Anda di halaman 1dari 28

PENUNTUN

PRAKTIKUM
BIOKIMIA II

Protein

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2015

ATURAN UMUM LABORATORIUM BIOKIMIA


PROGRAM STUDI KIMIA FST-UNJA

Selama mengikuti Praktikum Biokimia II, peserta diwajibkan untuk :


1. Mempersiapkan diri, dengan :
a. Menggunakan jas lab dan sepatu tertutup selama praktikum
b. Menyiapkan jurnal/catatan praktikum dan laporan
c. Memahami Material Safety Data Sheet (MSDS) dari bahan-bahan kimia yang akan
digunakan pada percobaan sebelum memulai praktikum
d. Membawa kain lap, tissue gulung, sikat tabung, sabun cuci air dan korek api.
2. Bertanggung jawab terhadap peralatan yang digunakan:
a. Meminjam peralatan gelas yang selanjutnya disimpan di lemari praktikum
b. Mengecek ulang peralatan tambahan dan mengembalikan alat-alat yang dipinjam harian
setelah selesai melakukan praktikum. Apabila tidak mengembalikan alat pada saat itu,
maka alat tersebut dianggap hilang/pecah dan dimasukkan ke dalam daftar alat yang
harus diganti di akhir semester.
c. Mengganti peralatan yang hilang/pecah di akhir semester dengan menyertakan bon
pembelian.
3. Menjaga kebersihan ruang kerja dan lingkungan Laboratorium
a. Menjaga kebersihan alat dan meja kerja
b. Tidak membuang batu didih atau padatan ke dalam washbak
c. Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan, terutama tissue yang digunakan
selama praktikum
d. Membuang limbah logam berat dan limbah pelarut organik pada tempat yang sudah
disediakan
e. Mematikan keran air dan api/gas setelah selesai digunakan
f. Menanyakan hal-hal mengenai keselamatan dan keamanan kerja di lab kepada ASISTEN,
PETUGAS LAB, atau PEMIMPIN PRAKTIKUM jika ada keraguan.

ATURAN KHUSUS PRAKTIKUM BIOKIMIA


Selama mengikuti praktikum Biokimia II, peserta diwajibkan untuk :
1. Datang tepat waktu

a. Setiap keterlambatan berakibat pengurangan nilai praktikum hingga tidak boleh


mengikuti praktikum
b. Tanpa jas lab dan jurnal yang telah ditulis, praktikan tidak dapat mengikuti
percobaan saat itu
c. Pengecualian dimungkinkan dengan izin pemimpin praktikum.
2. Mengerjakan seluruh modul percobaan dengan tertib
a. Jika percobaan memerlukan tahapan dan waktu yang panjang, masing-masing asisten
akan membagi praktikan ke dalam sub-sub kelompok
b. Masing-masing praktikan mencatat seluruh hasil percobaan di jurnalnya
c. Setiap praktikan wajib membuat laporan yang berisi pendahuluan, hasil dan
pembahasan dan dikumpulkan ke asisten pada hari yang sama
d. Penggunaan komputer/notebook hanya pada saat analisis hasil percobaan
3. Hak-hak praktikan
a. Setiap praktikan berhak mengerjakan setiap modul percobaan, tetapi jika peralatan
dan zat-zat kimia terbatas, modul percobaan dilaksanakan oleh beberapa orang
praktikan secara bersama-sama
b. Masing-masing praktikan berhak mendapatkan penjelasan mengenai percobaan yang
sedang dikerjakan dari asisten atau pemimpin praktikum
c. Hasil tes awal setiap percobaan akan dikembalikan ke praktikan setelah dikoreksi.

PERCOBAAN 1
PENGENALAN METODA ASEPTIK DAN TEKNIK DASAR MIKROBIOLOGI

PENDAHULUAN
Penelitian pada bidang biokimia, umumnya melibatkan berbagai pengerjaan yang berkaitan
dengan mikroba, baik itu bakteri maupun fungi sehingga sangat diperlukan kemampuan dasar
bekerja secara aseptic. Pada prinsipnya bekerja secara aseptik adalah bekerja dengan teknik
steril. Jadi setiap langkah pekerjaan diusahakan tidak membawa mikroorganisme lain selain yang
kita inginkan. Untuk mencapai tujuan ini, semua peralatan, bahan-bahan kimia (termasuk media
pertumbuhan dan air), meja kerja dan tangan kita harus disterilkan terlebih dahulu. Sterilisasi
dilakukan dengan beberapa metode diantaranya menggunakan autoclave dengan suhu 121 C
selama 15 menit,menggunakan sinar UV serta penggunaan alcohol 70% untuk tangan dan alat
kerja lainnya.
Teknik dasar mikrobiologi yang harus diketahui adalah inokulasi mikroba. Inokulasi adalah
pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat
ketelitian yang sangat tinggi. Inokulasi dilakukan dalam kondisi aseptik, yakni kondisi dimana
semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium dan pengerjaan, dijaga agar tetap
steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Ruang tempat penanaman bakteri harus
bersih dan keadannya harus steril agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau
percobaaan. Beberapa teknik inokulasi yang biasa dilakukan diantaranya: metode gores; metode
tebar; metode tuang; dan metode tusuk.
ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN
1. Alat-alat:
2 buah cawan petri kosong steril
2 buah tabung reaksi yang berisi 8-10 mL medium pertumbuhan padat
3 buah awan petri yang berisi medium padat
2 buah tabung reaksi kosong steril
2 buah tabung reaksi berisi agar miring
Kapas bebas lemak dengan atau tanpa busa
Jarun ose
Batang L
Pipet ukut 1 mL

Rak tabung reaksi


Pipet mikro dan Tip
Gelas kimia 100 mL
Wadah tempat menyimpan alat habis pakai yang mengandung desinfektan

2. Bahan-bahan:
Medium pertumbuhan
Luria Bertani (LB) Padat : Yeast eksrak 0,5%, Tripton 1%, NaCl 1%, Bacto agar 2%
Kultur E. coli
Etanol 70%

PROSEDUR PERCOBAAN:
Pada percobaan ini akan dipelajari cara menyimpan medium padat dalam cawan petri,
menggunakan jarum ose, dan batang L.
Siapkan meja dengan cara membasahi diikuti dengan pengusapan meja dengan etanol 70%.
Nyalakan Bunsen dan atur api sehingga berwarna biru.
1. Menyiapkan media padat dalam cawan petri
Siapkan cawan petri kosong steril dan tabung reaksi yang berisi 8-10 mL media padat
steril. Atur agar api berada diantara cawan petri dan tabung yang berisi media. Buka
cawan petri dari pembungkusnya (hati-hati) jangan sampai cawan petri bagian atas dan
bagian bawah terbuka.
Ambil 1 tabung reaksi berisi media padat (cek suhu), pegang tabung dengan tangan
kanan, buka tutup tabung dengan kelingking dan jari manis tangan kiri. Segera panaskan
mulut tabung di api, buka tutup cawan petri dengan ibu jari tangan kiri (tutup tabung
tetap terjepit di jari kiri). Kemudian tuang isi tabung ke dalam cawan petri dan segera
tutup kembali . Panaskan kembali mulut tabung sebelum ditutup. Ulang teknik ini untuk
pasangan cawan petri kosong dan media padat dalam tabung yang lain. Untuk
mengetahui keberhasilan teknik aseptic anda inkubasi cawan petri ini pada 37C
semalam, amati apakah ada perkembangan mikroorganisme.
2. Menggunakan jarum ose
Siapkan agar miring, kultur murni, media padat dalam cawan petri dan jarum ose. Atur
meja kerja supaya agar miring dan kultur berada di sebelah kiri api, sedangkan jarum ose
dan media padat ( dalam cawan petri) ada di sebelah kanan api.

Ambil tabung yang berisi kultur murni dengan tangan kiri, buka tutup tabung dengan
menjepitnya diantara kelingking dan jari manis tagan kanan, segera panaskan mulut
tabung. Dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan, ambil jarum ose dan segera
panaskan hingga membara, dinginkan sesaat pada media padat di dalam cawan petri,
ambil kultur dengan jarum ose, segera panaskan mulut tabung dan segera tutup. Letakkan
kembali tabung yang berisi kultur murni pada rak. Ambil tabung yang berisi agar miring,
buka tutup tabung, panaskan mulutnya dan segera gesekkan ujung ose diatas agar dimulai
dari arah bagian dasar tabung kearah mulut tabung. Segera panaskan mulut tabung dan
tutup kembali. Panaskan jarum ose setelah dipakai hingga membara, tempatkan pada
raknya. Ulangi percobaan ini untuk media agar miring lainnya. Inkubasi tabung yang
berisi agar miring yang sudah diinokulasi pada 37 C, amati keesokan harinya.
3. Menggunakan Batang L
Siapkan media padat dalam cawan petri, pipet ukur, filler cuplikan air, 50 mL etanol 70%
dan batang L atur agar media padat, pipet ukur dan cuplikan air berada di sebelah kiri api
sedangkan filler, etanol dan batang L disebelah kanan api.
Siapkan filler agar segera dapat digunakan. Buka pembungkus pipet ukur bagian pangkal,
sambungkan degan filler. Pegang pipet berfiller dengan tangan. Ambil tabung berisi
cuplikan air dengan tangan kiri, buka tutupnya ( dengan menjepitnya dengan kelingking
dan jari manis tangan kanan), panaskan mulut tabung, pipet 0,1 mL air, panaskan mulut
tabung, segera tutup. Letakkan pipet ke dalam wadah habis pakai yang megandung
desinfektan. Ambil batang L, celupkan bagian pendeknya di dalam etanol, lewatkan pada
api untuk menghilangkan alcohol tersebut, dinginkan sesaat di media agar, kemudian
gesekkan batang L di atas cuplikan air ( dari tepi cawan ke arah tengah) sambil memutar
petri searah jarum jam agar cuplikan merata di seluruh permukaan media. Inkubasi cawan
petri ini pada suhu 37 C semalaman, amati adanya pertumbuhan mikroba.
Jangan lupa memberi nama, tanggal percobaan, dan keterangan sampel lainnya sebelum
menyimpan di dalam incubator.
Perhatian!!
Setelah selesai bekerja dengan mikroba, jangan lupa untuk mensterilkan kembali meja dan
semua peralatan dan bahan habis pakai yang telah digunakan. Buang sampah di tempat khusus
(yang mengandung desinfektan)
PERTANYAAN
Amati dan hitung jumlah koloni yang tumbuh pada masing-masing kultur.

TUGAS PENDAHULUAN
1. Sebukan dan jelaskan nutrisi yang harus ada pada media pertumbuhan mikroba!
2. Jelaskan yang dimaksud dengan kultur murni dan kuktur campuran?
3. Sebutkan 3 macam medium pertumbuhan bakteri beserta fungsinya!

DAFTAR PUSTAKA
Crueger, Wulf, and A. Grueger, 1984, Biotechnology A Textbook of Industrial Microbiology,
Science Tech., Inc., USA

PERCOBAAN 2
UJI KUALITATIF ZAT PEMANIS BUATAN
PENDAHULUAN
Pemanis buatan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memberikan rasa manis pada
pangan, tetapi tidak memiliki nilai gizi. Bahan pemanis ini adalah hasil buatan manusia dan tidak
diproduksi secara alamiah. Pemanis buatan yang telah dikenal dan banyak digunakan adalah
sakarin dan siklamat. Pedagang kecil dan industry rumahan seringkali menggunakan pemanis
buatan karena dapat menghemat biaya produksi.
Beberapa pemanis buatan yang dikenal dan banyak ditambahkan pada makanan dan minuman
adalah natrium atau kalsium siklamat, serta natrium atau kalsium sakarim. Garam siklamat dan
sakarin ini memiliki tingkat kemanisan 400 dan 30 kali lebih tinggi dibandingkan sukrosa,
namun penggunaannya dilarang di beberapa Negara karena diduga bersifat karsinogenik.
ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN:
1. Alat:
Corong kaca

1 buah

Gelas ukur 10 mL

1 buah

Gelas ukur 50 mL

1 buah

Kertas saring

4 lembar

Penangas air

1 buah

Batang pengaduk

1 buah

Neraca

1 buah

Gelas kimia 100 mL

4 buah

Lampu spiritus

1 buah

Pipet tetes

5 buah

2. Bahan:
Aquades
Larutan BaCl2 10%

100 mL

Asam sulfat pekat

10 mL

Larutan NaOH 1N

100 mL

Resorsinol

1 gram

Karbon aktif

100 gram

Larutan NaNO2

100 mL

Asam klorida pekat

10 mL

Bahan minuman ringan yang diduga mengandung sakarin dan siklamat (disediakan oleh
praktikan) 3 macam

PROSEDUR
1. Identifikasi sakarin dalam sampel
a. Pipet masing-masing sampel 50 mL (3 sampel), masukkan ke dalam gelas piala 100
mL. tambahkan karbon aktif diamkan 30 menit lalu saring dengan kertas whatman
b. Tambahkan 50 mg resorsinol dan 5-10 tetes asam sulfat pekat, panaskan sekitar 3
menit dalam penangas air lalu dinginkan
c. Tambahkan 10 mL NaOH 1N
d. Jika terbentuk warna hijau berarti sampel mengandung sakarin
2. Identifikasi siklamat dalam sampel
a. Pipet masing-masing sampel 50 mL (3 sampel) masukkan ke dalam gelas piala 100
mL. tambahkan karbon aktif diamkan 30 menit lalu saring dengan kertas whatman
b. Tambahkan 10 mL HCl pekat, kocok lalu tambahkan masing-masing 10 mL BaCl 2
10% dan NaNO2 10%
c. Panaskan diatas penangas air 10 menit lalu dinginkan
d. Jika terbentuk endapan putih berarti sampel mengandung siklamat
PERTANYAAN:
1. Jelaskan fungsi penambahan NaOH, HCl, resorsinol, BaCl2, dan NaNO2?
2. Manakah dari sampel minuman ringan yang mengandung sakarin dan siklamat paling
tinggi?
TUGAS PENDAHULUAN
1. Sebutkan dan jelaskan metode lain dari penentuan kandungan sakarin dan siklamat selain
metode yang digunakan pada percobaan ini!
2. Sarankan pemanis alternative yang memiliki tingkat kemanisan tinggi namun aman bagi
kesehatan manusia

DAFTAR PUSTAKA
Sudarmadji, Selamet (1997), Prosedur analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian, Edisi
keempat, Liberty: Yogyakarta

PERCOBAAN 3
ANALISA KUALITATIF KANDUNGAN URIN
PENDAHULUAN
Urin merupakan cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinalisasi. Eksresi urin diperlukan untuk membuang molekulmolekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Dalam mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena sebagian
pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin.
Komposisi zat-zat dalam urin bervariasi tergantung jenis makanan serta air yang diminumnya.
Urin normal berwarna jernih transparan, sedangkan warna urin kuning muda berasal dari zat
warna empedu (bilirubin dan biliverdin). Urin normal pada manusia terdiri dari air, urea, asam
urat, amoniak, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, asam oksalat,asam amino, garamgaram dan zat-zat yang berlebihan di dalam darah misalnya vitamin C dan obat-obatan. Semua
cairan dan materi pembentuk urin tersebut berasal dari darah atau cairan intertisial. Komposisi
urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, seperti
glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.
ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN
1. Alat
Tabung reaksi
Pipet volume
Penjepit kayu
Pipet tetes
Sendok plastic
Pengatur waktu
2. Bahan
Urin normal 24 jam dan urin patologis
Kristal ammonium sulfat
Larutan natrium nitroprusida 5%
Larutan ammonium hidroksida pekat
Asam nitrat pekat

Larutan Benedict
PROSEDUR
1. Uji glukosa dalam urin (uji Bennedict)
a. Campurkan dalam tabung reaksi 2,5 mL larutan Bennedict dan 4 tetes urin
b. Panaskan tabung reaksi tersebut selama 5 menit dalam penangas air mendidih
c. Dinginkan perlahan-lahan
d. Perhatikan endapan atau warna yang terbentuk
Warna
Biru/ hijau keruh
Hijau/ hijau kekuningan
Kuning kehijauan/kuning
Jingga
Merah

Penilaian
+1
+2
+3
+4

Konsentrasi
Kurang dari 0,5%
0,5-1%
1,0-2,0%
Lebih dari 2%

Hasil percobaan
Uji Benedict
Urin Normal
Urin mengandung glukosa 0,3%
Urin mengandung glukosa 1%
Urin mengandung glukosa 5,0%

Warna

Penilaian

Konsentrasi

2. Uji protein dalam urin (Uji Heller)


a. Ambil 3 mL urin normal atau urin patologis masukkan kedalam tabung reaksi
b. Dengan perlahan-lahan (dengan pipet tetes) masukkan 3 mL asam Nitrat pekat ke
dalam tabung diatas melalui dinding reaksi ( hati-hati)
c. Perhatikan cincin putih yang terbentuk pada perbatasan
Catatan
Urea, asam urat dan garamnya dapat menghasilkan cincin putih, tetapi dapat dibedakan
dengan memakai urin yang telah diencerkan 3-4 kali, sehingga pengaruh ini dapat
dihilangkan.
Hasil percobaan
Sampel
Urin normal
Urin patologis

Pengamatan

3. Uji senyawa keton dalam urin ( Uji Rother)

Kesimpulan

a. Tambahkan kristal ammonium sulfat kedalam 5 mL urin normal atau urin patologis
hingga jenuh
b. Tambahkan 2-3 tetes larutan natrium nitroprusida 5% (dalam keadaan segar) dan 1
mL ammonium hidroksida pekat. Aduk dan biarkan minimal 30 menit.
c. Perhatikan perubahan warna yang terjadi
Hasil percobaan
Sampel

Pengamatan

Kesimpulan

PERTANYAAN
1. Apakah kadar glukosa, protein dan senyawa keton dalam sampel urin masih berada
dalam batas normal?
2. Apa yang menyebabkan variasi kadar glukosa, protein dan terdapatnya senyawa keton
dalam urin manusia?
TUGAS PENDAHULUAN
1. Tuliskan reaksi antara glukosa dengan reagen Benedict
2. Jelaskan fungsi asam nitrat pada uji Heller,dan apakah uji Heller spesifik terhadap
protein?

PERCOBAAN 4
PENENTUAN KADAR VITAMIN C
PENDAHULUAN
Vitamin merupakan molekul polar yang larut dalam air, maupun molekul nonpolar yang larut
dalam pelarut lemak. Kebanyakan vitamin yang larut dalam air bertindak sebagi batu bangunan
oleh koenzim, contoh asam askorbat (vitamin C) sebagai gizi diperlukan bagi hewan menyusui
tingkat tinggi dan normal.
Dalam larutan air, vitamin C mudah dioksidasi terutama bila dipanaskan,oksidasi di percepat
apabila ada tembaga atau suasana alkalis. Kehilangan vitamin C sering terjadi dalam pengolahan,
pengeringan dan cahaya. Vitamin C penting dalam pembuatan sel-sel intra seluler,kolagen.
Vitamin ini tersebar keseluruh tubuh dalam jaringan ikat, rangka, matriks,dan lain sebagainya.
Vitamin C berperan penting dalam hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan
hidroksi lisin.Vitamin C berperan penting dalam menghambat reaksi-reaksi oksidasi dalam tubuh
yang berlebihan dengan bertidak sebagai inkubator. Sehingga vitamin C merupakan vitamin
vitamin yang esensial untuk memelihara fungsi normal semua unit sel termasuk struktur-struktur
subsel seperti ribosom dan mitokondria
ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN
1. Alat:
Erlenmeyer 250 mL

6 buah

Gelas ukur 25 mL

2 buah

Labu ukur 250 mL

2 buah

Corong kaca

1 buah

Mikro buret 50 mL

1 set

Labu semprot 250 mL

1 buah

Timbangan analitik

1 set

2. Bahan:
Sampel (Buah Jeruk, Jambu Biji, dll)
Larutan kanji 1%
Larutan iodium 1.10 N
Aquades

Kertas saring secukupnya


Kapas secukupnya

PROSEDUR
1. Bahan ditimbang 200-300 gram, hancurkan dalam wadah blender sampai membentuk
slury
2. Timbang 10-30 gram slury tambahkan aquades sebanyak 100 mL, masukkan ke dalam
labu takar 250 mL, dan encerkan sampai tanda batas.
3. Saring dengan menggunakan kapas, filtrate yang diperoleh dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer sebanyak 25 mL
4. Tambahkan larutan kanji 1% titrasi dengan cepat dengan memakai larutan iodium 0.01 N
sampai timbul perubahan warna.
5. Gunakan tablet vit C komersial sebagai pembanding
PERTANYAAN
1. Jelaskan fungsi penambahan larutan kanji dan larutan iodium pada percobaan ini
2. Jelaskan metoda lain yang dapat digunakan untuk penentuan kadar vitamin C
TUGAS PENDAHULUAN
1. Gambarkan struktur serta reaksi oksidasi vitamin C
2. Jelaskan prinsip titrasi iodimetri dalam kaitannya dengan praktikum ini
DAFTAR PUSTAKA
Less, R. (1975). Food Analysis : Analytical and Qualitative Control Methode for the Food
Manufacture and Buyer. London : Leonard Hill Book

PERCOBAAN 5

PENGUJIAN SIFAT KIMIA LEMAK


PENDAHULUAN
Lemak dan minyak adalah suatu senyawa trigliserida yang merupakan hasil reaksi
esterifikasi antara 1 molekul gliserol dengan 3 molekul asam lemak. Lemak dan minyak
tergolong ke dalam senyawa lipid sederhana yang banyak terdapat di alam. Perbedaan antara
lemak dan minyak terletak pada susunan asam lemak penyusunnya, wujudnya pada suhu kamar
dan sumbernya. Mutu lemak dan minyak dapat ditentukan dari sifat fisik dan kimianya. Sifat
fisika lemak dan minyak antara lain adalah berat jenis, warna, kelarutan, bau dan rasa.
Sedangkan sifat kimianya meliputi bilangan asam, bilangan peroksida, bilangan iod, bilangan
penyabunan dan bilangan ester.
ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN
1. Alat
Tabung reaksi
Pipet tetes
Gelas kimia 250 mL
Gelas ukur 50 mL
Erlenmeyer 250 mL
Corong kaca
Buret 50 mL
Neraca analisis
2. Bahan
Asam asetat glasial
Alkohol 96%
Kloroform

6 buah
5 buah
2 buah
2 buah
4 buah
2 buah
2 buah
1 buah
20 mL
20 mL
55 mL

Natrium Tiosulfat

25 gr

Indikator amilum/pati

1 gr

KI

5 gr

Aquades
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Penentuan bilangan peroksida
1.1 Pembuatan Pereaksi
- Campuran larutan asetat: alkohol dan kloroform (20:20:55). Campurkan 20 ml
-

asam asetat glasial + 20 ml alkohol 96% + 55 ml kloroform.


Larutan KI jenuh: Masukkan serbuk KI (Kalium lodida) ke dalam 10 ml air
suling, lalu aduk. Tambahkan lagi KI sampai jenuh.

Larutan tio sulfat 0.02 N yang distandarisasi dengan tepat. Larutan ini dibuat
dengan mengencerkan larutan tiosulfat 0. 1 N. Tio sulfat 0.1 N : Larutkan 24, 82
gram tio sulfat (Na2S203.5H20) dengan air suling (yang sudah dididihkan dan
didinginkan hingga suhu kamar) hingga volume 1000 mL. tambahkan 0.1 gram

Na2CO3. Larutan stok ini dibuat 1 minggu sebelum digunakan.


Tio sulfat 0.02N : Pipet 200 mL larutan tio sulfat 0.1 N kemudian encerkan

dengan air suling sehingga volume 1000 mL dalam labu ukur.


Larutan indikator kanji. Larutkan I gr kanji (yang larut dalam air) ke dalam labu
ukur 100 mL. Kocok rata dan tambahkan 90 ml air suling mendidih. Aduk rata
lalu dinginkan hingga suhu ruang. Indikator ini dibuat sebelum digunakan pada

hari yang sama/masih segar.


1.2 Metode precobaan
- Timbang secara tepat 5,0 gr minyak ke dalam erlermeyer 250 ml yang bertutup.
- Kemudian tambahkan 30 ml campuran larutan asetat-alkohol-kloroform (20 :20 :
-

55), kocok hingga larut.


Tambahkan 1 mL KI jenuh . dibiarkan di tempat gelap selama 1/2 jam . sambil

sekali-kali larutan digoyang. dan tambahkan 50 ml air suling.


Titrasi campuran tersebut dengan larutan tio sulfat 0,02N. Titrasi harus dilakukan

secara cepat sampai warna kuning hampir hilang (kuning muda).


Tambahkan larutan indikator kanji sebanyak 0,5 mL dan titrasi diteruskan.
Erlermeyer digoyang secara cepat sampai mendekati titik akhir yaitu warna biru
gelap menghilang. Penentuan pada blanko juga dilakukan dan setiap penentuan
contoh dan blanko dilakukan secara duplo.

PERTANYAAN PENDAHULUAN
1. Jelaskan mengenai bilangan peroksida pada minyak atau lemak!
DAFTAR PUSTAKA
Firestone, D. 1984. Peroxide value in oil and Fat. J .A .O.A .C . 28 : 507. LIPI-Puslitbang
Kimia Terapan. Kursus Latihan Teknik Perawatan Peralatan Laboratorium. Bandung .

PERCOBAAN 6
GLIKOLISIS DALAM SEL RAGI

PENDAHULUAN
Glikolisis merupakan rangkaian reaksi yang mengkonversi glukosa menjadi piruvat. Pada
organisme aerob, glikolisis adalah pendahuluan daur asam sitrat dan rantai transport electron,
saat sebagian besar energi bebas glukosa dihasilkan. Sepuluh reaksi glikolisis terjadi didalam
sitosol.
Sepuluh reaksi glikolisis terjadi didalam sitosol. Pada tahap pertama, glukosa dikonversi
menjadi fruktosa 1,6-bifosfat melalui reaksi fosforilasi, isomerasi, dan fosforilasi kedua. Dua
molekul ATP dipakai per molekul glukosa pada reaksi-reaksi ini. Pada tahap kedua, fruktosa 1,6
difosfat dipecah oleh aldolase membentuk dihrosiaseton fosfat dan gliserildehida 3-fosfat, yang
dengan mudah mengalami interkonvensi. Gliseraldehida 3-fosfat kemudian mengalami oksidasi
dan fofforilasi membentuk 1-3-bisfosfogliserat, suatu asetil fosfat dengan potensi transfer fosforil
yang tinggi. 3-fosfogliserat kemudian terbentuk dan ATP dihasilkan. Pada tahap akhir glikolisis,
fosfoenolpiruvat, zat antara kedua dengan potensi transfer yang tinggi, dibentuk melalui
pergeseran fosforil dan dehidrasi. ATP lainnya dihasilkan sewaktu fosfoenolpiruvat dikonnversi
menjadi piruvat.
Dalam beberapa jasad renik seperti ragi, glukosa dioksidasi menghasilkan etanol dan
CO2 dalam proses yang disebut fermentasi alkohol. Jalur metabolisme proses ini sama dengan
glikolisis sampai dengan terbentuknya piruvat. Dua tahap reaksi enzim berikutnya adalah reaksi
perubahan asam piruvat menjadi asetaldehide, reaksi reduksi asetaldehide menjadi alkohol.
Dalam reaksi yang pertama piruvat didekarboksilasi diubah menjadi asetaldehide dan
CO2 oleh piruvat dekarboksilase, suatu enzim yang tidak terdapat dalam hewan.
Reaksi dekarboksilasi ini merupakan reaksi yang tidak reversible, membutuhkan ion
Mg2+ dan koenzim tiamin piropospat. Dalam reaksi terakhir, asetaldehide direduksi oleh NADH
dengan enzim alkohol dehidrogenase, menghasilkan etanol. Dengan demikian etanol dan CO2
merupakan hasil akhir fermentasi alkohol, dan jumLah energi yang dihasilkannya sama dengan
glikolisis anaerob, yaitu 2 ATP.

ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN


1. Alat
Tabung reaksi
Pipet tetes
Gelas kimia
Gelas ukur 10 mL
Batang pengaduk
Balon tiup
Penangas listrik
Stopwatch
Tissue

4 buah
6 buah
2 buah
2 buah
2 buah
4 buah
1 set
1 buah
1 gulung

2. Bahan
Larutan flourida
Larutan arsenat
Suspensi ragi
Larutan glukosa 2%
Aquades

PROSEDUR PERCOBAAN
a. Menyediakan 4 buah tabung reaksi yang bersih dan kering dimana pada tabung 1
digunakan sebagai kontrol positif, tabung 2 sebagai kontrol negatif, sedangkan pada
tabung 3 dan 4 digunakan untuk melihat pengaruh inhibitor.

b. Memipet ke dalam setiap tabung


Bahan

Tabung

Suspensi ragi

(mL)
Suspensi ragi

yang telah
didihkan (mL)
Larutan
Flourida (mL)
Larutan
arsenat (mL)
Larutan
glukosa (mL)

14

14

14

0,5

0,5

c. Setelah mencampurkan dengan masing-masing larutan tersebut, menutup tabung reaksi


yang berisi suspensi ragi menggunakan balon tiup yang diikat dengan karet, kemudian
membiarkan 15 menit dalam suhu kamar.
d. Amati dan catat perubahan yang terjadi pada balon dan perubahan cairan dalam tabung.

TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan bagaimana proses glikolisis yang terjadi dalam sel ragi!
2. Bagaimana peran larutan fluorida dan arsenat sebagai inhibitor dalam glikolisis ragi?

DAFTAR PUSTAKA
McGilvery, R.W. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Airlangga University Press,
Surabaya.
Ralston, G.B. 2006. Schaums Easy Outlines Biokimia. Erlangga, Jakarta.

PERCOBAAN 7
REAKSI UJI PROTEIN
PENDAHULUAN
Protein berasal dari kata protos atau proteos berarti utama. Protein adalah komponen
utama pada sel baik pada sel tumbuhan, hewan, maupun manusia. Protein untuk tubuh
diperoleh dari makanan baik dari sumber hewani seperti telur, daging, dan susu atau dari nabati

seperti protein kedele. Protein dalam makanan yang masuk ke saluran pencernaan akan dicerna
oleh enzim-enzim pencerna protein. Pencernaan protein dimulai di lambung dan kemudian
dilanjutkan di usus halus. Di lambung protein dipecah oleh enzim pepsin dan di usus halus
protein dipecah oleh enzim pankreas. Pencernaan protein sangat di pengaruhi oleh suhu dan pH.
ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN
a. Alat
a.1. Pengendapan dengan alkohol
Tabung reaksi
3 buah
Pipet tetes
5 buah
Gelas Kimia
2 buah
Gelas Ukur
2 buah
Batang pengaduk
1 buah
a.2. Denaturasi Protein
Tabung reaksi
Pipet tetes
Gelas Kimia
Gelas Ukur
Batang Pengaduk

3 buah
5 buah
2 buah
2 buah
1 buah

Penangas air

1 set

a.3. Penentuan Kadar Casein


Gelas kimia

4 buah

Corong

1 buah

Kertas saring

1 buah

Buret

1 buah

Penangas air

1 set

Termometer

1 buah

b. Bahan
Protein (susu kental dan kuning telur)
HCl 0,1 M
NaOH 0,1 M

Buffer asesat 1M (pH 4,7)


Etanol 95%
Asam asetat 1 N dan 0,25 N
NaOH 0,1 N
Formaldehide 40%
Fenolftalein
Aquades
PROSEDUR PERCOBAAN
a. Pengendapan dengan alkohol
1. Sediakan 3 tabung reaksi dan isi masing-masing tabung reaksi dengan 5 mL larutan
protein.
2. Ke dalam tabung

I : tambahkan 1 mL HCl 0,1 M dan 6 mL etanol 95%


II : 1 mL NaOH 0,1M dan 6 mL etanol 95%
III : 1 mL Buffer asetat dan 6 mL etanol 95%
Lihat tabung-tabung mana yang tidak larut.

b. Denaturasi protein
1. Sediakan tiga tabung reaksi masing-masing tabung diisi dengan 9 mL larutan protein.
2. Ke dalam tabung I : tambahkan 1 mL HCl 0,1M
II : 1 mL NaOH 0,1M
III : 1 mL Buffer asetat
3. Tempatkan ketiga tabung dalam air mendidih selama 15 menit dan dinginkan pada
temperatur kamar.
4. Lihat ke dalam tabung mana terjadi endapan.
5. Lanjutkan percobaan di atas terhadap tabung I dan II dengan menambahkan 10 mL
buffer asetat.
c.

Penentuan kadar casein


1. 20 mL sampel masukkan dalam gelas kimia, panaskan dipenangas air pada suhu 40 oC.
bila digunakan sampel susu kental diencerkan dengan aquades perbandingan 1:2 dan
susu bubuk ditambahkan aquades 1:9.
2. Tambahkan 1,5 mL asam asetat 1 N, aduk homogen dan diamkan selama 20 menit.
Tambah lagi 4,5 mL asam asetat 0,25 N (untuk mencapai pH isoelektrik dari casein)
aduk dan diamkan selama 1 jam.

3. Dekanter kedalam corong dengan kertas saring. Cuci endapan dengan aquades sampai
air cucian bersifat netral.
4. Kemudian kertas saring dan endapan masukkan kedalam beker semula dan tambahkan
aquades sampai dengan volume 20 mL.
5. Tambahkan 4 mL larutan NaOH 0,1 M, panaskan diatas penangas air sampai larut
seperti susu dan dinginkan sampai suhu 21-24oC, teteskan 3 tetes fenolftalein.
6. Tambahkan 4 mL formaldehide 40% (warna rose hilang), titrasi dengan NaOH 0,1 N
sampai terbentuk warna rose kembali.
- Kadar Casein = mL NaOH 0,1 N x 0,9 %

TUGAS PENDAHULUAN
1. Sebutkan uji kualitatif dan kuantitatif untuk protein! Jelaskan mekanisme kerja dari uji
tersebut!
DAFTAR PUSTAKA
Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya. Erlangga,
Jakarta.
Wibowo, L. 2009. Deskripsi dan macam-macam tingkatan struktur protein. Bandung

PERCOBAAN 8
KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

PENDAHULUAN
Enzim adalah protein yang mengakatalisis reaksi-reaksi biologi. Sebagai katalis, enzim
mempengaruhi laju pada saat kesetimbangan dicapai, tetapi tidak mempengaruhi kesetimbangan
total suatu reaksi. Enzim membantu terjadinya reaksi dengan menurunkan energi aktivasi
pembentukan keadaan transisi substrat menjadi produk dibandingkan proses yang tidak
dikatalisis.
Laju awal (V0) dari reaksi yang dikatalisis enzim menigkat dengan bertambahnya
konsentrasi substrat hingga dicapai keadaan dimana penambahan substrat tidak lagi
meningkatkan laju awal reaksi. Keadaan dimana laju awal maksimum (V max) dicapai pada
kondisi substrat jenuh, diilustrasikan dengan Gmbar 1. Pngamatan ini, seperti yang terjadi pada
reaksi enzimatis atau hidrolisis substrat tunggal, telah dijelaskan dengan porstulat reaksi berikut,
dimana E adalah enzim, S adalah substrat, dan P adalah produk:
k1

k4
E + S

k3

ES

k2

E + P

Jadi, reaksi berlangsung melalui pembentukan kompleks enzim-substrat (ES). Bila semua
enzim adalah dalam keadaan ES (sistem dijenuhkan oleh substrat), maka laju reaksi akan
mencapai nilai maksimal (Vmax).

Gambar 1. Hubungan konsentrasi substrat dan laju awal dalam reaksi enzimatis
Michaelis dan Menten, dan kemudian Briggs dan Haldane, menggunakan skema reaksi di
atas untuk menurunkan persamaan matematik yang menggambarkan hubungan antara laju awal
dan konsentrasi substrat. Persamaan Michaelis-Menten tersebut adalah
V0 =

Vmax [S]
Km+[ S]

Dalam persamaan ini, Vmax dan V0 adalah laju maksimum dan laju awal reaksi, [S] adalah
konsentrasi substrat, dan Km adalah konstanta Michaelis yang nilainya sama dengan (k2 + k3)/k1.

ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN


1. Alat
Stopwatch
Tabung reaksi
Pipet ukur 1 mL, 5 mL, 10 mL
Pengaduk kecil
Gelas Kimia 50 mL
Pipet seukuran 1 mL
Kertas saring
Inkubator air 50 0C
Sentrifugasi klinik
Tabung sentrifuga
Spektrofotometer
Kuvet
2. Bahan
Larutan TCA 20%
Larutan kasein 2% (b/v)
Buffer fosfat 0,1 M (pH 8,0)

1 buah
10 buah
1 buah
2 buah
2 buah
5 buah
5 lembar
1 set
1 set
1 buah
1 set
1 buah

Perhatian : Hati-hati bekerja dengan TCA karena


bersifat korosif, hindari kontak langsung dengan
kulit dan mata. Bila terjadi kontak dengan kulit atau
mata, cuci sesegera mungkin dengan air yang
banyak.

Larutan tripsin
Larutan NaOH 0,5 M
Reagen Folin-Ciocalteu
Air es
PROSEDUR PERCOBAAN
No
I
II
II
IV
V

Tabung

Kasein (mL)

t=0
t = 20
t=0
t = 20
t=0
t = 20
t=0
t = 20
t=0
t = 20

0,1
0,1
0,2
0,2
0,5
0,5
1,0
1,0
2,0
2,0

Buffer Fosfat
(mL)
2,9
2,9
2,8
2,8
2,5
2,5
2,0
2,0
1,0
1,0

Tripsin (L)
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250

Waktu inkubasi t = 20 menit


Inkubasi masing-masing tabung yang berisi kasein dan buffer fosfat beserta pengaduknya
selama 5 menit pada inkubator 35 0C. sambil diaduk perlahan-lahan (jangan sampai
berbusa), selanjutnya tambahkan larutan tripsin (sesuai dengan tabel diatas).
Inkubasi tepat 20 menit dalam inkubator 35 0C dihitung mulai tripsin ditambahkan, reaksi
diberhentikan dengan penambahan 1,5 mL TCA 20% ke dalam masing-masinh tabung
disertai pengadukan yang kuat. Diamkan selama 30 menit kemudian saring melalui kertas
saring
Selanjutnya sentrifuga selama 10 menit kemudian saring melalui kertas saring
Filtrat dikerjakan menurut cara ANSON (lihat di samping)

Waktu inkubasi t = 0 menit


Dalam tabung reaksi yang berisi pengaduk, masukkan larutan buffer dan larutan tripsin,
tambahkan masing-masing 1,5 mL larutan TCA 20%, inkubasi 30 menit dalam penangas
35 0C. terakhir tambahkan larutan kasein (semua pengukuran sesuai tabel). Diamkan
selama 30 menit dalam air es, selanjutnya sentrifuga 10 menit, kemudian saring melalui
kertas saring. Filtrat dikerjakan melalui cara ANSON (lihat di bawah)

Metode ANSON
Campurkan 1 mL TCA-filtrat (dari percobaan di atas) dengan 2 mL NaOH 0,5 M.
tambahkan 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteu, aduk. Diamkan 10 menit, kemudian tetapkan
serapannya pada 650 nm.

Pertanyaan:
1. Buat grafik yang menggambarkan hubungan antara 1/v terhadap 1/S.
2. Dari grafik tentukan nilai Vmax dan KM.
3. Apa yang harus diperbuat seandainya warna larutan yang hendak diukur dengan
spektrofotometer itu terlalu gelap?

TUGAS PENDAHULUAN
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi laju reaksi enzim? Jelaskan!
2. Turunkan persamaan kinetika enzim Michaelis-Menten dengan pendekatan teori keadaan
tunak (steady state) yang dikemukakan oleh Briggs dan Haldane!
3. Buktikan bahwa nilai KM sama dengan konsentrasi substrat pada V0 = Vmax
4. Apa pengertian istilah-istilah berikut :
a. Unit aktivitas
b. Aktivitas spesifik
c. Aktivitas total
DAFTAR PUSTAKA

Clark, J.M and Switzer, R.L. (1976). Experimental Biochemistry, 2 nd Ed., W.H Freeman
and Company, San Fransisco, USA.

Anda mungkin juga menyukai