Anda di halaman 1dari 22

Referat

PRESENTASI MUKA

Oleh
RIDA INDRININGRUM
205.12.1.0022

PEMBIMBING : dr. H. DJAMIL SUHERMAN, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
RSD MARDI WALUYO BLITAR
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul Persentasi muka. Penulis
mengucapkan

terimakasih

kepada

dr.H.Djamil

Suherman,

Sp.OG

atas

bimbingannya dalam penulisan referat ini. Tujuan penulisan referat ini adalah
untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada Kepaniteraan Klinik (KK) di
bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dalam Fakultas Kedokteran
Islam Malang di RSD Mardi Waluyo Blitar.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih terdapat banyak
kekurangan di dalamnya. Kritik dan saran untuk penyempurnaan penyusunan
referat ini sangat penulis harapkan, sehingga dapat memberikan hasil akhir yang
lebih baik nantinya. Semoga referat ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Blitar, 15 Maret 2013

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................
i
Daftar Isi...................................................................................................................
ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang............................................................................................
........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................
........................................................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................
........................................................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................................
........................................................................................................................2
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi......................................................................................................
.......................................................................................................................3
2.2 Etiologi......................................................................................................
.......................................................................................................................4
2.3 Klaifikasi...................................................................................................
.......................................................................................................................5
2.4 Tanda dan Gejala.......................................................................................
.......................................................................................................................6
2.5 Diagnosis...................................................................................................
.......................................................................................................................6
2.6 Penatalaksanaan.........................................................................................
.......................................................................................................................8
2.7 Mekanisme................................................................................................
.......................................................................................................................9
2.8 Komplikasi.................................................................................................
2.9 Prognosis....................................................................................................
BAB III Kesimpulan................................................................................................
18
Daftar Pustaka.........................................................................................................
19

BAB I
PENDAHULUAN
ii
1.1 Latar belakang
Presentasi muka ialah keadan di mana kepala dalam kedudukan defleksi
maksimal,sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian
terendahmenghadap ke bawah. Presentasi muka dikatakan primer apabila sudah terjadi
sejak masakehamilan, dan dikatakan sekunder bila baru terjadi pada waktu persalinan.
Angka-angkakejadian di beberapa rumah sakit dengan jumlah persalinan yang banyak di
Indonesia sukar di bandingkan, karena perbandingan antara kasus-kasus terdaftar dengan
kasus-kasus tidak terdaftar berbeda-beda antara rumah sakit satu dengan rumah sakit
lainnya. Di rumah sakitDr. Cipto Mangunkusumo selama lima tahun angka kejadian
presentasi muka kurang dari0,1 % di antara 12.827 persalinan.3
Presentasi muka adalah dimana posisi muka dalam keadaan defleksi
maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan
bagian terendah menghadap ke bawah. Faktor predisposisi yang meningkatkan
kejadian presentasi muka adalah malformasi janin (0,9%), berat badan lahir <
1.500 gr (0,71%), polihidramnion (0,63%).11
Presentasi muka terjadi apabila sikap janin ekstensi maksimal sehingga
oksiput mendekat kearah punggung janin dan dagu menjadi bagian
presentasinya. Faktor predisposisi yang meningkatkan kejadian presentasi dahi

adalah malformasi janin (0,9%), berat badan lahir <1.500 g (0,71%),


polihidramnion (0,63%), postmaturitas (0,18%),dan multiparitas (0,16%).
Berbeda dengan presentasi dahi,janin dengan presentasi muka masih dapat
dilahirkan vaginal apabila posisi dagunya di anterior.1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan presentasi muka?
2. Apa penyebab terjadinya presentasi muka?
3. Bagaimana cara mendiagnosa presentasi muka?
4. Bagaimana penanganan pasien dengan presentasi muka?
5. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada presentasi muka?
1.3
1.
2.
3.
4.
5.
1.4

Tujuan
1
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan presentasi muka
Untuk mengetahui penyebab terjadinya presentasi muka
Untuk mengetahui bagaimana cara mendiagnosa presentasi muka
Untuk mengetahui bagaimana penanganan pasien dengan presentasi muka
Untuk mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada presentasi muka

Manfaat
Teoritis
Referat ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan dan
landasan teori mengenai presentasi muka.
Praktis
Referat ini diharapkan mampu memberikan landasan ilmiah dalam
penanganan pada persalinan presentasi muka.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PRESENTASI MUKA
A.
Definisi
Presentasi muka ialah keadan di mana kepala dalam kedudukan defleksi
maksimal,sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian
terendahmenghadap ke bawah. Presentasi muka dikatakan primer apabila sudah terjadi sejak
masakehamilan, dan dikatakan sekunder bila baru terjadi pada waktu persalinan. Angkaangkakejadian di beberapa rumah sakit dengan jumlah persalinan yang banyak di Indonesia
sukar di bandingkan, karena perbandingan antara kasus-kasus terdaftar dengan kasus-kasus
tidak terdaftar berbeda-beda antara rumah sakit satu dengan rumah sakit lainnya. Di rumah
sakitDr. Cipto Mangunkusumo selama lima tahun angka kejadian presentasi muka kurang
dari0,1 % di antara 12.827 persalinan.3
Pada wanita multipara, terjadinya presentasi muka karena abdomen yang
menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung ke depan atau ke
lateral, seringkali mengarah kearah oksiput. Bila dagu berada di anterior,
persalinan kepala per vaginam masih dapat berlangsung pervaginam melalui
gerakan fleksi kepala. Pada sejumlah kasus presentasi muka dagu posterior, dagu
akan berputar spontan ke anterior pada persalinan lanjut.10
Dalam kaitannya dengan simfisis pubis, maka presentasi muka dapat terjadi
dengan mento anterior atau mento posterior. Pada janin aterm dengan presentasi
muka mento-posterior, proses persalinan pervaginam terganggu akibat bregma
(dahi) tertahan oleh bagian belakang simfisis pubis. Dalam keadaan ini, gerakan
fleksi kepala agar persalinan pervaginam dapat berlangsung terhalang, maka
persalinan muka spontan per vaginam tidak mungkin terjadi.
1.

Presentasi Muka adalah keadaan di mana kepala dalam kedudukan defleksi


maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan
bagian terendah menghadap ke bawah. (Ilmu Kebidanan)

2.

Pada presentasi muka, kepala berada dalam posisi hiperekstensi sehingga


oksiput menempel pada punggung bayi dan dagu (mentum) menjadi bagian

terbawah janin. Muka janin dapat tampil sebagai dagu (mentum) anterior
atau posterior, relatif terhadap simfisis pubis. (Duff, Obstetri Williams)
3.

Presentasi muka yaitu keadaan dimana kepala mengalami hiperfleksi


sehingga oksiput bersentuhan dengan punggung bayi dan mentum merupakan
denominator. (Bhal et al, Asuhan kebidanan persalinan dan kelahiran)11
Presentasi dahi terjadi manakala kepala janin dalam sikap ekstensi
sedang.pada pemeriksaan dalam dapat diraba daerah sinsiput yang berada
diantara ubun-ubun besar dan pangkal hidung. Bila menetap, janin dengan
presentasi ini tidak dapat dilahirkan oleh karena besarnya diameter
oksipitomental yang harus melalui panggul. Janin dengan ukuran kecil dan
punggungnya yang sedemikian luas mungkin masih dapat dilahirkan
pervaginam.1

B.

Etiologi
Banyak penyebab presentasi wajah dan meliputi kondisi yang membantu
ekstensi atau mencegah fleksi kepala. Bayi prematur, dengan dimensi
kepalanya yang lebih kecil, dapat engage sebelum berubah kepossi verteks
(Shaffer dkk, 2006b). Pada kejadian khusus, yang di tandai dengan
pembesaran leher atau lilitan tali pusat di sekitar leher dapat menyebabkan
ekstensi. Bashiri dkk,(2008) melaporkan bahwa malformasi janin dan
hidramnion merupakan faktor resiko untuk presentasi wajah atau dahi. Janin
tanpa kepala biasanya secara alami berada dalam presentasi wajah.4
Posisi yang terekstensi lebih sering berkembang jika panggul sempit atau
janin sangat besar. Pada rangkaian 141 presentasi wajah yang di teliti oleh
hellman dkk, (1950), insiden sempitnya pintu atas panggul adalah 40 persen.
Insiden

panggul

sempit

yang

tinggi

ini

perlu

di

ingat,

saat

mempertimbangkan penatalaksanaan.4
Paritas tinggi adalah faktor predisposisi untuk presentasi wajah (Fuchs
dkk, 1985). Pada kasus ini, abdomen pendulum memungkinkan punggung
bayi untuk membengkok kedepan atau ke lateral, sering pada arah yang sama
dengan arah yang di tunjukkan oleh oksiput. Hal ini menyebabkan ekstensi
servikal dan spina torakal.4

Penyebab presentasi muka sangat banyak dan pada umumnya berasala dari
faktor apapun yang menyebabkan ekstensi atau menghalangi fleksi kepala.
Pada kasus-kasus luar biasa, pembesaran leher yang nyata atau lilitan tali
pusat di sekitar leher dapat menyebabkan ekstensi. Janin anensefalus secara
alami akan tampil dengan presentasi muka. Posisi ekstensi lebih sering terjadi
pada panggul sempit atau bila janin sangat besar.5
Dalam penelitian terhadap 141 presentasi muka oleh hellman dan rekan
(1950), insiden penyempitan pintu atas panggul adalah 40 persen. Insiden
penyempitan pintu atas pangul yang tinggi ini, disamping bayi besar, harus di
ingat ketika mempertimbangkan penatalaksanaannya.5
Pada wanita multipara, perut gantung merupakan faktor predisposisi bagi
presentasi muka. Keadaan tersebut menyebabkan punggung bayi merosot
kedepan

kearah

lateral,

seringkali

pada

arah

yang

sama

dengan

oksiput,sehingga menambah ekstensi vertebra servikalis dan torakalis. Paritas


tinggi itu sendiri merupakan faktor predisposisi (fuchs et al,1985).5
1. Tumor leher janin
2. Panggul sempit
3. Bayi besar
4. Anensefalus
5. Lilitan tali pusat di leher
6. Pembesaran leher yang mencolok
7. Grande multipara dengan perut gantung (pendulous abdomen)
Faktor Presdiposisinya adalah pada wanita multipara dan perut gantung.
Keadaan tersebut menyebabkan punggung bayi merosot ke depan ke arah
lateral, seringkali pada arah yang sama dengan oksiput, sehingga menambah
ekstensi vertebra servikalis dan torakalis.5
C.

Klasifikasi presentasi muka


Pada presentasi muka primer sebelum persalinan berlangsung fetus
seringnya abnormal. Pada anensephalus yang biasa terjadi, vertek tidak
ada. Fetus goitre, kepala tidak dapat versi biasanya tonus otot ekstensor
5

tonus berlebuhan dan bertahan dalam sikap ekstensi pada beberapa setelah
lahir.
Presentasi muka sekunder yang berkembang dalam persalinan
sering tidak diketahui sebabnya. Pada posisi oksipito pesterior defleksi
diameter biparietal mungkin mempunyai kesulitan dalam menjauhi
diameter sacro cotyloid dari pelvis maternal. Diameter bitemporal lebih
cepat turun, kepala ekstensi dan muka terlihat. Uterus yang berada disisi
samping (uterus obliq).
Kekuatan kontraksi uterus berjalan kearah kepala bagian frontal
supaya kepala ekstensi dan masuk kerongga pelvis. Presentasi muka juga
lebih sering terjadi pada flat pelvis, dalam rongga pelvis dan pada
prematuritas dan dimana terjadi polihidramnion atau kehamilan ganda. 9
D.

Tanda dan Gejala


1.

2.

Pemeriksaan luar (Palapasi Abdomen)

Tonjolan kepala sepihak dengan bokong

Ditemukan sudut fabre

BJJ sepihak dengan bagian kecil

Pemeriksaan dalam
Teraba pinggir orbita, hidung, tulang pipi, mulut dan dagu8

E.

Diagnosis
Presentasi wajah didiagnosis melalui pemeriksaan vagina dan palpasi
gambaran wajah. Seperti yang didiskusikan mungkin terjadi kekeliruan
presentasi bokong untuk wajah karena anus dapat di salah artikan sebagai
mulut dan tuber ischiadicum dengan prominensia malar. Gambaran
radiografik kepala yang hiperekstensi dengan tulang wajah pada atau di
bawah pintu atas panggul merupakan tanda yang khas.4
Diagnosis presentasi muka ditegakkan apabila pada pemeriksaan
vaginal dapat diraba mulut,hidung,tepi orbita, dan dagu. Penunjuk
presentasi muka adalah dagu. Pada palpasi abdomen kadang-kadang dapat
di raba tonjolan kepala janin di dekat punggung janin. Pada waktu
persalinan, sering kali muka muka menjadi edema, sehingga diagnosis dapat
6

keliru sebagai presentasi bokong. pada keadaan tersebut perabaan pada


mulut mirip dengan perabaan pada anus. Sebanyak 49% kasus presentasi
muka tidak terdiagnosis sebelum kala 2.2
Presentasi muka di diagnosis melalui pemeriksaan dalam (vaginal
touche) dan palpasi bagian muka yang jelas seperti mulut dan hidung, tulang
pipi, dan terutama tonjoln orbita. Kita dapat keliru membedakan presentasi
bokong dengan presentasi muka, karna anus dapat disangka mulut dan
tuberositas iskhii di anggap prominensia zigomatikus (tonjolan rulang pipi).
Hasil pemeriksaan radiografik yang menunjukkan kepala bayi dalam posisi
hiperekstensi dan tulang-tulang muka yang berada pada atau sedikit
dibawah pintu atas panggul merupakan gambaran yang cukup khas.3
Diagnosis dapat ditegakan dengan pemeriksaan vagina, dengan palpasi
yang lembut akan teraba orbital dan mulut dengan gusi. Adanya gusi dan
mulut dalam presentasi muka harus dibedakan dari anus pada presentasi
bokong. Biasanya fetus akan membantu diagnosis dengan menghisap jari
tangan pemeriksa saat dilakukan pemeriksaan. Presentasi muka didiagnosa
dengan menentukan posisi dagu apakah anterior atau posterior. Presentasi
muka posterior, yang tidak bisa berputar ke posisi anterior, akan
menyebabkan obstruksi persalinan. Kemajuan persalinan menjadi sangat
sulit pada pemeriksaan pervaginam untuk membedakan muka karena muka
menjadi oedemmeriks. Pemeriksaan harus hati-hati untuk menghindari
trauma pada mata.10
1.

Dalam kehamilan
Letak muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan jika:

Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung dan antara


belakang kepala dan punggung teraba sudut yang runcing (sudut
fabre); tonjolan kepala ini juga

bertentangan dengan pihak bagian-bagian kecil.

Bunyi jantung anak terdengar pada pihak bagian-bagian kecil. Atas


penemuan tersebut dianjurkan untuk dibuat foto rontgen
7

Pemeriksaan radiologis dapat menampakkan gambaran


hiperekstensi kepala yang jelas dan tulang muka diatas pintu atas
panggul.

2.

Dalam persalinan
Dengan pemeriksaan dalam pada pembukaan yang cukup besar
teraba: orbita, tulang pipi, mulut dan dagu, Kadang perlu dibedakan
dengan presentasi bokong dimana dapat teraba adanya anus dan tuberischiadica yang sering keliru dengan mulut dan tulang rahang atas.
Sementara pada diagnosis presentasi dahi dapat ditegakkan apabila
pada pemeriksaan vaginal dapat diraba pangkal hidung, tepi atas orbita,
sutura frontalis, dan ubun-ubun besar, tetapi tidak dapat meraba dagu atau
mulut janin. Apabila mulut dan dagu dapat teraba, maka diagnosisnya
adalah presentasi muka.

F.

Penatalaksanaan
Apabila panggung tidak sempit dan terjadi secara persalinan efektif,
persalinan pervaginam biasanya akan berhasil. Pemantauan frekuensi
denyut jantung janin sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alat-alat
eksterna untuk menghindari kerusakan pada muka dan mata. Karena
presentasi muka pada bayi aterm lebih sering terjadi pada kasus
penyempitan pintu atas panggul, secsio sesarea sering kali di indikasikan.5
Upaya mengubah secara manual presentasi muka menjadi presentasi
puncak kepala, rotasi manual atau dengan forseps pada posisi dagu posterior
persisten menjadi posisi mentum anterior dan kemudian versi podalik
interna serta ekstraksi sangat berbahaya dan sebaiknya tidak di lakukan.
Neuman dan rekannya (1994) menggambarkan konversi bimanual intra
partum dari presentasi mentoposterior menjadi oksipitoanterior pada 11
wanita yang menolak melahirkan dengan seksio sesarea.5
1.

Posisi dagu anterior

Jika pembukaan lengkap

Biarkan persalinan spontan

Jika kemajuan lambat, percepat dengan oksitosin

Jika kepala tidak turun dengan baik , lakukan ekstraksi forceps

Jika pembukaan tidak lengkap

Akselerasi dengan oksitosin

Periksa kemajuan persalinan secara presentasi verteks.10

2.

Posisi dagu posterior

Jika pembukaan serviks lengkap, lahirkan dengan cara seksio sesarea

Jika pembukaan serviks tidak lengkap, nilai penurunan, rotasi, dan


kemajuan persalinan. Jika macet, lakukan seksio sesarea
Jika janin mati, lakukan kariotomi atau seksio sesarea.10

Kala I

: observasi sampai pembukaan lengkap

Kala II

: setelah dipimpin meneran

Bila dagu di depan

: persalinan spontan (ekstraksi forsep)

Bila dagu di belakang

: seksio sesarea

Bila ukuran panggul normal dan kemajuan proses persalinan


berlangsung secara normal, persalinan pervaginam pada presentasi muka
dapat berlangsung dengan wajar.Observasi Detik Jantung Janin dilakukan
dengan monitor eksternal.Presentasi muka sering terjadi pada panggul
sempit, maka terminasi kehamilan dengan SC sering terpaksa harus
dilakukan.Usaha untuk merubah presentasi muka menjadi presentasi
belakang kepala , pemutaran posisi dagu posterior menjadi dagu anterior
secara manual atau dengan cunam, serta dengan versi ekstraksi tidak boleh
dikerjakan pada masa obstetri modern.8
Tentukan ada/tidak disproporsi sefalopelvik. Bila tidak ada dan dagu
berada di depan, diharapkan terjadi persalinan spontan. Rujuk pasien ke
rumah sakit bila ada disproporsi sefalopelvik atau dagu berada di belakang.
Bila dagu berada di belakang, berikan kesempatan kepada dagu untuk
memutar ke depan. Pada posisi mentoposterior persisten, usahakan untuk
memutar dagu ke depan dengan satu tangan yang dimasukkan ke dalam
vagina.8
9
Presentasi muka diubah menjadi presentasi belakang kepala bila dagu
berada di belakang atau kepala belum turun ke dalam rongga panggul dan

masih mudah didorong ke atas dengan cara memasukkan tangan penolong ke


dalam vagina kemudian menekan muka pada daerah mulut dan dagu ke atas.
Bila tidak berhasil, dapat dicoba perasat Thorn, yaitu satu tangan penolong
dimasukkan ke dalam vagina untuk memegang bagian belakang kepala janin,
kemudian menariknya ke bawah. Tangan yang lain berusaha meniadakan
ekstensi tubuh janin dengan menekan dada dari luar.8
Pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam diindikasikan untuk ekstraksi
cunam. Bila tidak berhasil atau didapatkan disproporsi sefalopelvik, lakukan
seksio sesarea.8
G.

Mekanisme Presentasi Muka


Presentasi wajah jarang terlihat di atas pintu atas panggul. Bahkan, dahi
umumnya tampak lebih awal dan biasanya berubah menjadi presentasi
wajah setelah ekstensi lebih lanjut dari kepala selama penurunan.
Mekanisme persalinan dalam kasus ini terdiri dari pergerakan utama yang
meliputi penurunan, rotasi internal, dan fleksi, serta pergerakan tambahan
dari ekstensi dan rotasi eksternal. Penurunan disebabkan oleh faktor yang
sama dengan faktor pada presentasi kepala. Ekstensi dihasilkan dari
hubungan tubuh janin terhadap kepala yang terdefleksi, yang berubah
menjadi pengungkit dengan dua lengan, lengan yan g lebih panjang
memanjang dari condylus ocsipitalis ke oksiput. Ketika resistensi terjadi,
oksiput harus didorong kearah punggung janin sementara dagu turun.4
Tujuan rotasi internal wajah adalah untuk membawa dagu kebawah
simfisi pubis. Hanya dengan cara ini leher dapat melewati permukaan
posterior simfisis pubis. Jika dagu berotasi secara langsung ke posterior,
leher yang relatif pendek tidak dapat melewati permukaan anterior os
sacrum, yang panjangnya sekitar 12 cm. Lebih lanjut lagi, dahi (bregma)
janin tertekan pada simfisis pubis ibu. Posisi ini menghalangi fleksi yang di
perlukan untuk melewati jalan lahir. Jadi, kelahiran kepala dari posisi dagu
10
posterior tidak mungkin terjadi kecuali bahu memasuki panggul dalam
waktu yang sama, suatu kejadian yang tidak mungkin kecuali jika janin

sangat kecil atau mengalami maserasi. Rotasi internal disebabkan oleh


faktor yang sama seperti pada presentasi verteks.4
Setelah rotasi anterior dan penurunan, dagu dan mulut tampak pada
vulva, permukaan bahwa dagu menekan simfisis, dan kepala dilahirkan
dengan fleksi. Hidung, mata, dahi (bregma), dan oksiput kemudian tampak
satu persatu di atas batas anterior perineum. Setelah kelahiran kepala,
oksiput membengkok ke belakang ke arah anus. Selanjutnya, dagu berotasi
keluar kesisi tempat tujuan awalnya, dan bahu dilahirkan seperti pada
preesentasi kepala.4
Edema kadang-kadang dapat mengubah bentuk wajah secara signifikan.
Di saat yang sama, tengkorang mengalami molding yang nyata,
bermanifestasi sebagai suatu pertambahan panjang diameter mentooksipital
kepala.4
Mekanisme persalinan presentasi muka serupa dengan presentasi
belakang kepala. Secara berurutan akan terjadi proses kepala mengalami
penurunan (descent), rotasi internal, fleksi, ekstensi, dan rotasi eksternal.
Sebelum masuk panggul biasanya kepala janin belum dalam sikap ekstensi
maksimal, sehingga masih presentasi dahi. Ketika terjad penurunan kepala,
tahanan dari panggul akan menyebabkan kepala lebih ekstensi sehingga
terjadi perubahan menjadi presentasi muka. Ketika masuk pinu atas panggul
dagu dalam posisi transversal atau oblik.2
Pada pintu tengah panggul, rotasi internal terjadi. Tujuan rotasi internal
ini adalah membuat kepala agar dapat semakin memasuki panggul dengan
cara mengubah posisi dagu ke arah anterior. Apabila dagu berputar kearah
posterior, maka kepala akan tertahan oleh sakrum sehingga kepala tidak
mungkin turun lebih lanjut, dan terjadilah persalinan macet. Pada janin yang
sangat kecil atau sudah terjadi maserasi, bahu, dan kepala dapat secara
bersamaan masuk ke dalam panggul, sehingga meskipun dagu di posterior
kepala tetap dapat mengalami penurunan. Keadaan demikian tidak 11
bisa
terjadi pada janin seukuran cukup bulan. Perputaran dagu ke arah anterior
akan membuat kepala dapat memasuki pintu tengah panggul dan dagu serta

mulut muncul di vulva. Pada keadaan demikian dagu bawah tepat berada
dibawah simfisis.2
Sesuai dengan arah sumbu panggul, gerakan selanjutnya adalah fleksi
kepala sehingga berturut-turut lahirlah hidung, mata, dahi, dan oksiput.
Setelah kepala lahir, karena gaya beratnya akan terjadi ekstensi kepala
sehingga oksiput menekan ke arah anus. Proses selanjutnya adalah terjadi
putaran eksternal pada kepala menyesuaikan kembali dengan arah punggung
janin.2
Presentasi muka jarang terjadi bila kepala masih diatas Pintu Atas
Panggul.Umumnya keadaan diawali dengan presentasi dahi yang kemudian
pada proses desensus berubah menjadi presentasi muka Mekanisme
persalinan terdiri dari densensus putar paksi dalam fleksi ekstensi dan
putar paksi luar.5

(mekanisme persalinan pada posisi menoposterior kanan yang diikuti


dengan rotasi mentum anterior dan pelahiran)5
12
Mekanisme persalinan pada kasus seperti ini terdiri atas beberapa
gerakan utama yaitu penurunan kepala, putaran paksi dalam, fleksi, serta
gerakan tambahan seperti ekstensi dan putaran paksi luar. Penurunan di

sebabkan oleh faktor yang sama seperti pada presentasi kepala. Ekstensi
terjadi akibat hubungan antara ubuh bayi dengan kepala yang terdefleksi,
yang berubah menjadi luas 2 lengan dengan lengan yang lebih panjang
menjulur dari kondilus oksipitalis ke oksiput. Bila di jumpai tahanan,
oksiput harus di dorong kearah punggung bayi sementara dagu turun.
Tujuan putaran paksi dalam pada presentasi muka adalah untuk
membawa dagu kebawah simfisis pubis. Hanya dengan cara ini, leher akan
berada di bawah permukaan posterior simfisis pubis. Jika dagu langsung
memutar ke arah posterior, leher yang relatif pendek tak dapat terentang
sepanjang permukaan anterior sakrum yang panjang nya sekitar 12 cm.
Oleh karena itu, kelahiran kepala jelas tidak mungkin terjadi kecuali bila
bahu telah masuk panggul pada saat yang sama, yaitu suatu kejadian yang
baru bisa terjadi kalau bayi sangat kecil atau sudah mengalamimaserasi.
Putaran paksi dalam terjadi akibat faktor-faktor yang sama seperti pada
presentasi puncak kepala.5
Setelah rotasi anterior dan penurunan kepala, dagu, dan mulut akan
tampak pada vulva, permukaan bawah dagu menekan simfisis dan kepala
dapat dilahirkan dengan fleksi kepala. Hidung, mata, dahi (bregma), dan
oksiput secara berturut-turut tampak di atas margo anterior perineum.
Setelah kepala lahir, oksiput menggantung kebelakang kearah anus.
Kemudian, dagu mengadakan putaran paksi luar kearah sisi bagian dagu
mula-mula menghadap, dan bahu dilahirkan seperti pada presentasi
kepala.5

13

(Presentasi muka, oksiput ada pada poros kepala yang lebih panjang. Dagu
menghadap langsung ke posterior. Persalinan pervaginan tidak mungkin
terjadi, kecuali dagu memutar ke anterior )5

(Mekanisme persalinan letak muka, muka masih melintang belum


mengalami rotasi)7

14

(Kepala belum masuk PAP)7

(Gambar skematis yang menunjukan letak muka dengan dagu di depan


dapat lahir pervagina, karena akan dapat menempatkan os hioid sebagai
hipomoklion persalinannya. Pada dagu di belakang tidak mungkin lahir
pervagina karena defleksi telah maksimal dan tidak mungkin di tambah
lagi tanpa menimbulkan trauma yang sangat besar sampai meninggal)7
Edema sering mengacaukan bentuk muka secara mencolok. Pada saat
yang sama, tengkorak mengalami molase yang cukup nyata, yang di tandai
oleh bertambah panjangnya diameter oksipitomentaslis kepala.5

15

(Edema pada presentasi muka)5


Dengan presentasi ini, kepala dalam keadaan hiperekstensi
sehingga oksiput berkontak dengan punggung janin, dan dagu (mentum)
adalah bagian yang terendah. Wajah bayi akan tampak dengan dagu
(mentum) di bagian anterior atau posterior, relatif terhadap simfisis pubis
ibu. Walaupun kebanyakan dapat menetap, banyak presentasi dagu posterior
berubah secara spontan menjadi anterior, bahkan pada persalinan lanjut
(Duff 1981). Jika tidak, dahi (bregma) janin tertekan melawan simfisis pubis
ibu. Posisi ini mencegah fleksi kepala janin yang diperlukan untuk melintasi
jalan lahir.4
Cruikshank dan white (1973) melaporkan insiden sebesar 1 per 600
atau 0,17 persen. Diantara lebih dari 70.000 bayi tunggal yang dilahirkan di
parkland, sekitar 1 dari 2000 di lahirkan dengan presentasi wajah.4
H.

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada presentasi muka, meliputi;
1.

Prolapsus tali pusat

2.

Obstruksi persalinan, karena;

a.

Muka tidak berbentuk dan oleh karena CPD yang tidak dapat ditangani

b.

Presentasi muka posterior presisten mengakibatkan obstruksi persalinan

3.

Kelahiran operasi mungkin dibutuhkan

16

4.

Trauma perineum berat dapat terjadi karena, meskipun diameter sub

mento bregmatik hanya 9,5 cm, sub mento vertikal 11,5 cm akan
memperlebar vagina dan perineum. Bentuk tengkorak fetus abnormal
disebabkan perdarahan intrakranial.
5.
I.

Muka memar dan oedem


Prognosis
Pada umumnya persalinan pada presentasi muka berlangsung tanpa

kesulitan. Hal ini dapat dijelaskan karena kepala masuk kedalam panggul
dengan sirkumferensia trakeloparietalie yang hanya sedikit lebih besar dari
pada sirkumferensia suboksipitobregmatika. Tetapi kesulitan persalinan
dapat terjadi karena adanya kesempitan panggul dan janin yang besar yang
merupakan penyebab terjadinya presentasi muka tersebut. Disamping itu di
bandingkan dengan letak belakang kepala, muka tidak dapat melakukan
dilatasi serviks secara sempurna dan bagian terendah harus turun sampai ke
dasar panggul sebelum ukuran terbesar kepala melewati pintu atas panggul.
Dalam keadaan dimana dagu berada dibelakang prognosis kurang baik
bila dibandingkan dengan dagu didepan., karena dalam keadaan tersebut
janin yang cukup bulan tidak mungkin dapat lahir pervaginam. Angka
kematian perinatal pada presentasi muka ialah 2,5%-5%.

17

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Presentasi muka ialah keadan di mana kepala dalam kedudukan defleksi
maksimal,sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian
terendahmenghadap ke bawah. Presentasi muka dikatakan primer apabila sudah terjadi
sejak masakehamilan, dan dikatakan sekunder bila baru terjadi pada waktu persalinan.
Angka-angkakejadian di beberapa rumah sakit dengan jumlah persalinan yang banyak di
Indonesia sukar di bandingkan, karena perbandingan antara kasus-kasus terdaftar dengan
kasus-kasus tidak terdaftar berbeda-beda antara rumah sakit satu dengan rumah sakit
lainnya. Di rumah sakitDr. Cipto Mangunkusumo selama lima tahun angka kejadian
presentasi muka kurang dari0,1 % di antara 12.827 persalinan.3
Presentasi muka di diagnosis melalui pemeriksaan dalam (vaginal touche)
dan palpasi bagian muka yang jelas seperti mulut dan hidung, tulang pipi, dan
terutama tonjoln orbita. Kita dapat keliru membedakan presentasi bokong
dengan presentasi muka, karna anus dapat disangka mulut dan tuberositas
iskhii di anggap prominensia zigomatikus (tonjolan rulang pipi). Hasil
pemeriksaan radiografik yang menunjukkan kepala bayi dalam posisi
hiperekstensi dan tulang-tulang muka yang berada pada atau sedikit dibawah
pintu atas panggul merupakan gambaran yang cukup khas.3
Pada umumnya persalinan pada presentasi muka berlangsung tanpa
kesulitan. Hal ini dapat dijelaskan karena kepala masuk kedalam panggul
dengan sirkumferensia trakeloparietalie yang hanya sedikit lebih besar dari
pada sirkumferensia suboksipitobregmatika. Tetapi kesulitan persalinan dapat
terjadi karena adanya kesempitan panggul dan janin yang besar yang
merupakan penyebab terjadinya presentasi muka tersebut. Disamping itu di
bandingkan dengan letak belakang kepala, muka tidak dapat melakukan dilatasi
serviks secara sempurna dan bagian terendah harus turun sampai ke dasar
panggul sebelum ukuran terbesar kepala melewati pintu atas panggul.

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Prawiroharjo, Sarwono. 2010. Malpresentasi dan Malposisis. Ilmu
kebidanan. Ed.4. Jakarta : PT. Bina pustaka sarwono prawiroharjo. Hal :
584-585
2. Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Malpresentasi dan Malposisis. Ilmu
kebidanan. Ed.4. Jakarta : PT. Bina pustaka sarwono prawiroharjo. Hal:
584-585
3. Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Distosia karena kelainan letak srta bentuk
janin. Ilmu kebidanan. Ed.3. Jakarta : PT. Bina pustaka sarwono
prawiroharjo. Hal 606-622
4. Cuningham, F. Gary. 2013.Persalinan abnormal. Obstetri williams. Ed.23.
Volo.1. EGC. Hal 494-496
5. Cuningham, F. Gary. 2006. Distosia kelainan presentasi,posisi,dan
perkembangan janin. Obstetri wiliams. Ed.21. Vol.1. EGC.Hal 496-500
6. Mochtar, Rustam. 1998. Letak sungsang. Sinopsis obstetri. Ed.2. editor:
lautan D. EGC, jakarta. Hal 350-365
7. Manuaba, Ida Bagus Gde Fajar. 2010.penyulit persalinan. Ilmu kebidanan,
Penyakit kandungan dan KB. Ed.2. EGC, jakarta. Hal 376-381
8. http://mekarzenni.blogspot.com/2012/06/presentasi-muka.html (Diambil
tanggal 20-3-2013)
9. Presentasi muka [serial online]. Available from :
http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/distosia-akibat-kelainanjanin.html (Diambil tanggal 20-3-2013)
10. Kelainan presentasi dan posisi janin [serial online]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf
(Diambil tanggal 20-3-2013)
11. Distosia

akibat

kelainan

janin

[serial

online].

Available

from:

http://obfkumj.blogspot.com/2009/07/distosia-akibat-kelainan-padajanin.html (Diambil tanggal 20-3-2013)

19

Anda mungkin juga menyukai