Anda di halaman 1dari 10

ULSERASI MUKOSA MULUT DISEBABKAN OLEH

APLIKASI TOPIKAL DARI EKSTRAK


KONSENTRAT PROPOLIS
Disadur oleh :
Wimardhani Y S, Soegyanto A I. Oral Mucosal ulceration caused by the topical
application of a concentrated propolis extract. Hindawi Publishing Corporation
Case Reports in Dentistry. 2014. 1-4

Penyaji :
Rosinta Farida A.Y.S
Nirwana Dewi Siregar

090600097
100600024

Dosen Pembimbing :
Pocut Astari,drg
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN JUDUL
ULSERASI MUKOSA MULUT DISEBABKAN OLEH
APLIKASI TOPIKAL DARI EKSTRAK
KONSENTRAT PROPOLIS
Disadur dari :

Wimardhani Y S, Soegyanto A I. Oral Mucosal ulceration caused by the topical


application of a concentrated propolis extract. Hindawi Publishing Corporation
Case Reports in Dentistry. 2014. 1-4

Pembimbing

Mahasiswa

Pocut Astari.,drg
Rosinta Farida A.Y.S 090600097
NIP. 19890303 201212 2005
Nirwana Dewi Siregar 100600024
Ulserasi Mukosa Mulut Disebabkan Oleh Aplikasi Topikal Dari Ekstrak
Konsentrat Propolis
( Oral Mucosal Ulceration Caused by The Topical Application Of a
Concentrated Propolis Extract )
Abstrak :
Propolis adalah campuran resin yang dikumpulkan oleh lebah madu dari tunas pohon,
aliran getah, dan sumber-sumber botani lainnya. Propolis sudah banyak digunakan
dalam pengobatan, kedokteran gigi, dan kosmetik. Namun, beberapa efek yang tidak
diinginkan telah dilaporkan. Makalah ini melaporkan oral mucosa burn pada pasien
usia 50 tahun yang menggunakan aplikasi propolis terkonsentrasi selama

semalam

untuk mengatasi rasa sakit berdenyut di kanan posterior mukosa atas. Pasien itu sehat
dan tidak menerima pengobatan apapun.
Pemeriksaan klinis pada pasien dengan beberapa ulser tidak teratur, multipel
dan dangkal yang sakit berukuran 0,3-1 cm pada mukosa bukal kanan dan palatum
durum, serta mukosa gingiva yang mengelilingi gigi 17. Diagnosanya adalah oral
mucosa burn yang di indikasi propolis. Ulser hilang setelah pemberian resep obat
kumur tetrasiklin kombinasi dengan doloneurobion.

Pasien selanjutnya diobati dengan carbamazepine untuk mengatasi rasa sakit


berdenyut terus-menerus di daerah yang terkena, yang diduga menjadi neuralgia
trigeminal. Laporan ini memberikan peringatan untuk dokter tentang efek negatif dari
penggunaan propolis untuk pengobatan penyakit mulut, meskipun merupakan bahan
alami.
PENDAHULUAN
Propolis adalah kata Yunani yang secara harfiah berarti "di depan kota," dan
kadang-kadang disebut sebagai lem lebah. Propolis ini di dapat dari lebah madu
untuk membangun sarang mereka dan berfungsi sebagai materi tahan air dan
perlindungan terhadap pemangsa. Analisis kimia propolis telah mengungkapkan
setidaknya 300 senyawa sebagai pilihannya. Propolis adalah campuran kompleks
yang mengandung senyawa resin dan balsamic (55%) sebagai komposisi utama.
Komposisi lainnya adalah lilin lebah (30%), minyak esensial (10%), bee pollen (5%),
dan senyawa organik (5%), fenolik, ester, dan flavonoid. Komponen-komponen ini
dikumpulkan dari tunas pohon, aliran getah, dan sumber-sumber botani lainnya.
Lokasi tanaman,

iklim, dan kondisi lingkungan memiliki peran penting dalam

menentukan rasio dan konsentrasi komponen propolis.


Selama bertahun-tahun, propolis telah dianggap sebagai obat herbal
tradisional yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Propolis telah banyak
digunakan dalam pengobatan, kedokteran gigi, dan kosmetik. Studi in vitro dan in
vivo pada hewan propolis telah disimpulkan sejumlah kegiatan biologisnya.
Misalnya, menunjukkan zat untuk menciutkan, antiseptik, anastesi, anti-inflamasi,
antibiotik, antijamur, antivirus, antioksidan, imunomodulator, dan kegiatan aktifitas
antineoplastik. Namun, penelitian klinis pada propolis untuk penyakit mulut pada
manusia masih terbatas. Meskipun ada manfaat untuk penggunaan propolis dalam
kedokteran dan kedokteran gigi, reaksi alergi karena propolis juga telah dilaporkan.
Sebuah studi baru-baru ini dijelaskan 22 kasus lesi oral yang disebabkan oleh
penggunaan propolis, menunjukkan bahwa penyalahgunaan propolis mungkin
memiliki efek samping yang sangat serius pada mukosa mulut.
Walaupun beberapa laporan yang diterbitkan telah menjelaskan reaksi negatif
terhadap propolis, penulis baru-baru ini mendokumentasikan kasus baru terkait

dengan penggunaannya. Di sini, penulis melaporkan kasus seorang wanita yang


menderita ulkus mukosa oral setelah penggunaan topikal propolis terkonsentrat pada
area gigi yang sakit.
LAPORAN KASUS
Seorang pasien wanita 50 tahun dirujuk ke Klinik Pengobatan Penyakit
Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia, mengeluh lesi yang
menyakitkan yang terletak di mukosa bukal kanan atasnya, di samping mukosa
palatal. Pasien mengalami sakit berdenyut di jaringan mukosa sekitar gigi 17
beberapa hari sebelumnya. Dia melaporkan menerapkan gulungan kapas yang telah
terendam propolis untuk meringankan rasa sakit di daerah mukosa. Pasien menyadari
munculnya lesi mulut yang sakit keesokan paginya, yang menyebabkan kesulitan
makan. Munculnya lesi tidak disertai dengan gejala sistemik, dan tidak ada daerah
tubuh lainnya terlibat. Pasien melaporkan setiap hari mengkonsumsi propolis dengan
melarutkan dalam air minumnya.
Sebuah tinjauan riwayat medisnya mengungkapkan pernah mengalami alergi
terhadap kloramfenikol dan nyeri lambung sesekali. Sebaliknya, pasien sehat dan
tidak dalam pemakaian obat. Pemeriksaan klinis menunjukkan beberapa ulser tidak
teratur dan dangkal pada mukosa bukal kanan, mukosa palatum keras kanan, dan
daerah gingiva sekitar gigi 17. Ukuran ulkus berkisar 0,3-1,5 cm (Gambar 1). Gigi 17
sedang dalam perawatan endodontik untuk lesi karies lebar dan dalam, dan radiografi
menunjukkan tidak ada lesi periapikal (Gambar 2). Palpasi dan perkusi gigi 17 berada
dalam batas normal. Namun, pasien disarankan mencabut gigi 17.
Selain itu, kelenjar getah bening submandibular membesar dan sakit yang di
dapat pada palpasi dan merupakan hasil dari peradangan yang terkait dengan gigi 17.
Diagnosis kerja mukosa oral burn yang diinduksi propolis membuat mukosa rasa
terbakar. Pasien disarankan untuk menghentikan penggunaan propolis dan diresepkan
obat kumur tetrasiklin tiga kali sehari selama 3 hari dan Doloneurobion dua kali
sehari selama 7 hari untuk mengelola rasa sakit. Pasien disarankan untuk kontrol
setelah 5 hari.

(a)

(b)

Gambar 1: beberapa ulkus tidak teratur Dangkal mulai 0,3-1,5 cm dengan


diameter perbatasan eritematosa, terletak pada mukosa bukal kanan, mukosa palatal,
dan mukosa gingiva sekitar gigi 17.

Gambar 2: radiografi gigi menunjukkan luas dan mendalam karies lesi pada
gigi 17, dengan perawatan endodontik yang belum selesai. Tidak ada lesi periapikal
diamati.
Pada saat kontrol, pemeriksaan oral mengindikasikan keadaan normal daerah
yang terkena. Gigi 17 telah dicabut oleh departemen yang lain, karena pasien percaya
bahwa itu adalah penyebab rasa sakit berdenyut-denyut. Secara klinis, ada soket
ekstraksi penyembuhan gigi 17 dan penyembuhan daerah ulserasi yang terlihat
sebagai daerah eritema. Nyeri yang terkait dengan daerah post ulcerated telah teratasi.
Namun, dia melaporkan nyeri berdenyut terus-menerus di daerah di mana gigi 17
telah diekstraksi. Tidak ada limfadenopati submandibular teramati pada kunjungan
ini. Departemen Penyakit Mulut menduga trigeminal neuralgia sebagai penyebab rasa
sakit berdenyut-denyut. Pasien diresepkan mengkompres kasa pada mukosa dengan
0,05% chlorhexidine glukonat tiga kali sehari selama 3 hari untuk menyembuhkan
mukosa mulut, ditambah 100 mg carbamazepine dua kali sehari selama 5 hari. Pasien
diminta untuk kembali kontrol setelah 5 hari.
Pada kontrol terakhir, daerah eritematosa benar-benar sembuh dan dari
mukosa yang lain tampak normal, dengan soket gigi 17 yang sembuh setelah
ekstraksi (Gambar 3). Pasien melaporkan tidak ada rasa sakit yang terkait di daerah
post ulcerated. Namun, rasa sakit berdenyut di daerah gigi 17 tercatat sebagai

"perasaan aneh." Dosis 100 mg carbamazepine diresepkan dua kali sehari selama 2
minggu.

Gambar 3: mukosa mulut sebelumnya ulserasi sembuh setelah 5 hari


pengobatan dengan tetrasiklin obat kumur.
Ulkus dinyatakan sembuh pada kunjungan ini, dan pasien dijadwalkan untuk
konsultasi 2 minggu kemudian untuk evaluasi lebih lanjut dari dugaan neuralgia
trigeminal.
DISKUSI
Berbagai manfaat biologis dari propolis telah menyebabkan banyak hal yang
dapat digunakan dalam pengobatan, termasuk kedokteran gigi. Banyak penelitian in
vitro dan in vivo pada propolis telah selesai, dengan beberapa uji klinis pada manusia
menunjukkan cara penggunaan yang bermanfaat sebagai bahan aktif untuk
pengobatan ulkus eosinofilik, sebagai antimikroba untuk pasien gingivitis, sebagai
komponen bahan kapping pulpa, dan sebagai antijamur untuk pasien dengan denture
stomatitis. Namun, reaksi negatif terhadap propolis juga telah dilaporkan dan
dijelaskan dalam literatur yang diterbitkan. Seorang pasien wanita berusia 50 tahun
dengan adanya lesi di mulut akibat aplikasi topikal dari propolis yang digambarkan
dalam laporan kasus ini.
Setelah di analisa dengan cermat dari sifat lesi, pasien dalam laporan ini
didiagnosa menderita oral mukosa burn setelah berkontak langsung dengan propolis
yang terkonsentrat. Pasien dalam laporan kasus ini memutuskan untuk menekan
mukosa dengan gulungan kapas yang telah terendam dengan propolis yang
terkonsentrat untuk meringankan rasa sakit yang berdenyut di daerah yang
sebelumnya sudah terkena. Munculnya lesi terjadi sekitar 8 jam setelah aplikasi
propolis, tanpa kondisi sistemik. Konsentrasi tinggi dari komponen etanol (50-70%)
dalam ekstrak propolis mungkin menjadi penyebab luka bakar pada mukosa. Ekstrak

propolis telah menggunakan serangkaian proses ekstraksi yang menggunakan alkohol


yang sangat terkonsentrat dibuat sebelum tersedia di publik. Komponen alkohol yang
tinggi ini, mungkin merupakan penyebab kerusakan pada mukosa mulut pasien.
Selain itu, menjaga cotton roll di mulut selama beberapa jam mungkin dapat
menyebabkan trauma pada mukosa mulut. Ulkus sembuh setelah 12 hari, setelah
penghentian penggunaan propolis dan resep antibiotik yang sesuai dengan efek anti
collagenolytic, secara paralel dengan antiseptik dan langkah-langkah yang
dianjurkan.
Meskipun kasus-kasus reaksi alergi terhadap aplikasi topikal dari propolis
telah dilaporkan, kami tidak menduga bahwa ini adalah kasus untuk pasien penyakit
mulut. Pasien ini memiliki riwayat penggunaan propolis dalam waktu yang panjang,
propolis digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat di tambahkan propolis
untuk air minum, dan tanpa efek samping. Banyak laporan menyatakan bahwa waktu
rata-rata untuk lesi yang berkaitan dengan alergi terhadap propolis terjadi setelah 2,5
hari (kisaran: 0-15 hari). Sebaliknya, pasien menderita munculnya ulkus sekitar 8 jam
setelah aplikasi propolis. Penelitian menunjukkan bahwa pasien alergi propolis tidak
boleh digunakan sebagai produk topikal karena memiliki karakteristik kepekaan yang
tinggi. Unsur yang kecil pada propolis, seperti 3-metil-2-butenil caffeate dan fenil-etil
caffeate, adalah alergen utama, di samping benzil-salisilat dan benzil-sinamat. Penulis
tidak memesan tes patch untuk pemeriksaan reaksi alergi yang mungkin dialami
pasien pengguna propolis. Oleh karena itu, kita tidak bisa memastikan apakah ulserasi
oral karena alergi propolis dalam waktu paparan 8 jam. Namun, kemungkinan
mucositis kontak alergi yang diakibatkan cedera pada injuri mukosa mulut dapat
dilihat.
Laporan kasus ini memberikan peringatan untuk dokter tentang efek negatif
dari propolis bila digunakan untuk mengobati penyakit mulut, karena beberapa
aplikasi propolis mungkin memiliki efek negatif yang serius. Meskipun ada
kecenderungan global yang meningkat dalam penggunaan propolis untuk pengobatan,
penemuan penting dari peran menguntungkan harus paralel dengan penelitian yang
dilakukan secara khusus dengan penerapannya dalam bidang kedokteran gigi.
Pertimbangan harus diberikan sebelum menggunakan propolis untuk mengobati

penyakit mulut, karena banyak komplikasi klinis yang mungkin timbul, meskipun
yang berasal dari alam.

Pertanyaan-pertanyaan pada diskusi paper :


1. Jelaskan pengobatan apa yang digunakan propolis dalam bidang kosmetik?
Pengobatan seperti jerawat karena propolis mengandung antiinflamasi.
Dengan cara pemakaian seperti berikut yaitu cuci muka anda dengan
menggunakan air hangat kemudian keringkan muka anda dengan
handuk dan jangan di gosok selanjutnya teteskan propolis ke bagian
wajah anda yang berjerawat.
2. Sebutkan nama obat kumur yang mengandung tetrasiklin dan cara pemakaian
yang diberikan pada pasien?
Nama obat kumur yang mengandung tetrasiklin adalah Chlorexidine
yang digunakan dalam glukonat dan yang mempunyai anti bakteri
dengan spektrum luas. Efeknya plak chlorexidine tidak hanya
bakteriostatik tetapi juga mempunyai daya lekat yang lama pada
permukaan gigi. Maka akumulasi plak dapat dicegah sehingga
mengurangi terjadinya radang gingiva. Cara pemakaian: obat kumur

sebaiknya digunakan 2-3 kali sehari setelah sikat gigi siang hari , malam
hari dan sikat gigi sebelum tidur.
3. Berapa harikah soket ekstraksi gigi 17?
Tidak diketahui pasti, tetapi penyembuhan

setelah

pencabutan

tergantung beberapa faktor: kesehatan pasien, jenis pencabutan,


kesehatan gigi dan adanya infeksi.
4. Bagaimana cara kerja doloneurobion pada tubuh dan apa efek sampingnya?
Doloneurobion adalah obat anti nyeri golongan non-narkotik. Cara
kerjanya: bekerja sebagai analgesik dengan meningkat ambang rasa
sakit. Indikasi: untuk meringankan rasa sakit yang disebabkan oleh
neuritis dan neuralgia.
5. Jenis senyawa kimia yang terdapat pada propolis ?
Jenis senyawa kimia yang terdapat pada propolis sangat kompleks.
Berdasarkan

analisis

dengan

menggunakan

metode

Gas

Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) yang dilakukan oleh


Greenaway et al. terhadap propolis yang dihimpun oleh lebah yang
berasal

dari

tumbuhan

poplar

menunjukkan

bahwa

propolis

mengandung berbagai macam senyawa, yaitu: asam amino, asam alifatik


dan esternya, asam aromatik dan esternya, alkohol, aldehida, khalkon,
dihidrokhalkon, flavanon, flavon, hidrokarbon, keton, dan terpenoid.
Hasil yang hampir sama juga diperoleh oleh Marcucci yang menemukan
senyawa alkohol, aldehida, asam alifatik dan esternya, asam amino, asam
aromatik dan esternya, flavanon, keton, dan glukosa dalam propolis.
6. Salah satu penyebab dari mukosa oral burn adalah neural trigeminal?
Salah satu penyebab dari mukosa oral burn adalah neuralgia trigeminal.
Secara harfiah, Neuralgia Trigeminal berarti nyeri pada nervus
Trigeminus, yang menghantarkan rasa nyeri terbesar. Dicirikan dengan
suatu nyeri yang muncul mendadak, berat, seperti sengatan listrik, atau
nyeri yang menusuk-nusuk, biasanya pada satu sisi rahang atau pipi.
7. Mengapa diberikan carbamazepine? Apa kandungan carbamazepine?
Karena carbamazepine adalah suatu antikonvulsan dan mood stabilizer
yang digunakan terutama dalam pengobatan stress pasca-trauma,
gangguan kepribadian.
8. Mengapa propolis dapat menyebabkan oral mucosa burn?

Salah satu faktor propolis dapat menyebabkan oral mucosa burn


dikarenakan pasien menekan mukosa dengan gulungan kapas yang telah
terendam dengan propolis yang terkonsentrat untuk meringankan rasa
sakit yang berdenyut di daerah yang sebelumnya sudah terkena sehingga
mengakibatkan mucosa terpapar oleh alkohol yang terkandung dalam
propolis.
9. Pasien diresepkan mengkompres kasa pada mukosa dengan 0,05%
chlorhexidine glukonat tiga kali sehari selama 3 hari. Pada kontrol terakhir,
daerah eritematosa benar-benar sembuh dan dari mukosa yang lain tampak
normal . Mengapa setelah dikompres menggunakan chlorhexidine glukonat
dapat sembuh?
Chlorhexidine

gluconate

mempunyai

daya

bakterisidal

dan

bakteriostatik berspektrum luas dan bekerja cepat untuk golongan


kuman gram positif dan gram negatif. contoh obat kumur yang
mengadung chlorhexidine gluconate adalah minosep. indikasi : gingivitis,
periodontitis, ulkus aptosa,menghambat pembentukan plak, mencegah
karies gigi. Dosis : 2 kali sehari, Gunakan 10 mL untuk kumur-kumur
selama 1 menit.
10. Apakah kandungan carbamazepine?
Merk : tegretol tablet. Komposisi : Carbamazepine, indikasi : gangguan
kepribadian,stress pasca trauma.

Anda mungkin juga menyukai