Anda di halaman 1dari 123

Presentasi Kasus

Ilmu Penyakit Saraf

Guillain-Barr Syndrome
Pembimbing:
Dr. Joko Nafianto, Sp. S
Presentan
Erika Angelina
FK UPH
07120090039

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


RS. Bhayangkara Tk. I R. S. Soekanto
Periode 29 April 2013 1 Juni 2013

Identitas Pasien

No rekam medis : 661128

Nama : Tn. Y.M.

Jenis kelamin

Usia : 57 tahun

Status : menikah

Agama : Islam

: laki-laki

Pekerjaan

: Polisi

Alamat

: Aspol Polda Palu

Tanggal masuk RS

Tanggal pemeriksaan : 15-17 Mei 2013

Ruang perawatan

: 19 April 2013

: Bangsal Teratai I

Anamnesis
(autoanamnesa pada 15 Mei 2013)

Keluhan utama :
Pasien merasakan kelemahan pada kedua
kaki semenjak 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit.

Keluhan tambahan :
Pasien merasakan rasa kram pada tangan
kanan dan kiri.

Riwayat Penyakit
Pasien menyatakanSekarang
pada awalnya keluhan dirasakan semenjak
bulan Desember 2012. Keluhan pada awalnya hilang timbul
namun kemudian

memburuk perlahan

dan dirasakan

terus

menerus dan semakin parah hingga pasien tidak dapat berjalan


pada awal bulan April 2013.

Keluhan diawali dengan telapak kaki kiri terasa panas. Rasa panas
merambat ke atas hingga ke lutut kiri. Rasa panas juga disertai
dengan

rasa

tajam

seperti

ditusuk-tusuk.

Pasien

juga

mengeluhkan rasa baal dan kelemahan pada kaki kiri hingga


pasien memutuskan untuk berobat ke RS di Palu. Pengobatan
yang dilakukan tidak memberikan perbaikan dan pasien mulai
merasakan keluhan serupa

pada kaki kanan

. Setelah mendapatkan perawatan selama


12

hari

dan

belum

merasakan

adanya

perubahan, pasien dirujuk ke RS Polri.

Keluhan kelemahan pada kaki dirasakan


memburuk hingga pasien sulit untuk berdiri
dan

berjalan.

Kini

pasien

harus

menggunakan tongkat untuk dapat berjalan.


Pasien masih dapat menggerakkan tungkai
bawah

namun

kesulitan

menggerakkan kaki dan jari-jari kaki

untuk

Sementara itu, pasien juga mulai merasakan rasa kram,


kesemutan pada tangan kanan dan kiri dan rasa baal pada
ujung-ujung jari, namun tidak dirasakan kelemahan.

Pasien menyatakan sebelum keluhan memburuk pada


bulan April 2013 pasien sempat menderita demam dan
batuk selama satu minggu. Pada saat demam suhu tidak
diukur dan pola demam tidak khas, hanya dirasakan
seperti meriang dan rasa tidak enak badan, membaik
dengan pemberian obat OBH Syrup.

Pada saat ini keluhan pusing, sakit kepala, demam, diare


dan batuk disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
sembuh
Riwayat

hipertensi tidak terkontrol


trauma kepala disangkal
diabetes mellitus disangkal
batu ginjal 5 tahun yang lalu sudah
dengan pengobatan
sakit jantung disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga

tidak ada yang memiliki


keluhan serupa.
Riwayat hipertensi di disangkal.
Riwayat sakit jantung disangkal.
Riwayat penyakit Diabetes Mellitus
yaitu dari kakak pasien.

Riwayat pengobatan dan


alergi

Pasien sebelum mengalami keluhan tidak


sedang dalam pengobatan suatu penyakit.

Pasien memiliki riwayat alergi debu dan


rokok.

Riwayat Kebiasaan
Merokok

(-)

Minuman
Minum

keras (-)

Kopi (-)

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
GCS=E4M6V5

Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 160/80 mmHg
Nadi
: 80 kali per menit
Respirasi
: 18 kali per menit
Suhu
: 36,5oC

Pemeriksaan Fisik Umum


Bagian
tubuh

Hasil pemeriksaan

Kepala

Normocephal, distribusi rambut merata,


trauma kepala (-)

Mata

Mata simetris, pupil : 3mm / 3mm, isokor.


Edema periorbita dekstra dan sinistra.
Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-,
shadow test -/-

Hidung

Bentuk hidung normal, tidak ada deviasi septum,


sekret -/-.

mulut

Tidak terdapat deviasi mulut, mukosa rongga mulut


merah tanpa adanya massa, leukoplakia atau lesi
lain, hygiene baik. Tidak terdapat fasikulasi, deviasi
dan tremor pada lidah.

Pemeriksaan Fisik (2)


Bagian
tubuh

Hasil pemeriksaan

Telinga

Bentuk simetris, aurikula normal, membran timpani


intak, serumen +/+, hiperemis -/-

Leher

Trakea di tengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),


tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah
bening.

Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi:
-cor
-pulmo

Simetris dalam keadaan statis/dinamis


Fremitus normal, kanan=kiri
Sonor pada kedua lapang paru
Bunyi jantung I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Suara nafas vesikular, ronkhi -/-, wheezing -/-

Pemeriksaan Fisik (3)


Bagian
tubuh
Abdomen
- Inspeksi
- Auskultasi
- Perkusi
- Palpasi
Ekstremitas

Hasil pemeriksaan

supel, datar, caput medusa (-)


Bising Usus (+), 10x/menit
timpani di 9 regio abdomen
nyeri tekan (-), hepar dan spleen tidak teraba.
Akral hangat,
vulnus ekskoriatum pada ekstremitas bawah
sinistra, CRT< 2 detik.

Pemeriksaan Fisik (4)


Bagian
tubuh
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
palpasi

Ekstremitas

Hasil pemeriksaan

Supel, datar, caput medusa (-)


Bising usus (+), 5x/min
Timpani di 9 regio abdomen
Nyeri tekan (-), nyeri lepas(-), tidak teraba massa,
hepar dan spleen tidak teraba
Akral hangat dan bentuk normal
Tidak terdapat deformitas, cyanosis, bekas luka
maupun benjolan
CRT <2 detik

Status Neurologis (1)


pemeriksaan

Hasil pemeriksaan

Tanda rangsang meningeal:


Kaku kuduk
Brudzinski I
Brudzinski II
Kernig sign
Laseque sign

Status Neurologis (2)


Pemeriksaan Nerves
Cranialis

Hasil pemeriksaan

N I (N. Olfaktorius)
ND
NS

Baik, dapat mencium bau kopi dan jeruk

N II (N. Optikus)
OD

Visus Normal.
Lapang pandang Normal.
Refleks cahaya langsung +/+
Refleks cahaya tidak langsung +/+

OS

Visus Normal.
Lapang pandang Normal.
Refleks cahaya langsung +/+
Refleks cahaya tidak langsung +/+

Status Neurologis (3)


Pemeriksaan Nerves
Cranialis

Hasil pemeriksaan

N. III (N. Okulomotor)


N. IV (N. Trochlear)
N. VI (N. Abducens)
Pupil:
R. cahaya langsung:
R.cahaya tidak langsung:
Gerakan bola kedua mata:
Ptosis :
Strabismus :
Nistagmus :

Isokor, : 3mm / 3mm


+/+
+/+
normal ke segala arah
-/-

Status Neurologis (4)


Pemeriksaan Nerves
Cranialis

Hasil pemeriksaan

N. V (N. Trigerminal)
Sensorik :
V1, V2, V3
Refleks kornea:
Motorik:
- Menggigit
- Membuka rahang

Normal
+/+
Baik, tidak ditemukan parese pada
otot pengunyah
Baik, mulut lurus, tidak miring ke
salah satu sisi

Status Neurologis (5)


Pemeriksaan Nerves
Cranialis

Hasil pemeriksaan

N. VII (N. Facialis)


Sensorik :
pengecapan 2/3 anterior
lidah
Motorik:
- Mengernyitkan dahi
- Mengernyitkan alis
- Memejamkan mata
- Meringis
- Menggembungkan pipi
- Mencucu
- Plika nasolabialis

baik
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Simetris dekstra dan sinistra

Status Neurologis (6)


Pemeriksaan Nerves
Cranialis

Hasil pemeriksaan

N. VIII (N.
Vestibulocochlear)
Gesekan jari:
AD
AS
Detik jam
AD
AS
Tes berbisik
AD
AS
Garpu Tala
Rinne
Weber
Schwabach

Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Status Neurologis (7)


Pemeriksaan Nerves
Cranialis

Hasil pemeriksaan

N. VIII (N.
Vestibulocochlear)
Tidak dilakukan
Dix-Hallpike
Post-pointing
tangan kanan
tangan kiri
Romberg
Tandem
Stepping test

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dapat dilakukan
Tidak dapat dilakukan
Tidak dapat dilakukan

Status Neurologis (8)


Pemeriksaan Nerves
Cranialis

Hasil pemeriksaan

N. IX(N. Glossopharyngeal)
Sensorik :
Pengecapan 1/3 anterior

Tidak dilakukan

Motorik:

Refleks menelan baik

N. X (N. Vagus)
Arcus faring
Letak uvula

Simetris
Di tengah

Status Neurologis (9)


Pemeriksaan Nerves
Cranialis

Hasil pemeriksaan

N. XI(N. Accesorius)
Mengangkat bahu
Memalingkan kepala
Kekuatan otot aksesorius

Normal
Normal
normal

N. XII (N. Hipoglossal)


Deviasi lidah
Atrofi/fasikulasi/tremor lidah
artikulasi

Tidak terdapat deviasi


(-)/(-)/(-)
Baik

Pemeriksaan Motorik (1)


Pemeriksaan Motorik

Hasil pemeriksaan

Kekuatan otot
Ekstremitas atas:
Ekstremitas bawah:

4455 5544
0034 4300

Tonus
Ekstremitas atas:
Ekstremitas bawah

Normotonus/normotonus
Normotonus/normotonus

Klonus
Patella
Achilles

TAK
TAK

Trophy
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah

Eutrophy/eutrophy
Eutrophy/eutrophy

Pemeriksaan Motorik (2)


Pemeriksaan Refleks

Hasil pemeriksaan

Refleks Fisiologis
Biceps
Triceps
Patella
Achilles

+1/+1
+1/+1
+1/+1
+1/+1

Refleks Patologis
Hoffman-Trommer
Babinski
Chaddock
Schaefer
Gordon
Oppenheim

-/-/-/-/-/-/-

Pemeriksaan Sensorik
Pemeriksaan Sensorik
Ekstremitas atas
Rangsang raba
Rangsang nyeri
Rangsang suhu
Rangsang getar
Proprioseptif
Diskriminasi dua titik
Ekstremitas bawah
Rangsang raba
Rangsang nyeri
Rangsang suhu
Rangsang getar
Proprioseptif
Diskriminasi dua titik

Hasil pemeriksaan
Normoestesia/normoestesia
Normoalgesia/normoalgesia
Thermohipesthesia pada distal
phalanges

Tidak dilakukan
Normal
Normal
Hipoestesia/hipoestesia
Normoalgesia/normoalgesia
Thermohipesthesia pada distal
phalanges

Tidak dilakukan
Normal
Melebar
Dekstra: plantar (8,5cm) dorsal (7cm)
Sinistra:plantar (10,5cm) dorsal (8cm)

Pemeriksaan
Pemeriksaan

Hasil pemeriksaan

Sistem saraf autonom


BAB
BAK
Berkeringat

Normal
Normal
Normal

Pemeriksaan fungsi luhur


Memori
Kognitif
Visuospatial

Baik
Baik
Baik

Pemeriksaan koordinasi
Disdiadokinesia
Tes telunjuk-hidung

Normal
normal

Pemeriksaan penunjang (Lab1)


18 April 2013

Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Hemoglobin

15,1 gr/dl

13-16 gr/dl

Leukosit

9000/ul

5000-10000/ul

Hematokrit

45%

40-48%

Trombosit

232.000/ul

150.000-

Ureum

28

400.000/ul
10-50 mg/dl

Kreatinin

0,9

0,5-1,5 mg/dl

Hematologi

Gula
sewaktu

darah 141

<200 mg/dl

Pemeriksaan penunjang (Lab2)


20 April 2013

Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Natrium

139

135-145 mmol/l

Kalium

3,5

3,8-5,0 mmol/l

Klorida

106

98-106 mmol/l

GDS

116

<200 mg/dl

Elektrolit

Pemeriksaan penunjang (Lab3)


21 April 2013

Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Natrium

139

135-145 mmol/l

Kalium

3,9

3,8-5,0 mmol/l

Klorida

107

98-106 mmol/l

GDS

94

<200 mg/dl

Elektrolit

22 April 2013 Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Hemoglobin

16,3 gr/dl

13-16 gr/dl

Leukosit

9700/ul

5000-10000/ul

Laju endap darah

10

<15

Hitung jenis leukosit

Basophil

0-1%

Eosinophil

1-3%

Batang

2-6%

Segmen

82

50-70%

Limfosit

10

20-40%

monosit

2-8%

Kolesterol total

143

<200

Kolesterol HDL-direk

24

35-55

Kolesterol LDL-indirek 88

<160

Trigliserida

152

<200

Asam Urat

5,5

3,4-7,0 mgdl

Gula darah puasa

71

70-110 mg/dl

Gula darah 2 jam PP

95

<140 mg/dl

Hematologi

Kimia klinik
LEMAK LENGKAP

Pemeriksaan penunjang (Lab5)


6 Mei 2013

Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

0,82

Dws: <1,5 ;

SGOT/AST

13,4

Neo: <12 mg/dl


<37 U/L

SGPT/ALT

9,5

< 40 U/L

Kolesterol

134

<200 mg/dl

total
trigliserida

148

<200 mg/dl

Kimia Klinik
Bilirubin total

Pemeriksaan penunjang

EMG (dilakukan tanggal 29 April 2013)

Penurunan NCV motoric, sensorik N. Medianus dan N. Ulnaris dekstra.


Hilangnya respon motoric N. Peroneus, N. Tibialis bilateral dan NCV
sensorik N. Surales dekstra.
Pemanjangan latensi, penurunan NCV dan persistensi gel F dari N.
Medianus dan N. Ulnaris dekstra.
Hilangnya respon gel F dari N. Peroneus dan N. Tibialis bilateral.
Kesimpulan: sesuai dengan Poliradikuloneuropati tipe AMSAN.
Pemeriksaan cairan serebrospinal
Anjuran.

EKG (dilakukan tanggal 24 April 2013)


normal

Resume

Pasien

laki-laki

usia

57

tahun

datang

dengan

keluhan

kelemahan pada telapak kaki kiri yang timbul semenjak bulan


Desember 2012.

Pada bulan April 2013 menjadi paraparese progresif ascending


bilateral, paresthesia dan disesthesia dirasakan pada tungkai
kiri mulai dari distal phalanges hingga patella. Pasien juga
mengeluhkan gejala parestesia dan disestesia pada kedua
tangan.

Riwayat batuk dan demam satu minggu sebelum perburukan


gejala.

Riwayat hipertensi tidak terkontrol semenjak berusia 30 tahun.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan:


hipertensi gr.II,

paraparesis ekstremitas bawah

Kekuatan: motoric atas

4455 5544

motoric bawah 0034 4300


trophy: ekstremitas bawah: atrophy/atrophy

Refleks fisiologis (Biceps, Triceps, Patella, Achilles)=

hiporefleks: +1/+1

Refleks patologis (-)

Sensorik:

thermohipesthesia pada distal phalanges ekstremitas atas dan bawah bilateral


hipoestesia/hipoestesia pada ekstremitas bawah

perluasan pada diskriminasi dua titik ekstremitas bawah

(Plantar dextra: 8,5 cm; Dorsal dextra 7 cm;

Plantar Sinistra: 10,5 cm; Dorsal sinistra: 8cm).

Pemeriksaan hematologi:

eosinophil: 5% (1-3%)
neutrophil segmen: 82% (50-70%)
limfosit 10%(20-40%).

Fungsi hati dan fungsi ginjal baik.

Pemeriksaan EKG: normal.

Pemeriksaan EMG: sesuai dengan


Poliradikuloneuropati tipe AMSAN.

Diagnosis
Neurologi
Diagnosis Klinis
: GBS-AMSAN
Diagnosis Topis : sistem saraf tepi
Diagnosis Etiologis : autoimmune
Diagnosis Umum

: Hipertensi Grade II

Diagnosis Banding
Diabetic Neuropathy
Parese et causa hipokalemia

Terapi

Neuroprotektor:
Vitamin B12: Injeksi mecobalamin 3x1
Adenosine Triphosphate, vitamin B1, B12 Vitamin E: Bio ATP 3X1
Vitamin B1: Alinamin F 3x1 tab

Immunoglobulin (IVIg):
Drip Gamarras 4 botol per hari (5 hari)

Hipertensi: ca channel blocker (Amlodipin) 1x5mg

Prognosis
Quo

ad vitam
: dubia at bonam
Quo ad functionam : dubia at bonam
Quo ad Sanactionam : dubia at
bonam

Follow up

Follow up(19 April 2013)

S: Lemas pada kedua kaki. Sesak nafas (-)

O:

KU: Tampak sakit sedang


KS:compos mentis
GCS: E4M6V5
TTV:
- TD: 150/90 mmHg
-S: 36,3C
- RR: 20x/mnt
- N: 84x/mnt
N. Cranialis

: Dalam batas normal.

R. Meningeal

: (-)

R. Fisiologis

: Eks. Atas : +1/+1

; Eks. Bawah : +1/+1

R. Patologis: (-)
Motorik:

- Kekuatan otot

: Eks. Atas :5555/5555 ; Eks. Bawah : 4444/4444

- Tonus

: Eks. Atas : N / N ; Eks. Bawah: hipotonus/hipotonus

- Klonus

: TAK

P. Sensorik

: Eks atas: normoestesi/normoestesi


Eks. bawah:hipoestesi/hipoestesi

Follow up(19 April 2013)


A:
Dx. Klinis :
suspek GBS DD parese et causa hipokalemia
- Dx. Topik : sistem saraf tepi
Dx. Etiologi : autoimun

P:
- pemeriksaan lebih lanjut
- cek elektrolit

Follow up(22 April 2013)

S: Lemas pada kedua kaki.

O:

KU: Tampak sakit sedang


KS:compos mentis
GCS: E4M6V5
TTV:
- TD: 150/100 mmHg
-S: 36,3C
- RR: 20x/mnt
- N: 70x/mnt
N. Cranialis

: Dalam batas normal.

R. Meningeal

: (-)

R. Fisiologis

: Eks. Atas : +1/+1

; Eks. Bawah : +1/+1

R. Patologis: (-)
Motorik:

- Kekuatan otot

: Eks. Atas :5555/5555 ; Eks. Bawah : 3345/5433

- Tonus

: Eks. Atas : N / N ; Eks. Bawah:hipotonus/hipotonus

- Klonus

: TAK

P. Sensorik

: Eks atas: normoestesi/normoestesi


Eks. bawah:hipoestesi/hipoestesi

Follow up(22 April 2013)


A:
Dx. Klinis :
suspek GBS DD parese et causa hipokalemia
- Dx. Topik: sistem saraf tepi
Dx. Etiologi : autoimun

P:
- IVFD Asering/12 jam
-injeksi Mecobal 3x1
- Bio ATP 3X1
- Alinamin F 3x1tab
- pemeriksaan EMG/NCV

Follow up(30 April 2013)

S: Lemas pada kedua kaki.

O:

KU: Tampak sakit sedang


KS:compos mentis
GCS: E4M6V5
TTV:
- TD: 140/70 mmHg
-S: 36,2C
- RR: 20x/mnt
- N: 75x/mnt
N. Cranialis

: Dalam batas normal.

R. Meningeal

: (-)

R. Fisiologis

: Eks. Atas : +1/+1

; Eks. Bawah : +1/+1

R. Patologis: (-)
Motorik:

- Kekuatan otot

: Eks. Atas :5555/5555 ; Eks. Bawah : 2245/5422

- Tonus

: Eks. Atas : N / N ; Eks. Bawah: hipotonus/hipotonus

- Klonus

: TAK

P. Sensorik

: Eks atas: normoestesi/normoestesi


Eks. bawah:hipoestesi/hipoestesi

Follow up(30 April 2013)


A:
- Dx. Klinis: GBS-AMSAN
- Dx. Topik: sistem saraf tepi
- Dx. Etiologi:Autoimun

Hasil EMG: Poliradikuloneuropathy tipe AMSAN

P:
-IVFD Asering/12 jam
-injeksi Mecobal 3x1
- Bio ATP 3X1
- Alinamin F 3x1tab
- amlodipine 1x5mg
- fisioterapi
- rencana pemberian drip Gamarras 4 botol per hari selama 5 hari.

Follow up(6 Mei 2013)

S: Lemas pada kedua kaki, kelemahan di jari tangan, rasa pegal

O:

KU: Tampak sakit sedang


KS:compos mentis
GCS: E4M6V5
TTV:
- TD: 180/90 mmHg
-S: 36,7C
- RR: 20x/mnt
- N: 100x/mnt
N. Cranialis

: Dalam batas normal.

R. Meningeal

: (-)

R. Fisiologis

: Eks. Atas : +1/+1

; Eks. Bawah : +1/+1

R. Patologis: (-)
Motorik:

- Kekuatan otot

: Eks. Atas :4455/5544 ; Eks. Bawah : 2245/5422

- Tonus

: Eks. Atas : N / N ; Eks. Bawah:hipotonus/hipotonus

- Klonus

: TAK

P. Sensorik

: Eks atas: normoestesi/normoestesi


Eks. bawah:hipoestesi/hipoestesi

Follow up(6 Mei 2013)


A:
- Dx. Klinis: GBS-AMSAN
- Dx. Topik: sistem saraf tepi
- Dx. Etiologi:Autoimun

P:
-injeksi Mecobal 3x1
- Bio ATP 3X1
- Alinamin F 3x1tab
- amlodipine 1x5mg
- Na diclofenac 3x500mg
- fisioterapi
- gabiten 2x1
-cek SGPT dan SGOT

Follow up(13 Mei 2013)

S: Lemas pada kedua kaki, kelemahan di jari tangan, rasa pegal

O:

KU: Tampak sakit sedang


KS:compos mentis
GCS: E4M6V5
TTV:
- TD: 140/90 mmHg
-S: 36,7C
- RR: 20x/mnt
- N: 100x/mnt
N. Cranialis

: Dalam batas normal.

R. Meningeal

: (-)

R. Fisiologis

: Eks. Atas : +1/+1

; Eks. Bawah : +1/+1

R. Patologis: (-)
Motorik:

- Kekuatan otot

: Eks. Atas :4455/5544 ; Eks. Bawah : 0134/4310

- Tonus

: Eks. Atas : N / N ; Eks. Bawah:hipotonus/hipotonus

- Klonus

: TAK

P. Sensorik

: Eks atas: normoestesi/normoestesi


Eks. bawah:hipoestesi/hipoestesi

Follow up(13 Mei 2013)


A:
- Dx. Klinis: GBS-AMSAN
- Dx. Topik: sistem saraf tepi
- Dx. Etiologi:Autoimun

P:
- IVFD Asering/12 jam
-injeksi Mecobal 3x1
- Bio ATP 3X1
- Alinamin F 3x1tab
- amlodipine 1x5mg
- Drip Gamarras 4 botol per hari (hari ke1)

Follow up(14 Mei 2013)

S: Lemas pada kedua kaki

O:

KU: Tampak sakit sedang


KS:compos mentis
GCS: E4M6V5
TTV:
- TD: 130/80 mmHg
-S: 36,7C
- RR: 20x/mnt
- N: 80x/mnt
N. Cranialis

: Dalam batas normal.

R. Meningeal

: (-)

R. Fisiologis

: Eks. Atas : +1/+1

; Eks. Bawah : +1/+1

R. Patologis: (-)
Motorik:

- Kekuatan otot

: Eks. Atas :4455/5544 ; Eks. Bawah : 0134/4310

- Tonus

: Eks. Atas : N / N ; Eks. Bawah: hipotonus

- Klonus

: TAK

P. Sensorik

: Eks atas: normoestesi/normoestesi


Eks. bawah:hipoestesi/hipoestesi

Follow up(14 Mei 2013)


A:
- Dx. Klinis: GBS-AMSAN
- Dx. Topik: sistem saraf tepi
- Dx. Etiologi:Autoimun

P:
-injeksi Mecobal 3x1
- Bio ATP 3X1
- Alinamin F 3x1tab
- amlodipine 1x5mg
- Drip Gamarras 4 botol per hari (hari ke2)

Follow up(15 Mei 2013)

S: Lemas pada kedua kaki, batuk (+)

O:

KU: Tampak sakit sedang


KS:compos mentis
GCS: E4M6V5
TTV:
- TD: 160/80 mmHg
-S: 36,7C
- RR: 20x/mnt
- N: 100x/mnt
N. Cranialis

: Dalam batas normal.

R. Meningeal

: (-)

R. Fisiologis

: Eks. Atas : +1/+1

; Eks. Bawah : +1/+1

R. Patologis: (-)
Motorik:

- Kekuatan otot

: Eks. Atas :4455/5544 ; Eks. Bawah : 0134/4310

- Tonus

: Eks. Atas : N / N ; Eks. Bawah:N/N

- Klonus

: TAK

P. Sensorik

: Eks atas: normoestesi/normoestesi


Eks. bawah:hipoestesi/hipoestesi

Follow up(15 Mei 2013)


A:
- Dx. Klinis: GBS-AMSAN
- Dx. Topik: sistem saraf tepi
- Dx. Etiologi:Autoimun

P:
-injeksi Mecobal 3x1
- Bio ATP 3X1
- Alinamin F 3x1tab
amlodipine 1x5mg
- OBH syrup 3x1 cth
- fisioterapi
- Drip Gamarras 4 botol per hari (hari ke3)

Follow up(16 Mei 2013)

S: Lemas pada kedua kaki

O:

KU: Tampak sakit sedang


KS:compos mentis
GCS: E4M6V5
TTV:
- TD: 140/90 mmHg
-S: 36,7C
- RR: 20x/mnt
- N: 100x/mnt
N. Cranialis

: Dalam batas normal.

R. Meningeal

: (-)

R. Fisiologis

: Eks. Atas : +1/+1

; Eks. Bawah : +1/+1

R. Patologis: (-)
Motorik:

- Kekuatan otot

: Eks. Atas :4455/5544 ; Eks. Bawah : 0034/4300

- Tonus

: Eks. Atas : N / N ; Eks. Bawah:N/N

- Klonus

: TAK

P. Sensorik

: Eks atas: normoestesi/normoestesi


Eks. bawah:hipoestesi/hipoestesi

Follow up(16 Mei 2013)


A:
- Dx. Klinis: GBS-AMSAN
- Dx. Topik: sistem saraf tepi
- Dx. Etiologi:Autoimun

P:
-injeksi Mecobal 3x1
- Bio ATP 3X1
- Alinamin F 3x1tab
amlodipine 1x5mg
- fisioterapi
- Drip Gamarras 4 botol per hari (hari ke4)

Follow up(17 Mei 2013)

S: Lemas pada kedua kaki, sesak singkat (+15menit) saat tengah malam, sehingga terbangun saat
tidur, membaik tanpa pemberian obat-obatan.

O:

KU: Tampak sakit sedang


KS:compos mentis
GCS: E4M6V5
TTV:
- TD: 160/90 mmHg
-S: 36,7C
- RR: 20x/mnt
- N: 100x/mnt
N. Cranialis

: Dalam batas normal.

R. Meningeal

: (-)

R. Fisiologis

: Eks. Atas : +1/+1

; Eks. Bawah : +1/+1

R. Patologis: (-)
Motorik:

- Kekuatan otot

: Eks. Atas :4455/5544 ; Eks. Bawah : 0034/4300

- Tonus

: Eks. Atas : N / N ; Eks. Bawah:N/N

- Klonus

: TAK

P. Sensorik

: Eks atas: normoestesi/normoestesi


Eks. bawah:hipoestesi/hipoestesi

Follow up(17 Mei 2013)


A:
- Dx. Klinis: GBS-AMSAN
- Dx. Topik: sistem saraf tepi
- Dx. Etiologi:Autoimun

P:
-injeksi Mecobal 3x1
- Bio ATP 3X1
Alinamin F 3x1tab
Aminofilin 3x1tab
amlodipine 1x5mg
- fisioterapi
- Drip Gamarras 4 botol per hari (hari ke5)

GUILLAIN-BARRE SYNDROME
(GBS)

GBS penyakit langka dan cukup berbahaya

Penyakit neurologis autoimun menyerang bagian dari susunan


saraf perifer.

Pada GBS sistem imun yang menyerang sistem saraf tepi


menyebabkan penurunan sensorik dan motorik dengan
karakterisasi berupa kelemahan atau arefleksia dari saraf
motoric yang bersifat progresif. GBS disebut juga Acute
Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy yang menyerang
radiks saraf baik ventral maupun dorsal yang bersifat akut dan
mengakibatkan kelumpuhan yang gejalanya dimulai dari
tungkai bagian bawah dan meluas ke bagian tubuh atas hingga
dapat mencapai otot-otot wajah (ascending paralysis).

Secara bertahap pasien kehilangan semua refleks lalu


mengalami kelumpuhan tubuh lengkap. Kelumpuhan
yang
menyerang
otot
diafragma
merupakan
kelumpuhan yang paling fatal karena dapat
menyebabkan
henti
nafas
dan
menyebabkan
kematian.

GBS merupakan suatu kelainan yang serius dan dapat


mengancam
kehidupan
sehingga
memerlukan
perawatan yang tepat dan cepat. Pilihan terapi yang
tersedia
saat
ini
yaitu
dengan
pemberian
immunoglobulin
intravena
atau
plasmaferesis.
Beberapa literature menyatakan penyakit ini dapat
membaik dengan sendirinya dalam jangka waktu 4
minggu setelah onset, namun seringkali mengalami
perburukan progresif pada minggu ke 2 sehingga
membutuhkan perawatan serius.

Beberapa istilah lain yang dapat digunakan


untuk GBS yaitu
Idiopathic Polyneuritis
Acute Febrile Polyneuritis
Infective Polyneuritis
Post Infectious Polyneuritis
Acute inflammatory Demyelinating
Polyradiculoneuropathy
Guillain Barre Strohl Syndrome
Landry Ascending paralysis
Landry Guillain Barre Syndrome

Epidemiologi
Penyakit ini terjadi di seluruh dunia,
kejadiannya pada semua musim. Mortalitas
kebanyakan terjadi karena ketidakstabilan
otonom yang berat atau komplikasi intubasi
yang lama dan paralysis. Angka kematian di
USA berkisar 5-10% kasus.
Angka kejadian pada pria dibanding wanita
adalah 1,5:1.3 Insidensi sindroma GuillainBarre bervariasi antara 0.6 sampai 1.9
kasus per 100.000 orang/tahun.

Selama periode 42 tahun Central Medical


Mayo
Clinic
melakukan
penelitian
mendapatkan insidensi rate 1.7 per 100.000
orang. Terjadi puncak insidensi antara usia
15-35 tahun dan antara 50-74 tahun. Jarang
mengenai usia dibawah 2 tahun. Usia
termuda yang pernah dilaporkan adalah 3
bulan dan paling tua usia 95 tahun. Laki-laki
dan wanita sama jumlahnya.
Dari pengelompokan ras didapatkan bahwa
83% penderita adalah kulit putih, 7% kulit
hitam, 5% Hispanic, 1% Asia dan 4% pada
kelompok ras yang tidak spesifik.

Data di Indonesia mengenai gambaran


epidemiologi belum banyak. Penelitian
Chandra menyebutkan bahwa insidensi
terbanyak di Indonesia adalah dekade I, II,
III (dibawah usia 35 tahun) dengan jumlah
penderita laki-laki dan wanita hampir sama.
Sedangkan
penelitian
di
Bandung
menyebutkan bahwa perbandingan laki-laki
dan wanita 3 : 1 dengan usia rata-rata 23,5
tahun. Insiden tertinggi pada bulan April s/d
Mei dimana terjadi pergantian musim hujan
dan kemarau.

Inflamasi akut demielinasi poliradikuloneuropati (AIDP)


adalah bentuk paling umum yang terjadi di Negara barat
dan berkontribusi 85-90% kasus. Kondisi ini terjadi pada
semua umur, meskipun jarang pada bayi. Usia termuda
yaitu 2 bulan dan usia tertua yaitu 95 tahun. Usia rata-rata
onset yaitu 40 tahun dengan dominasi gender laki-laki.

Tipe AMAN (Acute Motor Axonal Neuropathy) sering


didapatkan di daerah Jepang dan China, terutama
menyerang penderita di usia muda. Seringkali terjadi
selama musim panas, mempengaruhi 10-20% pasien GBS.
Tipe Miller-Fischer Syndrome mencakup 10-20% pasien GBS
di Negara barat, namun lebih umum di Asia Timur yaitu
25% di Jepang dan 19% di Taiwan.

Etiologi
Etiologi GBS sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti. Beberapa
penyakit yang mendahului dan mungkin ada hubungan dengan terjadinya GBS,
antara lain:

Vaksinasi

- Grup A Streptococci
- Rabies
- Influenza

Penyakit sistemik

- Keganasan
-Sistemic Lupus Erythematosus
-Tiroiditis
-Penyakit Addison

Kehamilan atau dalam masa nifas

Infeksi

SGB seringkali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi 56-80%
yaitu 1-4 minggu sebelum gejala neurologi timbul seperti infeksi saluran
pernafasan atas atau infeksi gastrointestinal.

Infeksi

Definite

Probable

Possible

Virus

CMV

HIV

Influenza

EBV

Varicella-

Measles

Zoster

Mumps

Vaccinia/Smal Rubella
lpox

Hepatitis
Coxsackie
Echo

Bakteri

Campylobacter

Typhoid

Borreila B

Jejuni

Paratyphoid

Mycoplasma

Brucellosis

Pneumonia

Chlamydia
Legionella
Listeria

Patogenesis

Kebanyakan pasien GBS menunjukkan ketidakadaan atau dalam


kondisi perlambatan aksi serat saraf. Kondisi perlambatan konduksi
ini merupakan hasil dari proses demyelinisasi akson.

Saraf perifer dan radiks saraf merupakan bagian terbesar yang


mengalami demyelinisasi, tetapi saraf kranial juga dapat diserang.

GBS diyakini merupakan respon autoimun dari sistem imun


humoral dan cell mediated yang tercetus dari suatu infeksi
ataupun kondisi tertentu. Gejala timbul ketika terjadi proses
demyelinisasi dari akson yang menimbulkan kerusakan pada
akson.

Mekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma dan factor lain


yang mempresipitasi terjadinya demyelinisasi akut pada GBS
masih belum diketahui secara pasti, namun diyakini merupakan
peran dari proses autoimun.

Bukti bahwa proses autoimun merupakan


mekanisme yang menimbulkan jejas saraf tepi
pada sindrom ini adalah:
1. Didapatkan antibodi atau respon kekebalan
seluler terhadap agen infeksius pada saraf tepi.
2. Adanya auto antibody terhadap sistem saraf tepi
3. Didapatkan penimbunan kompleks antigen
antibody dari peredaran pada pembuluh darah
saraf tepi yang menimbulkan proses demyelinisasi
saraf tepi. Proses demielinisasi dipengaruhi oleh
respon imunitas seluler dan humoral yang dipicu
oleh berbagai kondisi, yang paling sering adalah
infeksi virus.

Dikutip dari kepustakaan no 5

Dikutip dari kepustakaan no 7

Dikutip dari kepustakaan no 9

KLASIFIKASI GBS:
1. Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy (AIDP)

Tipe ini adalah jenis paling umum pada GBS.

Manifestasi paling sering adalah kelemahan anggota gerak


proksimal disbanding distal. Antibody tidak menyerang sel saraf
secara langsung, tetapi merusak sel glial yang menyelubungi
akson.

Biasanya menyebabkan perubahan sensorik dan kelemahan yang


dimulai pada ujung jari kaki dan ujung jari tangan lalu merambat
ke atas dan memburuk dari hari-minggu. Biasa juga didapatkan
rasa sakit yang dalam pada area yang mengalami kelemahan serta
pada punggung.

Dapat juga mengenai saraf kranialis, yang paling umum terlibat


adalah Nerves Facialis. Dari penelitian diketahui bahwa pada AIDP
terdapat infiltrasi limfositik saraf perifer dan demielinisasi
segmental makrofag.

2. Acute Motor Axonal Neuropathy (AMAN)

Tipe ini pernah dilaporkan terjadi endemic pada musim


panas tahun 1991-1992 di Cina Utara yaitu sebanyak 5565% dari SGB.
Tipe ini lebih menonjol pada kelompok anak-anak, dengan
ciri khas degenerasi motor axon.
Klinisnya, ditandai dengan kelemahan yang berkembang
cepat dan sering dikaitkan dengan kegagalan pernapasan,
meskipun pasien biasanya memiliki prognosis yang baik.
Sepertiga dari pasien dengan AMAN dapat hiperrefleks,
tetapi mekanisme belum jelas.
Disfungsi sistem penghambatan melalui interneuron spinal
dapat meningkatkan rangsangan neuron motorik. Tidak
terdapat kelainan pada sensorik.

3. Acute Motor Sensory Axonal Neuropathy (AMSAN)


Acute Motor Sensory Axonal Neuropathy (AMSAN) adalah
penyakit akut yang berbeda dari AMAN.
Pada AMSAN, antibody langsung merusak akson dengan
menyerang bagian nodes, sehingga tidak terdapat
demyelinisasi pada akson. AMSAN menyerang saraf
sensorik dan juga motoric.
Tipe
ini lebih sering menyerang dewasa, dengan
karakteristik atrofi otot, kuadriparesis akut, arefleksia,
distal sensory loss, insufisiensi pernafasan.
Pada tipe yang agresif dapat terjadi kelumpuhan total
dalam 1-2 hari. Penyembuhan dapat memakan waktu
cukup lama yakni 1 tahun atau lebih, namun seringkali
tidak dapat sembuh total.
Biasanya meninggalkan gejala sisa seperti kelemahan
dan rasa baal pada jari-jari.
Pemulihan lebih buruk dari tipe AMAN. Klinis dan
prognosis lebih buruk.

4. Miller Fisher Syndrome


Miller Fisher Syndrome(+5% dari kasus
GBS) adalah karakteristik dari triad ataxia,
arefleksia, dan oftalmoplegia.
Kelemahan pada ekstremitas, ptosis, facial
palsy, dan bulbar palsy mungkin terjadi
pada beberapa pasien.
Hampir
semua menunjukkan IgG auto
antibodi terhadap ganglioside GQ1b.
Kerusakan
imunitas tampak terjadi di
daerah paranodal pada saraf kranialis III, IV,
VI, dan dorsal root ganglia.

Gejala Klinis
1.Kelemahan

Gambaran klinis yang klasik adalah kelemahan yang ascending dan


simetris secara natural.

Anggota tubuh bagian bawah biasanya terkena duluan sebelum


tungkai atas.

Otot-otot proksimal mungkin terlibat lebih awal daripada yang lebih


distal.

Tubuh, bulbar, dan otot pernapasan dapat terpengaruh juga.

Kelemahan otot pernapasan dengan sesak napas mungkin ditemukan,


berkembang secara akut dan berlangsung selama beberapa hari
sampai minggu. Keparahan dapat berkisar dari kelemahan ringan
sampai tetraplegia dengan kegagalan ventilasi.

2. Keterlibatan saraf kranial

Keterlibatan saraf kranial tampak pada 45-75% pasien


dengan SGB.

Saraf kranial III-VII dan IX-XII mungkin akan terpengaruh.

Keluhan umum mungkin termasuk sebagai berikut; wajah


droop (bisa menampakkan palsy Bell), Diplopias, Dysarthria,
Disfagia, Ophthalmoplegia, serta gangguan pada pupil.

Kelemahan wajah dan orofaringeal biasanya muncul setelah


tubuh dan tungkai yang terkena.

Varian Miller-Fisher dari SGB adalah unik karena subtype ini


dimulai dengan defisit saraf kranial.

4. Perubahan Sensorik

Gejala sensorik biasanya ringan. Dalam kebanyakan kasus,


kehilangan sensori cenderung minimal dan variabel.

Kebanyakan pasien mengeluh parestesia, mati rasa, atau


perubahan

sensorik

serupa.

Gejala

sensorik

sering

mendahului kelemahan.

Parestesia umumnya dimulai pada jari kaki dan ujung jari,


berproses menuju ke atas tetapi umumnya tidak melebar
keluar pergelangan tangan atau pergelangan kaki stocking
glove.

Kehilangan getaran, proprioseptis, sentuhan, dan nyeri distal


dapat hadir.

4. Nyeri

Dalam sebuah studi tentang nyeri pada pasien dengan SGB, 89% pasien melaporkan
nyeri yang disebabkan SGB pada beberapa waktu selama perjalanannya.

Nyeri paling parah dapat dirasakan pada daerah bahu, punggung, pantat, dan paha
dan dapat terjadi bahkan dengan sedikit gerakan. Rasa sakit ini sering digambarkan
sebagai sakit atau berdenyut.

Gejala dysesthetic diamati ada dalam sekitar 50% dari pasien selama perjalanan
penyakit

mereka.

Dysesthesias

sering

digambarkan

sebagai

rasa

terbakar,

kesemutan, atau sensasi shocklike dan sering lebih umum di ekstremitas bawah
daripada di ekstremitas atas.

Dysesthesias dapat bertahan tanpa batas waktu pada 5-10%pasien. Sindrom nyeri
lainnya yang biasa dialami oleh sebagian pasien dengan SGB adalah sebagai berikut;
Myalgic, nyeri visceral, dan rasa sakit yang terkait dengan kondisi imobilitas
(misalnya, tekanan palsi saraf, ulkus dekubitus).

5. Perubahan otonom

Keterlibatan sistem saraf otonom dengan disfungsi dalam


sistem simpatis dan parasimpatis dapat diamati pada pasien
dengan SGB.

Perubahan
Takikardia,

otonom

dapat

Bradikardia,

mencakup
Facial

sebagai

flushing,

berikut;

Hipertensi

paroksimal, Hipotensi ortostatik, Anhidrosis dan / atau


diaphoresis Retensi urin karena gangguan sfingter urin,
karena

paresis

lambung

dan

dismotilitas

usus

dapat

ditemukan.

Disautonomia lebih sering pada pasien dengan kelemahan


dan kegagalan pernafasan yang parah

6. Pernapasan

Empat puluh persen pasien SGB cenderung memiliki


kelemahan pernafasan atau orofaringeal.

Keluhan yang khas yang sering ditemukan adalah


sebagai berikut; dispnea saat aktivitas, sesak napas,
kesulitan menelan, bicara cadel.

Kegagalan ventilasi yang memerlukan dukungan


pernapasan biasa terjadi pada hingga sepertiga dari
pasien

di

beberapa

penyakit mereka.

waktu

selama

perjalanan

DIAGNOSIS
Umum dipakai adalah criteria dari National
Institute of Neurological and Communicative
Disorder and Stroke (NINCDS), yaitu:
I. Ciri-ciri yang perlu untuk diagnosis:
Terjadinya kelemahan yang progresif
Hiporefleksi

II. Ciri-ciri yang secara kuat menyokong diagnosis SGB:


a. Ciri-ciri klinis:

Progresifitas: gejala kelemahan motorik berlangsung cepat, maksimal dalam 4


minggu, 50% mencapai puncak dalam 2 minggu, 80% dalam 3 minggu, dan 90%
dalam 4 minggu.

Relatif simetris

Gejala gangguan sensibilitas ringan

Gejala saraf kranial 50% terjadi parese N VII dan sering bilateral. Saraf otak lain
dapat terkena khususnya yang mempersarafi lidah dan otot-otot menelan,
kadang < 5% kasus neuropati dimulai dari otot ekstraokuler atau saraf otak lain

Pemulihan: dimulai 2-4 minggu setelah progresifitas berhenti, dapat memanjang


sampai beberapa bulan.

Disfungsi otonom. Takikardi dan aritmia, hipotensi postural, hipertensi dangejala


vasomotor.

Tidak ada demam saat onset gejala neurologis

b. Ciri-ciri kelainan cairan serebrospinal yang kuat menyokong diagnosa:

Protein CSS ( Cairan Serebrospinal ) Meningkat setelah gejala 1 minggu


pertama dari timbulnya gejala atau antara pungsi pertama dan kedua
pada punksi serial

Jumlah sel CSS < 10 MN/mm3

Varian:

Tidak ada peningkatan protein CSS setelah 1 minggu gejala

Jumlah sel CSS: 11-50 MN/mm3

c. Gambaran elektrodiagnostik yang mendukung diagnosa:

Perlambatan konduksi saraf,

bahkan blok pada 80% kasus. Biasanya

kecepatan hantar kurang 60% dari normal.

III. Ciri-ciri yang membuat diagnosis meragukan

Kelemahan yang tetap asimetris

Tetap adanya gangguan miksi dan defekasi

Adanya gangguan miksi dan defekasi sejak awal

Jumlah sel dalam cairan serebrospinal >50/mm3

Adanya sel PMN dalam cairan serebrospinal

Adanya batas gangguan sensibilitas yang jelas

IV. Tanda-tanda yang menentang diagnosis GBS

Adanya

anamnesis

penggunaan

senyawa

hexacarbon,

misalnya glue sniffing.

Adanya metabolism porphyrin abnormal seperti acute


intermittent porphyria.

Riwayat diphteri baru, dengan ataupun tanpa myocarditis

Tanda-tanda keracunan timah, ditandai dengan adanya


kelemahan ekstremitas dengan wrist drop

Hanya didapat gangguan sensorik saja

Adanya kepastian diagnosis lain seperti poliomyelitis,


botulisme, polineuropati toksik.

Diagnosis Banding
Neuropati adalah gangguan saraf perifer yang meliputi kelemahan motoric,
gangguan sensorik, autonom dan melemahnya refleks tendon. Dapat
terjadi secara akut maupun kronik. Polineuropati adalah neuropati dengan
lesi utama pada neuron. Merupakan proses umum yang menyebabkan
kelainan simetris dan bilateral pada sistem saraf tepi. Kelainan dapat
berbentuk motorik, sensorik, sensorimotor atau autonomic. Distribusinya
dapat proksimal, distal ataupun umum. Pembagian utama polineuropati:

Peripheral neuropati simetris akut

Peripheral neuropati simetris kronik

Mononeuropati multiple

GBS termasuk ke dalam peripheral neuropati simetris akut yang


megenai sensorik maupun motoric. Gejala klinis SGB biasanya jelas
dan mudah dikenal sesuai dengan kriteria diagnostik dari NINCDS,
tetapi pada stadium awal kadang-kadang harus dibedakan dengan
keadaan lain:
a. Acute Neuropathies

GBS

Porphyria

Critical Illness Neuropathy

Diphtheritic neuropathy

Toxins ( thallium, arsenic, lead, n-hexane, organophosphate)

Tick Paralysis (sensory changes absent, normal cerebrospinal fluid)

Vasculitic Neuropathy

b. Neuromuscular Junction Disorders

Botulism (descending paralysis)

Myasthenia gravis (kelemahan membaik dengan istirahat)

c. Myopathies

Hypokalemia atau hypophosphatemia

Periodic paralysis

Rhabdomyolysis

Polymyositis

D. Spinal Cord Disorders

Polio (hanya mengenai motoric), Rabies, or West Nile

Transverse myelitis (kelemahan kaki bilateral, kelemahan sensorik


ascending)

Kompresi spinal cord

Pemeriksaan penunjang

Elektrolit

- Syndrom of inapproprite antidiuretic hormone (SIADH ) terjadi pada beberapa


pasien GBS
- Serum dan osmolaritas urin merupakan indikasi jika SIADH dicurigai

Tes fungsi liver meningkat pada 1 dari 3 pasien

Tes kehamilan (kehamilan mungkin dapat menjadi pemicu)

Lumbal pungsi dan analisa cairan serebrospinal

Pada sebagian besar pasien, namun tidak semua pasien mengalami peningkatan
kadar protein pada cairan serebrospinal ( >500 mg/L ) tanpa peningkatan jumlah sel
(disosiasi sitoalbumin). Gamma globulin juga meningkat.Peningkatan protein dengan
tekanan normal dan tanpa leukosit dicurigai berhubungan dengan infeksi HIV

Skrining antibodi

terdapat antibody terhadap saraf perifer dan saraf pusat

Pasien dengan Miller-Fisher varian mungkin memiliki antibody GQ1b

Pasien yang mempunyai antibody subtype GMI mungkin memiliki


prognosis yang buruk

Electrocardiogram

Banyak abnormalisasi yang berbeda dapat terlihat pada EGC termasuk


second-degree
gelombang

and

T,depresi

atrioventricular
ST,pelebaran

(AV)
QRS

block,
dan

abnormalisasi

berbagai

macam

kekacauan ritme

Pemeriksaan EMG

Terdapat
menurun.

konduksi

saraf

menurun,

latensi

memanjang,

F-respon

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Non Medikamentosa

Perawatan pre hospital

1. ABC,IV,oksigen dan membantu ventilasi


2. Monitor cardiac arrytmias
3. Pindahkan segera ke Rumah Sakit

Perawatan darurat

1. ABC,IV<oksigen membantu ventilasi


2. Intubasi pada harus dilakukan pada pasien yang mengalami perkembangan
kearah gagal nafas.Indikasi klinik untuk intubasi adalah hipoksia,kemunduran
yang cepat dari fungsi respirasi, batuk, aspirasi. Secara umum intubasi
diindikasikan ketika FCV kurang dari 15 mL/Kg
3. Pasien memiliki atau disangka GBS harus dimonitor secara terpadu
4. Perubahan tekanan darah,heart rate dan aritma lainnya.
Perawatan jarang diperlukan pada takikardi. Atropin direkomendasikan untuk
symptomatic bradycardia
Karena labilitas dysautonomia, hypertensi diberikan pengobatan dengan shortacting

agents,seperti

beta-blocker

atau

nitropuside.

Hypotension

dysautonomia biasanya memberi respon pada aliran IV dan posisi supinasi.

dari

Perawatan Hospitalis
Monitor status neurologis dan fungsi pernafesan pasien setiap hari atau lebih
sering pemeriksaan neurologis dan pengukuran kapitas vital dan tekanan
inspirasi maksimal setiap 4-6 jam.

Intubasi

Indikasi intubasi adalah pada :


1. Meningkatkatkan respirasi seiring melemahnya otot pernafasan (kapasitas
vital berkurang sampai 25-30% )
2. Aspirasi ( kelemahan otot faring )
3. Retensi sekret ( batuk yang tidak efektif )

Membersihkan sekret

Terapi pada dada harus dilakukan sejak awal. Menyedot sekret jalan nafas
sangat penting dan dilakukan dengan steril.

Pertukaran plasma

Pertukaran plasma dapat memperpendek durasi ketargantungan pada


respirator, mempercepat penyembuhan. Lebih efektif jika dimulai selama
seminggu pertama sejak onset kelemahan.

B. Penatalaksanaan Medikamentosa

Pada sebagian besar penderita dapat sembuh sendiri.


Pengobatan

secara

umum

bersifat

simtomatik.

Meskipun dikatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh


sendiri, perlu dipikirkan waktu perawatan yang cukup
lama dan angka kecacatan (gejala sisa) cukup tinggi
sehingga pengobatan tetap harus diberikan.

Tujuan terapi khusus adalah mengurangi beratnya


penyakit dan

mempercepat penyembuhan melalui

sistem imunitas (imunoterapi).

1. Plasmafaresis

Plasmafaresis

atau

plasma

exchange

bertujuan

untuk

mengeluarkan factor autoantibodi yang beredar.

Pemakaian plasmaparesis pada SGB memperlihatkan hasil


yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih cepat,
penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama
perawatan yang lebih pendek.

Pengobatan
plasma/kg

dilakukan
BB

dalam

dengan
7-14

mengganti

hari.

200-250

Plasmaparesis

ml

lebih

bermanfaat bila diberikan saat awal onset gejala (minggu


pertama).

2. Pengobatan imunosupresan:

Imunoglobulin IV (IVIg)

Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih menguntungkan


dibandingkan plasmaparesis karena efek samping/komplikasi lebih
ringan. Dosis 0.4 gr/kg BB/hari selama 5 hari.

Obat sitotoksik

Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah:


a) 6 merkaptopurin (6-MP)
b) azathioprine
c) cyclophosphamid
Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia, muntah, mual dan
sakit kepala.

3. Heparin
Pemberian heparin dengan berat jenis rendah
yang terfraksi yaitu enoxaparine (Lovenox)
5000IU subkutan diberikan 2 kali sehari untuk
mencegah deep vein thrombosis pada pasien
dengan imobilisasi lama.

c. Rehabilitasi Medik

1. Fisioterapi :

Alih baring dan peregangan otot untuk mencegah kekakuan


juga untuk mencegah terjadinya ulkus dekubitus

ROM exercise ( latihan lingkup gerak sendi ) secara pasif


dan aktif untuk alat gerak atas dan bawah

Latihan pernafasan

Latihan dengan tahanan terhadap kelompok otot-otot besar

Ambulasi dimulai dengan duduk, berdiri dan berjalan


dengan menggunakan parallel bar

2. Terapi Okupasi :

Cara tidur benar yaitu dengan menggamjal kedua


anggota gerak bawah untuk mencegah terjadinya
drop foot

Mencegah penggunaan otot persendian berlebihan


sehingga dapat menimbulkan kelelahan

3. Ortotik dan Prostetika

Balutan untuk menyokong dorsofleksi kaki dan kepala


lutut dipakai splint temporer,kemudian penggunaaan
light spring wire brace untuk drop foot jika diperlukan

Prognosis

Pada umumnya, sekitar 3% sampai 5% pasien tidak dapat


bertahan dengan penyakitnya, tetapi pada sebagian kecil
penderita dapat bertahan dengan gejala sisa.

95% terjadi penyembuhan tanpa gejala sisa dalam waktu


3

bulan

bila

dengan

keadaan

antara

lain

pada

pemeriksaan NCVEMG relatif normal, mendapat terapi


plasmaparesis

dalam

minggu

mulai

saat

onset,

progresifitas penyakit lambat dan pendek, dan terjadi


pada penderita berusia 30-60 tahun

PEMBAHASAN

Kondisi Pasien

Teori
anamnesa
Onset:

akut (2-4 minggu) dan pada Pada pasien onset kelemahan bersifat

bentuk yang berat seseorang yang semula subakut

(semenjak

Desember-April

tampak sehat mendadak dalam 2-3 hari 2013).


menjadi lumpuh sama sekali.
Riwayat infeksi

Riwayat

(infeksi saluran pernafasan atas atau sebelum


infeksi gastrointestinal)

infeksi
gejala

saluran

pernafasan

paraparesis

menjadi

progresif. Riwayat diare (-)

Perbaikan gejala klinis dalam 2-4 minggu Belum


semenjak

ada

perbaikan

keluhan

pemberian terapi.

klinis

muncul

dari
hingga

Teori

Kondisi Pasien

Gejala Klinis
1. kelemahan

Pada pasien kelemahan

-Kelemahan ascending

-ascending

-Simetris

- Simetris dirasakan mulai

-Anggota
bawah

tubuh
terkena

bagian dari

kaki

bagian

duluan phalanges

sebelum tungkai atas

hingga

distal
ke

bagian femur.

-Otot distal terkena lebih -Otot distal terkena lebih


dahulu lalu otot proksimal dulu, baru otot proksimal

Teori
Gejala Klinis
2. Keterlibatan saraf

Pada

kranial

didapatkan

-Wajah droop

saraf kranial.

-Diplopia
-Dysarthria
-Disfagia
-Opthalmoplegia
-Gangguan pupil

Kondisi Pasien
pasien

tidak

keterlibatan

Teori

Kondisi Pasien

Gejala Klinis
3. Perubahan sensorik

Pada

pasien

dirasakan

-Mati rasa/baal

sensorik yang mendahului kelemahan.

-Seringkali mendahului kelemahan

Diawali

dengan

rasa

perubahan

panas,

tajam

-Parestesia umumnya dimulai pada jari seperti ditusuk-tusuk pada ujung kaki
kaki dan ujung jari, berproses ke atas kiri
tapi

tidak

melebar

keluar

getaran,

merambat

hingga

dari pergelangan kaki kiri. Dirasakan pula

pergelangan tangan/pergelangan kaki.


-Kehilangan

kemudian

pada kaki kanan. rasa kebas dan baal

proprioseptis, juga dirasakan pada tangan kanan dan

sentuhan, nyeri pada distal

kiri

mulai

dari

ujung

jari

hingga

pergelangan tangan. Penurunan sensasi


sentuhan ringan (kapas, tissue).

Teori

Kondisi Pasien

Gejala Klinis
4. Nyeri

Pasien

-Dysesthetic

rasa

terbakar, panas

kesemutan, sensasi shocklike


-Lebih

umum

ekstrimitas

dirasakan
bawah

merasakan
dan

sensasi

kesemutan

rasa

sebelum

keluhan kelemahan pada

kedua

pada tungkai dirasakan.

daripada Keluhan

dirasakan

kedua

kaki

lebih

buruk

ekstremitas atas

pada

dibandingkan

-Myalgic

dengan kedua tangan.

-Nyeri visceral

Tidak ada nyeri-nyeri otot di lokasi


lain selain kelemahan pada kedua
tungkai atas dan bawah.

Teori

Kondisi Pasien

Gejala Klinis
5.

Perubahan

system

saraf Tidak terdapat perubahan system

autonomy.
Disfungsi

saraf autonom pada pasien.


sistem

simpatis

parasimpatis
-Takikardia/bradikardia
-Facial flushing
-Hipertensi/hipotensi
-Anhidrosis/diaphoresis
-Retensi urin
-Dismotilitas usus

dan

Teori

Kondisi Pasien

Gejala Klinis
6. Pernafasan

Tidak terdapat keluhan dyspnea

-Dyspnea saat aktivitas

saat aktivitas. Keluhan sesak hanya

-Sesak nafas

dirasakan 1x berdurasi singkat (15

-Kesulitan menelan

menit) pada tanggal 17 Mei 2013 di

-Bicara cadel

malam

hari,

yaitu

saat

pasien

sedang tidur. Rasa sesak membuat


pasien terbangun, namun keluhan
membaik sendiri.
Kesulitan menelan (-), bicara cadel
(-)

Teori

Kondisi Pasien

Pemeriksaaan Fisik
Penurunan kekuatan motorik

paraparesis ekstremitas bawah


motoric atas

Penurunan sensorik

4455/5544

motoric bawah 0034/4300


Ekstremitas atas
Rangsang Suhu: thermohipestesia
pada distal phalanges
Ekstremitas bawah
Rangsang Raba: hipoestesia/hipoestesia

Rangsang Suhu: thermohipesthesia


pada distal phalanges
Diskriminasi dua titik

: melebar

Teori

Kondisi Pasien

Pemeriksaaan Fisik
Refleks

fisiologis

menurun

atau refleks fisiologis (Biceps, Triceps, Patella, Achilles)

menghilang

hiporefleks: +1/+1

Refleks patologis (-)

refleks patologis (-)

Pemeriksaan penunjang
EMG: perlambatan konduksi saraf bahkan Penurunan NCV motoric, sensorik N. Medianus dan N.
blok. Biasa kecepatan hantar <60% dari Ulnaris
normal

dekstra.

Hilangnya

respon

motoric

N.

Peroneus, N. Tibialis bilateral dan NCV sensorik N.


Surales dekstra.
Pemanjangan latensi, penurunan NCV dan persistensi
gel F dari N. Medianus dan N. Ulnaris dekstra.
Hilangnya respon gel F dari N. Peroneus dan N.
Tibialis bilateral.
Kesimpulan: sesuai dengan Poliradikuloneuropati tipe
AMSAN.

Cairan serebrospinal: Disosiasi sitoalbumin

Tidak dilakukan

Teori

Kondisi Pasien

Diagnosis

Sesuai dengan kriteria diagnosis penyakit

Terapi

Guillain-Barre Syndrome tipe AMSAN


Neuroprotektor:
Vitamin B12: Injeksi mecobalamin 3x1
Adenosine

Triphosphate,

vitamin

Vitamin E: Bio ATP 3X1


Vitamin B1: Alinamin F 3x1 tab
Immunoglobulin (IVIg):

Drip Gamarras 4 botol per hari


(5 hari)

Hipertensi:
ca channel blocker (Amlodipin) 1x5mg

B1,

B12

Terima Kasih

Daftar Pustaka
Evil

Science. 2008 [11/10/2010]. Available from: http://www.guillainbarresyndrome.net


MC. Gullain-Barre Syndrome. Professor Marianne de vissers,
Editor. University Medical Center Rotterdam. Netherlands; 2004.
Evidence Center. 2011 [14/04/2011]. Available from:
http://bestprice.bmj.com/bestpractice/monograph/176/basics/epidemiology.html
Dr Iskandar J, Guillain Barre Syndrome. Universitas Sumatera Utara ; 2005
Seneviratne U MD(SL), MRCP. Guillain-Barre Syndrome:
Clinicopathological Types and Electrophysiological Diagnosis. Departement of Neurology, National
Neuroscience Institute, SGH Campus; 2003.
Andary T M, 2011 [26/08/2011]. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/315632-treatment
Ropper H A, Brown H R. Adams and Victor, Principles of Neurological 8th edition. United States of
America; 2005. p.1117-27
Mayo Clinic staff. 2011 [28/05/2011]. Available from :
http://www.mayoclinic.com/health/guillain-barresyndrome/
DS00413/DSECTION=treatments-and-drugs
AIDP ( Guillain Barre Syndrome ). Available from :http://www.netterimages.com/image/63612.htm
Gorson, KC, and Ropper, AH. Guillain-Barre Syndrome (Acute Inflammatory
Demyelinating Polyneuropathy) and Related Disorders. In: Katirji, B, Kaminski, HJ, Preston, DC, Ruff, RL,
and Shapiro, BE, (eds.): Neuromuscular Disorders in Clinical Practice, Butterworth Heinemann, Boston,
2002, p. 544-566.
Hartung H, Kieseier BC, Kiefer R. Progress in Guillain-Barre syndrome. Curr Opin Neurol, 14:597-604,
2001.
Hartung H, Willison HJ, Kieseier BC. Acute Immunoinflammatory Neuropathy: Update on Guillain-Barre
syndrome. Curr Opin Neurol, 15:571-577, 2002.
Soliven B. Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy. In Medlink Neurology,
(www.medlink.com). 2002.
Erasmus

Anda mungkin juga menyukai