Disusun oleh:
Dony Septriana Rosady
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kemajuan berbagai negara dan adanya globalisasi telah mendorong setiap
negara menjadi bagian dari masyarakat dunia. Kemajuan yang pesat pada berbagai
sektor telah banyak merubah kultur budaya masyarakat, termasuk di Indonesia.
Globalisasi tidak hanya berbicara mengenai perubahan
Hazard
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
musim panas dan musim hujan. Kondisi ini membuka potensi adanya penyebaran
polutan dari satu daerah perairan ke daerah perairan lainnya. Perubahan
temperatur juga dapat berdampak pada pertumbuhan biota laut, populasi spesies
ikan, musim tangkap oleh nelayan, hingga pergerakan bahan pencemar.
Perubahan ekologis yang terjadi dari waktu ke waktu menyebabkan
timbulnya
indikator
adanya
pencemaran
lingkungan.
Biasanya
penyebab
pencemaran lingkungan tertinggi diakibatkan oleh Esserchia coli dan Bacillus spp.
Indikator fisika juga biasanya digunakan sebagai indikator adanya
pencemaran lingkungan. Indikator-indikator tersebut termasuk di dalamnya
temperatur, salinitas, kecerahan, kedalaman, total padatan tersuspensi, dan juga
daya hantar listrik. Indikator kimia biasanya juga digunakan sebagai indikator
pencemaran meliputi indikator pH, BOD, COD, DO, N-Nitrit, danjuga ortho
fosfat.
Pada contoh penelitian yang dilakukan di Karawang didapatkan hasil
bahwa telah terjadi kelebihan limbah organik pada sektor perairan. Namun
didapatkan hasil pula bahwa pencemaran limbah tersebut belum mengubah
kualitas perairan namun gejala penurunan kualitas lingkungan sudah tampak.
Pengambilan pestisida oleh ikan dapat terjadi melalui mekanisme
penelanan makanan yang tercemar, pengambilan dari air melalui membran insang,
difusi kutikular, dan penyerapan langsung dari sedimen. Sehingga pencemaran
lingkungan akibat pestisida juga secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas
produk perikanan.
Akumulasi logam yang terdapat pada perairan laut pun dapat berdampak
terhadap penumpukkan logam pada ikan di laut. Namun mekanisme yang terjadi
berbeda dengan yang terjadi pada pestisida. Disamping logam, pencemar lainnya
dapat berupa toksikan. Toksikan dilaporkan dapat masuk melalu struktur yang
lipofilik. Biasanya toksikan menembus struktur lipoprotein sehingga akhirnya
masuk ke pembuluh darah. Fase awal biasanya berupa reaksi metabolit reaktif dan
kemudian dialnjutkan oleh fase lanjutan berupa reaksi stabilisasi metabolit reaktif.
2.2.
Agroindustri Ikan
Agroindustri perikanan merupakan industri yang berbahan baku dari
produk ikan. Dari seluruh produk perikanan yang beredar di pasar, 90% bahan
baku bersumber laut. Dan Indonesia memiliki lebih dari 80 jenis ikan laut yang
berpotensi ekonomis.
Produk perikanan yang beredar di pasaran biasanya berupa produk ikan
hidup, ikan segar dalam beku, dan juga berupa produk lanjutan setelah melalui
proses pengolahan.
2.2.1
terpenuhinya syarat-syarat makanan yang baik. Syarat ikan tangkapan segar harus
memenuhi syarat bahwa secara fisik ikan tersebut baik, kontaminasi yang
minimal, dan juga dikelola dalam temperatur yang sesuai.
Pada
produk
perikanan
biasanya
dilakukan
pelumpuhan
untuk
2.2.2
Pengolahan Ikan
Pembekuan merupakan salah satu teknik pengolahan ikan yang cukup
sering dilakukan. Tujuannya untuk menekan kerusakan jaringan pada ikan yang
akan menurunkan kualitas ikan. Sehingga perlu dibutuhkan waktu yang cepat dari
penangkapan hingga proses pembekuan ikan. Hal ini dilakukan guna menjamin
mutu ikan. Biasanya ikan yang cukup sering diolah dengan pembekuan adalah
ikan tuna. Di pasar biasanya ikan tuna dijual dalam bentuk beku.
Proses pengeringan dan pengasinan merupakan proses yang tersering dan
menguasai 50% produk perikanan di pasar Indonesia. Teknik lainnya beruapa
pengasapan merupakan upaya pengawetan menggunakan prinsip pengeringan.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, proses pengolahan produk
perinkanan semakin bervariasi.
perikanan lanjutan beruapa baso ikan, nugget ikan, ikan kaleng, serbuk ikan,
minyak ikan dengan kandungan vitamin A, tepung ikan, saos dan juga kecap.
2.2.3
aksi enzim, bahan kimia, serta bakteri yang banyak dipengaruhi oleh temperatur.
Teknik pengeringan, penggaraman, pengasapan, pembekuan hingga pengalengan
merupakan upaya pengamanan mikroorganisasi. Kontaminasi mikroorganisme
pada produk ikan dapat menjadi penyebab gangguan kesehatan
Bakteriosin saat ini banyak digunakan sebagai pengganti pengawet nitrit.
Hal ini banyak dilakukan guna menghindari keracunan nitrit dan turunannya
berupa nitrosamin.
Teknologi alternatif lainnya yang digunakan untuk mengendalilan
keamanan pangan produk ikan adalah dengan indikator protease. Indikatro
protease menunjukkan deteksi adanya kontaminasi Pseudomonas. Penurunan
tekstur daging juga dapat digunakan sebagai indikator adanya mikroorganisme
dalam produk perikanan.
2.3.
2.3.1
protein bagi kebutuhan manusia. Disamping itu juga ikan memiliki kandungan
Tabel 1. Daftar nilai gizi makanan di asia Tenggara, dalam 100 gram bagian yang dapat
dimakan (Harper et al., 1985)
2.3.2
mikroflora kontaminasi silang, bumbu peralatan lingkungan dan juga tenaga kerja
selama proses pengolahan.
2.3.3
kondisi protein mengalami denaturasi maka protein tersebut akan rusak dan tidak
lagi memberikan banyak manfaat bagi orang yang mengkonsumsi produk ikan
tersebut.
Proses pengasapan dan pengeringan produk ikan dapat menyebabkan
kandungan lemak menjadi turun dari kadar normalnya. Namun,
pengeringan
2.4
2.4.1
2.4.2
sertifikasi adalah pengumpulan data relevan. Data relevan tersebut dapat berupa
hasil studi pada hewan, bila memungkinkan pada manusia, juga termasuk studi
epidemiologi. Tahap selanjutnya atau tahap kedua adalah pemeriksaan untuk
menentukan batas aman bagi penggunaan intensif bahan tambahan makanan.
Skema yang menggambarkan hubungan antara manajemen risiko, komunikasi risiko, dan
pendugaan risiko
dapat
berjalan
dengan
baik
dan
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1.
Tri Winarni Agustini menunjukkan bahwa terdapat bahan kimia tambahan ilegal
berupa formalin ditemukan pada ikan segar di Pekalongan, Pati dan Rembang.
Produk hasil perikanan udang atau ikan yang menggunakan bahan
pengawet formalin biasanya ditandai dengan warna putih bersih, kenyal,
insangnya berwarna merah tua bukan merah segar, serta daya awetnya yang
meningkat.
Kondisi ikan yang terlihat bersih inilah yang menjadi alasan mengapa
banyak pihak yang masih menggunakan bahan berbahaya seperti formalin.
Dengan penggunaan formalin maka daya tahan produk ikan akan meningkat dan
menekan risiko pembusukan ikan dalam waktu dekat jika produk tersebut tidak
terjual. Pertimbangan keuntungan yang menggiurkan inilah yang banyak
dijadikan alasan untuk mengenyampongkan keamanan pangan pada produk
berbasis ikan oleh para oknum penjual.
Kondisi penambahan zat berbahaya seperti formalin tidak hanya dilakukan
pada jenis produk ikan segar saja. Biasanya yang cukup sering dilaporkan terjadi
penambahan zat berbahaya terjadi juga pada produk olahannya. Produk olahan
seperti baso ikan, kerupuk, terasi, dan produk lainnya banyak pula dilaporkan
menambahkan zat berbahaya.
Pada penelitian yang sama, dilakukan pula penelitian terhadap produk
olahan berbasis ikan laut. Namun dari penelitian tersebut pada produk olahan
seperti kerupuk dan terasi ternyata tidak ditemukan adanya bahan tambahan
makanan (food additive) ilegal seperti boraks dan rhodamin B.
Penggunaan formalin dalam makanan tidak bisa terlepas dari kebijakan
makro yang diambil oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah dalam kenaikan
BBM contohny memberikan dampak kepada pendapatan nelayan. Imbas dari
kebijakan tersebut terlihat pada naiknya harga produksi, seperti makin mahal dan
memiliki
pertimbangan tersendiri
untuk
tidak
penyadaran masyarakat
pengembangan kelembagaan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Masih ditemukan penggunaan bahan tambahan makanan (food additive)
ilegal (formalin dan peroksida) pada penanganan dan pengolahan produk ikan
segar dan ikan. Tindakan penggunaan bahan tambahan makanan (food additive)
ilegal pada penanganan dan pengolahan produk ikan segar dan ikan asin
dipengaruhi oleh bebrbagai aspek diantaranya teknis, ekonomi, sosial budaya,
kelembagaan maupun kebijakan.
Pengembangan kebijakan jaminan keamanan dan mutu produk perikanan
dapat dilakukan berbagai langkah diantara adalah sebagai berikut : pengembangan
bahan tambahan pangan alternatif, pengembangan dan penerapan standar mutu,
perbaikan tata niaga BTP ilegal, kampanye makan ikan, penyadaran masyarakat,
pengembangan
kelembagaan,
pengembangan
SDM,
keterpaduan
dan
4.2.
Saran
Perlu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesempatan bagi
pangan
produk
perikanan.
Kebijakan
pemerintah
diharapkan
DAFTAR PUSTAKA