I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. W. M.
Umur
: 60 Tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
: Menikah
Jumlah anak
: 6 orang
Pendidikan
: SD (tidak tamat/TT)
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Suku/Bangsa
: Siau/ Indonesia
Alamat
Agama
: Kristen Protestan
Cara MRS
: 3 Desember 2013
RIWAYAT PSIKIATRIK
Riwayat psikiatri diperoleh dari autoanamnesis dan aloanamnesis pada tanggal 12
Desember 2013 , di Irina C1 kamar 101 RSUP Prof. dr. R. D. Kandou :
A.
Keluhan utama
Murung, gangguan tidur, cepat lelah.
B.
apalagi saat ini pasien sulit berjalan sendiri jika tidak dibantu oleh keluarga. Sejak itu
pasien tampak murung dan kurang bersemangat. Gangguan tidur dialami pasien sejak
1 minggu SMRS, pasien bisa tertidur namun sering terbangun di malam hari dan
sulit tertidur kembali. Pasien juga mengeluh cepat lelah walaupun hanya sedikit
beraktifitas serta nafsu makan yang menurun semenjak dirawat di rumah sakit.
Saat anamnesis dilakukan pasien menjawab pertanyaan dengan cukup baik dan
sedikit gelisah menggunakan bahasa daerah yang diterjemahkan oleh anaknya.
C. Riwayat gangguan sebelumnya.
1. Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya.
Sebelumnya pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini.
2. Riwayat gangguan medis.
Pasien menderita penyakit Diabetes Melitus tipe II yang sudah berlangsung selama
7 tahun, Neuropati DM, Suspect. Pneumonia, Hipertensi. Trauma kapitis (-).
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif.
Alkohol (-), Merokok (-).
III.
2.
3.
4.
5.
Riwayat pendidikan
2
Riwayat pekerjaan.
Pasien bekerja dulu bekerja sebagai pembantu rumah tangga, namun setelah
menderita penyakit Diabetes Melitus 7 tahun lalu, pasien kemudian berhenti
dan tidak memiliki pekerjaan lagi.
c.
Riwayat psikoseksual
Orientasi seksual pasien adalah lawan jenis. Pasien tidak pernah mengalami
penyiksaan seksual semasa kecil.
d.
Riwayat pernikahan
Pasien telah menikah dan memiliki 6 orang anak.
e.
Riwayat keagamaan
Pasien beragama Kristen Protestan dan rajin beribadah ke gereja.
f.
Aktifitas sosial.
Pasien mengaku hubungan dengan keluarga baik. Pasien cukup dekat dengan
anak dan cucu-cucunya.
g.
h.
Riwayat keluarga.
Pasien adalah anak keempat dari 6 bersaudara. Hubungan antar keluarga baik.
Tidak ada di keluarga yang menderita keluhan seperti ini.
SILSILAH KELUARGA
Ket :
IV.
: Laki-laki
: Pasien
: Perempuan
: Meninggal
a. Orientasi waktu
malam.
b. Orientasi tempat
di rumah sakit
c. Orientasi orang
merawatnya.
3. Daya konsentrasi : Cukup
4. Perhatian : Pada saat wawancara pasien cukup mampu memusatkan perhatian dan
tidak mudah teralih.
5. Daya ingat :
a. Jangka panjang : tidak terganggu.
b. Jangka pendek : tidak terganggu
c. Segera
: tidak terganggu.
G. Daya nilai
a. Daya nilai sosial : baik
b. Uji daya nilai
: baik
c. Penilaian realitas : baik
H. Tilikan
Derajat IV (menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami sebab
sakitnya).
I. Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya
V.
dimana pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami
penyebab sakitnya.
VI.
FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan riwayat pasien, terdapat tanda klinis yang berkaitan dengan gangguan
kejiwaan serta tidak ditemukannya riwayat trauma kapitis sehingga, dengan demikian
gangguan mental organik dapat disingkirkan. Dengan demikian dapat disimpulkan pasien
mengalami suatu gangguan jiwa.
Pada aksis I ditemukan pasien tampak murung karena kondisi kesehatannya yang
tidak membaik yang sudah berlangsung selama 12 hari, adanya gangguan tidur sejak 1
minggu SMRS, pasien cepat merasa lelah walaupun hanya sedikit beraktifitas serta nafsu
makan yang berkurang. Pada pemeriksaan status mental didapatkan perilaku yang cukup
gelisah, ekspresi wajah yang murung, mood hipotimia, Maka diagnosis pasien ini
termasuk dalam Episode depresif ringan.
Pada aksis II tidak ada diagnosis. Pada aksis III ditemukan adanya gangguan
kondisi medik umum berupa Diabetes Melitus tipe II, komplikasi dari DM tipe II berupa
Neuropati DM yang bermanifestasi nyeri hebat dan perih pada tungkai, suspect
Penumonia dan Hipertensi.
Pada aksis IV tidak ada diagnosis. Pada aksis V, GAF Scale 60-51 dimana gejala
yang dialami pasien adalah gejala sedang dengan disabilitas sedang (pasien tidak mampu
berjalan sendiri, kecuali dibantu oleh keluarga).
VII.
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : Episode depresif ringan (F32.0)
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Diabetes Melitus tipe II, Neuropati DM, Suspect. Pneumonia, Hipertensi
Aksis IV : Tidak ada
Aksis V : GAF Scale Current 60-51(gejala sedang (moderate), disabilitas sedang).
VIII.
PROBLEM
A.
Psikologi
Pasien memiliki keluhan cemas akan kondisi kesehatannya terutama karena
saat ini pasien sulit berjalan sendiri tanpa dibantu oleh keluarga serta mengeluh susah
tidur pada malam hari.
IX.
PERENCANAAN TERAPI
6
A. Psikofarmaka
Fluoxetine 20 mg cap. 1-0-0
Alprazolam 0,25 mg 3x1
B. Psikoterapi dan intervensi psikososial
1. Terhadap pasien :
a. Memberikan edukasi
agar memahami
X.
PROGNOSIS
Ad vitam
: ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
XI.
DISKUSI
7
keteraturan minum obat. Keluarga pasien juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk
psikoedukasi berupa penyampaian informasi kepada keluarga mengenai penyebab
penyakit yang dialami pasien serta pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami
dan menerima kondisi pasien untuk minum obat dan kontrol secara teratur. Peran keluarga
dekat dalam kasus ini sangat penting, terutama dalam hal motivasi dan perhatian.
XII.
WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan di ruang Irina C kamar 101 RS Prof. dr. R. D. Kandou pada tanggal
12 Desember 2013..
Keterangan :
A: Pemeriksa
B: Anak pasien
C: Pasien
: Kenalkan ibu, kita dokter muda Shinta. Kita boleh ba tanya-tanya tentang ibu pe
keadaan?
: (bertanya dahulu kepada pasien dalam bahasa daerah). Oh bole kata dok, mo tanya
apa?
A
: (bertanya kepada pasien dalam bahasa daerah). Da lahir di Siau, taong 1953 tanggal
5 Juni.
A
: kalo sekarang so nda kerja, mar dulu mama pembantu rumah tangga
: so lama, so dari 7 taong lalu sto (berbalik dan bertanya kepada pasien dalam bahasa
daerah). Iyo dok, so dari 7 taong lalu pas mulai saki-saki gula
A
: deng papa dok. Mar karna saki ini, da tinggal deng torang di Manado sekarang biar
bole mo berobat
A
: (bertanya kepada pasien dalam bahasa daerah) so susah mo beking apa-apa kata
: (bertanya dahulu kepada pasien dalam bahasa daerah) saki kata di depe kaki dok
jadi so nimbole bajalang sandiri. Torang musti bantu kalo mo bajalang misal kalo mo pigi ke
WC bagitu. Kong kalo malam so susah mo ta tidor le kata.
A
: (bertanya kepada pasien dalam bahasa daerah) ada noh dok, terutama kata karna ni
saki ini dia. So lama kong nda bae-bae malah sekarang so tambah parah. So komplikasi kata tu
dokter disini da bilang.
A
: apa sto depe nama, mar komplikasi dari mama pe saki gula kata. So itu kata mama
: nda dok, Mama so tambah malas makang, kalo mo makang torang mesti buju-buju
bagitu.
A
: (bertanya kepada pasien dalam bahasa daerah) Cuma biang kampung kata dok.
: enam le.
: (bertanya kepada pasien dalam bahasa daerah) tau kata dok, ada di rumah saki kata
sekarang
A
: (bertanya kepada pasien dalam bahasa daerah) masih, kita deng papa kata
11