PRESENTASI MUKA
Oleh
RIDA INDRININGRUM
205.12.1.0022
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
RSD MARDI WALUYO BLITAR
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul Persentasi muka. Penulis
mengucapkan
terimakasih
kepada
dr.H.Djamil
Suherman,
Sp.OG
atas
bimbingannya dalam penulisan referat ini. Tujuan penulisan referat ini adalah
untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada Kepaniteraan Klinik (KK) di
bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dalam Fakultas Kedokteran
Islam Malang di RSD Mardi Waluyo Blitar.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih terdapat banyak
kekurangan di dalamnya. Kritik dan saran untuk penyempurnaan penyusunan
referat ini sangat penulis harapkan, sehingga dapat memberikan hasil akhir yang
lebih baik nantinya. Semoga referat ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................
i
Daftar Isi...................................................................................................................
ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang............................................................................................
........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................
........................................................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................
........................................................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................................
........................................................................................................................2
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi......................................................................................................
.......................................................................................................................3
2.2 Etiologi......................................................................................................
.......................................................................................................................4
2.3 Klaifikasi...................................................................................................
.......................................................................................................................5
2.4 Tanda dan Gejala.......................................................................................
.......................................................................................................................6
2.5 Diagnosis...................................................................................................
.......................................................................................................................6
2.6 Penatalaksanaan.........................................................................................
.......................................................................................................................8
2.7 Mekanisme................................................................................................
.......................................................................................................................9
2.8 Komplikasi.................................................................................................
2.9 Prognosis....................................................................................................
BAB III Kesimpulan................................................................................................
18
Daftar Pustaka.........................................................................................................
19
BAB I
PENDAHULUAN
ii
1.1 Latar belakang
Presentasi muka ialah keadan di mana kepala dalam kedudukan defleksi
maksimal,sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian
terendahmenghadap ke bawah. Presentasi muka dikatakan primer apabila sudah terjadi
sejak masakehamilan, dan dikatakan sekunder bila baru terjadi pada waktu persalinan.
Angka-angkakejadian di beberapa rumah sakit dengan jumlah persalinan yang banyak di
Indonesia sukar di bandingkan, karena perbandingan antara kasus-kasus terdaftar dengan
kasus-kasus tidak terdaftar berbeda-beda antara rumah sakit satu dengan rumah sakit
lainnya. Di rumah sakitDr. Cipto Mangunkusumo selama lima tahun angka kejadian
presentasi muka kurang dari0,1 % di antara 12.827 persalinan.3
Presentasi muka adalah dimana posisi muka dalam keadaan defleksi
maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan
bagian terendah menghadap ke bawah. Faktor predisposisi yang meningkatkan
kejadian presentasi muka adalah malformasi janin (0,9%), berat badan lahir <
1.500 gr (0,71%), polihidramnion (0,63%).11
Presentasi muka terjadi apabila sikap janin ekstensi maksimal sehingga
oksiput mendekat kearah punggung janin dan dagu menjadi bagian
presentasinya. Faktor predisposisi yang meningkatkan kejadian presentasi dahi
Tujuan
1
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan presentasi muka
Untuk mengetahui penyebab terjadinya presentasi muka
Untuk mengetahui bagaimana cara mendiagnosa presentasi muka
Untuk mengetahui bagaimana penanganan pasien dengan presentasi muka
Untuk mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada presentasi muka
Manfaat
Teoritis
Referat ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan dan
landasan teori mengenai presentasi muka.
Praktis
Referat ini diharapkan mampu memberikan landasan ilmiah dalam
penanganan pada persalinan presentasi muka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PRESENTASI MUKA
A.
Definisi
Presentasi muka ialah keadan di mana kepala dalam kedudukan defleksi
maksimal,sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian
terendahmenghadap ke bawah. Presentasi muka dikatakan primer apabila sudah terjadi sejak
masakehamilan, dan dikatakan sekunder bila baru terjadi pada waktu persalinan. Angkaangkakejadian di beberapa rumah sakit dengan jumlah persalinan yang banyak di Indonesia
sukar di bandingkan, karena perbandingan antara kasus-kasus terdaftar dengan kasus-kasus
tidak terdaftar berbeda-beda antara rumah sakit satu dengan rumah sakit lainnya. Di rumah
sakitDr. Cipto Mangunkusumo selama lima tahun angka kejadian presentasi muka kurang
dari0,1 % di antara 12.827 persalinan.3
Pada wanita multipara, terjadinya presentasi muka karena abdomen yang
menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung ke depan atau ke
lateral, seringkali mengarah kearah oksiput. Bila dagu berada di anterior,
persalinan kepala per vaginam masih dapat berlangsung pervaginam melalui
gerakan fleksi kepala. Pada sejumlah kasus presentasi muka dagu posterior, dagu
akan berputar spontan ke anterior pada persalinan lanjut.10
Dalam kaitannya dengan simfisis pubis, maka presentasi muka dapat terjadi
dengan mento anterior atau mento posterior. Pada janin aterm dengan presentasi
muka mento-posterior, proses persalinan pervaginam terganggu akibat bregma
(dahi) tertahan oleh bagian belakang simfisis pubis. Dalam keadaan ini, gerakan
fleksi kepala agar persalinan pervaginam dapat berlangsung terhalang, maka
persalinan muka spontan per vaginam tidak mungkin terjadi.
1.
2.
terbawah janin. Muka janin dapat tampil sebagai dagu (mentum) anterior
atau posterior, relatif terhadap simfisis pubis. (Duff, Obstetri Williams)
3.
B.
Etiologi
Banyak penyebab presentasi wajah dan meliputi kondisi yang membantu
ekstensi atau mencegah fleksi kepala. Bayi prematur, dengan dimensi
kepalanya yang lebih kecil, dapat engage sebelum berubah kepossi verteks
(Shaffer dkk, 2006b). Pada kejadian khusus, yang di tandai dengan
pembesaran leher atau lilitan tali pusat di sekitar leher dapat menyebabkan
ekstensi. Bashiri dkk,(2008) melaporkan bahwa malformasi janin dan
hidramnion merupakan faktor resiko untuk presentasi wajah atau dahi. Janin
tanpa kepala biasanya secara alami berada dalam presentasi wajah.4
Posisi yang terekstensi lebih sering berkembang jika panggul sempit atau
janin sangat besar. Pada rangkaian 141 presentasi wajah yang di teliti oleh
hellman dkk, (1950), insiden sempitnya pintu atas panggul adalah 40 persen.
Insiden
panggul
sempit
yang
tinggi
ini
perlu
di
ingat,
saat
mempertimbangkan penatalaksanaan.4
Paritas tinggi adalah faktor predisposisi untuk presentasi wajah (Fuchs
dkk, 1985). Pada kasus ini, abdomen pendulum memungkinkan punggung
bayi untuk membengkok kedepan atau ke lateral, sering pada arah yang sama
dengan arah yang di tunjukkan oleh oksiput. Hal ini menyebabkan ekstensi
servikal dan spina torakal.4
Penyebab presentasi muka sangat banyak dan pada umumnya berasala dari
faktor apapun yang menyebabkan ekstensi atau menghalangi fleksi kepala.
Pada kasus-kasus luar biasa, pembesaran leher yang nyata atau lilitan tali
pusat di sekitar leher dapat menyebabkan ekstensi. Janin anensefalus secara
alami akan tampil dengan presentasi muka. Posisi ekstensi lebih sering terjadi
pada panggul sempit atau bila janin sangat besar.5
Dalam penelitian terhadap 141 presentasi muka oleh hellman dan rekan
(1950), insiden penyempitan pintu atas panggul adalah 40 persen. Insiden
penyempitan pintu atas pangul yang tinggi ini, disamping bayi besar, harus di
ingat ketika mempertimbangkan penatalaksanaannya.5
Pada wanita multipara, perut gantung merupakan faktor predisposisi bagi
presentasi muka. Keadaan tersebut menyebabkan punggung bayi merosot
kedepan
kearah
lateral,
seringkali
pada
arah
yang
sama
dengan
tonus berlebuhan dan bertahan dalam sikap ekstensi pada beberapa setelah
lahir.
Presentasi muka sekunder yang berkembang dalam persalinan
sering tidak diketahui sebabnya. Pada posisi oksipito pesterior defleksi
diameter biparietal mungkin mempunyai kesulitan dalam menjauhi
diameter sacro cotyloid dari pelvis maternal. Diameter bitemporal lebih
cepat turun, kepala ekstensi dan muka terlihat. Uterus yang berada disisi
samping (uterus obliq).
Kekuatan kontraksi uterus berjalan kearah kepala bagian frontal
supaya kepala ekstensi dan masuk kerongga pelvis. Presentasi muka juga
lebih sering terjadi pada flat pelvis, dalam rongga pelvis dan pada
prematuritas dan dimana terjadi polihidramnion atau kehamilan ganda. 9
D.
2.
Pemeriksaan dalam
Teraba pinggir orbita, hidung, tulang pipi, mulut dan dagu8
E.
Diagnosis
Presentasi wajah didiagnosis melalui pemeriksaan vagina dan palpasi
gambaran wajah. Seperti yang didiskusikan mungkin terjadi kekeliruan
presentasi bokong untuk wajah karena anus dapat di salah artikan sebagai
mulut dan tuber ischiadicum dengan prominensia malar. Gambaran
radiografik kepala yang hiperekstensi dengan tulang wajah pada atau di
bawah pintu atas panggul merupakan tanda yang khas.4
Diagnosis presentasi muka ditegakkan apabila pada pemeriksaan
vaginal dapat diraba mulut,hidung,tepi orbita, dan dagu. Penunjuk
presentasi muka adalah dagu. Pada palpasi abdomen kadang-kadang dapat
di raba tonjolan kepala janin di dekat punggung janin. Pada waktu
persalinan, sering kali muka muka menjadi edema, sehingga diagnosis dapat
6
Dalam kehamilan
Letak muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan jika:
2.
Dalam persalinan
Dengan pemeriksaan dalam pada pembukaan yang cukup besar
teraba: orbita, tulang pipi, mulut dan dagu, Kadang perlu dibedakan
dengan presentasi bokong dimana dapat teraba adanya anus dan tuberischiadica yang sering keliru dengan mulut dan tulang rahang atas.
Sementara pada diagnosis presentasi dahi dapat ditegakkan apabila
pada pemeriksaan vaginal dapat diraba pangkal hidung, tepi atas orbita,
sutura frontalis, dan ubun-ubun besar, tetapi tidak dapat meraba dagu atau
mulut janin. Apabila mulut dan dagu dapat teraba, maka diagnosisnya
adalah presentasi muka.
F.
Penatalaksanaan
Apabila panggung tidak sempit dan terjadi secara persalinan efektif,
persalinan pervaginam biasanya akan berhasil. Pemantauan frekuensi
denyut jantung janin sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alat-alat
eksterna untuk menghindari kerusakan pada muka dan mata. Karena
presentasi muka pada bayi aterm lebih sering terjadi pada kasus
penyempitan pintu atas panggul, secsio sesarea sering kali di indikasikan.5
Upaya mengubah secara manual presentasi muka menjadi presentasi
puncak kepala, rotasi manual atau dengan forseps pada posisi dagu posterior
persisten menjadi posisi mentum anterior dan kemudian versi podalik
interna serta ekstraksi sangat berbahaya dan sebaiknya tidak di lakukan.
Neuman dan rekannya (1994) menggambarkan konversi bimanual intra
partum dari presentasi mentoposterior menjadi oksipitoanterior pada 11
wanita yang menolak melahirkan dengan seksio sesarea.5
1.
2.
Kala I
Kala II
: seksio sesarea
mulut muncul di vulva. Pada keadaan demikian dagu bawah tepat berada
dibawah simfisis.2
Sesuai dengan arah sumbu panggul, gerakan selanjutnya adalah fleksi
kepala sehingga berturut-turut lahirlah hidung, mata, dahi, dan oksiput.
Setelah kepala lahir, karena gaya beratnya akan terjadi ekstensi kepala
sehingga oksiput menekan ke arah anus. Proses selanjutnya adalah terjadi
putaran eksternal pada kepala menyesuaikan kembali dengan arah punggung
janin.2
Presentasi muka jarang terjadi bila kepala masih diatas Pintu Atas
Panggul.Umumnya keadaan diawali dengan presentasi dahi yang kemudian
pada proses desensus berubah menjadi presentasi muka Mekanisme
persalinan terdiri dari densensus putar paksi dalam fleksi ekstensi dan
putar paksi luar.5
sebabkan oleh faktor yang sama seperti pada presentasi kepala. Ekstensi
terjadi akibat hubungan antara ubuh bayi dengan kepala yang terdefleksi,
yang berubah menjadi luas 2 lengan dengan lengan yang lebih panjang
menjulur dari kondilus oksipitalis ke oksiput. Bila di jumpai tahanan,
oksiput harus di dorong kearah punggung bayi sementara dagu turun.
Tujuan putaran paksi dalam pada presentasi muka adalah untuk
membawa dagu kebawah simfisis pubis. Hanya dengan cara ini, leher akan
berada di bawah permukaan posterior simfisis pubis. Jika dagu langsung
memutar ke arah posterior, leher yang relatif pendek tak dapat terentang
sepanjang permukaan anterior sakrum yang panjang nya sekitar 12 cm.
Oleh karena itu, kelahiran kepala jelas tidak mungkin terjadi kecuali bila
bahu telah masuk panggul pada saat yang sama, yaitu suatu kejadian yang
baru bisa terjadi kalau bayi sangat kecil atau sudah mengalamimaserasi.
Putaran paksi dalam terjadi akibat faktor-faktor yang sama seperti pada
presentasi puncak kepala.5
Setelah rotasi anterior dan penurunan kepala, dagu, dan mulut akan
tampak pada vulva, permukaan bawah dagu menekan simfisis dan kepala
dapat dilahirkan dengan fleksi kepala. Hidung, mata, dahi (bregma), dan
oksiput secara berturut-turut tampak di atas margo anterior perineum.
Setelah kepala lahir, oksiput menggantung kebelakang kearah anus.
Kemudian, dagu mengadakan putaran paksi luar kearah sisi bagian dagu
mula-mula menghadap, dan bahu dilahirkan seperti pada presentasi
kepala.5
13
(Presentasi muka, oksiput ada pada poros kepala yang lebih panjang. Dagu
menghadap langsung ke posterior. Persalinan pervaginan tidak mungkin
terjadi, kecuali dagu memutar ke anterior )5
14
15
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada presentasi muka, meliputi;
1.
2.
a.
Muka tidak berbentuk dan oleh karena CPD yang tidak dapat ditangani
b.
3.
16
4.
mento bregmatik hanya 9,5 cm, sub mento vertikal 11,5 cm akan
memperlebar vagina dan perineum. Bentuk tengkorak fetus abnormal
disebabkan perdarahan intrakranial.
5.
I.
kesulitan. Hal ini dapat dijelaskan karena kepala masuk kedalam panggul
dengan sirkumferensia trakeloparietalie yang hanya sedikit lebih besar dari
pada sirkumferensia suboksipitobregmatika. Tetapi kesulitan persalinan
dapat terjadi karena adanya kesempitan panggul dan janin yang besar yang
merupakan penyebab terjadinya presentasi muka tersebut. Disamping itu di
bandingkan dengan letak belakang kepala, muka tidak dapat melakukan
dilatasi serviks secara sempurna dan bagian terendah harus turun sampai ke
dasar panggul sebelum ukuran terbesar kepala melewati pintu atas panggul.
Dalam keadaan dimana dagu berada dibelakang prognosis kurang baik
bila dibandingkan dengan dagu didepan., karena dalam keadaan tersebut
janin yang cukup bulan tidak mungkin dapat lahir pervaginam. Angka
kematian perinatal pada presentasi muka ialah 2,5%-5%.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Presentasi muka ialah keadan di mana kepala dalam kedudukan defleksi
maksimal,sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian
terendahmenghadap ke bawah. Presentasi muka dikatakan primer apabila sudah terjadi
sejak masakehamilan, dan dikatakan sekunder bila baru terjadi pada waktu persalinan.
Angka-angkakejadian di beberapa rumah sakit dengan jumlah persalinan yang banyak di
Indonesia sukar di bandingkan, karena perbandingan antara kasus-kasus terdaftar dengan
kasus-kasus tidak terdaftar berbeda-beda antara rumah sakit satu dengan rumah sakit
lainnya. Di rumah sakitDr. Cipto Mangunkusumo selama lima tahun angka kejadian
presentasi muka kurang dari0,1 % di antara 12.827 persalinan.3
Presentasi muka di diagnosis melalui pemeriksaan dalam (vaginal touche)
dan palpasi bagian muka yang jelas seperti mulut dan hidung, tulang pipi, dan
terutama tonjoln orbita. Kita dapat keliru membedakan presentasi bokong
dengan presentasi muka, karna anus dapat disangka mulut dan tuberositas
iskhii di anggap prominensia zigomatikus (tonjolan rulang pipi). Hasil
pemeriksaan radiografik yang menunjukkan kepala bayi dalam posisi
hiperekstensi dan tulang-tulang muka yang berada pada atau sedikit dibawah
pintu atas panggul merupakan gambaran yang cukup khas.3
Pada umumnya persalinan pada presentasi muka berlangsung tanpa
kesulitan. Hal ini dapat dijelaskan karena kepala masuk kedalam panggul
dengan sirkumferensia trakeloparietalie yang hanya sedikit lebih besar dari
pada sirkumferensia suboksipitobregmatika. Tetapi kesulitan persalinan dapat
terjadi karena adanya kesempitan panggul dan janin yang besar yang
merupakan penyebab terjadinya presentasi muka tersebut. Disamping itu di
bandingkan dengan letak belakang kepala, muka tidak dapat melakukan dilatasi
serviks secara sempurna dan bagian terendah harus turun sampai ke dasar
panggul sebelum ukuran terbesar kepala melewati pintu atas panggul.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawiroharjo, Sarwono. 2010. Malpresentasi dan Malposisis. Ilmu
kebidanan. Ed.4. Jakarta : PT. Bina pustaka sarwono prawiroharjo. Hal :
584-585
2. Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Malpresentasi dan Malposisis. Ilmu
kebidanan. Ed.4. Jakarta : PT. Bina pustaka sarwono prawiroharjo. Hal:
584-585
3. Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Distosia karena kelainan letak srta bentuk
janin. Ilmu kebidanan. Ed.3. Jakarta : PT. Bina pustaka sarwono
prawiroharjo. Hal 606-622
4. Cuningham, F. Gary. 2013.Persalinan abnormal. Obstetri williams. Ed.23.
Volo.1. EGC. Hal 494-496
5. Cuningham, F. Gary. 2006. Distosia kelainan presentasi,posisi,dan
perkembangan janin. Obstetri wiliams. Ed.21. Vol.1. EGC.Hal 496-500
6. Mochtar, Rustam. 1998. Letak sungsang. Sinopsis obstetri. Ed.2. editor:
lautan D. EGC, jakarta. Hal 350-365
7. Manuaba, Ida Bagus Gde Fajar. 2010.penyulit persalinan. Ilmu kebidanan,
Penyakit kandungan dan KB. Ed.2. EGC, jakarta. Hal 376-381
8. http://mekarzenni.blogspot.com/2012/06/presentasi-muka.html (Diambil
tanggal 20-3-2013)
9. Presentasi muka [serial online]. Available from :
http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/distosia-akibat-kelainanjanin.html (Diambil tanggal 20-3-2013)
10. Kelainan presentasi dan posisi janin [serial online]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf
(Diambil tanggal 20-3-2013)
11. Distosia
akibat
kelainan
janin
[serial
online].
Available
from:
19