Anda di halaman 1dari 4

KULIT HITAM LEBIH TAHAN DARI KULIT PUTIH

Kulit melindungai tubuh dari sinar matahari. Sinar matahari merupakan sumber radiasi
ultraviolet yang bisa merusak sel-sel tubuh.
Pemaparan berlebihan dalam waktu singkat menyebabkan luka bakar karena matahari.
Pemaparan jangka panjang menyebabkan penebalan lapisan kulit paling atas (epidermis) dan
peningkatan pembentukan pigmen (melanin) oleh sel-sel penghasil pigmen (melanosit).
Melanin merupakan zat pelindung alami yang menyerap energi dari sinar ultraviolet dan
mencegah masuknya sinar ke jaringan yang lebih dalam.
Kepekaan terhadap sinar matahari bervariasi, tergantung kepada ras/bangsa, pemaparan
sebelumnya dan keadaan kulit secara keseluruhan.
Orang berkulit gelap memiliki lebih banyak melanin sehingga lebih tahan terhadap efek
matahari yang berbahaya (termasuk luka bakar karena matahari, penuaan kulit dini dan kanker
kulit).
Orang kulit putih tidak memiliki melanin di dalam kulitnya dan bisa mengalami luka bakar
yang serius meskipun hanya mengalami sedikit pemaparan. Jika tidak memakai pelindung, bisa
terjadi kanker kulit.
Penderita vitiligo memiliki bercak-bercak kulit yang tidak menghasilkan melanin, karena itu
bisa mengalami luka bakar karena matahari yang cukup berat.

Waktu pajanan yang lama dan volum yang besar


meningkatkan penetrasi
kelembaban yang rendah dan suhu yang dingin,merupakan
faktor penting dalam menurunkan kadar air stratum
korneum. Suhu yang dingin menurunkan kelenturan
lapisan tanduk retaknya stratum korneum
Oklusi meningkatkan kadar air stratum korneum sehinggamenurunkan
fungsi efisiensi sawarnya.Hal ini mengakibatkan peningkatkan absorpsi
perkutan zat ? zat yang larut dalam air.
Kulit normal memiliki PH berkisar sekitar 5,5 meski beberapa peneliti pH 6-7 ,kisaran PH kulit
antara lain ditentukan oleh adanya mantel asam yaitu lapisan tipis yang ditinggalkan oleh keringat
dan bersifat asam.
deterjen memiliki PH 9,5 dan jika digunakan berulang ?ulang selama beberapa hari PH kulit akan
naik menjadi 8. Kondisi kulit yang demikian tidak menjadi sarana yang baik bagi pertumbuhan
mikroflora yang penting untuk menjaga lapisan mantel asam.

PATOGENESIS
Mekanisme patogenesis DKI dapat terjadi melalui dua cara yaitu melalui mekanisme kerusakan
fungsi sawar kulit yang diperankan oleh stratum korneum dan pelepasan mediator akibat kerusakan
keratinosit. Stratum korneum memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah sebagai lapisan sawar
pelindung yang mencegah pelepasan cairan berlebih dari kulit. Fungsi integritas kulit bergantung
pada kadar kelembaban stratum korneum. Kerusakan akibat pajanan zat iritan dimulai dengan
kerusakan lapisan lipid danNatural Moisturizing Factor ( NMF) sehingga terjadi kekeringan kulit
(desikasi ),kemudian kelainan stratum korneum ini akan mnegakibatkan kulit kehilangan fungsi
sawarnya. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya pajanan langsung sel kulit yang masih hidup
( viable ) terhadap zat iritan tersebut. Jika zat iritan telah dapat mencapai membran lipid keratinosit,
maka zat tersebut dapat berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria, atau
komponen inti. Aktivasi enzim fosfolipase oleh kerusakan keranitosit memicu pelepasan AA
(arachidonic acid ), DAG (diacylglyceride ), IP3 (inositides ) dan PAF
AA akan mengalami perubahan menjadi PGs (prostaglandin) dan LTs(leukotrin). DAG akan
merangsang ekspresi gen sehingga terjadi sintesis protein berupa IL ? 1(interleukin ? 1 ) an
GMCSF (granulocyte ?macrophagecolony stimulating factor ). IL -1 akan mnegaktifkan sel Th ( T
helper )untuk memproduksi IL-2 dan mengekspresikan reseptor IL-2 , terjadi perangsangan autokrin,
di samping merangsang proliferasi sel ? seltersebut. Keratinosit juga mengekspresikan molekul
permukaan HLA ?DR (humanleukocyte antigen DR ) dan ICAM -1 (intercellular adhesion molecule 1
).Prostaglandin dan LTs akan merangsang dilatasi pembuluh darah ,menyebabkan
terjadinya trandsuikomplemen, dan aktivasi system kinin.Prostaglandin dan LTs berperan pula sebagai
chemoairactans bagi neutrofildan limfosiy serta mengaktiovasi sel mast untuk melepaskan histamin,
LTsdan PGs lain.Seluruh proses tersebut di atas menyebabkan perubahan seluler

Iritan akut Contact Dermatitis


Hal ini disebabkan di atas satu eksposur ke substansi asing. Sebuah jalannya peristiwa terjadi
dalam menit ke jam setelah terkena.

Bahan iritan menembus ke dalam kulit.

Substansi merusak membran sel-sel kulit.

Kerusakan sel merangsang pelepasan bahan kimia tertentu, yang memicu aksi dari sistem
kekebalan tubuh. Bahan kimia yang dirilis adalah prostaglandin, lysozymes, kinins dan
antihistamin. Reaksi ini dikenal sebagai respon peradangan.

Bahan kimia ini juga disebut mediator inflamasi meningkatkan aliran darah.

Iritan Kronis Dermatitis Kontak


Hal ini disebabkan karena beberapa eksposur terhadap iritasi berbagai dari waktu ke waktu. Ini
dapat mengambil beberapa bulan untuk tahun untuk gejala terjadi. Sebuah kursus dari peristiwa
yang terjadi meliputi:

Pada setiap paparan masing-masing, lapisan luar kulit mengganggu secara bertahap.

Mediator inflamasi bahkan dilepaskan pada tiap paparan masing-masing.

Epidermis yaitu lapisan atas kulit menebal secara bertahap.

Lapisan (lipid) lemak kulit rusak.

Kulit yang terkena sehingga kehilangan kemampuan untuk melindungi tubuh dan paparan
lebih lanjut untuk kerusakan iritasi kulit sangat buruk.

Kulit karena itu menjadi kering, menebal dan bersisik.

PATOGENESIS DKA
Tahap sensitisasi
Ini dimulai dengan penetrasi zat ke dalam kulit, diikuti dengan mengikat sejenis sel kekebalan
tubuh pada kulit, yang disebut sel Langerhans. Substansi alergen kemudian meninggalkan kulit
dan masuk ke kelenjar getah bening yang ada di kawasan sekitarnya. Alergen mengikat Tlimfosit, yang merupakan sel kekebalan tubuh. Ini dia berproliferasi dan menghasilkan sel
memori yang dapat mengenali alergen tertentu.
Elisitasi Fase
Ini diikuti dengan fase sensitisasi dimana paparan berulang terhadap alergen membuat T-limfosit
mengenali mereka, mengaktifkan dan menyebabkan multiplikasi mereka. Mediator inflamasi
membawa lebih banyak dan lebih T-limfosit ke tempat terpajan dan reaksi kekebalan tubuh yang
sedang berlangsung menyebabkan eksim seperti peradangan pada tempat kontak kulit. Bahkan
dalam beberapa menit alergen sudah cukup untuk menimbulkan peradangan. Fase ini
berlangsung dalam waktu 48 - 72 jam.

Thin-layer Rapid Use Epicutaneous Test (TRUE TEST)

Anda mungkin juga menyukai