Anda di halaman 1dari 2

Alkohol yang ada dalam KOH dan NaOH berfungsi untuk melarutkan asam

lemak hasil hidrolisis agar mempermudah reaksi dengan basa sehingga


terbentuk sabun sedangkan NaoH dan KOH berfungsi untuk membentuk suasana
basa (Sudarmadji,2007).
KOH lebih memberikan banyak busa karena sifat KOH yang lebih reaktif,
sususan pada tabel periodik lebih luar dan permukaan lebih luas daripada NaOH.
Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk
menyabunkan 1 gram lemak (Poedjiadi,2005).
Besar atau kecilnya bilangan penyabunan tergantung pada panjang atau
pendeknya rantai karbon asam lemak atau dapat dikatakan juga bahwa besarnya
bilangan penyabunan tergantung pada berat molekul lemak tersebut. Makin kecil
berat molekul lemak maka makin kecil angka penyabunan dan semakin kecil
berat molekul lemak maka makin besar angka penyabunan (Poedjiadi,2005).
Pemanasan dilakukan untuk mempercepat laju reaksi.
Sabun mempunyai sifat dapat menurunkan tegangan permukaan air. Hal
ini tampak dari timbulnya busa apabila sabun dilarutkan dalam air dan diaduk
atau dikocok (Poedjiadi,2005).
Safonifikasi adalah hidrolisis trigliserida dalam lemak dengan pendidihan
dalam basa kuat (natrium atau kalium hidroksida alkoholik), menghasilkan
gliserol bebeas, garam natrium atau kalium dari asam lemak (sabun) dan residu
yang tak tersabunkan. Dalam hidrolisis asam, dihasilkan gliserol bebas dan asam
lemak bebas (Makfoeld,2006).
Sifat NaOH dan KOH adalah Bentuk batang, butiran, massa hablur atau
keeping, kering eras, rapuh, dan menunjukkan suasana hablur, putih, mudah
meleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%), disimpan dalam wadah tertutup
baik
Larutan alkoholis adalah pemutusan ikatan C-C oleh penambahan alkohol;
R-CH2R + ROH -> ROCH2R + RH (Pudjaatmaka,2002).
Faktor kesalahan yang dapat terjadi adalah kecepatan atau kekuatan
pengocokan sampel yang diberi KOH dan NaOH tidak sama besar dan kuat.
Dapus :
Makfoeld, djarir.(2002). Kamus istilah pangan dan nutrisi. Penerbit Kanisius :
Yogyakarta.
Poedjiadi, Anna.2005. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia : Jakarta.
Pudjaatmaka, A. Hadyana.2002. Kamus Kimia. Balai Pustaka : Jakarta
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen KesehatanRepublik
Indonesia : Jakarta.
Sudarmadji, Slamet, Bambang Haryono, Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan
dan Pertanian. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu Pangan
dan Gizi

Vitamin

NaOH untuk membuat larutan dalam suasana basa. Pb asetat untuk


mengoksidasi thiamin dan ion Pb2+ akan tereduksi menjadi Pb+ yang akhirnya
akan mengendap sebagai endapan berwarna hitam, PbO2.
Pemanasan dalam analisis uji vitamin B berfungsi untuk mempercepat reaksi.
Dalam hal ini thiamin dapat rusak dalam suasana netral atau alkalis. Karena
itulah ditambahkan NaOH untuk membuat larutan dalam suasana basa.
Disamping itu, thiamin terurai oleh zat-zat pengoksidasi dan dalam hal ini karena
itulah ditambahkan Pb asetat untuk mengoksidasi thiamin dan ion Pb2+ akan
tereduksi menjadi Pb+ yang akhirnya akan mengendap sebagai endapan
berwarna hitam, PbO2. Kemudian campuran tersebut dipanaskan yang berfungsi
untuk mempercepat reaksi ini.
Sifat vitamin b contohnya B1 adalah mudah larut dalam air dan sedikit larut
dalam alkohol, tidak mudah teroksidasi tetapi dapat rusak karena pemanasan
dalam larutan (Suhardjo,1992).
Sumber vitamin B umumnya adalah biji-bijian seperti beras, gandum,
sumber-sumber lainnya adalah daging, unggas, telur, hati, kedelai, kacangkacangan, sayuran berwarna hijau dan susu (Poedjiadi, 2005).
Faktor yang mempengaruhi stabilitas adalah penambahan NaOH karena akan
merusak vitamin b yang terdapat dalam protein.
Faktor kesalahan yang terjadi adalah pemanasan yang tidak sempurna, tidak
telitinya pada saat penetesan pereaksi, ratio pereaksi dengan sampel tidak sama
rata.
Senyawa organik yang mengandung sulfhidril disebut thiol atau tiol
(Campbell, 2002).
Sifat vitamin b contohnya B1 adalah mudah larut dalam air dan sedikit larut
dalam alkohol, tidak mudah teroksidasi tetapi dapat rusak karena pemanasan
dalam larutan (Suhardjo,1992).
Dipandang dari segi gizi, kelompok vitamin B termasuk dalam kelompok
vitamin yang disebut vitamin b kompleks yaitu meliputi tamin (Vitamin B1),
Riboflavin (Vitamin B2), niasin dan piridoksin (Vitamin B6), asam pantotenat,
biotin dan folasin (Vitamin B12) (Sudarmadji,2007).
Sudarmadji, Slamet, Bambang Haryono, Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan
dan Pertanian. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu Pangan
dan Gizi
Poedjiadi, Anna.2005. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia : Jakarta.
Suhardjo. Kusharto, Clara.(1992). Prinsip Prinsip Ilmu Gizi. Penerbit Kaninus :
Yogyakarta.
Campbell, Neil A.(2002).Biologi Jilid 1. Penerbit Erlangga : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai