sebuah tempat, seperti selokan ataupun kolam. Biasanya, eceng gondok akan tumbuh dengan
populasi yang cukup besar pada ujung selokan.
Detergen memiliki efek beracun dalam air, karena detergen akan menghancurkan lapisan
eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan parasit. Deterjen juga dapat menyebabkan
kerusakan pada insang. Kebanyakan ikan akan mati bila konsentrasi deterjen 15 bagian per juta.
Deterjen dengan konsentrasi rendah, sekitar 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan.
Surfaktan
yang
terkandung
dalam
deterjen
akan
mengurangi
kemampuan
perkembangbiakan organisme perairan. Deterjen juga memiliki andil besar dalam menurunkan
kualitas air. Bahan kimia organik seperti pestisida dan fenol, hanya dengan konsentrasi 2 ppm
saja dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah bahan kimia lainnya.
Contoh nyata efek buruk dari limbah deterjen adalah Danau Toba. Seperti sama kita
ketahui, eceng gondok tumbuh subur nyaris tidak terkendali pada semua bibir pantai Danau
Toba. Hal tersebut terjadi, selain dari residu pelet yang ditabur pada kerambah yang berserak di
Danau Toba, ditengarai juga berasal dari sisa deterjen yang dipakai masyarakat Danau Toba yang
masih mencuci di perairan ditambah limbah dari restoran, rumah makan dan hotel-hotel yang
berada di sekitar Danau Toba yang membuang limbahnya secara langsung ke dalam danau.
Selain merusak keindahan Danau Toba sebagai daerah tujuan wisata andalan Sumatera
Utara, pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali itu akan menutupi perairan, sehingga
bagian dasar air tidak terkena sinar matahari. Menyebabkan kadar oksigen berkurang secara
drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi dan unsu hara meningkat sangat cepat. Jika hal
tersebut tetap dibiarkan, ikan-ikan akan mati karena kekurangan bahan makanan. Bahkan bisa
mengakibatkan cacat akibat mutasi gen.
Penggunaan deterjen memang seperti buah simalakama, di satu sisi penggunaannya
sangat dibutuhkan dan di sisi lain limbahnya ternyata berefek buruk. Beberapa negara di dunia
secara resmi telah melarang penggunaan zat ABS dalam pembuatan detergen dan
memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang relatif
lebih ramah lingkungan. Akan tetapi penelitian terbaru oleh para ahli menyebutkan bahwa
senyawa ini juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit terhadap lingkungan. Menurut data
yang diperoleh bahwa dikatakan alam lingkungan membutuhkan waktu selama 90 hari untuk
mengurai LAS dan hanya 50 persen dari keseluruhan yang dapat diurai.
Sebagai insan yang perduli dengan keselamatan lingkungan, ada beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk sedikit menekan efek buruk yang ditimbulkan penggunaan deterjen. Sebelum
memilih jenis deterjen, perhatikan jenis surfaktan yang terkandung dalam deterjen. Pilihlah yang
mengandung LAS atau LABS ( Linear Alkyl Benzene Sulfonate) bukan ABS yang sulit terurai.
Pilih deterjen yang sama sekali tidak mengandung fosfat atau yang kadar fosfatnya sangat
rendah. Limbah cucian dengan kadar fosfat rendah sebaiknya digunakan untuk menyiram
tanaman karena fosfat sangat baik untuk tanah dan tanaman, tapi tidak baik untuk badan air.
Beberapa deterjen mengandalkan produknya sebagai deterjen berlimpah busa, sebaiknya pilih
saja detergen yang mengandung sedikit busa. Sehingga air yang digunakan untuk membilas tidak
terlalu banyak. Terakhir, gunakan produk lokal. Selain membudayakan cinta produk dalam
negeri dan membantu perekonomian, penggunaan produk lokal akan meminimalisir jejak karbon
yang dihasilkan dari transportasi.