Anda di halaman 1dari 50

Pamella Haryanto(07120070034)

Faustine Bagya
Rahardja(07120070069)
Imelda Yacintha

Tindakan

memasukkan pipa trakea


ke dalam trakea melalui rima glotis
dengan mengembangkan cuf,
sehingga ujung distalnya berada
kira-kira dipertengahan trakea
antara pita suara dan bifurkasio
trakea. (Petunjuk Praktis
Anestesiologi FKUI)

Mempermudah pemberian anestesia.


Mempertahankan jalan nafas agar tetap

bebas serta mempertahankan


kelancaran pernafasan.
Mencegah kemungkinan terjadinya
aspirasi isi lambung (pada keadaan tidak
sadar, lambung penuh dan tidak ada
refleks batuk).
Mempermudah pengisapan sekret
trakheobronchial.
Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.

Keadaan

oksigenasi yang tidak adekuat


(karena menurunnya tekanan oksigen arteri
dan lain-lain) yang tidak dapat dikoreksi
dengan pemberian suplai oksigen melalui
masker nasal.
Keadaan ventilasi yang tidak adekuat karena
meningkatnya tekanan karbondioksida di
arteri.
Kebutuhan untuk mengontrol dan
mengeluarkan sekret pulmonal atau sebagai
bronchial toilet.
Menyelenggarakan proteksi terhadap pasien
dengan keadaan yang gawat atau pasien
dengan refleks akibat sumbatan yang terjadi.

Menjaga jalan nafas yang bebas dalam keadaankeadaan yang sulit.


Operasi-operasi di daerah kepala, leher, mulut, hidung
dan tenggorokan, karena pada kasus-kasus demikian
sangatlah sukar untuk menggunakan face mask tanpa
mengganggu pekerjaan ahli bedah.
Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin
pernafasan yang tenang dan tidak ada ketegangan.
Operasi intra torachal, agar jalan nafas selalu paten,
suction dilakukan dengan mudah, memudahkan
respiration control dan mempermudah pengontrolan
tekanan intra pulmonal.
Untuk mencegah kontaminasi trachea, misalnya pada
obstruksi intestinal
Pada pasien yang mudah timbul laringospasme.

Asfiksia neonatorum yang berat.


Untuk melakukn resusitasi pada pasien yang
tersumbat pernafasannya, depresi atau abcent
dan sering menimbulkan aspirasi.
Obstruksi laryngeal berat karena eksudat
inflamatoir.
Pasien dengan atelektasis dan tanda eksudasi
dalam paru-paru.
Pada pasien-pasien yang diperkirakan tidak sadar
untuk waktu yang lebih lama dari 24 jam
seharusnya diintubasi.
Pada post operative respiratory insufficiency.

Trauma servikal yang memerlukan


keadaan imobilisasi tulang vertebra
servical, sehingga sangat sulit untuk
dilakukan intubasi.
Keadaan trauma / obstruksi jalan nafas
atas, mencegah aspirasi, penanganan
jalan nafas jangka panjang,
mempermudah proses weaning ventilator

Cricothyrotomy / Trakeostomi

Dilakukan sebelum tindakan untuk mengantisipasi


situasi-situasi yang memerlukan tindakan yang
khusus
1) Kondisi yang berhubungan dengan kesulitan
sewaktu melakukan tindakan intubasi seperti :
Kelainan

kongenital ---> Pierre Robin syndrome ,

Downs syndrome

Infeksi

di saluran nafas--> Retropharyngeal

Tumor

di rongga mulut atau di laring

abscess, Epiglottitis

Pembesaran

kelenjar tiroid
Perubahan posisi trakea ke lateral atau
kompressi lumen
Trauma laring, servikal atau tulang maksila
Disfungsi sendi temperomandibular
Parut luka bakar di muka dan leher
Obesity atau kehamilan
Leher pendek berotot
Mandibula menonjol
Maksila / gigi depan menonjol
Uvula tidak terlihat ( Mallampati 3 atau 4)
Gerak sendi temporo-mandibular terbatas
Gerak vertebra servikal terbatas

Skala

LEMON atau MELON


Look externally
Evaluate 3-3-2 rule
Mallampati
Obstruction
Neck mobility

2 ) Celah Interincisor : Normal


lebih dari 3 cm

Klassifikasi Malampati
Soft palate
Uvula

Gambaran Laryngoscopic grade


3,4 adalah
sulit untuk di intubasi

STATICS:
Scope: Laryngoscope, Stethoscope
Tube: siapkan 3 nomor ukuran
Airway: Bagging, Face mask, OPT/NPT
Tape: plester
Introducer: Stylet, Magill forceps
Connector: konektor Oksigen
Suction: peralatan suction yang

berfungsi baik.

Ukuran ETT 4

umur (tahun)
4

Masukkan bagian cekung ke arah atas, setelah mencapai


pertengahan,
diputar
180o,
kemudian
seluruhnya
dimasukkan. Jangan membuka mulut secara paksa!
Dapat memancing refleks muntah, yang kemudian diikuti
dengan batuk, muntah, laringospasme, atau bronkospasme.

Panjang yang sesuai lubang hidung sampai lubang


telinga.
Diolesi jelly, masukkan secara tegak lurus (bukan
mengikuti arah hidung)
Tidak terlalu merangsang jalan nafas.
KI: fraktur nasal, basis cranii, koagulopati, infeksi/tumor
hidung

ARAH TUBE

nasopharyngeal

Stilet

atau forsep intubasi

Seperti

mencari
sumber bau
15o atau 10
cm.
10 cm

10 cm

Hati-hati! Jangan
menekan jaringan
leher

Satu
Penolong Selalu

bertumpu
pada tulang!

Terutama
anak-anak

Dua
Penolong

pada

Menutup daerah supraglotik.


Harus pasien yang tidak sadar

tidak cocok untuk kasus emergensi.


TAPI:
Tidak
sadar

Sulit
ventilasi/intubasi pilihan utama
intubasi via LMA.
KI: pasien dengan risiko aspirasi.
Bukan proteksi jalan nafas yang
terpercaya.

Anonim, (2002), Endotracheal Intubation,


http://www.medicinet.com/script/main/art.asp?
li=mni&articlekey=7035
2) Gail Hendrickson, RN, BS., (2002), Intubation,
http://www.health.discovery.com/diseasesandcond/e
ncyclopedia/1219.html
3) Gisele de Azevedo Prazeres, MD., (2002),
Orotracheal Intubation,
http://www.medstudents.com/orotrachealintubation/
medicalprocedures.html
4) Halliday HL., (2002), Endotracheal Intubation at Birth
for Preventing Morbidity and Mortality in Vigorous,
Meconium-stained Infants Bord at Term,
http://www.updatesoftware.com/ceweb/cochrane/revabstr/ab000500.ht
ml

1)

5) Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani W.I.,


Setiowulan W., (ed)., (2002), Kapita Selekta
Kedokteran, edisi III, Jilid 2, Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
6) Michael B. Dobson, (1994), Penuntun Praktis
Anestesi, EGC-Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta.
7) Tjunt & Earley, (1995), Anatomy and
Physiology, FA Davis Company, Philadelphia.
8) William, R. Peter, (1995), Grays Anatomy,
Churchil Livingstone, New York.

Anda mungkin juga menyukai