(sedikit
lebih
permeabel
daripada
dinding
kapiler)
yang
akan
Lensa dibentuk oleh sel epitel lensa. Sel epitel lensa akan terus-menerus membentuk
serat lensa sehingga mengakibatkan serat lensa memadat dibagian sentral lensa dan
membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu
dibentuk atau serat lensa tertua di dalam kapsul lensa. Di bagian luar nukleus terdapat serat
lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terdapat di sebelah
depan nukleus lensa disebut korteks anterior, sedang dibelakangnya korteks posterior.
Nukleus lensa memiliki konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa. Inti dan korteks
lensa dibungkus oleh kapsul lensa yang sangat elastis dan kenyal.1
Gambar 3. Tampilan lensa yang diperbesar menampakkan terminasi epitel subkapsular (vertikal) 2
Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35%-nya protein (kandungan
proteinnya tertinggi di antara jaringan jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral seperti
yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di
kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi
maupun tereduksi. Lensa tidak mempunyai serat nyeri, pembuluh darah serta jaringan saraf.2
peristiwa tersebut, membuat lensa mendatar dan memungkinkan objek objek jauh terfokus.
Dengan bertambahnya usia, daya akomodasi lensa akan berkurang secara perlahan lahan
seiring dengan penurunan elastisitasnya.2
Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi
cembung,
Terletak di tempatnya.
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian
anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior
lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion
Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar
melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam
oleh Ca-ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%).
Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk
aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang
merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol
dehidrogenase.7
2. AFAKIA
Terdapat efek prisma lensa tebal, sehingga benda terlihat seperti melengkung
Pada penglihatan terdapat keluhan seperti badut di dalam kotak atau fenomena jack in the
box, dimana bagian yang jelas terlihat hanya pada bagian sentral, sedang penglihatan tepi
kabur.
Dengan adanya keluhan di atas maka pada pasien hipermetropia dengan afakia
Afakia setelah operasi pengangkatan lensa. Ini adalah penyebab paling umum afakia.
Afakia karena absorbsi bahan lensa yang jarang dilaporkan setelah trauma pada anak.
Penurunan kekuatan refraksi total pada mata menjadi sekitar +44D dari +60D
Titik fokus anterior menjadi 23,22 mm di depan kornea (pada mata normal 17,048mm)
Kedua titik nodal sangat berdekatan satu dan lainnya, terletak 7,754 mm di belakang
permukaan anterior kornea (normalnya 7,333 mm)
Pada afakia, bayangan yang terbentuk membesar 33%. Panjang fokus anterior pada
emetrop adalah 17,05 mm, sedangkan pada afakia adalah 23,22 mm. Rasio panjang fokus
anterior emetrop dan afakia adalah 23,22/17,05=1,32, artinya bayangan yang terbentuk pada
afakia 1,32 kali lebih besar (33%) dibandingkan pada emetrop.5
Pembesaran dengan lensa kontak sebesar 10%, dengan IOL bilik mata depan 2-5%,
dan IOL bilik mata belakang sebesar 0%.5
Gangguan tajam penglihatan. Gejala utama pada afakia adalah penurunan tajam
penglihatan baik jauh maupun dekat akibat hipermetropi tinggi dan hilangnya
akomodasi.
Erythropsia dan cynopsia, yaitu melihat gambaran merah dan biru. Hal ini terjadi
karena sinar ultraviolet dan infrared yang masuk berlebihan pada lensa yang tidak
ada.
Visus 1/60 atau lebih rendah jika afakia tidak ada komplikasi
Jika sudah mengalami komplikasi dapat ditemukan edema kornea, peningkatan TIO
(tekanan intraokuler), iritis, kerusakan iris, CME (cystoid macular edema)
Anamnesis
Harus dicatat jika ada riwayat operasi katarak sebelumnya dan kapan operasi tersebut
dilakukan. Jika afakia disebabkan oleh dislokasi lensa, maka harus didapatkan
informasi yang mendukung hal tersebut.6
Pemeriksaan mata
Pemeriksaan mata lebih difokuskan pada penglihatan (tajam penglihatan jarak jauh
dan dekat, refraksi), konfirmasi tidak adanya lensa, dan menyingkirkan komplikasi
komplikasi yang tejadi. Karena itu penting untuk menilai kornea (untuk edema),
tonometri (untuk peningkatan TIO), bilik mata depan (adanya badan vitreous), iris
(untuk iridektomi), dan oftalmoskopi (untuk CME).6
Pemeriksaan tambahan
Pertimbangkan mikroskop spekular dan fakimetri jika dicurigai atau adanya edema
kornea.6
diperlukan untuk memperbaiki afakia pada pasien yang sebelumnya emetropi. Namun,
angka pasti dari kacamata akan berbeda tiap individu dan harus diperkirakan oleh
refraksi. Penambahan +3-4 D diperlukan untuk penglihatan dekat untuk mengkompensasi
hilangnya akomodasi.4
Keuntungan kacamata. Ini merupakan metode yang murah, mudah dan aman dalam
mengoreksi afakia.4
Kekurangan kacamata. (i) Gambar diperbesar hingga 30%, sehingga tidak digunakan
pada afakia unilateral (menghasilkan diplopia). (ii) Masalah aberasi lensa sferis dan
aberasi kromatik pada lensa tebal. (iii) Lapangan pandang terbatas. (iv) Efek prisma pada
kacamata tebal. (v) 'Roving ring Scotoma' (fenomena Jack in the box). (vi) Mengganggu
penampilan terutama pada pasien muda.4
11
2. Lensa kontak
Keuntungan lensa kontak dibanding kacamata meliputi: (i) Pembesaran bayangan yang
lebih kecil. (ii) Tidak ada efek aberasi dan prismatik kacamata tebal. (iii) Lapangan
pandang yang lebih luas dan lebih baik. (iv) Lebih dapat diterima secara kosmetik. (v)
Lebih cocok untuk afakia uniokular.4
Kekurangan lensa kontak adalah: (i) biaya lebih; (ii) rumit untuk dipakai, terutama untuk
usia tua dan anak anak; dan (iii) Dapat terkait komplikasi kornea.4
3. Implantasi lensa intraokular (IOL)
Implantasi lensa intraokular adalah metode terbaik yang tersedia dalam mengoreksi
afakia. Oleh karena itu, ini menjadi modalitas yang paling sering dikerjakan saat ini.4
4. Bedah refraktif kornea
Bedah refraktif kornea masih pada tahap percobaan untuk koreksi afakia, mencakup:4
Keratofakia. Dalam prosedur ini lenticule yang disiapkan dari kornea donor
ditempatkan antara lamellae kornea pasien.
12
Epikeratofakia. Dalam prosedur ini, lenticule yang disiapkan dari kornea donor dijahit
di atas permukaan kornea setelah melepas epitel.
Hyperopic Lasik
Tabel 1. Perbandngan mata normal(1), koreksi katarak dengan lensa intraokular bilik mata
belakang(2), lensa kontak(3), dan kacamata katarak(4) 3
13
14
15
3.
KATARAK SENILIS
3.1. Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan Latin cataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti
tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa
atau terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan
progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.1
Penuaan merupakan penyebab katarak terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain yang
mungkin terlibat, antara lain: trauma, toksin, penyakit sistemik (mis. diabetes), merokok, dan
herediter.2
Katarak yang terjadi akibat proses penuaan dan bertambahnya umur disebut katarak
senilis. Katarak senilis adalah kekeruhan lensa baik di korteks, nuklearis tanpa diketahui
penyebabnya dengan jelas, dan muncul mulai usia 50 tahun.1
Pada mata yang alami terdapat lensa kristal bening yang memiliki nukleus lensa,
ditutupi oleh serat lensa yang menyelubungi korteks dengan membran luar yang lentur dan
kapsul yang bertindak sebagai pembungkus. Perubahan metabolisme pada lensa
menyebabkan lensa menjadi keras dan kehilangan sifat lenturnya. Katarak secara berangsurangsur akan memperkeruh lensa sampai akhirnya menjadi buram. Daerah buram tampak
sebagai bintik abu-abu atau putih, seperti lensa kamera yang kabur dan akan menghasilkan
gambar yang buram, katarak juga menyebabkan penurunan kualitas gambar yang dihasilkan
retina.8
16
3.2. Epidemiologi
Katarak merupakan kelainan pada mata yang paling banyak menyebabkan kebutaan di
dunia. Dikatakan bahwa ada sekitar 30-45 juta orang di dunia yang mengalami kebutaan dan
katarak menjadi penyebab terbesar yaitu lebih kurang 45% sebagai penyebab kebutaan ini.
Penelitian The NHANES( National Health and Nutrition Examination Survey) menunjukkan
progresifitas kekeruhan lensa meningkat sesuai dengan usia. Presentasi kejadian kekeruhan
lensa sesuai dengan peningkatan usia; 12% terjadi pada usia 45-54 tahun, 27% pada usia 5564 tahun, dan 58% pada usia 65-74 tahun dimana 28.5% nya disertai dengan penurunan
visus. Katarak lebih sering ditemukan pada daerah yang lebih sering terpapar sinar matahari.
Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan usia dan lebih tinggi pada wanita.1
3.3. Patofisiologi
17
Imunologis
dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan
kerusakan sel
Teori a cross-link
Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein
sehingga mengganggu fungsi.
18
2. Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta
komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa.Katarak menyerang lapisan yang
mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun
dan progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat dibandingkan katarak nuklear.
Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji. Keluhan
yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa
silau.
20
Berdasarkan stadium klinisnya, katarak senilis dibagi dalam 4 stadium yaitu insipien,
imatur, matur, dan hipermatur.1
Perbedaan stadium katarak senilis:1
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan Lensa
Normal
Bertambah (air
masuk)
Normal
Berkurang
(air+masa
lensa keluar)
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
Bilik Mata
Depan
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Sudut Bilik
Mata
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadow Test
Negatif
Positif
Negatif
Pseudopos
Penyulit
Glaukoma
Uveitis+glauko
ma
Kekeruhan
1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang
membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.
Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada
awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan
poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian
lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama.
21
2. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai
seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan
lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata
dangkal sehingga terjadi glaukoma sekunder.
Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka akan terlihat bayangn
iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).
3. Katarak Matur
22
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi yang
berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui
kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negatif.
4. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami
degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil
dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal,
maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa.
Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.Uji bayangan iris memberikan
gambaran pseudopositif. Cairan/protein lensa yang keluar dari lensa tersebut
menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai benda
asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran
melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan
cairan/protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.
23
dan tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini
diketahui lebih bagus daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui
kepastuian fungsi penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya
penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak.
4. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,
biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan
pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini
mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan
memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti
dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris
pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi,
dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.
5. Variasi Diurnal Penglihatan
Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan menurun
pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari, sebaliknya
paenderita katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih
baik pada sinar terang dibanding pada sinar redup.
6. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak tumpul
atau bergelombang.
7. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat
disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada
penderita glaucoma.
8. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang
keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia binocular
dengan cover test dan pin hole.
9. Perubahan persepsi warna
Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan
menyebabkan perubahan
persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan
dibanding warna sebenarnya.
10. Bintik hitam
25
Merasa silau terhadap sinar matahari, dan kadang merasa seperti ada film didepan
mata
Penglihatan ganda
Penglihatan menguning
Pemeriksaan Fisik
Untuk menegakkan diagnosa katarak dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
26
b. Pembedahan
Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:
1. Indikasi Sosial
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam
penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari,
maka operasi katarak bisa dilakukan.
2. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan
jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:
- Katarak matur/hipermatur
- Glaukoma sekunder
- Uveitis sekunder
- Dislokasi/Subluksasio lensa
- Benda asing intra-lentikuler
- Retinopati diabetika
- Ablasio retina
3. Indikasi Kosmetik
27
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus optikus,
namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya pada
pasien muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat
pupil tampak hitam meskipun pengelihatan tidak akan kembali.
Kontraindikasi dan hati-hati untuk operasi katarak:
1. Infeksi sekitar mata Anel test.
2. Tekanan bola mata cukup tinggi--> TIO
3. Fungsi retina harus baik light perception
4. Keadaan umum harus baik.. ( hipertensi, diabetes, batuk kronis,
5. Adanya nystagmus,.
6. Anevia gravis
Teknik-teknik pembedahan katarak
Teknik pembedahan katarak yang dikenal saat ini adalah:
Discisio Lentis
Extra Capsuler Cataract Extraction (ECCE)
Intra Capsuler Cataractextraction (ICCE)
Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Phacoemulcification
Ekstraksi Linier
Afakia
Setelah ekstraksi katarak mata tak mempunyai lensa lagi yang disebut afakia. Tandatandanya adalah bilik mata depan dalam, iris tremulans dan pupil hitam. Pada keadaan
ini mata kehilangan daya akomodasinya (hipermetropia tinggi absolut), terjadi
gangguan penglihatan warna, sinar UV yang sampai ke retina lebih banyak, dan dapat
terjadi astigmatisme akibat tarikan dari luka operasi. Keadaan ini harus dikoreksi
dengan lensa sferis +10.0 Dioptri supaya dapat melihat jauh dan ditambah dengan S
+3.0 D untuk penglihatan dekatnya. Ada tiga cara untuk mengatasi gangguan visus ini,
yaitu:3,9
28
Kacamata untuk penglihatan jauh dan dekat sebaiknya diberikan dalam dua kacamata
untuk menghindarkan aberasi sferis dan aberasi khromatis.
Intraokular Lens (IOL)/Pseudofakia
Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena kahilangan
kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian dengan lensa buatan
(berupa lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak maupun kacamata). IOL dapat
terbuat dari bahan plastik, silikon maupun akrilik.
Komplikasi yang dapat terjadi pada saat intra dan pasca operasi
Komplikasi Intraoperasi
- Perdarahan
- Prolaps iris
- Edema kornea
- Kerusakan endotel kornea
- Ruptur kapsula posterior
- Prolaps vitreus
- COA dangkal
- Dislokasi nukleus lensa ke dalam vitreus
29
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena
proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik.
Fakolitik
-
Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa akan keluar
yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul
lensa.
Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan
bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi
Fakotopik
-
Fakotoksik
-
Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata
menjadi glaukoma.
2. lens induced uveitis
3. subluksasi lensa
4. dislokasi lensa
3.8. Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga
tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang
tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.13
30
31
4. HIPERMETROPIA
4.1. Definisi
Hipermetropia merupakan suatu keadaan terganggunya kekuatan pembiasan pada
mata. Gangguan tersebut mengakibatkan titik fokus bayangan jatuh dibelakang retina.1,2
4.2. Etiologi
4.3. Gejala
4.4. Dfjb
4.5. zdfhgsk
Gambar 4 Hipermetropia3
32
Terdapat
tiga
jenis
hipermetropia,
yaitu
hipermetropia
kongenital,
dapat
mengakibatkan
timbulnya
esotrofia.1,2
Esotrofia
merupakan keadaan kedudukan bola mata yang tidak normal karena mengarah ke
nasal.1,2 Esotrofia dapat terjadi karena bola mata ikut melakukan konvergensi terusmenerus.1,2 Konvergensi yang dilakukan bola mata sebagai efek dari mata yang terusmenerus berakomodasi.1,2 Kelainan ini dapat disembuhkan dengan mengkoreksi
hipermetropia.1,2 Hipermetropia juga dapat mengakibatkan glaukoma sekunder yang
terjadi akibat hipertrofi otot siliaris karena berakomodasi terus-menerus.1 Hipertrofi
otot siliaris akan memppersempit sudut COA sehingga dapat timbul glaukoma.1
Hipermetropia dapat mengakibatkan timbulnya ambliopia. 1,2 Hal ini terjadi jika
hipermetropia pada kedua mata berbeda dioptri. 1 Perbedaan dioptri tersebut akan
membuat penglihatan difokuskan pada mata dengan melakukan akomodasi pada mata
hipermetropia yang lebih ringan.1 Usaha tersebut dilakukan untuk mendapatkan
penglihatan normal.1 Mata dengan hipermetropia yang lebih berat tidak akan
melakukan akomodasi sehingga akan mengalami supresi dan sering menggulir ke arah
temporal.1
Pemeriksaan untuk membedakan seseorang dengan hipermetropia merupakan
hipermetropia laten atau hipermetropia manifes adalah dengan melakukan
pemeriksaan refraksi dengan obat sikloplegik.2 Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan
34
pada pasien usia muda dengan kelelahan mata saat membaca dan pada pasien
esotrofia.2
Terapi yang dapat diberikan pada pasien hipermetropia adalah dengan
menggunakan kacamata berlensa positif untuk melihat dekat dan jauh. 1,2 Koreksi
dilakukan dengan hipermetropia manifes dimana mata diberikan lensa positif
maksimal tanpa pemberian sikloplegik untuk mendapatkan penglihatan normal.1
Pemberian lensa positif maksimal pada hipermetropia sebaiknya dilakukan. 1 Hal ini
dilakukan untuk membuat otot akomodasi beristirahat.1
Terapi lain yang dapat dilakukan untuk mengobati hipermetropia adalah
dengan LASEK, Laser thermal keratoplasty, Conductive keratoplasty (CK) dan
LASIK.6 LASEK dan Laser thermal keratoplasty dapat mengoreksi hipermetopia
ringan.6 Conductive keratoplasty (CK) dapat mengoreksi hipermetopia ringan sampai
sedang dan hipermetropia dengan astigmatisma. 6
35
5.
PRESBIOPIA
Gambar 1 Akomodasi3
Ada dua mekanisme yang dapat menyebabkan kelainan ini. 1 Pertama karena
kelemahan otot-otot akomodasi.1 Kedua karena berkurangnya elastisitas lensa mata
atau sklerosis lensa.1 Berkurangnya elastisitas lensa mata dapat membuat lensa mata
menjadi tidak kenyal lagi.1
Gangguan akomodasi ini dapat menimbulkan beberapa keluhan berupa mata
lelah, berair dan terasa pedas setelah membaca.1 Seseorang dengan presbiopia tidak
36
mampu untuk membaca huruf kecil yang berdekatan pada usia 44-45 tahun. 2
Ketidakmampuan ini akan semakin bertambah parah sampai usia 55 tahun kemudian
akan menjadi stabil dan menetap.2 Ketidakmampuan untuk membaca dengan jarak
normal akan semakin parah pada pagi hari, di tempat gelap dan ketika sedang
kelelahan.2
Keluhan yang dirasakan dapat diatasi dengan pemberian kacamata berlensa
dengan spheris positif dan berbentuk cembung. 1,3 Lensa tersebut akan membuat titik
fokus jatuh tepat diretina saat melihat dekat (Gambar 3).1,3 Pemberian kacamata
tersebut dapat memperbaiki kemampuan membaca dengan jarak normal. 1 Jarak
normal untuk membaca berjarak sekitar 33cm.1
Kacamata baca akan membuat penderita merasa lebih jelas untuk membaca
atau melihat benda dengan jarak dekat.2 Kekurangannya adalah jika digunakan untuk
melihat jauh akan menjadi kabur.2 Hal tersebut dapat terjadi karena seluruh
permukaan lensa digunakan untuk koreksi dekat. 2 Kacamata separuh dapat digunakan
untuk mengatasi gangguan tersebut.2 Kacamata separuh merupakan kacamata dengan
bagian bagian atas terbuka dan tidak dikoreksi.2
Untuk penderita yang mempunyai kelainan refraksi lain dapat menggunakan
kacamata bifokus atau trifokus.2 Benjamin Franklin menggabungkan lensa untuk jarak
jauh dengan lensa untuk jarak dekat sehingga menjadi kacamata bifokus.4 Kacamata
bifokus kemudian dimodifikasi menjadi kacamata trifokus.4 Kekurangan dari
kacamata jenis ini adalah penderita harus membiasakan membaca dan melihat jauh
dengan kacamata ini.4 Saat penderita ingin membaca mereka harus melirik ke bawah
tanpa menggerekan kepala.4 Biasanya diperlukan waktu 2-3 minggu untuk beradaptasi
37
dengan kacamata jenis ini.4 Lensa kontak bifocal, kacamata multifokal dan lensa
kontak multifokal juga umumnya memberikan hasil yang tidak memuaskan.4
Kekuatan dioptri yang ditambahkan pada kacamata baca akan membuat mata
tidak berakomodasi saat membaca dengan jarak 33cm.1 Kekuatan dioptri yanng
ditambahkan berbeda sesuai dengan usia penderita, seperti:
1.
2.
3.
4.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
2010
2. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17thed. Lange Mc
Graw Hill. 2007
3. Gerhard, L. Ophtalmology A Short Textbook. New York : Thieme stutrgart. 2000
4. Khurana, A.K. Opthalmology. New Delhi: New Age International. 2003
5. Sunita A, Athiya A, David JA.. Textbook of Ophthalmology. India: Jaypee Brothers Medical
Publisher. 2002
39