Anda di halaman 1dari 7

BAB I

KLARIFIKASI ISTILAH

1.1.

Stomatitis :
Stomatitis adalah inflamasi mukosa oral ,yang dapat meliputi mukosa
bulcal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi, langit-langit dan dasar mulut.
Bersifat infeksius maupun non-infeksius dan dapat disebabkan oleh factorfaktor local sistemik
(Donna L,Wong.2008.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta:EGC)
Somatitis adalah radang pada rongga mulut (bibir dan lidah) yang
disebabkan oleh jamur candida albicans/moniliasis dan hygiene.
(Kristiyanasari, 2010)

1.2.

Nyeri sendi :
Nyeri sendi adalah peradangan sendi (arthritis) yang ditandai dengan nyeri
panas,kemerahan, dan pembengkakan peradangan sendi. Pada kelainan
kronik yaitu seperti arthritis rheumatoid
(Dorland edisi 28)

1.3.

ANA :
ANA adalah Autoantibodi terhadap nukleus (inti sel). Hampir semua
autoantibodi yang diproduksi oleh pasien lupus mengenal antigen-antigen
nukleus, termasuk antigen yang terlateak dalam sitoplasma pada permukaan
sel, atau yang disekresi oleh sel.
(Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam Jilid III)
ANA adalah antibody yang membuat kesalahan mengidentifikasi normal
terjadi secara alami bahwa protein yang ada dalam tubuh kita dikategorikan
sebagai benda asing dan berbahaya. Antibody yang menargetkan normal
protein dalam inti sel inilah yang dinamakan antinuclear antibody
(Joon marie vaan ferdi.American College of Rheumatologi.2012)

1.4.

Rematik :
Rematik adalah penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan tulang
rawan (kartilago) sendi dan tulang didekatnya, disertai proliferasi dari tulang
dan jaringan lunak didalam dan sekitar daerah yang terkena.
(Brunner and Suddarth, 2002)

STEP 3
3. Macam-macam nyeri sendi?
-Osteoarthritis dianggap gangguan yang berupa radang sendi yang wajar pada orang
lanjut usia karena kemampuan tubuh oleh penuaan (degeneration) , yaitu
berkurangnya kemampuan untuk merawat persen- diannya yang terlalu banyak

dipakai.
-Rheumatoid arthritis (radang sendi rematik) merupakan peradangan yang penuh
tanda tanya karena penyebabnya tidak langsung terkait dengan persendian itu sendiri.
Peradangan ini masih dianggap sebagai reaksi tubuh yang salah terhadap adanya
infeksi oleh kuman yang dikenal dengan nama Streptococcus beta haemolyticus;
kuman ini yang tidaklah menyerang langsung ke persendian, tetapi di tempat lain
semisal di tenggorokan (tonsil , amandel), gigi yang berlubang, kulit yang memborok.
Kuman ini kemudiannya menimbulkan reaksi yang dapat berupa radang sendi,
kerusakan ginjal, kerusakan paru, ataupun kerusakan katub jantung.
-Gout adalah radang di persendian tulang-tulang kecil (misalnya jari) yang
dikarenakan tingginya kandungan asam urat di dalam tubuh sehingga menimbulkan
endapan kristal asam urat ini di rongga sendi, ataupun juga bahkan berupa dungkuldungkul di bawah kulit.
-Pseudogout (radang gout palsu) pembengkakan persendian bukan karena asam urat
tetapi karena pengendapan kristal zat kapur (calcium pyrophosphate). Keadaan ini
tidak jarang menyertai osteoarthritis sehingga munculnya banyak pada orang yang
lanjut usia, misalnya yang terpicu oleh kurang minum.
-Infectious arthritis (radang sendi karena infeksi) merupakan pera- dangan sebagai
akibat dari adanya infeksi oleh kuman yang sampai ke persendian, misalnya pada
penderita penyakit kelamin; kuman sampai ke tempat ini biasanya karena terbawa
oleh aliran darah.

8. Apa sajakah penyakit autoimun?


a. Auto imun Hemolytic Anemia (AHA)
Terjadi destruksi oleh antibody terhadap antigen pada permukaan eritrosit.
b. Thyroiditis Hashimoto
Sebagian besar eutiroid,dapat juga hipotiroid/hipertiroid.
Dijumpai adanya auto antibody,anti tiroglobulin,infiltrasi limfosit, makrofag,
sel plasma dalam kelenjar membentuk folikel limfoid
c. Syndrome Sjogren
Ditandai dengan kerato konjungtiva (mata kering), xerostomia (mulut kering).

Berhubungan dengan : RA,SLE,Skleroderma


d. Polimiositis/dermatomiositis
-Polimiositis adalah peradangan otot skelet diperantai kelenjar imunologis.

STEP 7
2. Penatalaksanaan Rheumatoid Arthritis?
Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri, kekakuan,
pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi.
Pengobatan penderita rheumatoid arthritis bertujuan untuk :
a. Menghilangkan gejala peradangan/inflamasi yang aktif baik lokal maupun
b.
c.

sistemik.
Mencegah terjadinya kerusakan pada jaringan.
Mencegah terjadinya deformitas atau kelainan bentuk sendi dan menjaga

fungsi persendian agar tetap dalam keadaan baik.


d. Mengembalikan kelainan fungsi organ dan persendian yang mengalami
rheumatoid arthritis agar sedapat mungkin menjadi normal kembali (Rizasyah,
1997).
Strategi terapi Pengobatan rheumatoid arthritis memiliki dua komponen (Shiel, 2011):
a. Mengurangi inflamasi serta mencegah kerusakan dan kecacatan sendi.
b. Menghilangkan gejala, terutama nyeri.
Tata laksana terapi
Obat-obatan

dapat

digunakan

untuk

mengurangi

peradangan

pada

sendi,

menghilangkan rasa sakit dan mencegah atau memperlambat terjadinya kerusakan


sendi. Terapi fisik dapat dilakukan untuk melindungi sendi. Jika sendi sudah rusak
parah, suatu tindakan pembedahan mungkin diperlukan.
1. Terapi non-farmakologi
Terapi non-farmakologi untuk rheumatoid arthritis meliputi latihan, istirahat,
pengurangan berat badan dan pembedahan (Shiel, 2011).

a. Latihan
Penelitian menunjukkan bahwa olahraga sangat membantu mengurangi rasa
sakit dan kelelahan pada pasien rheumatoid arthritis serta meningkatkan
fleksibilitas dan kekuatan gerak. Tiga jenis olahraga yang disarankan adalah
latihan rentang gerak, latihan penguatan dan latihan daya tahan (aerobik).
Aerobik air adalah pilihan yang sangat baik karena dapat meningkatkan
jangkauan gerak dan daya tahan, juga dapat menjaga berat badan dari sendisendi tubuh bagian bawah (Shiel, 2011).
b. Istirahat
Istirahat merupakan komponen esensial pada terapi non-farmakologi RA.
Istirahat dapat menyembuhkan stres dari sendi yang mengalami peradangan
dan mencegah kerusakan sendi yang lebih parah. Tetapi terlalu banyak
istirahat (berdiam diri) juga dapat menyebabkan imobilitas, sehingga dapat
menurunkan rentang gerak dan menimbulkan atrofi otot. Pasien hendaknya
tetap menjaga gerakan dan tidak berdiam diri terlalu lama. Dalam kondisi
yang mengharuskan pasien duduk lama, pasien mungkin dapat beristirahat
sejenak setiap jam, berjalan-jalan sambil meregangkan dan melenturkan sendi
(Schuna, 2008).
c. Pengurangan berat badan
Menurunkan berat badan dapat membantu mengurangi stress pada sendi dan
dapat mengurangi nyeri. Menjaga berat badan tetap ideal juga dapat mencegah
kondisi medis lain yang serius seperti penyakit jantung dan diabetes. Pasien
hendaknya mengkonsumsi makanan yang bervariasi, dengan memperbanyak
buah dan sayuran, protein tanpa lemak dan produk susu rendah lemak.
Berhenti merokok akan mengurangi risiko komplikasi rheumatoid arthritis
(Shiel, 2011).
d. Pembedahan
Jika terapi obat gagal mencegah atau memperlambat kerusakan sendi, tindakan
pembedahan mungkin dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki sendi yang
rusak. Pembedahan dapat membantu mengembalikan kemampuan penggunaan
sendi, mengurangi rasa sakit dan mengurangi kecacatan. Pembedahan yang

dilakukan antara lain sebagai berikut (Harms, 2009):


1. Artoplasti (penggantian total sendi). Bagian sendi yang rusak akan diganti
dengan prostesis yang terbuat dari logam dan plastik.
2. Perbaikan tendon. Peradangan dan kerusakan sendi dapat menyebabkan
tendon di sekitar sendi menjadi longgar atau pecah. Untuk itu, perlu dilakukan
perbaikan tendon di sekitar sendi.
3. Sinovektomi (penghapusan lapisan sendi). Lapisan sendi yang meradang dan
menyebabkan nyeri dapat dihilangkan.
4. Artrodesis (fusi sendi). Fusi sendi mungkin direkomendasikan untuk
menstabilkan atau menyetel kembali sendi dan dapat mengurangi nyeri ketika
penggantian sendi tidak menjadi suatu pilihan.
Pembedahan berisiko menyebabkan perdarahan, infeksi dan nyeri, sehingga
sebelum dilakukan tindakan, harus diperhitungkan dulu manfaat dan risikonya.
5. Terapi farmakologi
Ada dua kelas obat yang digunakan untuk mengobati RA, yaitu obat fast acting (lini
pertama) dan obat slow acting (lini kedua). Obat- obat fast acting digunakan untuk
mengurangi nyeri dan peradangan, seperti aspirin dan kortikosteroid sedangkan obatobat slow acting adalah obat antirematik yang dapat memodifikasi penyakit
(DMARD), seperti garam emas, metotreksat dan hidroksiklorokuin yang digunakan
untuk remisi penyakit dan mencegah kerusakan sendi progresif, tetapi tidak
memberikan efek anti-inflamasi (Shiel, 2011).
Jenis DMARD dalam terapi RA yaitu :
Non-biologik (konvensional) :
1. Hidroksiklorokuin (Plaquenil), Klorokuin fosfat
Mekanisme kerja : Hambat sekresi sitokin, enzim lisosomal dan fungsi
makrofag.
Dosis : 200-400 mg per oral per hari ,250 mg per oralper hari
Waktu timbul respon : 2-6 bulan
Efek samping : Mual, sakit kepala, sakit perut, miopati, toksistas pada retina
2. Sulfasalazin
Mekanisme kerja : Hambat : respon sel B, angiogenesis
Dosis : 2-3 g per oral per hari
Waktu timbul respon : 1-3 bulan

Efek samping : Mual, diare, sakit kepala, ulkus mulut, ruam, alopesia,
mewarnai lensa kontak, oligospermia reversibel, gangguan fungsi hati,
leukopenia
3. Leflunomide (Arava)
Mekanisme kerja : Menghambat sintesis pirimidin
Dosis : 100 mg per oral perhari (3hari) kemudian 10-20 mg peroral per hari
Waktu timbul respon : 4-12 minggu
Efek samping : Mual, diare, ruam, alopesia, teratogenik, leukopenia,
trombositopenia, hepatitis
4. D-Penicillamine (Curprimine)
Mekanisme kerja : Hambat : fungsi sel T helper dan angiogenesis
Dosis : 250 -750 mg per oral per hari
Waktu timbul respon : 3-6 bulan
Efek samping : Mual, hilang rasa kecap, trombositopenia reversibel

Biologic :
1. Infliximab (Remicade)
Mekanisme kerja : Antibodi TNF (chimeric)
Dosis : 3mg/kgBB IV (infus pelan) pada minggu ke-0, 2 dan 6, kemudian
setiap 8 minggu
Waktu timbul respon : 4 bulan
Efek samping : Raksi infus, peningkatan risiko infeksi termasuk
reaktivasi TB,gangguan Demyelinisasi
2. Abatacept (Orencia)
Mekanisme kerja : Hambat: aktivitas sel T (costimulation blockers)
Dosis : 10 mg/kgBB (500, 750, atau 1000mg)
Waktu timbul respon : 6 bulan
Efek samping : Raksi infus, infeksi, reaksi hipersensitivitas, Eksaserbasi
COPD
3. Anakinra (kineret)
Mekanisme kerja : Antagonis reseptor IL-1
Dosis : 100 -150mg SC per hari
Waktu timbul respon : 3-4 bulan
Efek samping : Infeksi dan penuruan jumlah netrofil, sakit kepala,
pusing,mual

Anda mungkin juga menyukai