Anda di halaman 1dari 40

TINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA MATA

1.1. Anatomi Lensa Mata


Lensa mata berasal dari ektoderm permukaan, terletak di dalam bola mata yakni
dibelakang iris, didalam kamera okuli posterior.1 Lensa mata merupakan suatu struktur
bikonveks, avaskular, berbentuk seperti cakram, tak berwarna dan hampir transparan
sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm.2
Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di
seluruh ekuatornya pada badan silier dan memungkinkan lensa untuk menebal dan menipis
saat terjadinya akomodasi.1 Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor, di sebelah
posteriornya terdapat corpus vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran yang
semipermeabel

(sedikit

lebih

permeabel

daripada

dinding

kapiler)

yang

akan

memperbolehkan air dan elektrolit masuk.2

Gambar 1. Bentuk lensa dan letaknya di dalam bola mata 3

Lensa dibentuk oleh sel epitel lensa. Sel epitel lensa akan terus-menerus membentuk
serat lensa sehingga mengakibatkan serat lensa memadat dibagian sentral lensa dan
membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu
dibentuk atau serat lensa tertua di dalam kapsul lensa. Di bagian luar nukleus terdapat serat
lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terdapat di sebelah
depan nukleus lensa disebut korteks anterior, sedang dibelakangnya korteks posterior.
Nukleus lensa memiliki konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa. Inti dan korteks
lensa dibungkus oleh kapsul lensa yang sangat elastis dan kenyal.1

Gambar 2. Anatomi lensa3

Gambar 3. Tampilan lensa yang diperbesar menampakkan terminasi epitel subkapsular (vertikal) 2

Gambar 4. Lensa pada pemeriksaan Slit-lamp3

Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35%-nya protein (kandungan
proteinnya tertinggi di antara jaringan jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral seperti
yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di
kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi
maupun tereduksi. Lensa tidak mempunyai serat nyeri, pembuluh darah serta jaringan saraf.2

1.2. Fisiologi Lensa Mata


Fungsi utama lensa adalah memfokuskan cahaya masuk ke dalam mata sehingga
terbentuk bayangan yang tajam pada retina. Mata dapat mengubah fokusnya dari objek jarak
jauh ke jarak dekat karena kemampuan lensa untuk mengubah bentuknya, suatu fenomena
yang dikenal sebagai akomodasi. Elastisitasnya yang alami memungkinkan lensa untuk
menjadi lebih atau kurang bulat (sferis), tergantung besarnya tegangan serat serat zonula
pada kapsul lensa. Tegangan zonula dikendalikan oleh aktivitas musculus ciliaris, yang bila
berkontraksi akan mengendurkan tegangan zonula. Dengan demikian, lensa menjadi lebih
bulat dan dihasilkan daya dioptri yang lebih kuat untuk memfokuskan objek objek yang
lebih dekat. Relaksasi musculus ciliaris akan menghasilkan kebalikan rentetan peristiwa
3

peristiwa tersebut, membuat lensa mendatar dan memungkinkan objek objek jauh terfokus.
Dengan bertambahnya usia, daya akomodasi lensa akan berkurang secara perlahan lahan
seiring dengan penurunan elastisitasnya.2

Gambar 5. Perubahan pada lensa saat akomodasi 4

Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:1

Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi
cembung,

Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media refraksi,

Terletak di tempatnya.

Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:1

Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia,

Keruh atau apa yang disebut katarak,

Tidak berada pada tempatnya atau subluksasi dan dislokasi.

1.3. Metabolisme Lensa Normal


4

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian
anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior
lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion
Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar
melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam
oleh Ca-ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%).
Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk
aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang
merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol
dehidrogenase.7

2. AFAKIA

2.1. Definisi afakia


Afakia adalah suatu keadaan dimana mata tidak mempunyai lensa sehingga mata
tersebut menjadi hipermetropia tinggi. Karena pasien memerlukan pemakaian lensa yang
tebal, maka akan memberikan keluhan pada mata tersebut sebagai berikut:1

Benda yang dilihat menjadi lebih besar 25% dibanding normal

Terdapat efek prisma lensa tebal, sehingga benda terlihat seperti melengkung

Pada penglihatan terdapat keluhan seperti badut di dalam kotak atau fenomena jack in the
box, dimana bagian yang jelas terlihat hanya pada bagian sentral, sedang penglihatan tepi
kabur.
Dengan adanya keluhan di atas maka pada pasien hipermetropia dengan afakia

diberikan kacamata sebagai berikut:1

Pusat lensa yang dipakai letaknya tepat pada tempatnya

Jarak lensa dengan mata cocok untuk pemakaian lensa afakia

Bagian tepi lensa tidak mengganggu lapang pandangan

Kacamata tidak terlalu berat.

2.2. Etiologi afakia


Beberapa penyebab afakia yaitu:4

Absen lensa kongenital. Keadaan ini jarang.

Afakia setelah operasi pengangkatan lensa. Ini adalah penyebab paling umum afakia.

Afakia karena absorbsi bahan lensa yang jarang dilaporkan setelah trauma pada anak.

Trauma ekstrusi pada lensa. Ini juga jarang menyebabkan afakia

Dislokasi posterior lensa di badan vitreous menyebabkan afakia optikal.

2.3. Optik pada afakia


Perubahan optik yang terjadi setelah pengangkatan lensa adalah:4,5

Mata menjadi hipermetropi tinggi

Penurunan kekuatan refraksi total pada mata menjadi sekitar +44D dari +60D

Titik fokus anterior menjadi 23,22 mm di depan kornea (pada mata normal 17,048mm)

Titik fokus posterior sekitar 31 mm di belakang cornea, yaitu sekitar 7 mm di belakang


bola mata (panjang antero-posterior bola mata sekitar 24 mm)

Terjadi kehilangan total akomodasi

2 titik prinsipal terletak hampir di permukaan anterior kornea

Kedua titik nodal sangat berdekatan satu dan lainnya, terletak 7,754 mm di belakang
permukaan anterior kornea (normalnya 7,333 mm)

Gambar 6. Optik pada mata normal dan afakia5

Pada afakia, bayangan yang terbentuk membesar 33%. Panjang fokus anterior pada
emetrop adalah 17,05 mm, sedangkan pada afakia adalah 23,22 mm. Rasio panjang fokus
anterior emetrop dan afakia adalah 23,22/17,05=1,32, artinya bayangan yang terbentuk pada
afakia 1,32 kali lebih besar (33%) dibandingkan pada emetrop.5
Pembesaran dengan lensa kontak sebesar 10%, dengan IOL bilik mata depan 2-5%,
dan IOL bilik mata belakang sebesar 0%.5

Gambar 7. Pembesaran pada afakia5

2.4. Gejala afakia


Afakia akan memberikan gejala klinis berupa:4

Gangguan tajam penglihatan. Gejala utama pada afakia adalah penurunan tajam
penglihatan baik jauh maupun dekat akibat hipermetropi tinggi dan hilangnya
akomodasi.

Erythropsia dan cynopsia, yaitu melihat gambaran merah dan biru. Hal ini terjadi
karena sinar ultraviolet dan infrared yang masuk berlebihan pada lensa yang tidak
ada.

2.5. Tanda afakia


Tanda tanda yang dapat ditemukan pada afakia mencakup:4,6

Limbal scar yang dapat ditemukan pada afakia akibat pembedahan

Bilik mata depan dalam

Iridodonesis, yaitu iris tremulans atau iris bergoyang

Pupil berwarna hitam

Test bayangan purkinje hanya memperlihatkan 2 bayangan (normalnya 4 bayangan)

Pemeriksaan fundus memperlihatkan diskus kecil hipermetropi

Retinoskopi memperlihatkan hipermetropi tinggi

Visus 1/60 atau lebih rendah jika afakia tidak ada komplikasi

Pasien mengalami penurunan tajam penglihatan (biasanya hipermetropia yang sangat


tinggi) yang dapat dikoreksi dengan lensa positif

Adanya badan vitreous pada bilik mata depan

Jika sudah mengalami komplikasi dapat ditemukan edema kornea, peningkatan TIO
(tekanan intraokuler), iritis, kerusakan iris, CME (cystoid macular edema)

2.6. Diagnosis Afakia

Anamnesis

Harus dicatat jika ada riwayat operasi katarak sebelumnya dan kapan operasi tersebut
dilakukan. Jika afakia disebabkan oleh dislokasi lensa, maka harus didapatkan
informasi yang mendukung hal tersebut.6

Pemeriksaan mata
Pemeriksaan mata lebih difokuskan pada penglihatan (tajam penglihatan jarak jauh
dan dekat, refraksi), konfirmasi tidak adanya lensa, dan menyingkirkan komplikasi
komplikasi yang tejadi. Karena itu penting untuk menilai kornea (untuk edema),
tonometri (untuk peningkatan TIO), bilik mata depan (adanya badan vitreous), iris
(untuk iridektomi), dan oftalmoskopi (untuk CME).6

Pemeriksaan tambahan
Pertimbangkan mikroskop spekular dan fakimetri jika dicurigai atau adanya edema
kornea.6

2.7. Tatalaksana afakia


Prinsip utama tatalaksana afakia adalah memperbaiki penglihatan dengan lensa
cembung (konveks) yang sesuai agar bayangan dapat terbentuk di retina.4
Afakia dapat dikoreksi menggunakan lensa kontak, kacamata, atau operasi. Kaca mata
afakia hanya dapat digunakan pada afakia bilateral, jika hanya satu mata maka akan terjadi
perbedaan ukuran bayangan yang terlalu besar pada kedua mata (aniseikonia). Jika pasien
tidak dapat memakai lensa kontak atau kaca mata, maka dipertimbangkan penanaman lensa
intraokuler (pseudofakia). Dan diperlukan tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi.6
Lensa kontak dapat mengurangi aniseikonia. Namun, pasien biasanya tidak nyaman
menggunakan lensa kontak karena kesusahan memasang lensa, tidak nyaman, dapat terjadi
komplikasi seperti konjungtivitis giant papil.6
1. Kacamata
Kacamata telah menjadi metode yang paling umum digunakan untuk mengoreksi afakia,
terutama di negara-negara berkembang. Saat ini, penggunaan kacamata afakia menurun.
Kira-kira, sekitar +10D dengan lensa silinder untuk silindris yang diinduksi operasi
10

diperlukan untuk memperbaiki afakia pada pasien yang sebelumnya emetropi. Namun,
angka pasti dari kacamata akan berbeda tiap individu dan harus diperkirakan oleh
refraksi. Penambahan +3-4 D diperlukan untuk penglihatan dekat untuk mengkompensasi
hilangnya akomodasi.4
Keuntungan kacamata. Ini merupakan metode yang murah, mudah dan aman dalam
mengoreksi afakia.4
Kekurangan kacamata. (i) Gambar diperbesar hingga 30%, sehingga tidak digunakan
pada afakia unilateral (menghasilkan diplopia). (ii) Masalah aberasi lensa sferis dan
aberasi kromatik pada lensa tebal. (iii) Lapangan pandang terbatas. (iv) Efek prisma pada
kacamata tebal. (v) 'Roving ring Scotoma' (fenomena Jack in the box). (vi) Mengganggu
penampilan terutama pada pasien muda.4

Gambar 8. Ring scotoma 5

11

Gambar 9. Fenomena Jack in box5

2. Lensa kontak
Keuntungan lensa kontak dibanding kacamata meliputi: (i) Pembesaran bayangan yang
lebih kecil. (ii) Tidak ada efek aberasi dan prismatik kacamata tebal. (iii) Lapangan
pandang yang lebih luas dan lebih baik. (iv) Lebih dapat diterima secara kosmetik. (v)
Lebih cocok untuk afakia uniokular.4
Kekurangan lensa kontak adalah: (i) biaya lebih; (ii) rumit untuk dipakai, terutama untuk
usia tua dan anak anak; dan (iii) Dapat terkait komplikasi kornea.4
3. Implantasi lensa intraokular (IOL)
Implantasi lensa intraokular adalah metode terbaik yang tersedia dalam mengoreksi
afakia. Oleh karena itu, ini menjadi modalitas yang paling sering dikerjakan saat ini.4
4. Bedah refraktif kornea
Bedah refraktif kornea masih pada tahap percobaan untuk koreksi afakia, mencakup:4

Keratofakia. Dalam prosedur ini lenticule yang disiapkan dari kornea donor
ditempatkan antara lamellae kornea pasien.

12

Epikeratofakia. Dalam prosedur ini, lenticule yang disiapkan dari kornea donor dijahit
di atas permukaan kornea setelah melepas epitel.

Hyperopic Lasik

Tabel 1. Perbandngan mata normal(1), koreksi katarak dengan lensa intraokular bilik mata
belakang(2), lensa kontak(3), dan kacamata katarak(4) 3

13

14

2.8. Prognosis afakia


Prognosis untuk afakia adalah bagus jika tidak terjadi komplikasi seperti edema
kornea, glaukoma sekunder, CME (cystoid macular edema). Namun, pada afakia terjadi
peningkatan resiko ablasio retina, khususnya pada miopi tinggi dan jika kapsul posterior tidak
intak.6

15

3.

KATARAK SENILIS

3.1. Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan Latin cataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti
tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa
atau terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan
progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.1
Penuaan merupakan penyebab katarak terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain yang
mungkin terlibat, antara lain: trauma, toksin, penyakit sistemik (mis. diabetes), merokok, dan
herediter.2
Katarak yang terjadi akibat proses penuaan dan bertambahnya umur disebut katarak
senilis. Katarak senilis adalah kekeruhan lensa baik di korteks, nuklearis tanpa diketahui
penyebabnya dengan jelas, dan muncul mulai usia 50 tahun.1
Pada mata yang alami terdapat lensa kristal bening yang memiliki nukleus lensa,
ditutupi oleh serat lensa yang menyelubungi korteks dengan membran luar yang lentur dan
kapsul yang bertindak sebagai pembungkus. Perubahan metabolisme pada lensa
menyebabkan lensa menjadi keras dan kehilangan sifat lenturnya. Katarak secara berangsurangsur akan memperkeruh lensa sampai akhirnya menjadi buram. Daerah buram tampak
sebagai bintik abu-abu atau putih, seperti lensa kamera yang kabur dan akan menghasilkan
gambar yang buram, katarak juga menyebabkan penurunan kualitas gambar yang dihasilkan
retina.8

16

Gambar 10. Lensa yang keruh akibat katarak3

3.2. Epidemiologi
Katarak merupakan kelainan pada mata yang paling banyak menyebabkan kebutaan di
dunia. Dikatakan bahwa ada sekitar 30-45 juta orang di dunia yang mengalami kebutaan dan
katarak menjadi penyebab terbesar yaitu lebih kurang 45% sebagai penyebab kebutaan ini.
Penelitian The NHANES( National Health and Nutrition Examination Survey) menunjukkan
progresifitas kekeruhan lensa meningkat sesuai dengan usia. Presentasi kejadian kekeruhan
lensa sesuai dengan peningkatan usia; 12% terjadi pada usia 45-54 tahun, 27% pada usia 5564 tahun, dan 58% pada usia 65-74 tahun dimana 28.5% nya disertai dengan penurunan
visus. Katarak lebih sering ditemukan pada daerah yang lebih sering terpapar sinar matahari.
Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan usia dan lebih tinggi pada wanita.1

3.3. Patofisiologi

17

Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya diketahui.


Diduga adanya interaksi antara berbagai proses fisiologis berperan dalam terjadinya katarak
senilis dan belum sepenuhnya diketahui.9,10
Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan menjadi tuanya
seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi
padat di bagian tengahnya, sehingga kemampuan fokus untuk melihat benda dekat berkurang.
Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada lensa yang
mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan mengeras (sklerosis nuklear). Pada saat ini terjadi
perubahan protein lensa yaitu terbentukanya protein dengan berat molekul yang tinggi dan
mengakibatkan perubahan indeks refraksi lensa sehingga memantulkan sinar masuk dan
mengurangi transparansi lensa. Perubahan kimia ini juga diikut dengan pembentukan pigmen
pada nuklear lensa.9
Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia
lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh.
Proses ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan kabur/buram) pada
seseorang. 10
Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil berwarna putih
dan abu-abu. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti
korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin
padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi fundus bisa hilang sama sekali.9,10
Konsep penuaan:1

Imunologis
dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan
kerusakan sel

Teori a free radical


o Radikal bebas terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat
o Radikal bebas dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi
o Radikal bebas dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vit. E

Teori a cross-link
Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein
sehingga mengganggu fungsi.

18

Perubahan lensa pada usia lanjut:1,9


1. Kapsul
Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamel kapsul
berkurang atau kabur,dan terlihat bahan granular
2. Epitel makin tipis
Sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat , bengkak dan vakuolisasi
mitokondria yang nyata
3. Serat lensa :
Lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic nucleus, sinar
ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus ( histidin, triptofan, metionin, sistein,
tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan
triptofan disbanding normal. Korteks tidak berwarna karena:
- Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda
4. Proses pada nukleus
Oleh karena serabut- serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong ke arah tengah
menjadi lebih padat (nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan kalsium dan sclerosis.
Pada nucleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi
lebih hipermetrop. Lama kelamaan nukleuus lensa yang pada mulanya berwarna putih,
menjadi kekuning-kuningan, lalu menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitam-hitamn.
Karna itulah dinamakan katarak brunesen atau katarak nigra.
5. Proses pada korteks
Timbulnya celah celah di antara serabut-serabut lensa, yang berisi air dan penimbunan
kalsium sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan membengkak, menjadi
lebih miop. Berhubung adanya perubahan refraksi ke arah myopia pada katarak kortikal,
penderita seolah-olah mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang
bertambah.

3.4. Klasifikasi Katarak Senilis


Berdasarkan morfologinya katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi:1,3,9
1. Katarak Nuklear
Pada katarak Nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan nukleus
lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak yang lokasinya terletak pada
bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras
19

(sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat. Progresivitasnya


lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak terjadi.Pandangan jauh
lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan
baca dapat menjadi lebih baik.

Gambar 11. Katarak Nuclear3

2. Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta
komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa.Katarak menyerang lapisan yang
mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun
dan progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat dibandingkan katarak nuklear.
Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji. Keluhan
yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa
silau.

Gambar 12. Katarak Kortikal3

3. Katarak Subkapsular Posterior


Pada katarak subkapsular posterior terjadi peningkatan opasitas pada bagian lensa
belakang secara perlahan. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan
progresivitasnya lebih cepat. Bentuk ini lebih sering menyerang orang dengan
diabetes, obesitas atau pemakaian steroid jangka panjang. Katarak ini menyebabkan
kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang.

20

Gambar 13. Katarak Subkapsular3

Berdasarkan stadium klinisnya, katarak senilis dibagi dalam 4 stadium yaitu insipien,
imatur, matur, dan hipermatur.1
Perbedaan stadium katarak senilis:1
Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan Lensa

Normal

Bertambah (air
masuk)

Normal

Berkurang
(air+masa
lensa keluar)

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Bilik Mata
Depan

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Sudut Bilik
Mata

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Shadow Test

Negatif

Positif

Negatif

Pseudopos

Penyulit

Glaukoma

Uveitis+glauko
ma

Kekeruhan

1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang
membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.
Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada
awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan
poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian
lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama.

21

Gambar 14. Katarak Insipien3

2. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai
seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan
lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata
dangkal sehingga terjadi glaukoma sekunder.
Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka akan terlihat bayangn
iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).

Gambar 15. Katarak Imatur3

3. Katarak Matur

22

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi yang
berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui
kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negatif.

Gambar 16. Katarak Matur3

4. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami
degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil
dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal,
maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa.
Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.Uji bayangan iris memberikan
gambaran pseudopositif. Cairan/protein lensa yang keluar dari lensa tersebut
menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai benda
asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran
melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan
cairan/protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.

23

Gambar 17. Katarak Hipermatur3

3.5. Diagnosis Katarak


Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
yang lengkap.
Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:1,2,3
1. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif atau
berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan pin-hole.
2. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana tigkat
kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun dengan
latar belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau merasa silau
terhadap lampu mobil yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang mirip
pada malam hari. Keluhan ini sering kali muncul pada penderita katarak kortikal.
3. Sensitifitas terhadap kontras
Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam mengetahui
perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna, penerangan
24

dan tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini
diketahui lebih bagus daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui
kepastuian fungsi penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya
penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak.
4. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,
biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan
pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini
mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan
memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti
dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris
pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi,
dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.
5. Variasi Diurnal Penglihatan
Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan menurun
pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari, sebaliknya
paenderita katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih
baik pada sinar terang dibanding pada sinar redup.
6. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak tumpul
atau bergelombang.
7. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat
disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada
penderita glaucoma.
8. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang
keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia binocular
dengan cover test dan pin hole.
9. Perubahan persepsi warna
Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan

menyebabkan perubahan

persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan
dibanding warna sebenarnya.
10. Bintik hitam
25

Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-gerak


pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan
vitreous yang sering bergerak-gerak.
Anamnesis
Gejala utama: penurunan ketajaman penglihatan secara progresif

Berkabut, berasap, penglihatan seperti tertutup film

Merasa silau terhadap sinar matahari, dan kadang merasa seperti ada film didepan
mata

Seperti ada titik gelap di depan mata

Penglihatan ganda

Perubahan daya lihat warna


Lampu dan matahari sangat mengganggu
Sering meminta ganti resep kaca mata
Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain.

Halo, warna disekitar sumber sinar

Warna manik mata berubah atau putih

Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari

Penglihatan dimalam hari lebih berkurang

Sukar mngendarai kendaraan dimalam hari

Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah

Penglihatan menguning

Pemeriksaan Fisik
Untuk menegakkan diagnosa katarak dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :

Pemeriksaan tajam penglihatan


Pemeriksaan refleks pupil .
Pemeriksaan oftalmoskop.
Pemeriksaan Slit Lamp
Pemeriksaan Tekanan Intra Okuler.

3.6. Tatalaksana Katarak


a. Medikamentosa

26

Penghambat aldose reduktase bekerja dengan menghambat konversi glukosa


menjadi sorbitol. Agen antikatarak lainnya termasuk sorbitol-lowering agent,
aspirin, glutathion-raising agent dan antioksidan vitamin C dan E. Obat yang
dikenal di pasaran dapat memperlambat proses pengeruhan antara lain Catalin ,
Quinax, Catarlen dan Karyuni.5,13
Obat-obatan yang digunakan pada saat pre dan post operasi katarak, adalah:13
Midriasil
Phenylephrin ophthalmic (Neo-Synephrine)
Bekerja secara langsung sebagai vasokonstriktor dan midriatik dengan
mengkontriksi pembuluh darah oftalmika dan otot radial iris. Biasanya
digunakan pada konsentrasi 2,5%-10% karna mengurangi efek sistemik. Onset

kerjanya 30-60 menit dan diulang setiap 3-5jam.


Biasanya diberikan pada saat preoperasi katarak
Kortikosteroid
Prednisolon asetat 1%, dexametason 0,1%, dll
Membantu menurunkan dan mengontrol inflamasi khususnya pada saat
postoperasi katarak.
Antibiotik
Ciprofloxasin, Eritromisin, dll
Digunakan sebagai profilaksis postoperasi katarak
Anti Inflamasi Non Steroid
Nepafenac, dll

b. Pembedahan
Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:
1. Indikasi Sosial
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam
penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari,
maka operasi katarak bisa dilakukan.
2. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan
jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:
- Katarak matur/hipermatur
- Glaukoma sekunder
- Uveitis sekunder
- Dislokasi/Subluksasio lensa
- Benda asing intra-lentikuler
- Retinopati diabetika
- Ablasio retina
3. Indikasi Kosmetik
27

Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus optikus,
namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya pada
pasien muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat
pupil tampak hitam meskipun pengelihatan tidak akan kembali.
Kontraindikasi dan hati-hati untuk operasi katarak:
1. Infeksi sekitar mata Anel test.
2. Tekanan bola mata cukup tinggi--> TIO
3. Fungsi retina harus baik light perception
4. Keadaan umum harus baik.. ( hipertensi, diabetes, batuk kronis,
5. Adanya nystagmus,.
6. Anevia gravis
Teknik-teknik pembedahan katarak
Teknik pembedahan katarak yang dikenal saat ini adalah:

Discisio Lentis
Extra Capsuler Cataract Extraction (ECCE)
Intra Capsuler Cataractextraction (ICCE)
Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Phacoemulcification
Ekstraksi Linier

Afakia
Setelah ekstraksi katarak mata tak mempunyai lensa lagi yang disebut afakia. Tandatandanya adalah bilik mata depan dalam, iris tremulans dan pupil hitam. Pada keadaan
ini mata kehilangan daya akomodasinya (hipermetropia tinggi absolut), terjadi
gangguan penglihatan warna, sinar UV yang sampai ke retina lebih banyak, dan dapat
terjadi astigmatisme akibat tarikan dari luka operasi. Keadaan ini harus dikoreksi
dengan lensa sferis +10.0 Dioptri supaya dapat melihat jauh dan ditambah dengan S
+3.0 D untuk penglihatan dekatnya. Ada tiga cara untuk mengatasi gangguan visus ini,
yaitu:3,9

Insersi lensa intraokuler/IOL (pseudofakia)


Menggunakan lensa kontak
Menggunakan kacamata afakia, kacamata ini tebal, berat dan tidak nyaman.

28

Kacamata untuk penglihatan jauh dan dekat sebaiknya diberikan dalam dua kacamata
untuk menghindarkan aberasi sferis dan aberasi khromatis.
Intraokular Lens (IOL)/Pseudofakia
Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena kahilangan
kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian dengan lensa buatan
(berupa lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak maupun kacamata). IOL dapat
terbuat dari bahan plastik, silikon maupun akrilik.
Komplikasi yang dapat terjadi pada saat intra dan pasca operasi

Komplikasi Intraoperasi
- Perdarahan
- Prolaps iris
- Edema kornea
- Kerusakan endotel kornea
- Ruptur kapsula posterior
- Prolaps vitreus
- COA dangkal
- Dislokasi nukleus lensa ke dalam vitreus

Komplikasi pascabedah dini


- Peradangan
- Hifema
- Edema kornea
- Kebocoran luka
- Prolaps iris
- Glaukoma sekunder
- Dislokasi IOL
- Endoftalmitis

Komplikasi pascabedah lanjut


- Ablasio retina
- Posterior Capsular Opacification (PCO)
- Cystoid Macular Edema (CME)
- Vitreous touch syndrome
- Bullous Keratopathy
- Glaukoma sekunder

3.7. Komplikasi Katarak3,9,10


1. Glaukoma

29

Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena
proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik.
Fakolitik
-

Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa akan keluar
yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul

lensa.
Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan
bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi

substansi lensa tersebut.


Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul
glaukoma.

Fakotopik
-

Berdasarkan posisi lensa


Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera okuli
anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar
sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan
meningkat dan timbul glaukoma

Fakotoksik
-

Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata

sendiri (auto toksik)


Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian akan

menjadi glaukoma.
2. lens induced uveitis
3. subluksasi lensa
4. dislokasi lensa
3.8. Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga
tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang
tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.13

30

31

4. HIPERMETROPIA

4.1. Definisi
Hipermetropia merupakan suatu keadaan terganggunya kekuatan pembiasan pada
mata. Gangguan tersebut mengakibatkan titik fokus bayangan jatuh dibelakang retina.1,2
4.2. Etiologi

4.3. Gejala

4.4. Dfjb

4.5. zdfhgsk

Hipermetropia dapat disebabkan oleh:


1.

Hipermetropia aksial : diameter anterior-posterior bola mata yang

pendek (Gambar 4). Berkurangnya diameter anterior-posterior ini dapat


disebabkan oleh kelainan kongenital.1,2,3
2.

Hipermetropia refraktif : menurunnya indeks refraksi (Gambar 4).

Penurunan indeks refraksi biasa terjadi pada pasien afakia.1,2,3


3.
Pendataran pada kelengkungan kornea (hipermetropia kurvatur).1

Gambar 4 Hipermetropia3

32

Terdapat

tiga

jenis

hipermetropia,

yaitu

hipermetropia

kongenital,

hipermetropia didapat dan hipermetropia simplek.1 Pada hipermetropia kongenital


biasanya didapatkan hipermetropia aksial.1,2 Hipermetropia simplek merupakan
kelanjutan dari hipermetropia anak yang tidak membaik. 1 Biasanya hipermetropia
kurang dari lima dioptri.1 Hipermetropia didapat biasanya terjadi pada pasien katarak
setelah melakukan ekstraksi lensa.1
Berdasarkan besarnya dioptri, hipermetropia dibagi menjadi hipermetropia
ringan, hipermetropia sedang dan hipermetropia tinggi.1 Hipermetropia ringan yaitu
hipermetropia rentang dioptri antara spheris +0,25 sampai +3,00 dioptri. 1
Hipermetropia sedang yaitu hipermetropia dengan rentang dioptri antara spheris +3,25
sampai +6,00 dioptri.1 Hipermetropia tinggi yaitu hipermetropia dengan dioptri lebih
dari spheris +6,25 dioptri.1
Hipermetropia dapat berbentuk hipermetropia laten, hipermetropia manifes
dan hipermetropia total.1 Hipermetropia laten merupakan hipermetropia yang dapat
diatasi dengan melakukan akomodasi.1,2 Seseorang dengan hipermetropia saat melihat
jauh akan membentuk bayangan dibelakang retina namun pada pasien dengan usia
muda dapat difokuskan di retina jika dilakukan akomodasi (Gambar 1). 1,2 Saat melihat
dekat bayangan yang difokuskan juga dapat jatuh di retina dengan melakukan
akomodasi lebih besar (Gambar 1).1,2 Pada usia muda, hipermetropia sampai tiga
dioptri masih dapat ditoleransi.2
Usaha akomodasi tersebut dapat menyebabkan kelelahan mata.1,2 Kemampuan
akomodasi ini dapat menyebabkan kondisi yang asimptomatik.1,2 Kemampuan
tersebut dapat berkurang sejalan dengan pertambahan usia karena adanya
presbiopia.1,2 Presbiopia pada hipermetropia juga dapat menjadi hipermetropia
fakultatif dan menjadi hipermetropia absolut. 1 Hal tersebut membuat seseorang
dengan hipermetropia yang tadinya asimptomatik menjadi simptomatik walaupun
tidak ada peningkatan hipermetropia sehingga memerlukan kacamata.2
Hipermetropia Manifes merupakan hipermetropia yang tidak dapat diatasi oleh
akomodasi untuk memperoleh penglihatan normal dan dapat dikoreksi dengan
kacamata berlensa positif maksimal.1,2 Biasanya pada hipermetropia yang tinggi. 2
Hipermetropia manifes dibagi menjadi hipermetropia manifes fakultatif dan
33

hipermetropia manifes absolut.1 Hipermetropia manifes fakultatif merupakan


hipermetropia yang dapat diatasi oleh akomodasi maupun oleh kacamata berlensa
positif untuk memperoleh penglihatan normal. 1 Pemberian kacamata berlensa positif
dapat memberikan penglihatan normal dan membuat otot beristirahat.1 Hipermetropia
manifes absolut merupakan hipermetropia yang tidak dapat diatasi oleh akomodasi
untuk memperoleh penglihatan normal dan dapat dikoreksi dengan kacamata berlensa
positif.1 Hipermetropia total merupakan penggabungan hipermetropia manifes dengan
hipermetropia laten yang dapat diperiksa dioptrinya setelah diberika sikloplegik.1
Keluhan yang dapat timbul pada seseorang dengan hipermetropia adalah
pandangan kabur saat melihat jauh dan dekat.1,2 Keluhan juga dapat berupa sakit
kepala, silau, kadang terasa juling dan penglihatan ganda.1 Astenopia akomodatif juga
dapat ditemui pada orang dengan hipermetopia. 1 Astenopia akomodatif merupakan
rasa kelelahan dan sakit pada mata karena mata dipaksa untuk melakukan akomodasi
terus-menerus agar mendapatkan penglihatan normal.1
Hipermetropia

dapat

mengakibatkan

timbulnya

esotrofia.1,2

Esotrofia

merupakan keadaan kedudukan bola mata yang tidak normal karena mengarah ke
nasal.1,2 Esotrofia dapat terjadi karena bola mata ikut melakukan konvergensi terusmenerus.1,2 Konvergensi yang dilakukan bola mata sebagai efek dari mata yang terusmenerus berakomodasi.1,2 Kelainan ini dapat disembuhkan dengan mengkoreksi
hipermetropia.1,2 Hipermetropia juga dapat mengakibatkan glaukoma sekunder yang
terjadi akibat hipertrofi otot siliaris karena berakomodasi terus-menerus.1 Hipertrofi
otot siliaris akan memppersempit sudut COA sehingga dapat timbul glaukoma.1
Hipermetropia dapat mengakibatkan timbulnya ambliopia. 1,2 Hal ini terjadi jika
hipermetropia pada kedua mata berbeda dioptri. 1 Perbedaan dioptri tersebut akan
membuat penglihatan difokuskan pada mata dengan melakukan akomodasi pada mata
hipermetropia yang lebih ringan.1 Usaha tersebut dilakukan untuk mendapatkan
penglihatan normal.1 Mata dengan hipermetropia yang lebih berat tidak akan
melakukan akomodasi sehingga akan mengalami supresi dan sering menggulir ke arah
temporal.1
Pemeriksaan untuk membedakan seseorang dengan hipermetropia merupakan
hipermetropia laten atau hipermetropia manifes adalah dengan melakukan
pemeriksaan refraksi dengan obat sikloplegik.2 Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan
34

pada pasien usia muda dengan kelelahan mata saat membaca dan pada pasien
esotrofia.2
Terapi yang dapat diberikan pada pasien hipermetropia adalah dengan
menggunakan kacamata berlensa positif untuk melihat dekat dan jauh. 1,2 Koreksi
dilakukan dengan hipermetropia manifes dimana mata diberikan lensa positif
maksimal tanpa pemberian sikloplegik untuk mendapatkan penglihatan normal.1
Pemberian lensa positif maksimal pada hipermetropia sebaiknya dilakukan. 1 Hal ini
dilakukan untuk membuat otot akomodasi beristirahat.1
Terapi lain yang dapat dilakukan untuk mengobati hipermetropia adalah
dengan LASEK, Laser thermal keratoplasty, Conductive keratoplasty (CK) dan
LASIK.6 LASEK dan Laser thermal keratoplasty dapat mengoreksi hipermetopia
ringan.6 Conductive keratoplasty (CK) dapat mengoreksi hipermetopia ringan sampai
sedang dan hipermetropia dengan astigmatisma. 6

LASIK dapat mengoreksi

hipermetopia dengan lebih dari +4,00 dioptri.6

35

5.

PRESBIOPIA

5.1. Definisi Presbiopia


Presbiopia merupakan gangguan akomodasi yang terjadi pada orang dengan
usia lebih dari 40 tahun.1,2 Presbiopi merupakan proses yang fisiologis.2 Akomodasi
merupakan kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot
siliaris.1,3 Pada mata normal, lensa tidak akan melakukan akomodasi saat melihat jauh
dan akan melakukan akomodasi saat melihat dekat agar titik fokus jatuh tepat di retina
(Gambar 1).1,3 Gangguan akomodasi membuat lensa tidak mampu untuk
berakomodasi secara normal sehingga titik fokus jatuh dibelakang retina (Gambar
2).1-4

Gambar 1 Akomodasi3

Gambar 2 Gangguan Akomodasi5

Ada dua mekanisme yang dapat menyebabkan kelainan ini. 1 Pertama karena
kelemahan otot-otot akomodasi.1 Kedua karena berkurangnya elastisitas lensa mata
atau sklerosis lensa.1 Berkurangnya elastisitas lensa mata dapat membuat lensa mata
menjadi tidak kenyal lagi.1
Gangguan akomodasi ini dapat menimbulkan beberapa keluhan berupa mata
lelah, berair dan terasa pedas setelah membaca.1 Seseorang dengan presbiopia tidak

36

mampu untuk membaca huruf kecil yang berdekatan pada usia 44-45 tahun. 2
Ketidakmampuan ini akan semakin bertambah parah sampai usia 55 tahun kemudian
akan menjadi stabil dan menetap.2 Ketidakmampuan untuk membaca dengan jarak
normal akan semakin parah pada pagi hari, di tempat gelap dan ketika sedang
kelelahan.2
Keluhan yang dirasakan dapat diatasi dengan pemberian kacamata berlensa
dengan spheris positif dan berbentuk cembung. 1,3 Lensa tersebut akan membuat titik
fokus jatuh tepat diretina saat melihat dekat (Gambar 3).1,3 Pemberian kacamata
tersebut dapat memperbaiki kemampuan membaca dengan jarak normal. 1 Jarak
normal untuk membaca berjarak sekitar 33cm.1

Gambar 3 Koreksi Presbiopia3

Kacamata baca akan membuat penderita merasa lebih jelas untuk membaca
atau melihat benda dengan jarak dekat.2 Kekurangannya adalah jika digunakan untuk
melihat jauh akan menjadi kabur.2 Hal tersebut dapat terjadi karena seluruh
permukaan lensa digunakan untuk koreksi dekat. 2 Kacamata separuh dapat digunakan
untuk mengatasi gangguan tersebut.2 Kacamata separuh merupakan kacamata dengan
bagian bagian atas terbuka dan tidak dikoreksi.2
Untuk penderita yang mempunyai kelainan refraksi lain dapat menggunakan
kacamata bifokus atau trifokus.2 Benjamin Franklin menggabungkan lensa untuk jarak
jauh dengan lensa untuk jarak dekat sehingga menjadi kacamata bifokus.4 Kacamata
bifokus kemudian dimodifikasi menjadi kacamata trifokus.4 Kekurangan dari
kacamata jenis ini adalah penderita harus membiasakan membaca dan melihat jauh
dengan kacamata ini.4 Saat penderita ingin membaca mereka harus melirik ke bawah
tanpa menggerekan kepala.4 Biasanya diperlukan waktu 2-3 minggu untuk beradaptasi
37

dengan kacamata jenis ini.4 Lensa kontak bifocal, kacamata multifokal dan lensa
kontak multifokal juga umumnya memberikan hasil yang tidak memuaskan.4
Kekuatan dioptri yang ditambahkan pada kacamata baca akan membuat mata
tidak berakomodasi saat membaca dengan jarak 33cm.1 Kekuatan dioptri yanng
ditambahkan berbeda sesuai dengan usia penderita, seperti:
1.
2.
3.
4.

S +1,00 D untuk usia 40 tahun


S +1,50 D untuk usia 45 tahun
S +2,00 D untuk usia 50 tahun
S +2,50 D untuk usia 55 tahun
5. S +3,00 D untuk usia 60 tahun atau lebih.1
Tetapi batasan penambahan kekuatan dioptri diatas dapat disesuaikan dengan
keperluan dan kenyamanan pasien.1
Operasi lasik untuk terapi presbiopia memiliki keberhasilan yang beragam.4
Operasi lasik dapat dilakukan dengan atau tanpa lensa hidrogel atau pinhole.4 Operasi
lasik juga dapat menimbulkan beberapa komplikasi.4 Komplikasi yang dapat timbul
dari terapi ini adalah distorsi visual karena ectasia kornea, anisometropia, pandangan
berkabut, silau, terlihat halo di sekitar cahaya, penurunan visus jauh baik yang sudah
dikoreksi ataupun belum dan penurunan sensitivitas kontras.4

38

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
2010
2. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17thed. Lange Mc
Graw Hill. 2007
3. Gerhard, L. Ophtalmology A Short Textbook. New York : Thieme stutrgart. 2000
4. Khurana, A.K. Opthalmology. New Delhi: New Age International. 2003
5. Sunita A, Athiya A, David JA.. Textbook of Ophthalmology. India: Jaypee Brothers Medical
Publisher. 2002

6. Neil JF, Peter KK. Essentials of Ophthalmology. Elsevier Inc. 2007.


7. American Academy of Ophthalmology. Basic clinical science; Lens and Cataract.
Section 11. 1999-2000
8. Ilyas, S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;
2002
9. American Academi of Ophthalmology. Basic clinical science; Lens and Cataract.
Section 11. 1999-2000. p.7-21, 40-43, 64-76, 140-150
10. Victor VD, et al. Senile Cataract. In: Medscape Referance. 2012. Downloaded from:
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview
11.

39

Anda mungkin juga menyukai