KLARIFIKASI ISTILAH
1.1. Alloanamnesa
Alloanamnesa adalah bagian dari anamnesa (sejarah kasus pasien
secara medik atau psikiatrik) yang berarti anamnesis yang dilakukan
kepada keluarga, saudara, atau teman dekat keluarga atau pasien agar
mendapatkan informasi tentang:
1) Gejala gangguan saat ini.
2) Riwayat gangguan medic atau prikiatrik sebelumnya.
3) Riwayat penyakit keluarga.
4) Silsilah keluarga.
5) Riwayat penyakit penderita.
Referensi: Kamus Kedokteran Dorlan Edisi 29
1.2.
Batuk
Ekspulsi udara yang tiba-tiba keluar dari paru yang biasanya berisik
demi menjaga jalan udara paru dari benda asing.
Referensi: Kamus Kedokteran Dorlan Edisi 29
1.3.
Pilek
Temperature, aktivitas fisiologik, atau pada radioaktivitas rendah
yang dapat disebabkan oleh faktor infeksi seperti virus, infeksi, bakteri dan
non infeksi seperti reaksi alergi.
Referensi: Kamus Kedokteran Dorlan Edisi 29
1.4
Diare
Frekuensi pengeluaran feses yang tidak normal.
Referensi: Kamus Kedokteran Dorlan Edisi 29
Sedangkan menurut Keperawatan Medical Bedah, diare adalah kondisi
dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidk biasa (lebih dari 3 kali sehari)
1.5
1.6.
1.7.
Epigastrium
Daerah perut bagian tengah dan atas yang terletak antara angulus sterni
(Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan Ed. 2)
1.8.
1.9.
Ikterik
Keadaan dimana terjadi penimbunan pigmen empedu tubuh yang
menyebabkan perubahan warna jaringan menjadi kuning seperti aorta dan
sklera
Referensi: Kamus Kedokteran Dorlan Edisi 29
Ikterik
Keadaan dimana jaringan terutama kulit dan sclera mata menjadi kuning
akibat deposisi bilirubin ( Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan
Ed. 2)
1.10.
Mantri
Nyeri
Sensasi nyeri sakit atau rasa tak nyaman yang lebih atau kurang
terlokalisasi akibat rangsangan pada ujung-ujung saraf khusus. (Kamus
Kedokteran Dorland, Edisi 31)
Nyeri
Pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya kerusakan actual maupun potensial atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan ( International Association for Study of Pain)
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
Denyut/menit
100-180
100-220
80-150
70-110
55-90
Frekwensi/menit
30 -50
20-30
20-28
12-20
BAB IV
LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa dapat memahami mekanisme demam pada skenario.
2. Mahasiswa dapat memahami mengapa demam Syamil dapat naik lagi
setelah diberi obat.
3. Mahasiswa dapat memahami tipe tipe demam yang berkaitan dengan
skenario.
4. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat dari demam.
5. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi lain dari demam.
6. Mahasiswa dapat mengetahui macam macam obat penurun demam dan
obat pilihan untuk demam.
7. Mahasiswa dapat mengetahui kompres yang sesuai dengan demam pada
skenario.
8. Mahasiswa dapat mengetahui efek samping dari obat.
BAB V
PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE
6.1. Mekanisme demam pada kasus Syamil
Proses perubahan suhu (demam) yang terjadi saaat tubuh dalam keadaan
sakit, apabila dikaitkan dengan infeksi dikarenakan oleh zat toksin dari mikroba
yang masuk kedalam tubuh. Pada umumnya keadaan sakit terjadi karena adanya
proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh akibat infeksi (Sherwood, 2014).
Jadi demam yang disebabkan oleh peradangan merupakan suatu petanda adanya
gangguan kesehatan, sehingga keadaan demam tersebut hanyalah suatu keluhan
dan bukan suatu diagnosis (Wilson, 2014).
Mekanisme demam bila dikaitkan dengan dehidrasi, dimana
saat
dehidrasi terjadi, tubuh tidak hanya kehilangan air tetapi juga kehilangan elektrolit
dan glukosa. Tubuh akan langsung merespons dehidrasi awal (kehilangan sekitar
2% cairan tubuh), yaitu mulanya adalah rasa haus yang teramat sangat, mulut dan
lidah kering, air liur pun berkurang, begitupun produksi kencing pun menurun.
7
Apabila hilangnya air meningkat menjadi 3-4% dari berat badan, terjadi
penurunan performa tubuh. Suhu tubuh menjadi naik menjadi demam, biasanya
diikuti meriang. Tubuh menjadi sangat tidak nyaman, nafsu makan hilang, kulit
kering dan memerah, serta muncul rasa mual (Sumarno, 2002).
6.2. Demam Syamil naik lagi
Hal tersebut dapat terjadi karena :
1) Yang diberikan kepada Syamil adalah obat penurun panas berupa obat
analgetik-antipiretik yang bekerja dengan cara menghambat pembentukan
prostaglandin, sehingga setiap minum obat tersebut panas akan turun.
Akan tetapi setelah konsentrasi antipiretik turun, maka efek hambatan
terhadap pembentukan prostaglandin juga rendah. Sehingga panas badan
akan meningkat lagi selang beberapa saat karena pembentukan
prostaglandin terus berlangsung selama penyebab terjadinya infeksi belum
diatasi. Jadi demam akan muncul lagi begitu efek obat penurun panasnya
hilang (Nadesul, 2008).
2) Bila dikaitkan dengan dosis pemberian obat, menurut Smith & Davidson
(2009) dosis obat pada anak lebih tepat jika dihitung dengan berpatokan
pada berat badan (bukan usia), seperti misalnya Parasetamol dengan dosis
10 mg/kg/dosis setiap 4-6 jam. Sehingga bisa saja dosis yang diberikan
oleh mantri untuk Syamil terlalu rendah, sehingga efek penurun panasnya
cepat hilang, yang mengakibatkan demam akan cepat muncul lagi.
Demam septik, pada tipe ini suhu badan berangsur naik ke tingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal
pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga
demam hektik.
2) Demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat
dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
pada demam septik.
3) Demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua
hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara
dua serangan demam disebut kuartana.
4) Demam kontinyu,pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari
tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5) Demam siklik, pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama
beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari
yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
6.4. Manfaat demam
Menurut Wilson (2014) peristiwa peradangan yang menyebabkan demam
sebenarnya merupakan fenomema yang menguntungkan dan merupakan
mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya serangan yang mengancam
keadaan fisiologis tubuh. Oleh karena itu, Luney et al. (2011) serta Zaaqoq &
Yende (2013) menyatakan berdasarkan beberapa penelitian bahwa terjadinya
demam memiliki beberapa efek respon tubuh yang menguntungkan :
1)
2)
inflamasi.
Demam memicu efek menguntungkan lainnya, yaitu adanya peningkatan
aktivitas fagositik dan beteriocidal neutrofik serta meningkatkan efek
3)
sitotoksik limfosit.
Beberapa mikroba menjadi kurang ganas dan tumbuh lebih lambat pada
suhu tubuh yang tinggi dalam keadaan demam. Seperti pada demam sakit
5)
Wilson, 2014).
Antipiretik
Antipiretik yang banyak digunakan dan dianjurkan adalah parasetamol,
ibuprofen, dan aspirin (asetosal) (Davis & Phair, 2004; Wilmana & Gan,
2007). Oleh karena itu antipiretik yang akan dibahas lebih lanjut ketiga jenis
obat tersebut :
1. Parasetamol (Asetaminofen)
Parasetamol (asetaminofen) merupakan metabolit fenasetin dengan efek
antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893. Efek anti
inflamasi parasetamol hampir tidak ada. Asetaminofen di Indonesia lebih
dikenal dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas, misalnya
Panadol, Bodrex, INZA, dan Termorex (Wilmana dan Gan, 2007).
Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu
tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral.
Parasetamol merupakan penghambat prostaglandin yang lemah. Efek iritasi,
erosi, dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga
11
12
13
3. Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat adalah suatu jenis obat dari keluarga salisilat
yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit atau nyeri),
antipiretik (terhadap demam), dan antiinflamasi. Aspirin juga memiliki efek
antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk
mencegah serangan jantung. Beberapa contoh aspirin yang beredar di
Indonesia ialah Bodrexin dan Inzana (Wilmana dan Gan, 2007).
Efek-efek antipiretik dari aspirin adalah menurunkan suhu yang meningkat,
hal ini diperantarai oleh hambatan kedua COX (cyclooxygenase) dalam
sistem saraf pusat dan hambatan IL-1 (yang dirilis dari makrofag selama
proses inflamasi). Turunnya suhu, dikaitkan dengan meningkatnya panas
yang hilang karena vasodilatasi dari pembuluh darah permukaan atau
superfisial dan disertai keluarnya keringat yang banyak (Katzung, 2002).
Aspirin merupakan obat yang efektif untuk mengurangi demam, namun tidak
direkomendasikan pada anak. Aspirin, karena efek sampingnya merangsang
lambung dan dapat mengakibatkan perdarahan usus maka tidak dianjurkan
untuk demam ringan (Soedjatmiko, 2005). Efek samping seperti rasa tidak
enak di perut, mual, dan perdarahan saluran cerna biasanya dapat dihindarkan
bila dosis per hari lebih dari 325 mg. Penggunaan bersama antasid atau
antagonis H2 dapat mengurangi efek tersebut (Wilmana dan Gan, 2007).
Aspirin juga dapat menghambat aktivitas trombosit (berfungsi dalam
pembekuan darah) dan dapat memicu risiko perdarahan sehingga tidak
dianjurkan untuk menurunkan suhu tubuh pada demam berdarah dengue
(Wilmana, 2007). Pemberian aspirin pada anak dengan infeksi virus terbukti
meningkatkan risiko Sindroma Reye (Katzung, 2002)
b. Obat demam pilihan adalah :
Menurut Smith & Davidson (2009) obat penurun demam/panas yang biasa
diberikan pada umumnya adalah :
1. Parasetamol, merupakan obat demam yang paling aman dan obat yang
dianjurkan untuk anak-anak. Parasetamol termasuk dalam golongan obat
penurun demam (antipiretik) dan penghilang nyeri (analgesik) untuk nyeri
14
ringan hingga sedang. Akan tetapi parasetamol tidak memiliki efek antirematik dan anti-radang. Selain itu, parasetamol tidak menimbulkan iritasi
di lambung sehingga bisa diminum sebelum makan. Dosis yang diberikan
pada anak-anak berumur kurang dari 12 tahun adalah 1015 mg/kg berat
badan setiap 46 jam jika dibutuhkan. Adapun dosis untuk orang dewasa
adalah 325650 mg setiap 46 jam atau 1000 mg 34 kali per hari.
Penggunaan parasetamol tidak boleh melebihi 4 g per hari untuk dewasa
dan 2,6 g per hari untuk anak-anak karena dapat menyebabkan overdosis.
2. Ibuprofen, merupakan obat antiperadangan non-steroid yang paling aman
dan dianjurkan untuk anak-anak. Penggunaan obat ini umumnya lebih
banyak digunakan sebagai obat anti-nyeri. Obat ini sering digunakan
sebagai anti-nyeri pada pasien pasca operasi. Selain efek penurun panas
dan anti-nyeri yang efektif, obat ini juga meredakan reaksi peradangan,
oleh karena itu obat ini digunakan juga pada penyakit rhematoid arthritis
(radang sendi). Dosis anjuran 5-10 mg/kg BB/hari.
diturunkannya set point termostat tersebut, tubuh menjadi berkeringat dan suhu
tubuh akan normal kembali (Hegner, 2003; Davis & Phair, 2004; Purwanti &
Ambarwati, 2008).
Hartanto (2003) menyatakan bahwa kompres dilakukan bukan untuk
keadaan darurat bila anak demam. Kompres dipakai untuk membantu penurunan
suhu tubuh disamping pemberian obat penurun panas. Jika anak panas tinggi,
yang pertama dilakukan bukan kompres tapi memberikan obat penurun panas.
Bila suhu tubuh anak tetap tinggi, barulah dibantu dengan kompres. Jika cukup
dengan obat, tidak perlu dilakukan kompres lagi.
Hasil penelitian Redjeki (2003) dan Purwanti & Ambarwati (2008)
menyarankan agar kompres hangat dapat dijadikan prosedur tetap dilingkungan
rumah sakit maupun keluarga dalam penanganan demam yang disebabkan infeksi,
non-infeksi maupun hipertermia.
16
DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha, S.,( 2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Jakarta: Pustaka
Bunda.
Davis, A.T. & Phair, J.P. (2004). The Biologic and Clinical Basis of Infectious by
Shulman, Phai, Sommer. 4th ed. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Harijanto, (2010). Malaria Dari Molekuler Ke Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Hartanto, S. (2003). Anak demam perlu kompres?. Harian Bali Post, 7 September
2003.
Hegner, B.R. (2003).
Asisten Keperawatan
Suatu Pendekatan
Proses
17
Nelwan. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Price, S.A. & Wilson, L.M. (2014). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Purwanti, A., & Ambarwati, W.N. (2008). Pengaruh kompres hangat terhadap
perubahan suhu tubuh pada pasien anak hipertermia di ruang rawat inap
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan 1(2), 81-86.
Redjeki, T.H. (2002). Perbandingan Pengaruh Kompres Hangat dan Kompres
Dingin untuk Menurunkan Suhu Anak Demam dengan Infeksi di RSU
Tidar Magelang. Skripsi Fakultas Kedokteran UGM. Jogyakarta :
Universitas Gajah Mada.
Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia, Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smith, T., & Davidson, S. (2009). Demam pada Anak-anak. Jakarta : Penerbit
Dian Rakyat.
Sumarmo,
18