokulasi dan inkubasi.
Gambar 1. Jamur Tiram

Pembuatan Media
Serbuk gergaji merupakan media utama dalam budidaya jamur tiram. Serbuk gergaji yang
digunakan adalah serbuk gergaji jati belanda atau sengon untuk hasil yang maksimal. Serbuk
gergaji terlebih dahulu dilakukan pengayakan untuk memisahkan sampah kulit kayu dan
potongan kulit kayu yang tidak berguna sehingga dapat mengakibatkan kontaminasi. Manfaat
dari pengayakan tersebut adalah untuk mendapatkan keseragaman ukuran serbuk gergaji
sehingga pada saat dilakukan pengadukan dengan bahan lainnya dapat merata. Setelah proses
pengayakan media serbuk gergaji, bekatul dan kapur dengan komposisi perbandingan 10 : 1 : 0,1
(dalam kg) dicampur dengan 65% air.
Media yang telah siap dimasukkan kedalam kantong plastic tebal (polipropilen) dengan
kapasitas 1-1,3kg. Tepat ditengah permukaan media dibuat lubang tanam kira-kira sedalam 10
cm dengan diameter 2,5 cm menggunakan kayu atau besi bulat yang steril. Pada ujung plastik
yang terbuka dipasang cincin plastic dan disumpal dengan kain perca. Media inilah yang disebut
dengan baglog.
Sterilisasi
Baglog yang sudah jadi kemudian masuk kedalam proses sterilisasi. Sterilisasi dilakukan
dengan menggunakan sistem boiler dengan bahan bakar kayu. Suhu sterilisasi yang digunakan
sebesar 900 C selama 3 jam atau 100o C selama 2 jam. Proses sterilisasi bertujuan untuk
mematikan bibit kontaminan.

Inokulasi
Proses inokulasi adalah pemindahan bibit jamur tiram ke dalam baglog. Tujuan proses
inokulasi adalah untuk menumbuhkan miselia jamur pada media tanam hingga menghasilkan
jamur yang siap panen. Bibit jamur tiram yang digunakan adalah bibit F2 dengan varietas Florida.
Karakteristik varietas florida adalah jamur tebal dan lebar, hasil panen yang cenderung lebih
stabil serta cocok tumbuh di daerah dengan suhu tinggi.

Inkubasi
Inkubasi adalah menyimpan media tanam yang telah diinokulasi pada kondisi ruang
tertentu agar miselia jamur tumbuh. Yang bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan miselia
yang optimal. Proses inkubasi dilakukan selama 2-4 minggu dengan kondisi ruangan minim
cahaya dan suhu 25-30o C agar miselium dapat tumbuh optimal. Rak inkubasi harus terpisah
dengan rak penyimpanan (kumbung produksi) agar mengurangi kemungkinan kontaminasi.

Gambar 2. Proses Inkubasi


Kumbung Produksi
Baglog yang sudah putih ditumbuhi miselium dipindahkan kedalam kumbung produksi
dan dibuka cincin plastiknya agar jamur dapat tumbuh. Baglog yang sudah dimasukkan dalam
kumbung produksi dijaga pada instensitas cahaya minimal dan suhu maximal 27 oC dengan
kelembaban 75-85%. Jika suhu mencapai lebih dari 27oC maka dilakukan penyiraman dengan
menggunakan air bersih pada ruang kumbung.
Masa produktif untuk 1 log adalah 3 bulan, dengan hasil panen 0,3kg per log sampai 3
bulan. Panen jamur tiram di desa Penompo Kec. Jetis Kab. Mojokerto dilakukan sebanyak 2x
sehari pada pagi dan sore hari masing-masing panen mencapai 15-30kg dengan total 60kg jamur
tiram per hari.

Gambar 3. Kumbung Produksi Jamur Tiram

Anda mungkin juga menyukai