Anda di halaman 1dari 12

JOURNAL READING

INTENSIVE BLOOD-PRESSURE CONTROL


IN HYPERTENSIVE CHRONIC KIDNEY DISEASE
Shabira Aliyah
1102010267

Pembimbing : dr. Dasril Nizam, Sp.PD.,


KGEH.

LATAR BELAKANG

Chronic kidney disease/penyakit ginjal kronis (CKD)


merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di USA,
sebanyak 30% insiden ESRD berhubungan dengan hipertensi.
Beban hipertensi terkait penyakit ginjal kronis dan ESRD
memiliki prevalensi yang tinggi di antara pasien berkulit hitam.

Telah dilakukan beberapa penelitian untuk menguji apakah


kontrol tekanan darah secara intensif dapat menghambat
perkembangan menjadi penyakit ginjal kronis pada pasien kulit
hitam. Akan tetapi, penelitian di mana variabel hasil adalah
ESRD sulit dilakukan, karena biasanya penurunan fungsi ginjal
relatif lambat. Dalam penelitian ini, mengevaluasi efek dari
kontrol tekanan darah secara intensif dibandingkan dengan
kontrol tekanan darah secara tradisional.

METODE
Pasien
Seluruh pasien pada penelitian ini berkulit hitam, berusia
antara 18-70 tahun, dan memiliki hypertensive chronic
kidney disease, yang didefinisikan dengan tekanan darah
diastol lebih dari 95 mmHg dan GFR 20-65 ml/menit. Kriteria
eksklusinya adalah pasien dengan diabetes, yang
didefinisikan dengan gula darah puasa lebih dari 140 mg/dL
atau gula darah sewaktu lebih dari 200 mg/dL atau
membutuhkan terapi untuk diabetes; rasio protein-kreatinin
urin lebih dari 2,5; hipertensi maligna selama 6 bulan
sebelumnya; hipertensi sekunder; penyakit sistemik berat;
gagal jantung; atau suatu kondisi kontraindikasi yang
berhubungan dengan obat yang digunakan pada penelitian.

Desain studi
Penelitian ini memiliki 2 fase, yaitu fase percobaan dan diikuti fase
kohort. Dari bulan Februari 1995-September 1998, sebanyak 1094
pasien secara acak dilakukan kontrol tekanan darah secara intensif
atau standar. Target tekanan darahnya adalah MAP sebesar 92
mmHg pada kelompok intensif dan 102-107 mmHg pada kelompok
standar. Pasien juga secara acak diberikan terapi obat awal, yaitu
ramipril (ACEI), metoprolol (ARB), atau amlodipine (CCB). Jika target
tekanan darah tidak dapat dicapai, obat antihipertensi lainnya
(furosemide, doxazosin, clonidine, dan hydralazine atau minoxidil)
akan ditambahkan secara berurutan.
Fase kohort dimulai pada bulan April 2002. Antara akhir fase
percobaan dan awal fase kohort, ada masa transisi singkat. Pada awal
fase kohort, target tekanan darah adalah <140/90 mmHg, kemudian
pada tahun 2004, target diturunkan menjadi <130/80 mmHg.

Hasil
Hasil utama adalah progresi menjadi
penyakit ginjal kronis, yang didefinisikan
sebagai dua kali lipat dari tingkat kreatinin
serum, diagnosis ESRD, atau kematian.
Serum kreatinin dinilai dua kali pada awal
dan setiap 6 bulan.

HASIL
Pasien
Dari 2.802 pasien yang menjalani pemeriksaan,
1094 yang terdaftar dalam tahap uji coba. Pada
awal fase uji coba, sekitar sepertiga dari pasien
memiliki proteinuria. Di antara pasien dengan
proteinuria, median rasio protein-kreatinin sedikit
lebih tinggi dalam kelompok kontrol standar
dibandingkan kelompok kontrol intensif. Hasil utama
(dua kali lipat dari tingkat kreatinin serum, ESRD,
atau kematian) terjadi pada 328 pasien pada fase
uji coba dan 239 pasien pada fase kohort.

Kontrol tekanan darah


Selama tahap uji coba, tekanan darah rata-rata
secara signifikan lebih rendah di kelompok kontrol
intensif dibandingkan kelompok kontrol standar
(130/78 mmHg vs 141/86 mmHg). Selama fase
kohort, tekanan darah rata-rata pada kelompok
kontrol intensif adalah 131/78 mmHg dan 134/78
mmHg pada kelompok kontrol standar.

Progresi penyakit ginjal


Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua
kelompok, tetapi ada efek yang berbeda pada rasio
protein kreatinin urin.

DISKUSI
Penelitian ini memiliki beberapa kekuatan,
termasuk yang berfokus pada populasi yang
berisiko tinggi untuk progresi menjadi penyakit
ginjal kronis, follow up dengan durasi yang
panjang, tingkat pendaftaran yang tinggi pada
fase kohort, perbedaan tekanan darah yang
signifikan antara dua kelompok selama tahap uji
coba, dan penggunaan antihipertensi
renoprotektif yang serupa dalam terapi tekanan
darah antara kedua kelompok

Namun, penelitian ini juga memiliki beberapa


keterbatasan. Tahap kohort tidak dilakukan secara
acak, karena semua pasien memiliki tekanan darah
yang sama. Namun, meski terdapat konvergensi
tingkat tekanan darah dalam kelompok kontrol
intensif dan kelompok kontrol standar, selama fase
kohort manfaat dari target tekanan darah pada
kelompok kontrol intensif muncul pada pasien
dengan proteinuria.

Dengan demikian, pada penelitian ini menemukan


bahwa target tekanan darah yang lebih rendah
secara signifikan menghambat perkembangan
penyakit ginjal kronis di antara pasien dengan
proteinuria, konsisten dengan hasil penelitian lain.

KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa target tekanan
darah yang lebih rendah dapat menghambat
perkembangan penyakit pada beberapa pasien
dengan penyakit ginjal kronis hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai