Anda di halaman 1dari 46

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISI........................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. Latar Belakang.........................................................................................................2
B. Tujuan .....................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
BAB III LAPORAN HASIL KEGIATAN...........................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................................40
BAB V PENUTUP..............................................................................................................46
A. Kesimpulan..............................................................................................................46
B. Saran .......................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................47
LAMPIRAN........................................................................................................................48

BAB I
1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Field Lab merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan pada blok
tertentu pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto (FKUMP), yang mana kegiatan tersebut dilakukan untuk memberikan pengalaman serta
pengetahuan para mahasiswa fakultas kedokteran yaitu dengan melihat langsung
bagaimana prosedur kerja para dokter dalam praktik sebenarnya dan bagaimana
kondisi kehidupan masyarakat luas.
Pelaksanaan Field Lab dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 14 Juni 2014,
pukul 06.00 11.30, di Klinik Bunda Banyumas. Untuk blok ke VI ini ialah dengan
materi Endokrin Metabolisme Nutrisi, terfokus pada bab Diabetes Mellitus. Hal ini
dilaksanakan dalam rangka acara pemeriksaan rutin PROLANIS (pasien geriarti).
Diabetes Melitus merupakan penyakit yang sering dijumpai baik di daerah
perkotaan maupun pedesaan. Masalah penyakit Diabetes melitus penting untuk
mendapat perhatian petugas kesehatan karena insidensi penyakit Diabetes melitus
tinggi dan terus meningkat di masyarakat, selain itu komplikasi akibat penyakit
diabetes melitus dapat berakibat fatal bagi penderita jika tidak mendapatkan
pengobatan dan perawatan yang adekuat. Diet pada diabetes melitus merupakan
utama untuk mengontrol gula darah, oleh karena itu keluarga Tn. X diharapkan
mengetahui tentang diet, perawatan DM di rumah, Pencegahan dan perawatan kaki
diabetik sehingga bisa mencegah terjadinya komplikasi.
Dengan makin majunya keadaan sosio ekonomi masyarakat Indonesia serta
pelayanan kesehatan yang makin baik dan merata, diperkirakan tingkat kejadian
penyakit diabetes mellitus (DM) akan makin meningkat. Penyakit ini dapat
menyerang segala lapisan umur dan sosio ekonomi. Dari berbagai penelitian
epidemiologis di Indonesia di dapatkan prevalensi sebesar 1,5-2,3 % pada penduduk
usia lebih besar dari 15 tahun.
Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah
penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar
5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Namun, pada tahun 2006
diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta
orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru
2

sekitar 30 persen yang datang berobat teratur. Sangat disayangkan bahwa banyak
penderita diabetes yang tidak menyadari dirinya mengidap penyakit yang lebih sering
disebut penyakit gula atau kencing manis. Hal ini mungkin disebabkan minimnya
informasi di masyarakat tentang diabetes terutama gejala-gejalanya. Sebagian besar
kasus diabetes adalah diabetes tipe 2 yang disebabkan faktor keturunan. Tetapi faktor
keturunan saja tidak cukup untuk menyebabkan seseorang terkena diabetes karena
risikonya hanya sebesar 5%. Ternyata diabetes tipe 2 lebih sering terjadi pada orang
yang mengalami obesitas alias kegemukan akibat gaya hidup yang dijalaninya.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dilakukan penyuluhan mengenai
diabetes mellitus menggunakan leaf let.
Berdasarkan pengajaran materi yang sudah didapatkan, mahasiswa dapat
melakukan anamnesis, edukasi atau penyuluhan kepada para pasien diabetes mellitus,
sesuai dengan teori yang telah diajarkan. Mahasiswa juga membuat leaf let mengenai
edukasi atau penyuluhan untuk pasien diabetes mellitus. Pada Field Lab kali ini lebih
dibahas mengenai penyakit Diabetes Mellitus tipe 2, karena kebanyakan pasien
berumur lebih dari 40 tahun.
Kegiatan penyelenggaraan Field Lab diharapkan dapat meningkatkan keahlian
dan kerja mahasiswa yang meliputi : kemampuan bekerja (anamnesis), motivasi
kerja, inisiatif, kreativitas, disiplin dan kerajinan dalam bekerja.
B. TUJUAN
1. Menjelaskan tentang Etiopatogenesis, serta Penatalaksanaan penyakit Diabetes
Mellitus.
2. Melakukan Komunikasi, Informasi, serta Edukasi tentang Pengaturan Diet
pada Penyakit Diabetes Mellitus.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Diabetes Mellitus
a. Pengertian

Diabetes mellitus (DM) yang dikenal dengan kencing manis atau kencing
gula. Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemik kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal. Kadar glukosa dalam darah kita
biasanya berfluktuasi, artinya naik turun sepanjang hari dan setiap saat, tergantung
pada makan yang masuk dan aktivitas fisik seseorang (Mistra, 2005). Diabetes
mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa dibentuk di hati dari
makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas,
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan
penyimpanannya (Smeltzer & Bare, 2002).
Tabel 2.1 Gula Darah Normal, IFG, IGT, dan Diabetes
(Sumber : Tandra, 2009)

b. Macam-macam Diabetes Mellitus


Menurut Maulana (2009), diabetes mellitus terdiri dari dua jenis, yaitudiabetes
mellitus yang tergantung pada insulin (IDDM) atau diabetesTipe I, dan diabetes
mellitus yang tidak tergantung pada insulin(NIDDM atau Diabetes Tipe II)
1) Diabetes Mellitus yang tergantung pada insulin (IDDM) atau Diabetes Tipe I
Diabetes mellitus tipe 1 dicirikan dengan hilangnya sel penghasil insulin
pada pulau-pulau langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin
4

pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang
dewasa. Sampai saat ini, diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olahraga
tidak bisa menyembuhkan atau pun mencegah diabetes tipe 1.Kebanyakan
penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat
penyakit ini dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respon tubuh terhadap
insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap
awal. Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan
insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui
alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk
tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis
dan diabeticketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan
olah raga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga
dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk
pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah
ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis dari insulin yang dibutuhkan
pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin
melalui inhaled powder.
2) Diabetes Mellitus yang tidak tergantung pada insulin (NIDDM/ Diabetes Tipe
II)
Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena kombinasi dari kecacatan dalam
produksi insulin dan resistensi terhadap insulin atau berkurangnya
sensitifitas terhadap insulin (adanya defekasi respon jaringan terhadap
insulin) yang melibatkan reseptor insulin di membran sel. Pada tahap awal
abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya sensitivitas terhadap
insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
Pada tahap ini, hiperglikemia dapat diatasi dengan berbagai cara dan obat anti
diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau
mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parahpenyakit,
sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang
dibutuhkan.
Diabetes tipe kedua ini disebabkan oleh kurang sensitifnya jaringan
tubuh terhadap insulin. Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya
lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya,
sehingga terjadi kekurangan insulin relatif. Gejala pada tipe kedua iuni terjadi
5

secara perlahan-lahan. Dengan pola hidup sehat, yaitu mengkonsumsi


makanan bergizi seimbang dan olah raga secara teratur biasanya penderita
berangsur pulih. Penderita juga harus dapat mempertahankan berat badan yang
normal. Namun, bagi penderita stadium terakhir, kemungkinan akan diberikan
suntikan insulin.
c. Faktor-faktor Predisposisi
Faktor-faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus menurut Tandra(2009),
meliputi keturunan, ras atau etnis, obesitas, metabolicsydndrome, kurang gerak
badan, penyakit lain, usia, riwayat diabetespada kehamilan, infeksi, stres, obatobatan.
1) Keturunan
Apabila ibu, ayah, kakak, atau adik mengidap diabetes, kemungkinan diri juga
terkena diabetes lebih besar daripada bila yang menderita diabetes adalah kakek,
nenek, atau saudara ibu dan saudara ayah. Sekitar 50% pasien diabetes tipe 2
mempunyai orang tua yang menderita diabetes, dan lebih sepertiga pasien
diabetesmempunyai saudara yang mengidap diabetes. Diabetes tipe 2 lebihbanyak
terkait dengan faktor riwayat keluarga atau keturunanketimbang diabetes tipe 1.
Pada diabetes tipe 1, kemungkinanorang terkena diabetes hanya 3-5% bila orang
tua dan saudaranyaadalah pengidap diabetes.
2) Ras atau Etnis
Beberapa ras tertentu, seperti suku Indian di Amerika, Hispanik,dan orang Amerika
di Afrika, mempunyai risiko lebih besarterkena diabetes tipe 2. Kebanyakan orang
dari ras-ras tersebutdulunya adalah pemburu dan petani dan biasanya kurus.
Namun,sekarang makanan lebih banyak dan gerak badannya makinberkurang
sehingga banyak mengalami obesitas sampai diabetesdan tekanan darah tinggi.
Pada orang-orang Amerika di Afrika(African Americans) pada usia di atas 45
tahun, mereka yang kulithitam, terutama wanita, lebih sering terkena diabetes 1,42,3 kalidaripada mereka yang kulit putih.
3) Obesitas
Kegemukan adalah faktor risiko yang paling penting untukdiperhatikan. Sebab,
melonjaknya angka kejadian diabetes tipe 2sangat terkait dengan obesitas. Lebih
dari 8 di antara 10 penderitadiabetes tipe 2 adalah mereka yang obesitas. Makin
banyakjaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin resistenterhadap kerja
insulin (insulin resistance), terutama bila lemaktubuh atau kelebihan berat badan
terkumpul di daerah sentral atauperut (central obesity). Lemak ini akan memblokir
6

kerja insulinsehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan


menumpukdalam peredaran darah.
4) Metabolic syndrome
Menurut World Health Organization (WHO) dan NationalCholesterol Education
Program : Adult Treatment Panel III(NCEP-ATP III), orang yang menderita
Metabolic Syndromeadalah mereka yang kelainan seperti : tekanan darah tinggi
lebihdari 160/90 mmHg, trigliserida darah lebih dari 150 mg/dl,kolesterol HDL
kurang dari 40 mg/dl, obesitas sentral dengan BMIlebih dari 30, lingkar pinggang
melebihi 102 cm pada pria ataumelebihi 88 cm pada wanita, atau sudah
terdapatmikroalbuminuria. Metabolic syndrome makin banyak kitatemukan di
masyarakat modern ini. Gaya hidup sekarang yangkurang gerak dan banyak makan
menyebabkan makin banyakorang yang mengidap diabetes, hipertensi, obesitas,
stroke, sakitjantung, nyeri sendi dan lain-lain.
5) Kurang Gerak badan
Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang terkenadiabetes. Olah raga
atau aktivitas fisik membantu kita untukmengontrol berat badan. Glukosa darah
dibakar menjadi energi.Peredaran darah lebih baik. Dan risiko terjadinya diabetes
tipe 2akan turun sampai 50%. Keuntungan lain yang dapat diperoleh dariolah raga
adalah bertambahnya massa otot. Biasanya 70-90%glukosa darah diserap oleh otot.
Pada orang tua atau yang kuranggerak badan, massa otot berkurang sehingga
pemakaian glukosaberkurang dan gula darah pun akan meningkat.
6) Penyakit Lain
Beberapa penyakit tertentu dalam prosesnya cenderung diikutidengan tingginya
kadar glukosa darah di kemudian hari.Akibatnya, pasien juga bisa terkena diabetes.
Penyakit-penyakit ituantara lain : hipertensi, gout (pirai) atau radang sendi akibat
kadarasam urat dalam darah yang tinggi, penyakit jantung koroner,stroke, penyakit
pembuluh darah perifer, atau infeksi kulit yangberulang.
7) Usia
Risiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnyausia, terutama diatas
40 tahun, serta mereka yang kurang gerakbadan, massa ototnya berkurang, dan
berat badannya makinbertambah. Namun, belakangan ini, dengan makin
banyaknya anakyang mengalami obesitas, angka kejadian diabetes tipe 2 pada
anakdan remaja pun meningkat.
8) Riwayat Diabetes pada Kehamilan
Diabetes pada kehamilan atau gestational diabetes dapat terjadipada 2-5% ibu
hamil. Biasanya di abetes akan hilang setelah anaklahir. Namun, lebih dari
setengahnya akan terkena diabetes dikemudian hari. Semua ibu hamil harus
7

diperiksa glukosa darahnya.Ibu hamil dengan diabetes dapat melahirkan bayi besar
denganberat badan lebih dari 4 kg. Apabaila ini terjadi, sangat besarkemungkinan
si ibu akan mengidap diabetes tipe 2 kelak.
9) Infeksi
Pada kasus diabetes tipe 1 yang terjadi pada anak, seringkalididahului dengan
infeksi flu atau batuk pilek yang berulang-ulang.Penyebabnya adalah infeksi oleh
virus, seperti mumps danCoxsackie, yang dapat merusak sel pankreas dan
menimbulkandiabetes.
10) Stress
Stres yang hebat, seperti halnya infeksi hebat, trauma hebat,operasi besar, atau
penyakit berat lainnya, menyebabkan hormone counter-insulin (yang kerjanya
berlawanan dengan insulin) lebihaktif. Akibatnya, glukosa darah pun akan
meningkat. Diabetessekunder ini biasanya hilang bila pengaruh stressnya
teratasi.Diabetes ini kadang ditemukan secara kebetulan pada waktu pasien
memeriksakan glukosa darahnya.
11) Obat-obatan
Beberapa obat dapat meningkatkan kadar glukosa darah, danbahkan bisa
menyebabkan diabetes. Bila mempunyai risiko terkenadiabetes, harus memakai
obat-obatan ini dengan sangat hati-hati.Obat-obatan yang dapat menaikkan glukosa
darah antara lainadalah hormon steroid, beberapa obat anti-hipertensi, dan
obatuntuk menurunkan kolesterol.
d. Gejala dan Keluhan Diabetes Mellitus
Beberapa keluhan utama dari diabetes menurut Tandra (2009) adalahbanyak
kencing, rasa haus, barat badan turun, rasa seprti flu, matakabur, luka yang sukar
sembuh, rasa baal dan kesemutan, gusi merahdan bengkak kulit kering dan gatal,
mudah kena infeksi, dan gatal padakemaluan.
1) Banyak kencing
Ginjal tidak dapat menyerap kembali gula yang berlebihan didalam darah, gula
ini akan menarik air keluar dari jaringan,sehingga selain kencing menjadi sering
dan banyak, juga akanmerasa dehidrasi atau kekurangan cairan.
2) Rasa Haus
Untuk mengatasi dehidrasi, rasa haus timbul dan akan banyakminum dan terus
minum. Kesalahan yang sering didapatkan adalahuntuk mengatasi rasa haus,
mencari softdrink yang manis dansegar, akibatnya gula darah semakin naik dan
hal ini dapatmenimbulkan komplikasi akut yang membahayakan.
3) Berat Badan Turun

Sebagai kompensasi dari pada dehidrasi dan harus banyak minum,mungkin


mulai banyak makan. Memang pada mulanya berat badanmeningkat, akan tetapi
lama kelamaan otot tidak mendapat cukupgula untuk tumbuh dan energi, maka
jaringan otot dan lemak harusdipecah untuk memenuhi kebutuhan energi, berat
badan menjaditurun, meskipun makannya banyak, keadaan ini makin
diperburukoleh adanya komplikasi yang timbulnya belakangan.
4) Rasa Seperti Flu dan Lemah
Keluhan diabetes dapat menyerupai sakit flu, rasa capek, lemah,dan nafsu
makan menurun. Pada diabetes, gula bukan lagi sumberenergi, karena glukosa
tidak dapat diangkut ke dalam sel untukmenjadi energi.
5) Mata Kabur
Gula darah yang tinggi akan menarik keluar cairan dari dalamlensa mata,
sehingga lensa menjadi tipis, mata mengalami kesulitanuntuk memfokus dan
penglihatan jadi kabur. Apabila bisamengontrol glukosa darah dengan baik,
penglihatan jadi membaikkarena lensa kembali normal. Orang diabetes sering
berganti-gantiukuran

kacamata,

karena

gula

yang

naik

turun

tidak

terkontroldengan baik.
6) Luka Yang Sukar Sembuh
Penyebab luka yang sukar sembuh adalah : pertama akibat dariinfeksi yang
hebat, kuman atau jamur mudah tumbuh pada kondisigula darah yang tinggi;
yang kedua adalah karena kerusakandinding pembuluh darah, aliran darah yang
tidak lancar padakapiler (pembuluh darah kecil) menghambat penyembuhan
luka;dan

yang

ketiga

adalah

kerusakan

syaraf,

luka

yang

tidak

terasamenyebabkan penderita diabetes tidak menaruh perhatian padaluka dan


membiarkannya semakin membusuk.
7) Rasa baal dan kesemutan
Kerusakan syaraf disebabkan oleh glukosa yang tinggi merusak dinding
pembuluh darah, yang akan menggangu nutrisi padasyaraf. Karena yang rusak
adalah saraf sensoris, keluhan palingsering adalah rasa semutan atau tidak
terasa, terutama pada tangandan kaki. Selanjutnya bisa timbul rasa nyeri pada
anggota tubuh,betis, kaki, tangan, dan lengan, bahkan bisa terasa seperti
terbakar.
8) Gusi Merah dan Bengkak
Kemampuan rongga mulut menjadi lemah untuk melawan infeksi,maka
terjadilah gusi bengkak dan merah, infeksi, serta gigi yangtampak tidak rata dan
mudah tanggal.
9

9) Kulit Kering dan Gatal


Kulit terasa kering, sering gatal dan infeksi. Keluhan ini biasanyamenjadi
penyebab pasien datang memeriksakan diri ke dokter, lalupada pemeriksaan
dokter kulit ditemukan adanya diabetes.
10) Mudah Kena Infeksi
Lekosit (sel darah merah) yang biasanya dipakai untuk melawaninfeksi, tidak
dapat berfungsi dengan baik paeda keadaan guladarah yang tinggi. Diabetes
membuat lebih mudah terkena infeksi.
11) Gatal Pada Kemaluan
Infeksi jamur juga menyukai suasana gula darah yang tinggi.Vagina mudah
terkena infeksi jamur, mengeluarkan cairan kentalputih kekuningan, serta timbul
rasa gatal.

e. Komplikasi Diabetes Mellitus


Bilous (2002) menyebutkan bahwa komplikasi dari diabetes dapat terjadi pada
semua organ atau semua sistem tubuh, misalnya saraf, jantung, pembuluh darah,
ginjal, mata, otak, dan lain-lain yaitu:
1) Kerusakan Saraf (Neuropati)
Kerusakan saraf adalah komplikasi diabetes yang paling seringterjadi. Gula darah
yang tinggi akan melemahkan dan merusakdinding pembuluh darah kapiler yang
memberi makan ke saraf,sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut Neuropati
Diabetik(Diabetic Neuropathy). Akibatnya adalah saraf tidak bisa mengirimatau
menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirimatau terlambat kirim,
keluhan yang timbul bisa bervariasi, mungkinnyeri pada tangan dan kaki, atau
gangguan pencernaan, bermasalahdengan kontrol buang air besar atau kencing, dan
sebagainya.
2) Kerusakan Ginjal (Nefropati)
Kerusakan saringan ginjal timbul akibat glukosa darah yang tinggi(umumnya
diatas 200 mg/dl), lamanya diabetes, yang diperberatoleh tekanan darah yang
tinggi (tekanan darah sistolik diatas 130mg dan diastolik diatas 85 mg). Makin
lama kena diabetes, makasemakin mudah pasien mengalami kerusakan ginjal.
3) Kerusakan Mata
Penyakit diabetes bisa merusak mata, dan menjadi penyebab utamadari kebutaan.
Ada tiga penyakit utama pada mata yang disebabkanoleh diabetes, yaitu retinopati,

10

katarak, dan glaukoma. Ketiganyabisa dicegah atau diperbaiki bila ditemukan pada
tahap awalpenyakit.
4) Penyakit Jantung
Diabetes dapat menyebabkan berbagai penyakit jantung danpembuluh darah
(kardiovaskuler), antara lain angina (nyeri dadaatau chest pain), serangan jantung
(acute myocardial infarction),tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung koroner.
Diabetesmerusak dinding pembuluh darah, yang menyebabkanpenumpukan lemak
di dinding yang rusak tadi dan menyempitkanpembuluh darah. Akibatnya suplai
darah ke otot jantung berkurang,tekanan darah meningkat, dan dapat terjadi
kematian mendadak.
5) Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang memberikan keluhanyang dramatis
seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Orangdiabetes cenderung terkena
hipertnsi dua kali lipat dibandingkandengan yang tanpa diabetes. Hipertensi
merusak pembuluh darah, antara 35 sampai 75 persen komplikasi diabetes adalah
disebabkanhipertensi.
6) Stroke
Dasar timbulnya stroke adalah terjadinya arteriosklerosis atau penyempitan
pembuluh darah di otak. Dimulai dari prosesinflamasi atau radang, diikuti dengan
penumpukan lemak,perlekatan dan penggumpalanm sel darah lekosit dan
trombosit,serta kolagen dan jaringan ikat lain pada dinding pembuluh
darah,selanjutnya timbul penyumbatan serta tidak ada suplai makanandan oksigen
ke jaringan, sehingga terjadi kematian sel otak.
7) Impotensi
Kebanyakan impotensi pada pria diabetes disebabkan oleh guladarah yang tinggi
atau lebih lama mengidapo diabetes.Penyempitan pembuluh darah akan
mengganggu aliran darah untukmengisi penis. Apabila saraf juga mengalami
kerusakan,

tidakdapat

menghantar

impuls

pengisian

darah

ke

dalam

pembuluhdarah kecil di dalam penis, maka penis menjadi lemas dan gagaluntuk
ereksi.
f. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), tujuan utama terapi diabetesadalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosadarah dalam upaya untuk
mengurangi terjadinya komplikasi vaskulerserta neuropatik. Tujuan terapeutik pada
setiap tipe diabetes adalahmencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa

11

terjadinyahipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada


limakomponen dalam penalaksanaan diabetes mellitus antara lain :
1) Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar daripenatalaksanaan diabetes.
Penatalaksanaan nutrisi pada penderitadiarahkan untuk mencapai tujuan berikut
ini:
a) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamindan mineral)
b) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c) Memenuhi kebutuhan energy
d) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
e) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2) Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangifaktor resiko kardiovaskuler.
Latihan akan menurunkan kadarglukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa olehotot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan
tonusotot juga diperbaiki dengan berolahraga. Latihan dengan membawatahanan
(resistance training) dapat meningkatkan lean body massdan dengan demikian
menambah laju metabolisme istirahat(resting metabolic rate).
2) Pemantauan Glukosa dan Keton
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secaramandiri (SMBG : selfmonitoring of blood glucose), penderitadiabetes kini dapat mengatur terapinya
untuk mengendalikan kadarglukosa darah secara optimal. Cara ini memungkinkan
deteksi

danpencegahan

dalammenentukan

kadar

hipoglikemia
glukosa

serta
darah

hiperglikemia,
normal

yang

dan

berperan

kemungkinan

akanmengurangi komplikasi diabetes jangka panjang. Berbagai metodekini tersedia


untuk melakukan pemantauan mandiri kadar glukosadarah. Kebanyakan metode
tersebut mencakup pengambilan setetesdarah dari ujung jari tangan, aplikasi darah
tersebut pada strippereaksi khusus, dan kemudian darah tersebut (biasanya antara
45dan 60 detik sesuai ketentuan pabrik). Untuk beberapa produk,darah diapus dari
strip (dengan menggunakan kapas atau kertastisue sesuai ketentuan pabrik).
Bantalan pereaksi pada strip akanberubah warnanya dan kemudian dapat
dicocokkan dengan petawarna pada kemasan produk. Bagi penderita yang
tidakmenggunakan insulin, pemantauan mandiri glukosa darah sangatmembantu
dalam melakukan pemantauan terhadap efektivitaslatihan, diet dan obat
hipoglikemia oral. Metode ini juga dapatmembantu memotivasi pasien untuk
12

melanjutkan terapinya. Bagipenderita diabetes tipe II, pemantauan mandiri glukosa


darah

harus

dianjurkan

dalam

kondisi

yang

diduga

dapat

menyebabkanhiperglikemia atau hipoglikemia.


3) Terapi Insulin
Pada diabetes tipe I, tubuh kehilangan kemampuan untukmemprodusi insulin.
Dengan demikian, insulin eksogenus harusdiberikan dalam jumlah tak terbatas.
Pada diabetes tipe II, insulinmungkin diperlukan sebagai jangka panjang untuk
mengendalikankadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral
tidakberhasil mengontrolnya. Di samping itu, sebagian pasien diabetestipe II yang
biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengandiet dan obat oral kadang
membutuhkan insulin secara temporerselama mengalami sakit, infeksi, kehamilan,
pembedahan

ataubeberapa

seringdilakukan

dua

kali

kejadian
per

hari

stress
(atau

lainnya.
bahkan

Penyuntikan
lebih

sering

insulin
lagi)

untukmengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dannpada


malam hari. Karena dosis insulin yang diperlukan masing-masing pasien
ditentukan oleh kadar glukosa dalam darah, makapemantauan kadar glukosa yang
akurat sangat penting. Pemantauanmandiri kadar glukosa darah telah menjadi dasar
dalammemberikan terapi insulin.
4) Pendidikan
Diabetes mellitus merupakan sakit kronis yang memerlukanperilaku penanganan
mandiri yang khusus seumur hidup. Karenadiet, aktivitas fisik dan stres fisik serta
emosional dapatmempengaruhi pengendalian diabetes, maka pasien harus
belajaruntuk mengatur keseimbangan berbagai faktor. Pasien bukan hanyaharus
belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap hariguna menghindari
penurunan atau kenaikan kadar glukosa darahyang mendadak, tetapi juga harus
memiliki perilaku preventifdalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi
diabetik jangkapanjang. Penghargaan pasien tentang pentingnya pengetahuan
danketerampilan yang harus dimiliki oleh penderita diabetes dapatmembantu
perawat dalam melakukan pendidikan dan penyuluhan.
2. Diet Diabetes Mellitus
a. Pengertian Diet Diabetes Mellitus
Pada dasarnya penyusunan program diit diabetes mellitus adalah :
1) Penghitungan jumlah kalori perhari sesuai kebutuhan setiappenderita
2) Mengarah ke berat badan normal
13

3) Menunjang pertumbuhan
4) Mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal
5) Mencegah atau memperlambat berkembangnya komplikasivaskuler
6) Sesuai dengan kemampuan daya beli setiap penderita
7) Komposisi sesuai dengan pola makan penderita sehari-hari.
Standar komposisi makanan yang dianjurkan adalah karbohidrat 60-70%,
protein 10-15%, dan lemak 20-25%, jumlah kandungan kolesterol kurang dari 300
mg/hari, berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh, kandungan serat sekitar 25
gram/hari, kasuskasus diabetes dengan hipertensi sebaiknya membatasi konsumsi
garam. Menurut Arisman (2004), penentuan jumlah kalori yang dibutuhkan
dihitung berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) yang ditentukan dengan rumus
IMT = berat badan (kg) / tinggi badan (m)2
Klasifikasi IMT sebagai berikut
a) 17,0-18,4 = kurus
b) 18,5-25,0 = normal
c) 25,1-27,0 = gemuk
Penentuan gizi penderita dilaksanakan dengan menghitung Percentage Of
Relative Body Weigh (BBR) atau berat badan relatif dengan rumus :
BBR = 100% 100 xTB /BB
Dalam praktek, sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan dalam sehari
pada penderita DM yang bekerja biasa menurut Darmono, (2007) adalah :
1) Kurus : BB X 40 50 kalori sehari.
2) Normal : BB X 30 kalori sehari.
3) Gemuk : berat badan (kg) dikalikan 20 kalori
b. Tujuan Diet Diabetes Mellitus
Menurut

Smelzer

dan

Bare

(2001),

diet

dan

pengendalian

berat

badanmerupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaannutrisi pada


penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuanberikut ini :
1) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin, mineral)
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3) Memenuhi kebutuhan energi
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
14

5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat


Bagi pasien yang memerlukan insulin untuk membantu mengendalikan kadar
glukosa darah, upaya mempertahankan konsistensi jumlah kalori dan karbohidrat
yang dikonsumsi pada jam-jam makan yang berbeda merupakan hal penting. Di
samping itu, konsistensi interval waktu diantara jam makan dengan mengkonsumsi
camilan (jika diperlukan), akan membantu mencegah reaksi hipoglikemia dan
pengendalian keseluruhan kadar glukosa darah. Bagi pasien-pasien obesitas
(khususnya pasien diabetes tipe II), penurunan berat badan merupakan kunci dalam
penanganan diabetes. Secara umum penurunan berat badan bagi individu obesitas
menjadi faktor utama untuk mencegah timbulnya penyakit diabetes. Obesitas akan
disertai peningkatan resistensi terhadap insulin dan merupakan salah satu faktor
utama yang menyertai diabetes tipe II. Sebagian besar penderita diabetes tipe II dan
memerlukan insulin atau obat oral untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya
mungkin dapat mengurangi signifikan atau bahkanmenghapus sama sekali
kebutuhan terapi melalui penurunan berat badan. Bahkan penurunan berat yang
hanya 10% dari total berat badan dapat memperbaiki kadar glukosa darah secara
signifikan.
Untuk pasien-pasien diabetes yang obesitas dan tidak menggunakan insulin,
konsistensi dalam hal volume makanan atau penentuan jam makan tidak begitu
menentukan. Sebaliknya, fokus utamanya terletak pada penurunan keseluruhan
jumah kalori yang dimakan. Namun demikian, pasien tidak boleh terlambat untuk
makan. Pengaturan jarak waktu makan di sepanjang hari akan membuat pankreas
dapat melakukan fungsinya dengan lebih teratur. Kepatuhan jangka panjang
terhadap perencanaan makan merupakan salah satu aspek yang paling
menimbulkan tantangan dalam penatalaksanaan diabetes. Bagi pasien obesitas,
tindakan membatasi kalori yang moderat mungkin lebih realistis. Bagi pasien yang
berat badannya sudah turun, upaya mempertahankan berat badan sering
lebih sulit dikerjakan.
Untuk membantu pasien ini dalammengikutsertakan kebiasaan diet yang
baru dalam terapi perilaku, dukungan kelompok dan penyuluhan gizi yang
berkelanjutan sangat dianjurkan.
Bagi semua penderita diabetes, perencanaan makan harus mempertimbangkan pula
kegemaran pasien terhadap makanan tertentu, gaya hidup, jam-jam makan yang
biasa diikutinya dan latar belakang etnik serta budayanya. Bagi pasien yang
15

mendapatkan terapi intensif, penentuan jam makan dan banyaknya makanan


mungkin lebih fleksibel dengan cara mengatur perubahan kebiasaan makan
sertalatihan.
c. Syarat-syarat Diet Diabetes Mellitus
Menurut Almatsier (2009), syarat-syarat diet diabetes mellitus adalah :
1) Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk
metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk
aktivitas fisik dan keadaan khusus. Makanan dibagi dalam tiga porsi besar, yaitu
makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk
makanan selingan.
2) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total. Protein
dapat diperoleh dari berbagai macam sereal (roti, sereal, nasi, pasta, tepung terigu)
atau yang berasal dari hewani (daging, ikan, telur, dan hasil peternakan). Protein
hewani relative cenderung kaya akan lemak dan kalori serta tidak mengandung
karbohidrat, sehingga hal ini perlu diperhitungkan saat merencanakan makan.
3) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energy total, dalam
bentuk < 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari
lemak tidakjenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan
kolesterol makanan dibatasi, yaitu 300 mg hari. Lemak jenuh (hewani) antara
lain terdapat dalam daging berlemak, susu full cream, mentega, dan lemak babi.
Jenis makanan tersebut dapat menyebabkan masalah dalam sirkulasi darah. Sangat
penting mengkonsumsi jenis makanan tersebut bagi setiap orang.Lemak tak jenuh
agak lebih baik dibandingkan lemak jenuh, yang terdapat dalam dua bentuk, yakni
Lemak tak jenuh ganda, ditemukan dalam beberapa produk, seperti minyak bunga
matahari, minyak sayuran murni, minyakjagung, dan margarin bunga matahari, dan
lemak tak jenuh tunggal,antara lain ditemukan dalam minyak zaitun dan minyak
lokal. Jenis lemak ini dapat dipakai sebagai pengganti lemak jenuh maupun lemak
tak jenuh.
4) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-70%.
Contohnya adalah roti, kentang, pasta, nasi, sereal, dan buah. Kandungan gula
makanan tersebut sangat rendah dan merupakan sumber energi yang baik. Karena
itu pilihlah makanan tersebut sebagai menu harian.
16

5) Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan


kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah
terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan
energi total. Contohnya adalah gula, permen dan coklat, bolu manis, biscuit manis
dan puding, minuman soda. Makanan tersebut harus dihindari karena kadar gula
akan masuk ke dalam aliran darah dengan cepat, sehingga dapat menyebabkan
kenaikan gula darah secara tiba-tiba. Untuk itu, dapat menggunakan pemanis
buatan, seperti sakarin, aspartame, dan acelsufame, ke dalam makanan dan
minuman sebagai pengganti gula. Boleh saja memakai sedikit gula dalam adonan
bolu, tetapi jangan dalam makan utama.
6) Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas.
Gula alternative adalah bahan pemanis selain sukrosa. Ada dua jenis gula
alternative yaitu yang bergizii dan yang tidak bergizi. Gula alternatiff adalah
fruktosa, gula alkohol berupa sorbitol, manitol dan silitol, sedangkan gula alternatif
tak bergizi berupa aspartam dan sakarin. Penggunaann gula alternatif hendaknya
dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan energi total
dapat meningkatkan kolesterol dan LDL.
7) Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang
terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbangg rata-rata memenuhi kebutuhan
serat sehari. Maksud penambahan isi serat dalam makanan tidak berarti makan nasi
dan yang lainnya, melainkan harus mengkonsumsi 30 gram serat setiap harinya.
Sangat penting untuk membuat usus bekerja
baik. Beberapa jenis serat yang dapat larut dapat membantu mengontrol kadar
darah agar normal dan menjaga tingkat kolesterol darah agar turun. Makanan,
seperti buncis matang, bubur kacang hijau, bubur gandum, sereal gandum lainnya,
maupun kue gandum semuanya kaya akan serat dapat larut. Sedangkan sereal
berkadar serat tinggi, roti, sayuran dan buah-buahan tanpa kulit, pasta, tepung
terigu, dan beras merupakan makanan dengan seratyang tak dapat larut.
8) Asupan Garam. Pasien diabetes mellitus dengan tekanan normal diperbolehkan
mengkonsumsi natrium daam bentuk garam dapur seperti sehat, yaitu 3000
mg/hari. Apabila mengalami hipertensi,asupan garam harus dikurangi. Terlalu
banyak garam tidak bagi bagi siapa pun dan dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi. Cobalah untuk memakai hanya sedikit garam saat memasak dan jangan

17

tambahkan sedikit pun saat makan. Berbagai bumbu, rempah-rempah, dan lada
dapat digunakan secukupnya untuk menambah rasa dalam makanan.
9) Cukup vitamin dan mineral.
Apabila asupan dari makanan cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam
bentuk suplemen tidak diperlukan. Bila makan-makanan yang seimbang, maka
tidak memerlukan tambahan vitamin atau mineral. Sebagian ahli berpendapat
bahwa kekurangan elemen, seperti khromium dan selenium berperan dalam
serangan komplikasi diabetes. Namun, tidak ada cara untuk mengukur jumlah
dalam makanan maupun kadar yang diperlukan tubuh. Tampaknya sangat baik bila
makan makanan yang bervariasi untuk menjamin kecukupan vitamin dan mineral
serta gizi lainnya.
Tabel 2.2 Jenis Diet Diabetes Mellitus menurut kandungan energi,
protein, lemak, dan karbohidrat
(Sumber : Almatsier, 2006)

Keterangan :
1) Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang gemuk.
2) Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes normal tanpa
komplikasi.
3) Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja
(juvenile diabetes) atau diabetes dengan komplikasi.
d. Pengaturan Diet Diabetes Mellitus
Pengaturan diet diabetes mellitus, perlu mengetahui kebutuhan kalorisehari. Selain
membantu dalam kebutuhan kalori, ahli gizi / diet jugamenyarankan variasi
makanan sesuai dengan daftar bahan makananpenukar. Porsi makanan hendaknya
tersebar sepanjang hari, yaitumakan pagi, makan siang, dan makan malam serta
kudapan di antarawaktu makan. Menurut Almatsier (2009), jumlah dan jenis
makananyang dianjurkan makan 3 kali sehari yang terdiri dari komposisi
yangberimbang.
18

3. Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus


Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu aturan dalam dan
perilaku yang disarankan. Kepatuhan merupakan tingkat seseorang dalam
melaksanakan perawatan, pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh perawat,
dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Ketidakpatuhan adalah keadaan di mana
seorang individu atau kelompok berkeinginan untuk mematuhi, tetapi ada faktor yang
menghalangi kepatuhan terhadap nasehat yang berkaitan dengan kesehatan yang
diberikan oleh profesional kesehatan (Carpenito, 2000). Ketidakpatuhan pasien
terhadap aturan pengobatan pada prakteknya sulit dianalisa karena kepatuhan sulit
diidentifikasikan, sulit diukur dengan teliti dan tergantung banyak faktor (Smet,
2004). Pasien yang patuh akan mempunyai kontrol glikemik yang lebih baik, dengan
kontrol glikemik yang baik dan terus menerus akan dapatmencegah komplikasi akut
dan mengurangi resiko komplikasi jangka panjang.
Perbaikan kontrol glikemik berhubungan dengan penurunan kejadian retinopati,
nefropati dan neuropati. Sebaliknya bagi pasien yang tidak patuh akan mempengaruhi
kontrol glikemiknya menjadi kurang baik bahkan tidak terkontrol, hal ini akan
mengakibatkan komplikasi yang mungkin timbul tidak dapat dicegah (Bilous, 2002).
Menurut Sunaryo (2009) metode-metode yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana seseorang dalam mematuhi nasehat dari tenaga kesehatan yang meliputi laporan
dari data orang itu sendiri, laporan tenaga kesehatan, perhitungan jumlah pil dan
botol, tes darah dan urine, alat-alat mekanis, observasi langsung dari hasil
pengobatan. Kepatuhan terhadapaturan pengobatan diabetes mellitus sering kali
dikenal dengan PatientCompliance.
Kepatuhan terhadap pengobatan dikhawatirkan akanmenimbulkan sesuatu yang
tidak diinginkan, seperti misalnya bila tidak minum obat sesuai aturan, maka akan
semakin memperparah penyakit. Menurut Smet (2004) variabel yang mempengaruhi
tingkat kepatuhan seseorang yaitu demografi, penyakit, psikososial, dan dukungan
sosial.
a. Demografi
Meliputi usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio-ekonomi danpendidikan. Umur
merupakan faktor yang penting dimana anak-anakterkadang tingkat kepatuhannya
jauh lebih tinggi daripada remaja,sedangkan faktor kognitif serta pendidikan
seseorang dapat jugameningkatkan kepatuhan terhadap aturan perawatan hipertensi.
19

b. Penyakit
Perilaku kepatuhan biasanya ditemuan rendah pada penyakit yasngsudah terlanjur
kronis serta saran-saran mengenai gaya hidup sepertimengurangi makanan berlemak,
olahraga dan berhenti merokok.

c. Psikososial
Sikap seseorang terhadap perilaku kepatuhan menentukan tingkatkepatuhan.
Kepatuhan seseorang merupakan hasil dari prosespengambilan keputusan orang
tersebut, dan akan berpengaruh padapersepsi dan keyakinan orang tentang kesehatan.
Selain itu keyakinan serta budaya juga ikut menentukan perilaku kepatuhan. Nilai
seseorangmempunyai keyakinan bahwa anjuran kesehatan itu dianggap benarmaka
kepatuhan akan semakin baik.
d. Dukungan Sosial
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalammenentukan keyakinan
dan nilai kesehatan bagi individu sertamemainkan peran penting dalam program
perawatan dan pengobatan.Pengaruh normatif pada keluarga dapat memudahkan
ataumenghambat perilaku kepatuhan, selain dukungan keluarga, dukungan tenaga
kesehatan diperlukan untuk mempertinggi tingkat kepatuhan,dimana tenaga kesehatan
adalah seseorang yang berstatus tinggi bagikebanyakan pasien, sehingga apa yang
dianjurkan akan dilaksanakan.

20

BAB II
LAPORAN HASIL KEGIATAN

A. RESPONDEN I
Nama

: Tarsem

Usia

: 85 Tahun

Alamat

: Jl.Kanding RT 01, Banyumas

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

a) Prosedur Pelaksanaan
Praktikan datang menghampiri Responden yang telah keluar dari ruang

pemeriksaan.
Praktikan mengucapkan salam dan basmallah , serta memperkenalkan

diri.
Praktikan menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan yang akan

dilakukan yaitu anamnesis dan edukasi tentang Diabetes Melitus.


Praktikan menanyakan Identitas responden, meliputi nama, usia,

alamat, dan pekerjaan.


Praktikan memulai anamnesis, menanyakan maksud kedatangan
responden ke Klinik Bunda untuk apa, dan merupakan kedatangan

pertama kali atau sudah beberapa kali.


Praktikan menanyakan apa saja yang dilakukan selama pemeriksaan

yang telah didapat responden.


Praktikan menanyakan diagnosis dokter terhadap keluhan yang selama

ini dirasakan oleh responden.


Praktikan menanyakan keluhan yang dirasakan oleh responden.
Praktikan menanyakan onset dan kronologi dari keluhan yang

dirasakan.
Praktikan menanyakan apa saja faktor yang memperberat dan

memperingan keluhannya.
Praktikan menanyakan gejala penyerta yang dirasakan responden.
21

Praktikan menanyakan riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit

keluarga.
Praktikan menanyakan kebiasaan pribadi responden meliputi pola

makan, minum, olahraga, dan pola tidur.


Praktikan menanyakan hasil pemeriksaan gula darah dan tanda vital.
Praktikan membuat kesepakatan kepada responden, agar kembali
diwawancarai setelah dilakukan pemeriksaan kedua ( Pemeriksaan

Gula Darah Sewaktu ).


Praktikan kembali mewawancarai responden, menanyakan hasil

pemeriksaan gula darah sewaktu.


Praktikan menanyakan obat apa saja yang diberikan.
Praktikan mengucap salam dan terima kasih kepada responden.
b) Hasil
Hasil Anamnesis
Kedatangan pasien ke Klinik Bunda untuk kontrol rutin Glukosa

Darah, Kontrol rutin.


Pemeriksaan yang telah dilakukan adalah pemeriksaan Gula Darah

Sewaktu dan tanda tanda Vital.


Responden mengatakan diagnosis dokter terhadap penyakitnya

adalahsakit gula / Diabetes Melitus.


Keluhan yang dirasakan responden :
Kesemutan
BAK sering
Banyak makan, banyak minum
Keluhan tersebut sudah dirasa sejak

tahun 5 tahun yang lalu

setelah pernah mengalami stroke.


Faktor yang memperberat keluhan :
Suka kecapean bila melakukan aktifitas berat
Keringat dingin
Faktor yang memperingan keluhan :
Istirahat dirumah
Minum obat glimepiride 2 ml dan metformin.
Gejala penyerta :
Pusing
Berkeringat banyak
Sering kramp
Sering mengantuk
RPK :
Ayah : menderita Kencing manis
Keluarga kebanyakan memang mengalami DM
RSE : Pasien dengan askes (asuransi kesehatan)
Kebiasaan Pribadi :
22

Makan
Minum
Tidur

aktifitas tidur
Olahraga : jalan biasa
Hasil pemeriksaan :
GDP
: 86mg/dL
GDS
: 299 mg/dL
TTV
: TD : 120/80 mg/dL
Anjuran Dokter :
Obat dikonsumsi secara teratur dan sesuai jadwal yang sudah

diberikan.
Menghindari makanan yang manis-manis.
Obat yang dikonsumsi
Glimepiride

Dosis 1 x / hari 1 mg ( sebelum makan)


Metformin
Dosis 2 x / hari 500 mg (boleh sesudah /

: tidak suka makanan manis,


: Pola minum biasa
: pola tidurnya cukup, BAK tidak mengganggu

sebelum) pemberian pada pagi hari dan malam hari.


Setelah itu praktikan memberikan sedikit edukasi, mengingatkan
responden untuk menjaga pola makan, perbanyak olahraga, dan teratur
menkonsumsi obat, serta selalu rutin mengkontrol kadar gula darah
agar menghindari terjadinya komplikasi lebih lanjut dari keluhan utama
responden
Praktikan memberikan leaflet untuk respnden, kemudian mengucap
salam dan terima kasih.
c) Hambatan dan Cara Mengatasi
Pada saat pelaksanaan pengaturan diet DM, jumlah pasien yang ada di
Klinik

sangatlah

terbatas

dibandingkan

jumlah

pewawancara.

Solusinya, agar waktu bisa efektif maka 1 pasien dapat diwawancarai


oleh 2 orang praktikan sekaligus dimana satu praktikan melakukan

anamnesis dan satunya melakukan edukasi Diet DM.


Ruangan pada Klinik memanglah tidak luas dan tidak dapat
menampung seluruh praktikan yang membuat praktikan berdesakan
dengan pasien, solusinya, menjaga jarak dari praktikan yang sedang
melakukan wawancara dengan pasien dan melakukan wawancara

secara bergantian dan kondusif.


Pada saat di lapangan, praktikan mendapatkan pasien wanita yang
sudah lanjut usia dimana dulunya pernah mengalami stroke dan
pendengaran serta penglihatannya yang kurang baik. Solusinya adalah
23

dengan melakukan alloanamnesa dengan anak pasien yang mengerti

pola hidup dan makan pasien tersebut.


Terdapat kekurangan dari praktikan

sendiri,

praktikan

lupa

menanyakan beberapa hal penting pada pasien , misalnya tinggi badan


pasien lupa ditanyakan. Kemudian pada saat pemeriksaan post prandial
pasien lupa bertanya kapan tepatnya kontrol tersebut berakhir sehingga
membuat praktikan tidak memperhatikan pasien tersebut dengan baik.
B. RESPONDEN II
Nama

: Martono

Usia

: 64 tahun

Alamat

: Desa Pekunden RT 1/RW 2, Kab. Banyumas


a) PROSEDUR PELAKSANAAN
Praktikan datang menghampiri Responden yang telah keluar dari ruang

pemeriksaan.
Praktikan mengucapkan salam dan basmallah, serta memperkenalkan

diri.
Praktikan menjelaskan maksud dan tujuab kegiatan yang akan

dilakukan yaitu anamnesis dan edukasi tentang Diabetes Mellitus.


Praktikan menanyakan identitas responden, meliputi nama, usia, alamt

dan pekerjaan.
Praktikan memulai amnesis dengan menyakan

maksud kedatangan

Responden ke klinik Bunda untuk apa, dan merupakan kedatangan

yang pertama atau sudah berapa kali.


Praktikan menanyakan apa saja yang dilakukan selama pemeriksaan

yang telah didapat responden?


Praktikan menanyakan diagnosis dokter terhadap keluhan yang selama

ini dirasakn oleh responden


Praktikan menanyakan keluhan yang dirasakan oleh responden
Praktikan menanyakan onset dan kronologi dari keluhan yang

dirasakan
Praktikan menanyakan apa saja faktor yang memperberat dan

memperingan keluhannya
Praktikan menanyakan gejala penyerta yang dirasakan responden

24

Praktikan menanyakan Riwayat penyakit dulu dan Riwayat Penyakit

keluarga
Praktikan menanyakan kebiasaan pribadi Responden, meliputi pola

makan, minum, olahraga dan pola tidur


Praktikan menanyakan hasil pemeriksaan Gula/Glukosa darah dan TTV

lalu dibandingkan dengan pemeriksaan sebelumnya


Praktikan menanyakan anjuran apa saja yang diberikan/ disampaikan

dokter kepada responden


Praktikan menanyakan kepada responden apakah anjuran tersebut
sudah dilakukan belum, jika sudah apakah memberikan perubahan

yang lebih baik kepada responden.


Praktikan menanyakan kesulitan responden dalam menjalankan

anjuran-anjuran dokter
Praktikan menanyakan obat apa yang sudah dikonsumsi responden dan
berupa apa saja obatnya, serta cara konsumsi/ sehari diminum berapa

kali dan kapan waktunya.


Praktikan memberikan edukasi mengenai Diabetes Mellitus kepada

responden
Praktikan membuat kesepakatan kepada Responden, agar kembali
diwawancarai lagi setelah dilakukan pemeriksaan kedua (pemeriksaan

GDS)
Praktikan kembali mewawancarai responden dan menanyakan hasil

pemeriksaan GDS
Praktikan mengucapkan terimakasih dan salam kepada responden
b) Hasil
Hasil Amnesis dan edukasi terhadap penderita Diabetes Mellitus :
Kedatangan pasien ke klinik Bunda untuk kontrol rutin Glukosa darah

dan sudah rutin kontrol sejak 6 bulan yang lalu


Responden mengatakan pemeriksaan yang sudah dilakukan adalah

pemeriksaan GDS dan TTV


Responden mengatakan diagnosis dokter terhadap penyakitnya adalah

Diabetes Mellitus
Keluhan yang dirasakan responden :
Kesemutan setiap habis makan
BAK sering (malam 4x sehari bahkan pernah 1 jam sekali
Banyak makan, minum
Keluhan tersebut sudah dirasa sejak 6 bulan yang lalu
Faktor yang memperbesar keluhan Setelah makan sering kesemutan
, jalan, berdiri
25

Faktor yang memperingan keluhan Istirahat, minum obat


Gejala penyerta
Berkeringat banyak
Sering ngantuk pada pagi hari
Tekanan darah tinggi
RPK Tidak ada riwayat Diabetes Mellitus
RPD Osteoporosis, sudah didiagnosis dokter di RS Margono
Kebiasan Pribadi :
Makan
: suka makan manis
Minum
: biasa
Tidur
: terganggu di malam hari karena BAK berkalikali/sangat sering
Olahraga
: bersepeda tiap minggu, karena jika jalan

kakinya kesemutan dan sakit


Hasil pemeiksaan ;
GDP = 162 mg/dL
BB = 73 kg
TTV = Tekanan darah = 130/80 mmHg (biasanya lebih tinggi
150/. mmHg) nadi dan nafas (pasien lupa)
Anjuran dokter :
Menjaga pola makan, istirahat, minum, olahraga
Jangan banyak pikiran
Obat dikonsumsi secara teratur
Anjuran dokter sebagian sudah dilakukan tetapi terkadang susah
menjaga pola makan terutama makan makanan yang manis-manis
Obat yang dikonsumsi :
Metforfmin dikonsumsi sehari 1 kali sebelum makan
Gli. (pasien lupa nama obat) dikonsumsi sehari 2 kali
sesudah makan
Obat dikonsumsi teratur oleh responden
Setelah itu responden diberi edukasi. Tetapi karena respinden sudah
banyak tahu Diabetes Mellitus, Praktikan hanya kembali mengingatkan
dan menghimbau responden agar menjaga pola makan, minum,
olahraga, obat dan rajin mengontrol gula darah. Ketika diberi edukasi,
responden terlihat sangat
mendengarkan

apa

yang

antusias

dan

disampaikan

dengan kooperatifnya
responden.

Praktikan

memberuikan leaflet pada Responden dan Responden terlihat senang

dan mengucapkan terimakasih.


Hasil pemeriksaan ke II (pemeriksaan GDS) 353 mg/dL
Obat yang diberikan :
Metformin sehari 1x sebelum makan
26

Glimepirid sehari 2x sesudah makan


c) Hambatan dan Cara Mengatasi
Pada saat pelaksanaan pengaturan diet DM, jumlah pasien yang ada di
Klinik sangatlah terbatas dibandingkan jumlah pewawancara. Solusinya,
agar waktu bisa efektif maka 1 pasien dapat diwawancarai oleh 2 orang
praktikan sekaligus dimana satu praktikan melakukan anamnesis dan

satunya melakukan edukasi Diet DM.


Ruangan pada Klinik memanglah tidak luas dan tidak dapat menampung
seluruh praktikan yang membuat praktikan berdesakan dengan pasien,
solusinya, menjaga jarak dari praktikan yang sedang melakukan
wawancara dengan pasien dan melakukan wawancara secara bergantian

dan kondusif.
Pada saat di lapangan, praktikan mendapatkan pasien yang sudah
didiagnosis diabetes sejak 6 bulan lalu. Pasien ini

sudah memiliki

pengetahuan yang baik mengenai penyakitnya, sehingga ketika di


wawancara pasien lebih banyak mengungkapkan apa yang dia ketahui
tentang penyakitnya sekaligus penatalaksanan yang harus dia lakukan. Hal
ini membuat praktikan menjadi grogi dan kurang percaya diri dalam
memberikan

edukasi

kepada

pasien.

Solusinya

adalah

dengan

mengendalikan diri agar tetap percaya diri dan terlihat meyakinkan, serta
memberikan edukasi dengan mengajaknya sharing.
C. RESPONDEN III
Nama

: ibu Subini

Usia

: 66 tahun

Alamat

:GedungGede

Pekerjaan

: ibu rumah tangga

a)

Cara Pelaksanaan
Responden datang ke klinik Bunda dan mendaftar di tempat pendaftaran.
Responden duduk, menunggu giliran.
Responden melakukan cek glukosa darah puasa yang dilakukan oleh
petugas kesehatan di klinik Bunda.

27

Praktikan menghampiri responden yang sudah keluar dari ruang

pemeriksaan.
Praktikan mengucaapkan salam, kemudian memperkenalkan diri.
Pratikan meminta kesedian dan waktu responden untuk melakukan

wawancara.
Responden bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai.
Praktikan mencari tempat yang nyaman untuk melakukan wawancara, dan

memepersilakan responden untuk duduk.


Praktikan menanyakan identitas responden, yang meliputi nama, alamat,

usia, dan pekerjaan.


Praktikan menanyakan tujuan utama responden datang ke klinik Bunda.
Praktikan menanyakan sudah berapa lama, dan sejak kapan melakukan

pemeriksaan rutin glukosa darah.


Praktikan menanyakan sejak kapan didiagnosis menderita diabetes

mellitus.
Praktikan menanyakan keluhan awal sebelum didiagnosis diabetes

mellitus.
Praktikan menanyakan di mana keluhan itu dirasakan.
Praktikan menanyakan berapa lama keluhan tersebut dirasakan.
Praktikan menanyakan keluhan tersebut timbul mendadak atau perlahan.
Praktikan menanyakan seperti apa rasa yang timbul dari keluhan tersebut.
Praktikan menanyakan apakah keluhan tersebut mengganggu aktivitas

atau tidak.
Praktikan menanyakan apakah responden melakukan aktivitas atau hal

tertentu yang dapat memperberat keluhan tersebut.


Praktikan menanyakan adakah faktor-faktor tertentu yang dapat

memperingan keluhan tersebut.


Praktikan menanyakan gejala penyerta dari keluhan utama dan terkait
dengan diagnosis dokter mengenai penyakit diabetes mellitus yang

dideritanya.
Praktikan menanyakan mengapa bisa timbul keluhan tersebut, atau adakah

suatu pemicu munculnya keluhan tersebut.


Praktikan menanyakan riwayat penyakit dahulu sebelum pasien menderita

diabetes mellitus.
Praktikan menanyakan riwayat kesehatan keluarga pasien terkait

keluhannya.
Praktikan menanyakan riwayat sosial ekonomi pasien.
Praktikan menanyakan kebiasaan pribadi pasien.
Praktikan menanyakan adakah hal yang terlewat yang ingin disampaikan.
28

Praktikan menutup wawancara dengan membuat suatu ringkasan.


Praktikan memberikan edukasi atau penyuluhan mengenai pengaturan diet

diabetes mellitus.
b) Hasil
Responden, yaitu ibu Subini (66 tahun) merupakan seorang ibu
rumah tangga yang beralamat di GedungGede dengan berat badan 58 kg,
tinggi badan 155 cm. Responden datang ke klinik Bunda untuk melakukan
pemeriksaan kadar glukosa darahnya yang dilakukan secara rutin setiap
bulan selama 6 bulan terakhir, sejak beliau didiagnosis oleh dokter
menderita diabetes mellitus, yaitu saat beliau berusia 64 tahun.
Beliau mengeluh pegal-pegal diseluruh persendiannya dan akhirakhir ini kakinya sering sakit sehingga susah digunakan untuk berjalan.
Beberapa hari ini beliau juga mengeluh pusing.
Beliau mengaku sudah diberikan suntik insulin kurang lebih satu
tahun terakhir ini dan sudah diberikan obat oleh dokter. Beliau merasa
penyakitnya ini sangat mengganggu aktivitas kesehariannya. Karena rasa
pegal-pegal yang timbul belakangan ini.
Hasil pemeriksaan GDP (Gula Darah Puasa) beliau yaitu 159
mg/dL dan setelah menunggu 2 jam untuk mengecek GDS (Gula Darah
Sewaktu) hasilnya adalah 350 mg/dL. Ibu Subini mengaku pernah
mempunyai GDS sampai 500 mg/dL. Pada saat itu beliau mengaku
mengkonsumsi buah durian. Selama berobat di klinik ini beliau
mengalami perubahan pada tubuhnya, beliau lebih merasa segar.
Keluhan utama diabetes yaitu 3P (Polifagi, Poliuri, Polidipsi)
sudah beliau rasakan. Bahkan untuk poliuri beliau mengaku sering
kencing pada malam hari dan biasanya sampai 5 kali dalam semalam.
Beliau mengaku menuruti nasihat dokter untuk diet dan olahraga teratur.
Setiap minggu beliau rutin untuk senam pagi atau pun jalan pagi ke pasar.
c) Hambatan Dan Solusi
Ruangan untuk melakukan anamnesis sangat ramai sehingga mengganggu
kelancaraan anamesa. Sehingga praktikan membesarkan suaranya agar

tidak terjadi kesalah pahaman dengan responden.


Pasien di klinik kurang sehingga praktikan harus menunggu lebih lama

untuk mendapatkan pasien baru.


Ruangan anamnesis panas dan sempit sehingga praktikan harus pintar
memilih sudut yang pas untuk melakukan anamnesis agar responden
merasa nyaman.
29

D. RESPONDEN IV
Nama

: Riyati

Usia

: 57 Tahun

Alamat

: Sudayana RT 03 RW 01

Pekerjaan

: Guru TK

a) Cara Pelaksanaan
Praktikan datang menghampiri Responden yang telah keluar dari ruang

pemeriksaan.
Praktikan mengucapkan salam dan basmallah serta memperkenalkan diri.
Praktikan menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan yang akan dilakukan

yaitu anamnesis dan edukasi tentang Diabetes Melitus.


Praktikan menanyakan identitas responden, meliputi nama, usia, alamat,

dan pekerjaan.
Praktikan memulai anamnesis dengan menanyakan maksud kedatangan
Responden ke Klinik Bunda untuk apa, dan merupakan kedatangan yang

pertama atau sudah berapa kali.


Praktikan menanyakan apa saja yang dilakukan selama pemeriksaan yang

telah disapat responden.


Praktikan menanyakan diagnosis dokter terhadap yang selama ini

dirasakan oleh Responden.


Praktikan keluhan yang dirasakan oleh responden.
Praktikan menanyakan onset dan kronologi dari keluhan yang dirasakan.
Praktikan menanyakan apa saja faktor yang memperberat dan

memperingan keluhannya.
Praktikan menanyakan gejala penyerta yang dirasakan responden.
Praktikan menanyakan riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit

keluarga.
Praktikan menanyakan kebiasaan pribadi Responden, meliputi pola

makan, minum, olahraga, dan pola tidur.


Praktikan menanyakan hasil pemeriksaan gula/ glukosa darah lalu

dibandingkan dengan pemeriksaan sebelumnya.


Praktikan menanyakan anjuran apa saja yang diberikan dokter kapada
responden.

30

Praktikan menanyakan kepada Responden apakah anjuran tersebut sudah


dilakukan belum. Jikansudah apakah memberikan perubahan yang lebih

baik kepada responden.


Praktikan menanyakan kesulitan Responden dalam menjalankan anjuran

anjuran dokter.
Praktikan memberikan edukasi mengenai Diabetes Melitus kepada

responden.
Praktikan membuat kesepakatan kepada Responden, agar kembali di
wawancarai lagi setelah dilakukan pemeriksaan kedua (pemeriksaan Gula

Darah Puasa).
Prakikan kembali mewawancarai responden, dan menanyakan hasil

pemeriksaan Gula Darah Puasa.


Praktikan menanyakan obat apa yang sudah di konsumsi Responden, dan
apa saja obatnya, serta cara konsumsi (sehari diminum berapa kali dan

kapan waktunya).
Praktikan mengucapkan terimakasih dan salam kepada Responden.
b) Hasil
1. Hasil Anamnesis
Kedatangan pasien ke Klinik Bunda untuk kontrol rutin glukosa dan

sudah rutin kontrol sejak 1 tahun yang lalu tiap bulan.


Responden mengatakan pemeriksaan yang sudah dilakukan adalah

pemeriksaan Gula Darah Puasa(GDS) dan tanda vital.


Responden mengatakan diagnosis dokter terhadap penyakitnya adalah

Diabetes Melitus.
Responden sudah terkena penyakit tersebut sejak 1 tahun yang lalu.
Responden mengetahui penyakitnya secara tiba-tiba ketika di cek gula

darahnya.
Responden merasa seperti orang normal, tidak merasakan gejala dari
penyakit

diabetes

melitus

seperti

poliuri,

polidipsi,

polifagi,

kesemutan, pandangan kabur, badan lemah, BAK 3-4x sehari.


Keluhan yang dirasakan adalah terjadi penurunan berat badan dan.
Sebelum terkena Diabetes Melitus

BB= 57 Kg, setelah terkena

Diabetes Melitus BB = 54 Kg.


Faktor yang memperberat keluhan : - (tidak menghambat aktivitas,

biasa saja seperti sebelum terkena Diabetes Melitus).


Faktor yang memperingan keluhan : istirahat, minum obat.
Gejala penyerta : gatal-gatal di perut

31

Riwayat Penyaikt Keluarga: ada yang terkena Diabetes Melitus( kakak


kandung)
Kebiasaan Pribadi:
Makan : biasa (suka manis tapi tidak berlebihan)
Minum : biasa
Tidur : teratur
Olahraga : jalan pagi 1x/minggu (tiap hari minggu)
Hasil pemeriksaan :
GDP : 102 mg/dl
TTV : tekanan darah 130/80 mmHg, nadi dan nafas (pasien

lupa)
Anjuran dokter : menjaga pola makan, istirahat, minum, olahraga,

jangan banyak pikiran, obat dikonsumsi secara teratur.


Anjuran dokter sudah dilakukan
Obat yang dikonsumsi : Metformin dikonsumsi sehari 1x sebelum

makan, belum pernah menggunakan insulin.


Obat dikonsumsi teratur oleh Responden.
Setelah itu responden diberi edukasi. Tetapi karena responden sudah
banyak tau mengenai Diabetes Melitus, Praktikan hanya kembali
mengingatkan dan menghimbau Responden agar menjaga pola makan,
minum, olahraga, obat dan rajin mengontrol gula darah. Ketika diberi
edukasi, Responden terlihat sangat antusias dan dengan kooperatifnya
mendengarkan apa yang disampaikan Praktikan. Praktikan juga
memberikan Leaflet pada Responden dan Responden terlihat senang

dan mengucapkan terimakasih.


Hasil pemeriksaan ke II (pemeriksaan GDS) : 197 mg/dl.
Obat yang diberikan : - Metformin sehari 1x sebelum makan
- Neurodex 1x sehari
- Gasela Ranitidin sehari 1x sebelum makan
c) Hambatan dan Cara Mengatasi
Pasien sedikit sehingga ada yang sempat tidak mendapatkan

Responden(Pasien) tetapi akhirnya mendapatkan semua walaupun


menunggu lama. Sehingga tiap Responden di wawancarai oleh dua

Praktikan, sehingga semua praktikan dapat melakukan tugasnya.


Membutuhkan waktu yang lama baik bagi Responden maupun Praktikan.
Kerana pemeriksaan kadar gula darah dilakukan dua kali (GDP dan 2 jam
setelah makan), maka sambil menunggu Praktikan dapat mengamati
proses pelayanan di Klinik Bunda. Untuk Responden, dapat diberikan
Snack sambil menunggu agar tidak bosan.
32

Suasana saat melakukan wawancara ramai sehingga menggaggu jalannya


wawancara. Praktikan harus benar-benar fokus dalam melakukan
wawancara kepada Responden dan dalam melakukan wawancara
menggunakan kalimat efektif dan efisien sehingga topik masalah tidak
terlalu melebar.

E. RESPONDEN V
Nama

: Bpk. sadikin

Usia

: 74 tahun

Pekerjaan

: Petani

Alamat

: Kali subur RT 01/RW 02


a)

Pelaksanaan
Mengucapkan salam
Membaca Basmallah
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan anamnesis dan edukasi, serta lakukan Improm

Consent
Mempersilahkan pasien duduk nyaman
Menanyakan keluhan utama
Onset dan kronologi
Faktor peringan
Faktor pemberat
Kualitas keluhan
Kuantitas keluhan
Gejala penyerta
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
Menanyakan kebiasaan sehari-hari
Meminta izin melakukan edukasi
Memberikan edukasi
Praktikan datang

ke tempat Klinik Bunda. Saat di Klinik Bunda

praktikan diberi responden oleh preseptor fakultas, masing-masing preseptor


memberikan seorang untuk dua orang praktikan yang ada dalam satu
kelompok.Ketika responden telah selesai diperiksa gula darah puasa, praktikan
menghampiri responden serta meminta izin untuk kesediaan responden

33

dilakukan anamnesis dan edukasi.Setelah praktikan selesai untuk meminta


izin, selanjutnya praktikan melakukan sebuah wawancara.
Praktikan menanyakan keluhan utama yang dirasakan, responden
menjawab bahwa responden sedang melakukan kontrol atau check up untuk
pemeriksaan glukosa atau gula darah, karena sebelum menurut responden,
dahulu responden diponis oleh dokter menderita diabetes mellitus karena kadar
gula darahnya tinggi. Maka dari itu responden rutin untuk kontrol serta berobat
jalan.
Responden sudah mengalami penyakit DM sejak 2 tahun yang lalu,
awalnya responden mengalami gejala sering kencing, minum, makan, tapi BB
serta merasa lemas, hal tersebut karena responden sebelumnya sering makan
makanan yang mengandung kolesterol dan kadar gula yang tinggi seperti
sering makan gorengan dan gula. Pada saat praktikan menanyakan faktor
peringan responden menjawab bahwa dalam posisi tubuh istirahat badan
merasa nyaman dan selalu mengkonsumsi obat tetapi responden terkadang
merasa bertambah sakitnya jika obat yang dikonsumsi habis serta jika posisi
tubuh dalam keadaan bergerak.
Kualitas keluhan yang dirasakan sudah berkurang karena sudah
melakukan pengobatan rutin dan kuantitas keluhan untuk saat ini masih
tergolong sedang karena responden masih bisa melakukan aktivitas walau ada
beberapa faktor terkadang menjadi sebuah masalah. Gejala yang dirasakan
responden selain yang sudah disebutkan di atas, responden mengalami
hipertensi atau tekanan darah tinggi, penglihatan kabur tetapi tidak parah, serta
kaki merasakan pegal-pegal jika untuk aktivitas yang lama.
Responden rutin datang untuk kontrol gula darah setiap satu bulan
sekali, karena sudah mengalami penyakit ini ketika 6 bulan yang lalu. Riwayat
penyakit dahulu dan penyakit keluarga, responden tidak memiliki faktor
keturunan penyakit dengan keluhan yang sama seperti gula darah tinggi dan
tekanan darah tinggi. Responden sering mengalami kencing yang berlebihan
ketika malam hari serta sering kesemutan.
Responden berobat ke klinik bunda dengan menggunakan askes.
Kebiasaan sehari-hari responden ketika sebelum diponis oleh dokter menderita
DM, responden sering mengkonsumsi makanan dan kadar gula yang tinggi
seperti kopi dan teh manis, akan tetapi ketika responden sudah melakukan
34

pengobatan rutin, responden melakukan terapi diet makanan atau menjaga pola
makan yang teratur agar gula darah tidak meningkat drastis. Selain itu
responden sudah mengkonsumsi obat agar gula darah dalam tubuh bernilai
normal.
Setelah selesai melakukan anamnesis, praktikan memberikan edukasi
tentang DM pada responden.Praktikan memberikan sebuah leaflet tentang DM
pada responden serta menjelaskan terapi dan penyebab DM. Praktikan sedikit
menjelaskan pada responden bahwa DM itu merupakan gula dalam darah yang
tinggi mengakibatkan gula yang seharusnya masuk dalam sel yang dijadikan
energi berkurang.
Responden meminta untuk menjelaskan isi leaflet yang diberikan.
Praktikan memberikan penjelasan bahwa makanan yang dikonsumsi harus
teratur.Misalnya responden makan pada pagi hari dengan nasi, telor, sayur,
dalam porsi tersebut nasi harus dikurangi dari biasanya serta sayur yang
cukup.Ketika setelah makan, responden diminta untuk makan buah-buahan
agar menetralisir gula dalam darah akibat asupan tambahan kalori dari
makanan.
Selain memberi edukasi tentang pola makan, responden diberikan
edukasi tata cara olahraga yang teratur serta pemakaian alas kaki yang baik,
karena responden sering mengalami sakit pada bagian kaki sehingga sulit
untuk melakukan aktivitas olahraga. Maka praktikan memberikan edukasi
olahraga kaki dengan intensitas waktu yang cukup.Praktikan mencontohkan
olahraga kaki pada responden sehingga responden mengerti bagaimana
gerakan yang dilakukan. Praktikan memberi edukasi bahwa responden harus
menjaga pemakaian alas kaki yang baik yaitu dengan menggunakan alas kaki
yang lembut serta nyaman, agar kaki responden tidak mudah luka karena
ketika luka jika glukosa tinggi akan sukar untuk kering. Setelah selesai
memberikan edukasi praktikan menunggu responden untuk melihat hasil
pemeriksaan post prandial gula darah, karena hasil dari pemeriksaan gula
darah, karena hasil dari pemeriksaan gula darah puasa responden bernilai 145
mg/dl serta TD 140/80 mmHg.
Setelah pemeriksaan post prandial responden mendapat gula darah 262
mg/dL. Responden ketika sebelum diperiksa post prandial hanya memakan
snack manis dan air tawar. Reseponden diberikan obat glimepiride 2 mg untuk
35

1x1/ hari d 1 jam sebelu makan, serta Metformin 2x1 saat makan untuk
menurunkan kadar gula darah, karena responden sering pusing maka
responden diberikan Methampiron dikonsumsi sesudah makan.
Hasil Pemeriksaan gula darah :
Gula darah puasa

: 145 mg/dL

Gula darah post prandial

: 262 mg/dL

b) Hambatan dan Cara Mengatasi


1. Tempat sempit mengakibatkan sulit melakukan anamnesis. Praktikan
Mencari tempat yang agak luas agar nyaman.
2. Konsentrasi praktikan karena kondisi suasana yang cukup gaduh.
Memfokuskan pada saat jalannya wawancara dengan responden.
3. Praktikan tidak bisa melihat langsung pemeriksaan gula darah. Praktikan
hanya melihat hasil nilai akhir pemeriksaan.
4. Praktikan tidak bisa mendampingi dari awal hingga akhir proses
pemeriksaan. Praktikan melihat pertama kali responden datang dan
menunggu responden sampai akan dilakukan pemeriksaan gula darah post
prandial.
5. Responden yang tidak cukup mengakibatkan masing-masing praktikan
kekurangan responden. Setiap praktikan masing-masing kelompok
memegang 1 pasien/responden, dimana praktikan 1 melakukan anamnesis
dan praktikan II melakukan edukasi.
6. Praktikan mengalami kesulitan dalam melakukan anamnesis karena
responden sudah tua dan juga pendengarannya sudah mulai berkurang.
Praktikan menggunakan allow anamnesis kepada istri responden

BAB IV
36

PEMBAHASAN

1. Pembahasan Responden I
Pada sesi field lab blok VI pada hari sabtu, tanggal 14 juni 2014 di tempat
Klinik Bunda, Banyumas. Praktikan datang tepat waktu pada jam 07.30 WIB,
praktikan menunggu datangya panggilan dari dosen pembimbing untuk melakukan
anamnesis pada Pasien yang sudah ditentukan.
Pasien keluar dari klinik pada jam 08.30 WIB, kemudian dosen pembimbing
memanggil praktikan untuk melakukan anamnesis secara berpasangan. Dari hasil
anamnesis didapatkan pasien bernama Ibu Tarsem berusia 85 tahun, pekerjaan sehari
harinya adalah ibu rumah tangga beralamat di jalan Kanding RT 01 Banyumas,
beliau sudah mendertia Diabetes Mellitus tipe 2 selama +/- 15 tahun.
Gejala yang sering dialami oleh beliau adalam sering mengalami kesemutan,
sering buang air kecil, serta sering makan dan minum, keluhan tersebut sudah dirasa
sejak 5 tahun yang lalu setelah pasien mengalami stroke. Di samping beliau
mengalami keluhan tersebut, terdapat gejala lainnya yaitu sering pusing, banyak
berkeringat, sering kramp serta sering mengantuk. Keluhan ini semakin terasa
setelah melakukan aktivitas berat serta kelelahan.
Di dalam keluarga terdapat data dimana ayah dari Ibu tarsem juga pernah
menderita penyakit Diabetes Mellitus. Kebiasaan dari Ibu tarsem yaitu konsumsi
makanan yang tidak manis, mempunyai pola minum biasa, serta sering jalan jalan
sebagai sarana olahraga.
Setelah melakukan anamnesis, di dapatkan data Gula darah puasa 86 mg/dL,
setelah itu beliau melakukan kontrol Gula darah postprandial dengan hasil 299
mg/dL. Beliau juga diberikan obat OHO yaitu Metformin dengan dosis 2x / hari 500
mg saat pagi dan malam hari. Serta pemberian obat Glimepirid dengan dosis 1x /
hari 1 mg sebelum makan.

2. Pembahasan Responden II
Berdasarkan field lab pengaturan diet diabetes mellitus pada klinik Bunda
Banyumas, dapat dbandingkan antara teori yang ada dengan kenyataan yang terjadi
di lapangan. Untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan antara teori dan praktiknya,

37

dapat ditinjau dari segi anamnesis dan saat penyuluhan mengenai diet diabetes
mellitus.
Anamnesis dilakukan kepada probandus yang telah mengalami diabetes
meliitus selama 6 bulan. Pada saat anamnesis praktikan mengajukan pertanyaan
dimulai dari keluhan utama, onset kronologi, faktor yang memperingan, faktor yang
memperberat, keluhan tambahan, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga dan kebiasaan pribadi. Ditinjau dari hasil anamnesis, jawaban responden
sangat sesuai dengan teori tentang gejala-gejala yang dialami oleh penderita diabetes
mellitus.Misalnya, mengenai keluhan utama yang dialami penderita diabetes
mellitus yaitu poliuri, polifagi, dan polidipsi. Responden juga mengaku mengalami
ketiga hal tersebut, hal ini dibuktikan dengan keterangan responden yang
menyatakan bahwa responden sering mengalami buang air kecil pada malam hari
dan kuantitasnya bisa sampai 3 atau 4 kali. Bahkan responden pernah mengalami
buang air kecil 1 jam sekali pada 1 malam. Selain itu, dari keluhan tambahan yang
diutarakan responden, juga sangat sesuai dengan keluhan tambahan yang dialami
oleh penderita diabetes mellitus yang tertulis dalam teori.Seperti kesemutan yang
sangat dirasa dikaki.
Ketika ditanyakan mengenai kebiasaan pribadi, jawaban respodenpun sama
dengan apa yang tercantum dalam teori bahwa responden memang suka memakan
makanan yang manis sebelumnya.
Akan tetapi, disini praktikan tidak bisa menerapkan semua teori mengenai
anamnesis karena terlihat kurang pas jika tetap ditanyakan kepada responden,
misalnya seperti menanyakan lokasi dari keluhan utama anamnesis. Namun, secara
keseluruhan proses anamnesis pada responden berjalanan dengan lancar dan
sebagian besar sudah sesuai dengan teori yang ada. Karena ketika berkomunikasi
dengan responden,responden sangat kooperatif sehingga praktikan tidak merasakan
gugup. Hal ini membuat proses anamnesis berjalan dengan lancar.
Setelah melakukan anamnesis, praktikan juga melakukan penyuluhan
mengenai diet diabetes mellitus. Proses pelaksanaan penyuluhan diet DM ini
sebagaian besar sudah sesuai teori. Hal ini dibuktikan dengan kesesuaian pada
terapi secara farmakologi pada responden. Karena responden sudah mendapatkan
obat yang sesuai dengan penyakitnya, yaitu obat diabetes mellitus golongan
sulfonilurea yaitu metformin yang dikonsumsi sehari satu kali sebelum makan, dan
obat glimepiride yang dikonsumsi 2 kali sehari setelah makan. Disamping itu,

38

responden melakukan kontrol gula darah dengan rutin, dan saat pelaksanaan
responden juga melakukan puasa sesuai dengan anjuran dokter.
Ditinjau dari terapi non-farmakologis, banyak ditemukan ketidaksesuaian
antara praktik dengan teori.Seharunsya pola makan responden benar-benar dijaga
ketat untuk mengikuti anjuran dokter, mana yang harus dihindari, dikurangi dan
diperbanyak.Akan tetapi, responden mengaku bahwa dia masih sangat kesulitan
untuk mengontrol pola makannya.Karena terkadang, makanan atau minuman yang
dilarang atau seharusnya dikurangi untuk dikonsumsi cenderung mudah didapat atau
dihidangkan dirumahnya.Ini kemungkinan terjadi karena kurangnya dukungan
keluarga, atau karena keluarga mendapatkan informasi yang kurang mengenai diet
yang baik untuk penderita diabetes mellitus.Selain itu, responden juga merasa
kesulitan untuk menerapkan olahraga yang seharusnya dilakukan rutin selama 3-4
kali dalam seminggu, selama 30 menit.Olahraga yang dianjurkan adalah jalan atau
bersepeda.Tapi responden merasa kesulitan untuk melakukan kedua olahraga itu
secara rutin, sehingga sesekali responden melakukan olahraga jalan kaki saja.Hal ini
disebabkan karena responden mengalami osteoporosis, sehingga jika dipaksa untuk
bersepeda atau berjalan terlalu lama kakinya malah sakit dan kesemutan. Disamping
itu, sesuai teori penatalaksaan diabetes mellitus non-farmakologis, responden sudah
banyak mengetahui tentang diabetes mellitus dan penanganan yang harus dia
lakukan. Hal ini membuat praktikan merasa bahwa bahan yang disampaikan sudah
diketahui oleh responden sebelumnya.
3. Pembahasan Respomden III
Dari Field lab yang telah dilakukan oleh praktikan,memang faktor-faktor
predisposisi yang praktikan temukan pada responden sesuai dengan apa yang
praktikan pelajari dari teori yang praktikan dapat. Faktor predisposisi keturunan
contohnya saja terjadi pada responden 2 dan 5,dimana orang terdekat dari keluarga
mereka ada yang terkena diabetes meliitus juga. Juga begitu untuk faktor
predisposisi usia,karena semua responden praktikan rata-rata berumur 60 tahun.
Untuk gejala dan keluhan pasien pun seudah sesuai dengan teori yang
praktikan dapatkan, keluhan seperti banyak kencing,sering merasa haus,berat badan
turun, sering merasa cepat lapar, dan kesemutan,rata-rata responden mengalami hal
tersebut dari responden 1 hingga responden 5.
4. Pembahasan Responden IV
Berdasarkan field lab pengaturan diet diabetes mellitus pada klinik Bunda
Banyumas, dapat dbandingkan antara teori yang ada dengan kenyataan yang terjadi
di lapangan. Untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan antara teori dan praktiknya,
39

dapat ditinjau dari segi anamnesis dan saat penyuluhan mengenai diet diabetes
mellitus.
Anamnesis dilakukan kepada probandus yang telah mengalami diabetes
meliitus selama 1 tahun. Pada saat anamnesis praktikan mengajukan pertanyaan
dimulai dari keluhan utama, onset kronologi, faktor yang memperingan, faktor yang
memperberat, keluhan tambahan, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga dan kebiasaan pribadi. Ditinjau dari hasil anamnesis, jawaban responden
kebanyakan tidak sesuai dengan teori tentang gejala-gejala yang dialami oleh
penderita diabetes mellitus.Misalnya, penderita diabetes mellitus tidak merasakan
keluhan 3P yaitu poliuri, polifagi, dan polidipsi. Selain itu, penderita tidak meraakan
keluhan tambahan seperti kesemutan, pandangan mata kabur, luka infeksi, baal,
keputihan, dan lain-lain.
Ketika ditanyakan mengenai kebiasaan pribadi, jawaban respodenpun stidak
sesuai dengan apa yang tercantum dalam teori bahwa responden merasa biasa saja
memakan makanan yang manis sebelumnya, tidak berlebihan.
Akan tetapi, disini praktikan tidak bisa menerapkan semua teori mengenai
anamnesis karena terlihat kurang pas jika tetap ditanyakan kepada responden,
misalnya seperti menanyakan lokasi dari keluhan utama anamnesis. Namun, secara
keseluruhan proses anamnesis pada responden berjalanan dengan lancar dan
sebagian besar sudah sesuai dengan teori yang ada. Karena ketika berkomunikasi
dengan responden, responden sangat kooperatif sehingga praktikan tidak merasakan
gugup. Hal ini membuat proses anamnesis berjalan dengan lancar.
Setelah melakukan anamnesis, praktikan juga melakukan penyuluhan
mengenai diet diabetes mellitus. Proses pelaksanaan penyuluhan diet DM ini
sebagaian besar sudah sesuai teori. Hal ini dibuktikan dengan kesesuaian pada
terapi secara farmakologi pada responden. Karena responden sudah mendapatkan
obat yang sesuai dengan penyakitnya, yaitu obat diabetes mellitus golongan
sulfonilurea yaitu metformin yang dikonsumsi sehari satu kali sebelum makan.
Disamping itu, responden melakukan kontrol gula darah dengan rutin, dan saat
pelaksanaan responden juga melakukan puasa sesuai dengan anjuran dokter.
Ditinjau dari terapi non-farmakologis, sebagian besar sudah sesuai teori. Pola
makan responden benar-benar dijaga ketat untuk mengikuti anjuran dokter, mana
yang harus dihindari, dikurangi dan diperbanyak. Selain itu, responden juga merasa
tidak kesulitan untuk menerapkan olahraga yang dilakukan rutin selama 3-4 kali
dalam seminggu, selama 30 menit.Olahraga yang dianjurkan adalah jalan atau
40

bersepeda. Disamping itu, sesuai teori penatalaksaan diabetes mellitus nonfarmakologis, responden sudah banyak mengetahui tentang diabetes mellitus dan
penanganan yang harus dia lakukan. Hal ini membuat praktikan merasa bahwa
bahan yang disampaikan sudah diketahui oleh responden sebelumnya.
5. Pembahasan Responden V
Tujuan pengobatan diabetes mellitus adalah secara konsisten menormalkan
kadar glukosa darah dengan variasi minimum. Penelitian-penelitian terakhir
mengisyaratkan bahwa mempertahankan glukosa darah senormal dan sesering
mungkin dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian.Tujuan ini dicapai melalui
berbagai cara, yang masing-masing disesuaikan secara individual.
1.

Metformin Hidroklorida

Indikasi : menekan nafsu makan, tidak meningkatkan berat badan, indikasi lain
penggunaannya dalam kombinasi dengan sulfonilurea adalah untuk pasien
diabetes melitus tipe 2 dengan hasil yang tidak memadai hanya dengan
pemberian terapi sulfonilurea.
Dosis : 3 kali sehari 500 mg, atau 2 kali sehari 850 mg, diminum yang
diberikan pada waktu makan. Bila perlu dosis dinaikkan dalam waktu 2
minggu sampai maksimal 3 kali sehari 1g.
Efek Samping : agak sering tejadi dan berupa gangguan lambung-usus, antara
lain anorexia (kehilangan nafsu makan), mual, muntah, keluhan abdominal,
diare terutama pada dosis di atas 1,5 g/hari. Efek tersebut berhubungan dengan
dosis dan cenderung terjadi pada awal terapi dan bersifat sementara.
Kontraindikasi : kontraindikasi pada pasien yang menderita penyakit ginjal,
alkoholisme, penyakit hati.
Perhatian : Berhubung kekurangan data mengenai keamanannya, maka
metformin tidak dianjurkan selama kehamilan dan laktasi. Sebagai gantinya
selalu disuntik dengan insulin..
2.

Pendidikan dan kepatuhan terhadap diet: adalah komponen penting

lain pada pengobatan diabetes tipe I dan II. Rencana diet diabetes dihitung
secara individual bergantung pada kebutuhan pertumbuhan, rencana penurunan
berat (biasanya untuk pasien diabetes tipe II), dan tingkat aktivitas. Distribusi
kalori biasanya 50-60% dari karbohidrat kompleks, 20% dari protein, dan 30%
dari lemak. Diet juga mencakup serat, vitamin, dan mineral. Sebagian
penderita diabetes tipe II mengalami pemulihan kadar glukosa darah
41

mendekati normal hanya dengan intervensi diet karena adanya peran faktor
kegemukan.
3.

Program Olahraga: terutama untuk pengidap diabetes tipe II, adalah

intervensi terapetik ketiga untuk diabetes mellitus. Olahraga, digabung dengan


pembatasan diet, akan mendorong penurunan berat dan dapat meningkatkan
kepekaan insulin. Untuk kedua tipe diabetes, olahraga terbukti dapat
meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel sehingga kadar glukosa darah turun.
Olahraga juga dapat meningkatkan kepekaan sel terhadap insulin.
Pada kasus diabetes yang dialami oleh Bapak sadikin, pasien mnggunakan
obat metformin untuk menurunkan kadar glukosa darahnya, selain probandus
meminum obat dia juga melakukan diet DM dengan cara mengurangi jumlah
porsi makannannya dan juga menghindari makanan yang mengandung kadar
gula tinggi karna dapat menaikan kadar glukosa darahnya, dan probandus juga
melakukan olah raga tetapi probandus kurang teratur dalam melakukan olah
raganya karena kurangnya pengetahuan tentang olah raga yang benar bagi
penderita DM. akan tetapi, probandus mengganti olah raga dengan rutin
berjalan dari rumah ke sawah atau kebun untuk bekerja. Dia mensiasati ini
untuk mengganti olah raganya.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

42

Pelaksanaan Field Lab di Klinik Bunda tentang pengaturan diet pada Diet
pada Diabetes Mellitus. Praktikan mewawancarai tentang penyakit yang diderita
responden, mulai dari apa keluhannya, onset sampai pada kebiasaan hidupnya. Dari
wawancara tersebut praktikan dapat membandingkan tentang Diabetes Mellitus dan
keadaan penderita dari teori dan praktiknya dilapangan. Dari wawancara tersebut,
Praktikan dapat belajar memberikan edukasi kepada Responden(penderita Diabetes
Mellitus) tentang Diabetes Mellitus, bagaimana diet yang benar untuk Diabetes
Melitus, anjuran untuk Olahraga dan bagaimana olahraga yang sesuai, serta
menganjurkan untuk kontrol gula darahnya secara rutin. Dari kegitan Field Lab ini,
diharapkan Praktikan dapat mepunyai bekal dan pengalaman dimasa yang akan
datang ketika sudah menjadi seorang dokter.
B. SARAN
Pada dasarnya field lab kali ini sudah berjalan dengan lancar, namun akan
lebih baik lagi jika dalam pelaksanaannya satu praktikan bisa menghadapi satu
responden. Sehingga seorang praktikan bisa fokus dan benar-benar mengerti semua
hal tentang diabetes mellitus yang dialami responden. Dan bisa berlatih sendiri dalam
mengedukasi tentang diabetes mellitus yang nantinya pasti akan sering dilakukan saat
ia sudah menjadi dokter. Field lab tentang diabetes mellitus ini diharapkan bisa selalu
dilaksanakan dan ditingkatkan setiap tahunnya, mengingat diabetes mellitus
merupakan salah satu kasus yang sering dijumpai di masyarakat. Dengan adanya field
lab praktikan jadi bisa membuktikan kebenaran tentang teori diabetes mellitus yang
sudah dipelajari sebelumnya, sehingga praktikan menjadi lebih mengerti apa yang
sebenarnya terjadi pada penderita diabetes mellitus contohnya mengenai gejala,
komplikasi, jadwal pemeriksaan gula darah, terapi farmakologi dan non farmakologi
serta kendala yang dialami penderita dalam melaksanakan kedua terapi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Tandra, Hans. 2009. Osteoporosis Mengenal, Mengatasi, dan Mencegah Tulang Keropos.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

43

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, BrePrice, Sylvia Anderson dan Wilson, Lorraine M. C. 2006.
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Vol 2. Alih bahasa,
Brahm U.Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Corwin, Elizabeth J, 2001. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa, Brahm U. Pendit. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
PERKENI. 2004. Petunjuk Praktis Penatalaksanaa Dislipidemia. PB PERKENI. Cetakan 1;
1-15.
Neal Michael J. 2005. At a glance farmakologi medis : Obat penurun lipid. Edisi kelima.
Jakarta : EMS, h.47
Waspadji Sarwono. 2007. Penyulit Kronik Dan Pencegahannya. Dalam: Soegondo
Sidartawan, Soewondo Pradana, Subekti Imam. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Edisi ke-6. Jakarta : FK UI.
Malloy Mary J, Kane John P. 2002. Agen yang digunakan dalam hiperlipidemia. Dalam :
Katzung Bertram. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika,
h. 421-2.

LAMPIRAN

44

Foto bersama Bapak Martono

Foto bersama Ibu Subini

Foto bersama Ibu Tarsem

Foto bersama Ibu Riyati

45

Foto bersama Bapak Sadikin

Obat OHO : Metformin 500 mg

Obat OHO : Glimepiride 2 mg

46

Anda mungkin juga menyukai