DAFTAR ISI........................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. Latar Belakang.........................................................................................................2
B. Tujuan .....................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
BAB III LAPORAN HASIL KEGIATAN...........................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................................40
BAB V PENUTUP..............................................................................................................46
A. Kesimpulan..............................................................................................................46
B. Saran .......................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................47
LAMPIRAN........................................................................................................................48
BAB I
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Field Lab merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan pada blok
tertentu pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto (FKUMP), yang mana kegiatan tersebut dilakukan untuk memberikan pengalaman serta
pengetahuan para mahasiswa fakultas kedokteran yaitu dengan melihat langsung
bagaimana prosedur kerja para dokter dalam praktik sebenarnya dan bagaimana
kondisi kehidupan masyarakat luas.
Pelaksanaan Field Lab dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 14 Juni 2014,
pukul 06.00 11.30, di Klinik Bunda Banyumas. Untuk blok ke VI ini ialah dengan
materi Endokrin Metabolisme Nutrisi, terfokus pada bab Diabetes Mellitus. Hal ini
dilaksanakan dalam rangka acara pemeriksaan rutin PROLANIS (pasien geriarti).
Diabetes Melitus merupakan penyakit yang sering dijumpai baik di daerah
perkotaan maupun pedesaan. Masalah penyakit Diabetes melitus penting untuk
mendapat perhatian petugas kesehatan karena insidensi penyakit Diabetes melitus
tinggi dan terus meningkat di masyarakat, selain itu komplikasi akibat penyakit
diabetes melitus dapat berakibat fatal bagi penderita jika tidak mendapatkan
pengobatan dan perawatan yang adekuat. Diet pada diabetes melitus merupakan
utama untuk mengontrol gula darah, oleh karena itu keluarga Tn. X diharapkan
mengetahui tentang diet, perawatan DM di rumah, Pencegahan dan perawatan kaki
diabetik sehingga bisa mencegah terjadinya komplikasi.
Dengan makin majunya keadaan sosio ekonomi masyarakat Indonesia serta
pelayanan kesehatan yang makin baik dan merata, diperkirakan tingkat kejadian
penyakit diabetes mellitus (DM) akan makin meningkat. Penyakit ini dapat
menyerang segala lapisan umur dan sosio ekonomi. Dari berbagai penelitian
epidemiologis di Indonesia di dapatkan prevalensi sebesar 1,5-2,3 % pada penduduk
usia lebih besar dari 15 tahun.
Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah
penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar
5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Namun, pada tahun 2006
diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta
orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru
2
sekitar 30 persen yang datang berobat teratur. Sangat disayangkan bahwa banyak
penderita diabetes yang tidak menyadari dirinya mengidap penyakit yang lebih sering
disebut penyakit gula atau kencing manis. Hal ini mungkin disebabkan minimnya
informasi di masyarakat tentang diabetes terutama gejala-gejalanya. Sebagian besar
kasus diabetes adalah diabetes tipe 2 yang disebabkan faktor keturunan. Tetapi faktor
keturunan saja tidak cukup untuk menyebabkan seseorang terkena diabetes karena
risikonya hanya sebesar 5%. Ternyata diabetes tipe 2 lebih sering terjadi pada orang
yang mengalami obesitas alias kegemukan akibat gaya hidup yang dijalaninya.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dilakukan penyuluhan mengenai
diabetes mellitus menggunakan leaf let.
Berdasarkan pengajaran materi yang sudah didapatkan, mahasiswa dapat
melakukan anamnesis, edukasi atau penyuluhan kepada para pasien diabetes mellitus,
sesuai dengan teori yang telah diajarkan. Mahasiswa juga membuat leaf let mengenai
edukasi atau penyuluhan untuk pasien diabetes mellitus. Pada Field Lab kali ini lebih
dibahas mengenai penyakit Diabetes Mellitus tipe 2, karena kebanyakan pasien
berumur lebih dari 40 tahun.
Kegiatan penyelenggaraan Field Lab diharapkan dapat meningkatkan keahlian
dan kerja mahasiswa yang meliputi : kemampuan bekerja (anamnesis), motivasi
kerja, inisiatif, kreativitas, disiplin dan kerajinan dalam bekerja.
B. TUJUAN
1. Menjelaskan tentang Etiopatogenesis, serta Penatalaksanaan penyakit Diabetes
Mellitus.
2. Melakukan Komunikasi, Informasi, serta Edukasi tentang Pengaturan Diet
pada Penyakit Diabetes Mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Diabetes Mellitus
a. Pengertian
Diabetes mellitus (DM) yang dikenal dengan kencing manis atau kencing
gula. Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemik kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal. Kadar glukosa dalam darah kita
biasanya berfluktuasi, artinya naik turun sepanjang hari dan setiap saat, tergantung
pada makan yang masuk dan aktivitas fisik seseorang (Mistra, 2005). Diabetes
mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa dibentuk di hati dari
makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas,
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan
penyimpanannya (Smeltzer & Bare, 2002).
Tabel 2.1 Gula Darah Normal, IFG, IGT, dan Diabetes
(Sumber : Tandra, 2009)
pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang
dewasa. Sampai saat ini, diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olahraga
tidak bisa menyembuhkan atau pun mencegah diabetes tipe 1.Kebanyakan
penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat
penyakit ini dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respon tubuh terhadap
insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap
awal. Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan
insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui
alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk
tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis
dan diabeticketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan
olah raga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga
dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk
pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah
ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis dari insulin yang dibutuhkan
pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin
melalui inhaled powder.
2) Diabetes Mellitus yang tidak tergantung pada insulin (NIDDM/ Diabetes Tipe
II)
Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena kombinasi dari kecacatan dalam
produksi insulin dan resistensi terhadap insulin atau berkurangnya
sensitifitas terhadap insulin (adanya defekasi respon jaringan terhadap
insulin) yang melibatkan reseptor insulin di membran sel. Pada tahap awal
abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya sensitivitas terhadap
insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
Pada tahap ini, hiperglikemia dapat diatasi dengan berbagai cara dan obat anti
diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau
mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parahpenyakit,
sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang
dibutuhkan.
Diabetes tipe kedua ini disebabkan oleh kurang sensitifnya jaringan
tubuh terhadap insulin. Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya
lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya,
sehingga terjadi kekurangan insulin relatif. Gejala pada tipe kedua iuni terjadi
5
diperiksa glukosa darahnya.Ibu hamil dengan diabetes dapat melahirkan bayi besar
denganberat badan lebih dari 4 kg. Apabaila ini terjadi, sangat besarkemungkinan
si ibu akan mengidap diabetes tipe 2 kelak.
9) Infeksi
Pada kasus diabetes tipe 1 yang terjadi pada anak, seringkalididahului dengan
infeksi flu atau batuk pilek yang berulang-ulang.Penyebabnya adalah infeksi oleh
virus, seperti mumps danCoxsackie, yang dapat merusak sel pankreas dan
menimbulkandiabetes.
10) Stress
Stres yang hebat, seperti halnya infeksi hebat, trauma hebat,operasi besar, atau
penyakit berat lainnya, menyebabkan hormone counter-insulin (yang kerjanya
berlawanan dengan insulin) lebihaktif. Akibatnya, glukosa darah pun akan
meningkat. Diabetessekunder ini biasanya hilang bila pengaruh stressnya
teratasi.Diabetes ini kadang ditemukan secara kebetulan pada waktu pasien
memeriksakan glukosa darahnya.
11) Obat-obatan
Beberapa obat dapat meningkatkan kadar glukosa darah, danbahkan bisa
menyebabkan diabetes. Bila mempunyai risiko terkenadiabetes, harus memakai
obat-obatan ini dengan sangat hati-hati.Obat-obatan yang dapat menaikkan glukosa
darah antara lainadalah hormon steroid, beberapa obat anti-hipertensi, dan
obatuntuk menurunkan kolesterol.
d. Gejala dan Keluhan Diabetes Mellitus
Beberapa keluhan utama dari diabetes menurut Tandra (2009) adalahbanyak
kencing, rasa haus, barat badan turun, rasa seprti flu, matakabur, luka yang sukar
sembuh, rasa baal dan kesemutan, gusi merahdan bengkak kulit kering dan gatal,
mudah kena infeksi, dan gatal padakemaluan.
1) Banyak kencing
Ginjal tidak dapat menyerap kembali gula yang berlebihan didalam darah, gula
ini akan menarik air keluar dari jaringan,sehingga selain kencing menjadi sering
dan banyak, juga akanmerasa dehidrasi atau kekurangan cairan.
2) Rasa Haus
Untuk mengatasi dehidrasi, rasa haus timbul dan akan banyakminum dan terus
minum. Kesalahan yang sering didapatkan adalahuntuk mengatasi rasa haus,
mencari softdrink yang manis dansegar, akibatnya gula darah semakin naik dan
hal ini dapatmenimbulkan komplikasi akut yang membahayakan.
3) Berat Badan Turun
kacamata,
karena
gula
yang
naik
turun
tidak
terkontroldengan baik.
6) Luka Yang Sukar Sembuh
Penyebab luka yang sukar sembuh adalah : pertama akibat dariinfeksi yang
hebat, kuman atau jamur mudah tumbuh pada kondisigula darah yang tinggi;
yang kedua adalah karena kerusakandinding pembuluh darah, aliran darah yang
tidak lancar padakapiler (pembuluh darah kecil) menghambat penyembuhan
luka;dan
yang
ketiga
adalah
kerusakan
syaraf,
luka
yang
tidak
10
katarak, dan glaukoma. Ketiganyabisa dicegah atau diperbaiki bila ditemukan pada
tahap awalpenyakit.
4) Penyakit Jantung
Diabetes dapat menyebabkan berbagai penyakit jantung danpembuluh darah
(kardiovaskuler), antara lain angina (nyeri dadaatau chest pain), serangan jantung
(acute myocardial infarction),tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung koroner.
Diabetesmerusak dinding pembuluh darah, yang menyebabkanpenumpukan lemak
di dinding yang rusak tadi dan menyempitkanpembuluh darah. Akibatnya suplai
darah ke otot jantung berkurang,tekanan darah meningkat, dan dapat terjadi
kematian mendadak.
5) Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang memberikan keluhanyang dramatis
seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Orangdiabetes cenderung terkena
hipertnsi dua kali lipat dibandingkandengan yang tanpa diabetes. Hipertensi
merusak pembuluh darah, antara 35 sampai 75 persen komplikasi diabetes adalah
disebabkanhipertensi.
6) Stroke
Dasar timbulnya stroke adalah terjadinya arteriosklerosis atau penyempitan
pembuluh darah di otak. Dimulai dari prosesinflamasi atau radang, diikuti dengan
penumpukan lemak,perlekatan dan penggumpalanm sel darah lekosit dan
trombosit,serta kolagen dan jaringan ikat lain pada dinding pembuluh
darah,selanjutnya timbul penyumbatan serta tidak ada suplai makanandan oksigen
ke jaringan, sehingga terjadi kematian sel otak.
7) Impotensi
Kebanyakan impotensi pada pria diabetes disebabkan oleh guladarah yang tinggi
atau lebih lama mengidapo diabetes.Penyempitan pembuluh darah akan
mengganggu aliran darah untukmengisi penis. Apabila saraf juga mengalami
kerusakan,
tidakdapat
menghantar
impuls
pengisian
darah
ke
dalam
pembuluhdarah kecil di dalam penis, maka penis menjadi lemas dan gagaluntuk
ereksi.
f. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), tujuan utama terapi diabetesadalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosadarah dalam upaya untuk
mengurangi terjadinya komplikasi vaskulerserta neuropatik. Tujuan terapeutik pada
setiap tipe diabetes adalahmencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa
11
danpencegahan
dalammenentukan
kadar
hipoglikemia
glukosa
serta
darah
hiperglikemia,
normal
yang
dan
berperan
kemungkinan
harus
dianjurkan
dalam
kondisi
yang
diduga
dapat
ataubeberapa
seringdilakukan
dua
kali
kejadian
per
hari
stress
(atau
lainnya.
bahkan
Penyuntikan
lebih
sering
insulin
lagi)
3) Menunjang pertumbuhan
4) Mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal
5) Mencegah atau memperlambat berkembangnya komplikasivaskuler
6) Sesuai dengan kemampuan daya beli setiap penderita
7) Komposisi sesuai dengan pola makan penderita sehari-hari.
Standar komposisi makanan yang dianjurkan adalah karbohidrat 60-70%,
protein 10-15%, dan lemak 20-25%, jumlah kandungan kolesterol kurang dari 300
mg/hari, berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh, kandungan serat sekitar 25
gram/hari, kasuskasus diabetes dengan hipertensi sebaiknya membatasi konsumsi
garam. Menurut Arisman (2004), penentuan jumlah kalori yang dibutuhkan
dihitung berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) yang ditentukan dengan rumus
IMT = berat badan (kg) / tinggi badan (m)2
Klasifikasi IMT sebagai berikut
a) 17,0-18,4 = kurus
b) 18,5-25,0 = normal
c) 25,1-27,0 = gemuk
Penentuan gizi penderita dilaksanakan dengan menghitung Percentage Of
Relative Body Weigh (BBR) atau berat badan relatif dengan rumus :
BBR = 100% 100 xTB /BB
Dalam praktek, sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan dalam sehari
pada penderita DM yang bekerja biasa menurut Darmono, (2007) adalah :
1) Kurus : BB X 40 50 kalori sehari.
2) Normal : BB X 30 kalori sehari.
3) Gemuk : berat badan (kg) dikalikan 20 kalori
b. Tujuan Diet Diabetes Mellitus
Menurut
Smelzer
dan
Bare
(2001),
diet
dan
pengendalian
berat
17
tambahkan sedikit pun saat makan. Berbagai bumbu, rempah-rempah, dan lada
dapat digunakan secukupnya untuk menambah rasa dalam makanan.
9) Cukup vitamin dan mineral.
Apabila asupan dari makanan cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam
bentuk suplemen tidak diperlukan. Bila makan-makanan yang seimbang, maka
tidak memerlukan tambahan vitamin atau mineral. Sebagian ahli berpendapat
bahwa kekurangan elemen, seperti khromium dan selenium berperan dalam
serangan komplikasi diabetes. Namun, tidak ada cara untuk mengukur jumlah
dalam makanan maupun kadar yang diperlukan tubuh. Tampaknya sangat baik bila
makan makanan yang bervariasi untuk menjamin kecukupan vitamin dan mineral
serta gizi lainnya.
Tabel 2.2 Jenis Diet Diabetes Mellitus menurut kandungan energi,
protein, lemak, dan karbohidrat
(Sumber : Almatsier, 2006)
Keterangan :
1) Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang gemuk.
2) Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes normal tanpa
komplikasi.
3) Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja
(juvenile diabetes) atau diabetes dengan komplikasi.
d. Pengaturan Diet Diabetes Mellitus
Pengaturan diet diabetes mellitus, perlu mengetahui kebutuhan kalorisehari. Selain
membantu dalam kebutuhan kalori, ahli gizi / diet jugamenyarankan variasi
makanan sesuai dengan daftar bahan makananpenukar. Porsi makanan hendaknya
tersebar sepanjang hari, yaitumakan pagi, makan siang, dan makan malam serta
kudapan di antarawaktu makan. Menurut Almatsier (2009), jumlah dan jenis
makananyang dianjurkan makan 3 kali sehari yang terdiri dari komposisi
yangberimbang.
18
b. Penyakit
Perilaku kepatuhan biasanya ditemuan rendah pada penyakit yasngsudah terlanjur
kronis serta saran-saran mengenai gaya hidup sepertimengurangi makanan berlemak,
olahraga dan berhenti merokok.
c. Psikososial
Sikap seseorang terhadap perilaku kepatuhan menentukan tingkatkepatuhan.
Kepatuhan seseorang merupakan hasil dari prosespengambilan keputusan orang
tersebut, dan akan berpengaruh padapersepsi dan keyakinan orang tentang kesehatan.
Selain itu keyakinan serta budaya juga ikut menentukan perilaku kepatuhan. Nilai
seseorangmempunyai keyakinan bahwa anjuran kesehatan itu dianggap benarmaka
kepatuhan akan semakin baik.
d. Dukungan Sosial
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalammenentukan keyakinan
dan nilai kesehatan bagi individu sertamemainkan peran penting dalam program
perawatan dan pengobatan.Pengaruh normatif pada keluarga dapat memudahkan
ataumenghambat perilaku kepatuhan, selain dukungan keluarga, dukungan tenaga
kesehatan diperlukan untuk mempertinggi tingkat kepatuhan,dimana tenaga kesehatan
adalah seseorang yang berstatus tinggi bagikebanyakan pasien, sehingga apa yang
dianjurkan akan dilaksanakan.
20
BAB II
LAPORAN HASIL KEGIATAN
A. RESPONDEN I
Nama
: Tarsem
Usia
: 85 Tahun
Alamat
Pekerjaan
a) Prosedur Pelaksanaan
Praktikan datang menghampiri Responden yang telah keluar dari ruang
pemeriksaan.
Praktikan mengucapkan salam dan basmallah , serta memperkenalkan
diri.
Praktikan menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan yang akan
dirasakan.
Praktikan menanyakan apa saja faktor yang memperberat dan
memperingan keluhannya.
Praktikan menanyakan gejala penyerta yang dirasakan responden.
21
keluarga.
Praktikan menanyakan kebiasaan pribadi responden meliputi pola
Makan
Minum
Tidur
aktifitas tidur
Olahraga : jalan biasa
Hasil pemeriksaan :
GDP
: 86mg/dL
GDS
: 299 mg/dL
TTV
: TD : 120/80 mg/dL
Anjuran Dokter :
Obat dikonsumsi secara teratur dan sesuai jadwal yang sudah
diberikan.
Menghindari makanan yang manis-manis.
Obat yang dikonsumsi
Glimepiride
sangatlah
terbatas
dibandingkan
jumlah
pewawancara.
sendiri,
praktikan
lupa
: Martono
Usia
: 64 tahun
Alamat
pemeriksaan.
Praktikan mengucapkan salam dan basmallah, serta memperkenalkan
diri.
Praktikan menjelaskan maksud dan tujuab kegiatan yang akan
dan pekerjaan.
Praktikan memulai amnesis dengan menyakan
maksud kedatangan
dirasakan
Praktikan menanyakan apa saja faktor yang memperberat dan
memperingan keluhannya
Praktikan menanyakan gejala penyerta yang dirasakan responden
24
keluarga
Praktikan menanyakan kebiasaan pribadi Responden, meliputi pola
anjuran-anjuran dokter
Praktikan menanyakan obat apa yang sudah dikonsumsi responden dan
berupa apa saja obatnya, serta cara konsumsi/ sehari diminum berapa
responden
Praktikan membuat kesepakatan kepada Responden, agar kembali
diwawancarai lagi setelah dilakukan pemeriksaan kedua (pemeriksaan
GDS)
Praktikan kembali mewawancarai responden dan menanyakan hasil
pemeriksaan GDS
Praktikan mengucapkan terimakasih dan salam kepada responden
b) Hasil
Hasil Amnesis dan edukasi terhadap penderita Diabetes Mellitus :
Kedatangan pasien ke klinik Bunda untuk kontrol rutin Glukosa darah
Diabetes Mellitus
Keluhan yang dirasakan responden :
Kesemutan setiap habis makan
BAK sering (malam 4x sehari bahkan pernah 1 jam sekali
Banyak makan, minum
Keluhan tersebut sudah dirasa sejak 6 bulan yang lalu
Faktor yang memperbesar keluhan Setelah makan sering kesemutan
, jalan, berdiri
25
apa
yang
antusias
dan
disampaikan
dengan kooperatifnya
responden.
Praktikan
dan kondusif.
Pada saat di lapangan, praktikan mendapatkan pasien yang sudah
didiagnosis diabetes sejak 6 bulan lalu. Pasien ini
sudah memiliki
edukasi
kepada
pasien.
Solusinya
adalah
dengan
mengendalikan diri agar tetap percaya diri dan terlihat meyakinkan, serta
memberikan edukasi dengan mengajaknya sharing.
C. RESPONDEN III
Nama
: ibu Subini
Usia
: 66 tahun
Alamat
:GedungGede
Pekerjaan
a)
Cara Pelaksanaan
Responden datang ke klinik Bunda dan mendaftar di tempat pendaftaran.
Responden duduk, menunggu giliran.
Responden melakukan cek glukosa darah puasa yang dilakukan oleh
petugas kesehatan di klinik Bunda.
27
pemeriksaan.
Praktikan mengucaapkan salam, kemudian memperkenalkan diri.
Pratikan meminta kesedian dan waktu responden untuk melakukan
wawancara.
Responden bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai.
Praktikan mencari tempat yang nyaman untuk melakukan wawancara, dan
mellitus.
Praktikan menanyakan keluhan awal sebelum didiagnosis diabetes
mellitus.
Praktikan menanyakan di mana keluhan itu dirasakan.
Praktikan menanyakan berapa lama keluhan tersebut dirasakan.
Praktikan menanyakan keluhan tersebut timbul mendadak atau perlahan.
Praktikan menanyakan seperti apa rasa yang timbul dari keluhan tersebut.
Praktikan menanyakan apakah keluhan tersebut mengganggu aktivitas
atau tidak.
Praktikan menanyakan apakah responden melakukan aktivitas atau hal
dideritanya.
Praktikan menanyakan mengapa bisa timbul keluhan tersebut, atau adakah
diabetes mellitus.
Praktikan menanyakan riwayat kesehatan keluarga pasien terkait
keluhannya.
Praktikan menanyakan riwayat sosial ekonomi pasien.
Praktikan menanyakan kebiasaan pribadi pasien.
Praktikan menanyakan adakah hal yang terlewat yang ingin disampaikan.
28
diabetes mellitus.
b) Hasil
Responden, yaitu ibu Subini (66 tahun) merupakan seorang ibu
rumah tangga yang beralamat di GedungGede dengan berat badan 58 kg,
tinggi badan 155 cm. Responden datang ke klinik Bunda untuk melakukan
pemeriksaan kadar glukosa darahnya yang dilakukan secara rutin setiap
bulan selama 6 bulan terakhir, sejak beliau didiagnosis oleh dokter
menderita diabetes mellitus, yaitu saat beliau berusia 64 tahun.
Beliau mengeluh pegal-pegal diseluruh persendiannya dan akhirakhir ini kakinya sering sakit sehingga susah digunakan untuk berjalan.
Beberapa hari ini beliau juga mengeluh pusing.
Beliau mengaku sudah diberikan suntik insulin kurang lebih satu
tahun terakhir ini dan sudah diberikan obat oleh dokter. Beliau merasa
penyakitnya ini sangat mengganggu aktivitas kesehariannya. Karena rasa
pegal-pegal yang timbul belakangan ini.
Hasil pemeriksaan GDP (Gula Darah Puasa) beliau yaitu 159
mg/dL dan setelah menunggu 2 jam untuk mengecek GDS (Gula Darah
Sewaktu) hasilnya adalah 350 mg/dL. Ibu Subini mengaku pernah
mempunyai GDS sampai 500 mg/dL. Pada saat itu beliau mengaku
mengkonsumsi buah durian. Selama berobat di klinik ini beliau
mengalami perubahan pada tubuhnya, beliau lebih merasa segar.
Keluhan utama diabetes yaitu 3P (Polifagi, Poliuri, Polidipsi)
sudah beliau rasakan. Bahkan untuk poliuri beliau mengaku sering
kencing pada malam hari dan biasanya sampai 5 kali dalam semalam.
Beliau mengaku menuruti nasihat dokter untuk diet dan olahraga teratur.
Setiap minggu beliau rutin untuk senam pagi atau pun jalan pagi ke pasar.
c) Hambatan Dan Solusi
Ruangan untuk melakukan anamnesis sangat ramai sehingga mengganggu
kelancaraan anamesa. Sehingga praktikan membesarkan suaranya agar
D. RESPONDEN IV
Nama
: Riyati
Usia
: 57 Tahun
Alamat
: Sudayana RT 03 RW 01
Pekerjaan
: Guru TK
a) Cara Pelaksanaan
Praktikan datang menghampiri Responden yang telah keluar dari ruang
pemeriksaan.
Praktikan mengucapkan salam dan basmallah serta memperkenalkan diri.
Praktikan menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan yang akan dilakukan
dan pekerjaan.
Praktikan memulai anamnesis dengan menanyakan maksud kedatangan
Responden ke Klinik Bunda untuk apa, dan merupakan kedatangan yang
memperingan keluhannya.
Praktikan menanyakan gejala penyerta yang dirasakan responden.
Praktikan menanyakan riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit
keluarga.
Praktikan menanyakan kebiasaan pribadi Responden, meliputi pola
30
anjuran dokter.
Praktikan memberikan edukasi mengenai Diabetes Melitus kepada
responden.
Praktikan membuat kesepakatan kepada Responden, agar kembali di
wawancarai lagi setelah dilakukan pemeriksaan kedua (pemeriksaan Gula
Darah Puasa).
Prakikan kembali mewawancarai responden, dan menanyakan hasil
kapan waktunya).
Praktikan mengucapkan terimakasih dan salam kepada Responden.
b) Hasil
1. Hasil Anamnesis
Kedatangan pasien ke Klinik Bunda untuk kontrol rutin glukosa dan
Diabetes Melitus.
Responden sudah terkena penyakit tersebut sejak 1 tahun yang lalu.
Responden mengetahui penyakitnya secara tiba-tiba ketika di cek gula
darahnya.
Responden merasa seperti orang normal, tidak merasakan gejala dari
penyakit
diabetes
melitus
seperti
poliuri,
polidipsi,
polifagi,
31
lupa)
Anjuran dokter : menjaga pola makan, istirahat, minum, olahraga,
E. RESPONDEN V
Nama
: Bpk. sadikin
Usia
: 74 tahun
Pekerjaan
: Petani
Alamat
Pelaksanaan
Mengucapkan salam
Membaca Basmallah
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan anamnesis dan edukasi, serta lakukan Improm
Consent
Mempersilahkan pasien duduk nyaman
Menanyakan keluhan utama
Onset dan kronologi
Faktor peringan
Faktor pemberat
Kualitas keluhan
Kuantitas keluhan
Gejala penyerta
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
Menanyakan kebiasaan sehari-hari
Meminta izin melakukan edukasi
Memberikan edukasi
Praktikan datang
33
pengobatan rutin, responden melakukan terapi diet makanan atau menjaga pola
makan yang teratur agar gula darah tidak meningkat drastis. Selain itu
responden sudah mengkonsumsi obat agar gula darah dalam tubuh bernilai
normal.
Setelah selesai melakukan anamnesis, praktikan memberikan edukasi
tentang DM pada responden.Praktikan memberikan sebuah leaflet tentang DM
pada responden serta menjelaskan terapi dan penyebab DM. Praktikan sedikit
menjelaskan pada responden bahwa DM itu merupakan gula dalam darah yang
tinggi mengakibatkan gula yang seharusnya masuk dalam sel yang dijadikan
energi berkurang.
Responden meminta untuk menjelaskan isi leaflet yang diberikan.
Praktikan memberikan penjelasan bahwa makanan yang dikonsumsi harus
teratur.Misalnya responden makan pada pagi hari dengan nasi, telor, sayur,
dalam porsi tersebut nasi harus dikurangi dari biasanya serta sayur yang
cukup.Ketika setelah makan, responden diminta untuk makan buah-buahan
agar menetralisir gula dalam darah akibat asupan tambahan kalori dari
makanan.
Selain memberi edukasi tentang pola makan, responden diberikan
edukasi tata cara olahraga yang teratur serta pemakaian alas kaki yang baik,
karena responden sering mengalami sakit pada bagian kaki sehingga sulit
untuk melakukan aktivitas olahraga. Maka praktikan memberikan edukasi
olahraga kaki dengan intensitas waktu yang cukup.Praktikan mencontohkan
olahraga kaki pada responden sehingga responden mengerti bagaimana
gerakan yang dilakukan. Praktikan memberi edukasi bahwa responden harus
menjaga pemakaian alas kaki yang baik yaitu dengan menggunakan alas kaki
yang lembut serta nyaman, agar kaki responden tidak mudah luka karena
ketika luka jika glukosa tinggi akan sukar untuk kering. Setelah selesai
memberikan edukasi praktikan menunggu responden untuk melihat hasil
pemeriksaan post prandial gula darah, karena hasil dari pemeriksaan gula
darah, karena hasil dari pemeriksaan gula darah puasa responden bernilai 145
mg/dl serta TD 140/80 mmHg.
Setelah pemeriksaan post prandial responden mendapat gula darah 262
mg/dL. Responden ketika sebelum diperiksa post prandial hanya memakan
snack manis dan air tawar. Reseponden diberikan obat glimepiride 2 mg untuk
35
1x1/ hari d 1 jam sebelu makan, serta Metformin 2x1 saat makan untuk
menurunkan kadar gula darah, karena responden sering pusing maka
responden diberikan Methampiron dikonsumsi sesudah makan.
Hasil Pemeriksaan gula darah :
Gula darah puasa
: 145 mg/dL
: 262 mg/dL
BAB IV
36
PEMBAHASAN
1. Pembahasan Responden I
Pada sesi field lab blok VI pada hari sabtu, tanggal 14 juni 2014 di tempat
Klinik Bunda, Banyumas. Praktikan datang tepat waktu pada jam 07.30 WIB,
praktikan menunggu datangya panggilan dari dosen pembimbing untuk melakukan
anamnesis pada Pasien yang sudah ditentukan.
Pasien keluar dari klinik pada jam 08.30 WIB, kemudian dosen pembimbing
memanggil praktikan untuk melakukan anamnesis secara berpasangan. Dari hasil
anamnesis didapatkan pasien bernama Ibu Tarsem berusia 85 tahun, pekerjaan sehari
harinya adalah ibu rumah tangga beralamat di jalan Kanding RT 01 Banyumas,
beliau sudah mendertia Diabetes Mellitus tipe 2 selama +/- 15 tahun.
Gejala yang sering dialami oleh beliau adalam sering mengalami kesemutan,
sering buang air kecil, serta sering makan dan minum, keluhan tersebut sudah dirasa
sejak 5 tahun yang lalu setelah pasien mengalami stroke. Di samping beliau
mengalami keluhan tersebut, terdapat gejala lainnya yaitu sering pusing, banyak
berkeringat, sering kramp serta sering mengantuk. Keluhan ini semakin terasa
setelah melakukan aktivitas berat serta kelelahan.
Di dalam keluarga terdapat data dimana ayah dari Ibu tarsem juga pernah
menderita penyakit Diabetes Mellitus. Kebiasaan dari Ibu tarsem yaitu konsumsi
makanan yang tidak manis, mempunyai pola minum biasa, serta sering jalan jalan
sebagai sarana olahraga.
Setelah melakukan anamnesis, di dapatkan data Gula darah puasa 86 mg/dL,
setelah itu beliau melakukan kontrol Gula darah postprandial dengan hasil 299
mg/dL. Beliau juga diberikan obat OHO yaitu Metformin dengan dosis 2x / hari 500
mg saat pagi dan malam hari. Serta pemberian obat Glimepirid dengan dosis 1x /
hari 1 mg sebelum makan.
2. Pembahasan Responden II
Berdasarkan field lab pengaturan diet diabetes mellitus pada klinik Bunda
Banyumas, dapat dbandingkan antara teori yang ada dengan kenyataan yang terjadi
di lapangan. Untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan antara teori dan praktiknya,
37
dapat ditinjau dari segi anamnesis dan saat penyuluhan mengenai diet diabetes
mellitus.
Anamnesis dilakukan kepada probandus yang telah mengalami diabetes
meliitus selama 6 bulan. Pada saat anamnesis praktikan mengajukan pertanyaan
dimulai dari keluhan utama, onset kronologi, faktor yang memperingan, faktor yang
memperberat, keluhan tambahan, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga dan kebiasaan pribadi. Ditinjau dari hasil anamnesis, jawaban responden
sangat sesuai dengan teori tentang gejala-gejala yang dialami oleh penderita diabetes
mellitus.Misalnya, mengenai keluhan utama yang dialami penderita diabetes
mellitus yaitu poliuri, polifagi, dan polidipsi. Responden juga mengaku mengalami
ketiga hal tersebut, hal ini dibuktikan dengan keterangan responden yang
menyatakan bahwa responden sering mengalami buang air kecil pada malam hari
dan kuantitasnya bisa sampai 3 atau 4 kali. Bahkan responden pernah mengalami
buang air kecil 1 jam sekali pada 1 malam. Selain itu, dari keluhan tambahan yang
diutarakan responden, juga sangat sesuai dengan keluhan tambahan yang dialami
oleh penderita diabetes mellitus yang tertulis dalam teori.Seperti kesemutan yang
sangat dirasa dikaki.
Ketika ditanyakan mengenai kebiasaan pribadi, jawaban respodenpun sama
dengan apa yang tercantum dalam teori bahwa responden memang suka memakan
makanan yang manis sebelumnya.
Akan tetapi, disini praktikan tidak bisa menerapkan semua teori mengenai
anamnesis karena terlihat kurang pas jika tetap ditanyakan kepada responden,
misalnya seperti menanyakan lokasi dari keluhan utama anamnesis. Namun, secara
keseluruhan proses anamnesis pada responden berjalanan dengan lancar dan
sebagian besar sudah sesuai dengan teori yang ada. Karena ketika berkomunikasi
dengan responden,responden sangat kooperatif sehingga praktikan tidak merasakan
gugup. Hal ini membuat proses anamnesis berjalan dengan lancar.
Setelah melakukan anamnesis, praktikan juga melakukan penyuluhan
mengenai diet diabetes mellitus. Proses pelaksanaan penyuluhan diet DM ini
sebagaian besar sudah sesuai teori. Hal ini dibuktikan dengan kesesuaian pada
terapi secara farmakologi pada responden. Karena responden sudah mendapatkan
obat yang sesuai dengan penyakitnya, yaitu obat diabetes mellitus golongan
sulfonilurea yaitu metformin yang dikonsumsi sehari satu kali sebelum makan, dan
obat glimepiride yang dikonsumsi 2 kali sehari setelah makan. Disamping itu,
38
responden melakukan kontrol gula darah dengan rutin, dan saat pelaksanaan
responden juga melakukan puasa sesuai dengan anjuran dokter.
Ditinjau dari terapi non-farmakologis, banyak ditemukan ketidaksesuaian
antara praktik dengan teori.Seharunsya pola makan responden benar-benar dijaga
ketat untuk mengikuti anjuran dokter, mana yang harus dihindari, dikurangi dan
diperbanyak.Akan tetapi, responden mengaku bahwa dia masih sangat kesulitan
untuk mengontrol pola makannya.Karena terkadang, makanan atau minuman yang
dilarang atau seharusnya dikurangi untuk dikonsumsi cenderung mudah didapat atau
dihidangkan dirumahnya.Ini kemungkinan terjadi karena kurangnya dukungan
keluarga, atau karena keluarga mendapatkan informasi yang kurang mengenai diet
yang baik untuk penderita diabetes mellitus.Selain itu, responden juga merasa
kesulitan untuk menerapkan olahraga yang seharusnya dilakukan rutin selama 3-4
kali dalam seminggu, selama 30 menit.Olahraga yang dianjurkan adalah jalan atau
bersepeda.Tapi responden merasa kesulitan untuk melakukan kedua olahraga itu
secara rutin, sehingga sesekali responden melakukan olahraga jalan kaki saja.Hal ini
disebabkan karena responden mengalami osteoporosis, sehingga jika dipaksa untuk
bersepeda atau berjalan terlalu lama kakinya malah sakit dan kesemutan. Disamping
itu, sesuai teori penatalaksaan diabetes mellitus non-farmakologis, responden sudah
banyak mengetahui tentang diabetes mellitus dan penanganan yang harus dia
lakukan. Hal ini membuat praktikan merasa bahwa bahan yang disampaikan sudah
diketahui oleh responden sebelumnya.
3. Pembahasan Respomden III
Dari Field lab yang telah dilakukan oleh praktikan,memang faktor-faktor
predisposisi yang praktikan temukan pada responden sesuai dengan apa yang
praktikan pelajari dari teori yang praktikan dapat. Faktor predisposisi keturunan
contohnya saja terjadi pada responden 2 dan 5,dimana orang terdekat dari keluarga
mereka ada yang terkena diabetes meliitus juga. Juga begitu untuk faktor
predisposisi usia,karena semua responden praktikan rata-rata berumur 60 tahun.
Untuk gejala dan keluhan pasien pun seudah sesuai dengan teori yang
praktikan dapatkan, keluhan seperti banyak kencing,sering merasa haus,berat badan
turun, sering merasa cepat lapar, dan kesemutan,rata-rata responden mengalami hal
tersebut dari responden 1 hingga responden 5.
4. Pembahasan Responden IV
Berdasarkan field lab pengaturan diet diabetes mellitus pada klinik Bunda
Banyumas, dapat dbandingkan antara teori yang ada dengan kenyataan yang terjadi
di lapangan. Untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan antara teori dan praktiknya,
39
dapat ditinjau dari segi anamnesis dan saat penyuluhan mengenai diet diabetes
mellitus.
Anamnesis dilakukan kepada probandus yang telah mengalami diabetes
meliitus selama 1 tahun. Pada saat anamnesis praktikan mengajukan pertanyaan
dimulai dari keluhan utama, onset kronologi, faktor yang memperingan, faktor yang
memperberat, keluhan tambahan, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga dan kebiasaan pribadi. Ditinjau dari hasil anamnesis, jawaban responden
kebanyakan tidak sesuai dengan teori tentang gejala-gejala yang dialami oleh
penderita diabetes mellitus.Misalnya, penderita diabetes mellitus tidak merasakan
keluhan 3P yaitu poliuri, polifagi, dan polidipsi. Selain itu, penderita tidak meraakan
keluhan tambahan seperti kesemutan, pandangan mata kabur, luka infeksi, baal,
keputihan, dan lain-lain.
Ketika ditanyakan mengenai kebiasaan pribadi, jawaban respodenpun stidak
sesuai dengan apa yang tercantum dalam teori bahwa responden merasa biasa saja
memakan makanan yang manis sebelumnya, tidak berlebihan.
Akan tetapi, disini praktikan tidak bisa menerapkan semua teori mengenai
anamnesis karena terlihat kurang pas jika tetap ditanyakan kepada responden,
misalnya seperti menanyakan lokasi dari keluhan utama anamnesis. Namun, secara
keseluruhan proses anamnesis pada responden berjalanan dengan lancar dan
sebagian besar sudah sesuai dengan teori yang ada. Karena ketika berkomunikasi
dengan responden, responden sangat kooperatif sehingga praktikan tidak merasakan
gugup. Hal ini membuat proses anamnesis berjalan dengan lancar.
Setelah melakukan anamnesis, praktikan juga melakukan penyuluhan
mengenai diet diabetes mellitus. Proses pelaksanaan penyuluhan diet DM ini
sebagaian besar sudah sesuai teori. Hal ini dibuktikan dengan kesesuaian pada
terapi secara farmakologi pada responden. Karena responden sudah mendapatkan
obat yang sesuai dengan penyakitnya, yaitu obat diabetes mellitus golongan
sulfonilurea yaitu metformin yang dikonsumsi sehari satu kali sebelum makan.
Disamping itu, responden melakukan kontrol gula darah dengan rutin, dan saat
pelaksanaan responden juga melakukan puasa sesuai dengan anjuran dokter.
Ditinjau dari terapi non-farmakologis, sebagian besar sudah sesuai teori. Pola
makan responden benar-benar dijaga ketat untuk mengikuti anjuran dokter, mana
yang harus dihindari, dikurangi dan diperbanyak. Selain itu, responden juga merasa
tidak kesulitan untuk menerapkan olahraga yang dilakukan rutin selama 3-4 kali
dalam seminggu, selama 30 menit.Olahraga yang dianjurkan adalah jalan atau
40
bersepeda. Disamping itu, sesuai teori penatalaksaan diabetes mellitus nonfarmakologis, responden sudah banyak mengetahui tentang diabetes mellitus dan
penanganan yang harus dia lakukan. Hal ini membuat praktikan merasa bahwa
bahan yang disampaikan sudah diketahui oleh responden sebelumnya.
5. Pembahasan Responden V
Tujuan pengobatan diabetes mellitus adalah secara konsisten menormalkan
kadar glukosa darah dengan variasi minimum. Penelitian-penelitian terakhir
mengisyaratkan bahwa mempertahankan glukosa darah senormal dan sesering
mungkin dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian.Tujuan ini dicapai melalui
berbagai cara, yang masing-masing disesuaikan secara individual.
1.
Metformin Hidroklorida
Indikasi : menekan nafsu makan, tidak meningkatkan berat badan, indikasi lain
penggunaannya dalam kombinasi dengan sulfonilurea adalah untuk pasien
diabetes melitus tipe 2 dengan hasil yang tidak memadai hanya dengan
pemberian terapi sulfonilurea.
Dosis : 3 kali sehari 500 mg, atau 2 kali sehari 850 mg, diminum yang
diberikan pada waktu makan. Bila perlu dosis dinaikkan dalam waktu 2
minggu sampai maksimal 3 kali sehari 1g.
Efek Samping : agak sering tejadi dan berupa gangguan lambung-usus, antara
lain anorexia (kehilangan nafsu makan), mual, muntah, keluhan abdominal,
diare terutama pada dosis di atas 1,5 g/hari. Efek tersebut berhubungan dengan
dosis dan cenderung terjadi pada awal terapi dan bersifat sementara.
Kontraindikasi : kontraindikasi pada pasien yang menderita penyakit ginjal,
alkoholisme, penyakit hati.
Perhatian : Berhubung kekurangan data mengenai keamanannya, maka
metformin tidak dianjurkan selama kehamilan dan laktasi. Sebagai gantinya
selalu disuntik dengan insulin..
2.
lain pada pengobatan diabetes tipe I dan II. Rencana diet diabetes dihitung
secara individual bergantung pada kebutuhan pertumbuhan, rencana penurunan
berat (biasanya untuk pasien diabetes tipe II), dan tingkat aktivitas. Distribusi
kalori biasanya 50-60% dari karbohidrat kompleks, 20% dari protein, dan 30%
dari lemak. Diet juga mencakup serat, vitamin, dan mineral. Sebagian
penderita diabetes tipe II mengalami pemulihan kadar glukosa darah
41
mendekati normal hanya dengan intervensi diet karena adanya peran faktor
kegemukan.
3.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
42
Pelaksanaan Field Lab di Klinik Bunda tentang pengaturan diet pada Diet
pada Diabetes Mellitus. Praktikan mewawancarai tentang penyakit yang diderita
responden, mulai dari apa keluhannya, onset sampai pada kebiasaan hidupnya. Dari
wawancara tersebut praktikan dapat membandingkan tentang Diabetes Mellitus dan
keadaan penderita dari teori dan praktiknya dilapangan. Dari wawancara tersebut,
Praktikan dapat belajar memberikan edukasi kepada Responden(penderita Diabetes
Mellitus) tentang Diabetes Mellitus, bagaimana diet yang benar untuk Diabetes
Melitus, anjuran untuk Olahraga dan bagaimana olahraga yang sesuai, serta
menganjurkan untuk kontrol gula darahnya secara rutin. Dari kegitan Field Lab ini,
diharapkan Praktikan dapat mepunyai bekal dan pengalaman dimasa yang akan
datang ketika sudah menjadi seorang dokter.
B. SARAN
Pada dasarnya field lab kali ini sudah berjalan dengan lancar, namun akan
lebih baik lagi jika dalam pelaksanaannya satu praktikan bisa menghadapi satu
responden. Sehingga seorang praktikan bisa fokus dan benar-benar mengerti semua
hal tentang diabetes mellitus yang dialami responden. Dan bisa berlatih sendiri dalam
mengedukasi tentang diabetes mellitus yang nantinya pasti akan sering dilakukan saat
ia sudah menjadi dokter. Field lab tentang diabetes mellitus ini diharapkan bisa selalu
dilaksanakan dan ditingkatkan setiap tahunnya, mengingat diabetes mellitus
merupakan salah satu kasus yang sering dijumpai di masyarakat. Dengan adanya field
lab praktikan jadi bisa membuktikan kebenaran tentang teori diabetes mellitus yang
sudah dipelajari sebelumnya, sehingga praktikan menjadi lebih mengerti apa yang
sebenarnya terjadi pada penderita diabetes mellitus contohnya mengenai gejala,
komplikasi, jadwal pemeriksaan gula darah, terapi farmakologi dan non farmakologi
serta kendala yang dialami penderita dalam melaksanakan kedua terapi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Tandra, Hans. 2009. Osteoporosis Mengenal, Mengatasi, dan Mencegah Tulang Keropos.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
43
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, BrePrice, Sylvia Anderson dan Wilson, Lorraine M. C. 2006.
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Vol 2. Alih bahasa,
Brahm U.Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Corwin, Elizabeth J, 2001. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa, Brahm U. Pendit. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
PERKENI. 2004. Petunjuk Praktis Penatalaksanaa Dislipidemia. PB PERKENI. Cetakan 1;
1-15.
Neal Michael J. 2005. At a glance farmakologi medis : Obat penurun lipid. Edisi kelima.
Jakarta : EMS, h.47
Waspadji Sarwono. 2007. Penyulit Kronik Dan Pencegahannya. Dalam: Soegondo
Sidartawan, Soewondo Pradana, Subekti Imam. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Edisi ke-6. Jakarta : FK UI.
Malloy Mary J, Kane John P. 2002. Agen yang digunakan dalam hiperlipidemia. Dalam :
Katzung Bertram. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika,
h. 421-2.
LAMPIRAN
44
45
46