Anda di halaman 1dari 10

BAB III

METODE PELAKSANAAN
3.1

Survei Lokasi
Survei lokasi dilaksanakan pada hari Sabtu-Minggu tanggal 24-25 Januari 2015

di Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun. Lokasi survei tersebar di 22 titik di


seluruh Kabupaten Madiun dan di Kecamatan Pilangkenceng sendiri terdapat tiga titik
duga geolistrik yang terletak di Desa Ngawe, Desa Purworejo dan Desa Wonoayu. Demi
kelancaran kegiatan survei dibutuhkan antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Peta lokasi administratif Kabupaten Madiun


Data wilayah daerah studi
Contact Person tiap ketua kelompok tani
Kamera digital
Buku catatan
Peta Geologi dan Hidrogeologi
Selama berlangsungnya kegiatan survei lokasi terjadi beberapa hambatan, antara
lain:

1. Lokasi titik pendugaan yang susah dicari karena jauh dari jalan utama
2. Lokasi pendugaan memiliki sedikit lahan yang lurus dan datar
3. Titik pendugaan merupakan areal persawahan
3.2

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Pengukuran


Kegiatan pengukuran tersebar di tiga desa di Kecamatan Pilangkenceng,

Kabupaten Madiun yaitu di Desa Ngawe, Desa Purworejo dan Desa Wonoayu. Titik
pertama pengukuran di Desa Ngawe dengan kelompok tani Margo Rukun berada di
koordinat .........S dan E dengan elevasi + mdpl. Titik kedua terletak di Desa
Purworejo dengan kelompok tani Tirto Laras berada di koordinat S dan
E dengan elevasi + mdpl. Sedangkan titik ketiga pengukuran terletak di Desa
Wonoayu dengan kelompok tani Ngudi Rejeki berada di koordinat S dan
E dengan elevasi + mdpl.
Kegiatan pengukuran dilakukan pada Sabtu, 24 Januari 2015 dengan waktu dari
titik pertama hingga titik ketiga kurang lebih 5 jam, mulai pukul 07.00 12.00 WIB.
3.3

Pengumpulan Data
Dalam kegiatan survei pendugaan potensi airtanah ini terdapat dua macam data

yang diperlukan untuk penyusunan laporan, yaitu data primer dan data sekunder.
3.3.1

Data Primer
Data primer yang diambil dalam kegiatan ini meliputi:

Panjang jarak antara elektroda (a) dari masing-masing konfigurasi dalam meter.
Besar arus yang dialirkan (I) dan besar tegangan (V) dalam mVolt.
Besarna resistivitas yang terukur (R) dalam m.
Kedalaman sumur gali di sekitar lokasi pengukuran geolistrik, termasuk sumur

irigasi maupun sumur warga.


Jarak sumur gali dari titik pendugaan geolistrik.

3.3.2

Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan untuk penyusunan laporan ini antara lain.

Denah lokasi pengukuran


Denah lokasi akan berisi sketsa lokasi titik pengukuran yang berisi lokasi
sumur gali, jalan, sawah dan apapun di sekitar titik duga. Keberadaan dari denah
lokasi akan mempermudah dalam penentuan titik pendugaan dan jarak antara
elektroda.

Data hidrogeologi
Data hidrogeologi yang dibutuhkan berupa peta geologi untuk
mengetahui struktur batuan yang berada di lokasi pengukuran serta peta
hidrogeologi untuk mengetahui gambaran secara umum kondisi akuifer lokasi
pendugaan. Berdasarkan peta-peta tersebut nantinya dapat diketahui apakah
daerah tersebut memiliki akuifer yang produktif atau tidak.

3.4

Pelaksanaan Pengukuran
Di sub bab ini akan berisi mengenai kegiatan pelaksanaan geolistrik hingga

pembahasan interpretasi data secara umum. Untuk detail akan dibahas di bab
selanjutnya.
3.4.1

Peralatan dan Perlengkapan


Dalam kegiatan pendugaan geolistrik ini ada beberapa peralatan yang

dibutuhkan, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sebuah alat resistivity meter tipe 020520


Dua buah elektroda C dan dua buah elektroda P
ACCU 12 Volt
Empat gulung kabel
Dua buah palu
Satu buah roolmeter 100 meter
Patok titik

Gambar 3.1 Peralatan Geolistrik


Survei: Dokumentasi Survei, 2015
Sebagai penunjang kelancaran kegiatan pendugaan geolistrik, beberapa
perlengkapan yang bersifat menunjang antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Geo Positioning System (GPS)


Handy Talkie (HT)
Payung
Formulir data isian geolistrik
Alat tulis dan note book

Gambar 3.2 Pelaksanaan Kegiatan Pendugaan Potensi Airtanah


Sumber: Dokumentasi Survei, 2015
3.4.2

Penggunaan Alat

Adapun cara cara penggunaan alat geolistrik adalah sebagai berikut.


1. Pasang kabel arus maupun kabel tegangan pada alat disertai dengan pemasangan
kabel pada masing masing elektroda.
2. Tekan tombol ON untuk menghidupkan alat.
3. Pengecekan apabila baterai masih menghasilkan arus yang kuat bisa dilihat pada
test loop arus.
4. Pengecekan sambungan kabel apabila sudah tersambung dengan benar dapat
dilihat pada test loop tegangan.
5. Menekan tombol HOLD untuk mengetahui nilai tegangan (V) dalam mVolt dan
catat besarnya nilai tegangan.
6. Pembacaan dilakukan secara teratur dan berurutan.
7. Tekan tombol OFF untuk menghilangkan nilai tegangan dan mematikan alat.
3.4.3 Pelaksanaan Pendugaan di Lapangan
Adapun hal hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan pendugaan di
lapangan adalah sebagai berikut.
1. Pada titik pusat atau base station, peralatan yang digunakan sebagai alat utama
geolistrik, operator pusat adalah orang yang mencatat data yang muncul dari
injeksi arus pada formulir data yang telah disediakan. Titik pusat atau base
station merupakan titik utama untuk mengontrol semua kegiatan pengukuran
yang dilakukan, selain itu juga untuk menghubungkan operator yang berada di
C1 dan C2, sehingga nantinya jika koneksi terputus dapat segera ditangani di titik
pusat agar data yang kurang valid yang telah dicatat dapat diperbaiki.
2. Pada kabel gulungan, di posisi ini terdapat dua operator yang akan saling
berkomunikasi baik pada C1 maupun C2. Pada masing - masing titik tersebut
terdapat dua operator, satu operator bertugas menanamkan elektroda arus dan
satu operator menginformasikan ke titik pusat apakah elektroda arus sudah
ditanam atau belum ditanam. Operator ini juga bertugas untuk memindahkan
kabel dari titik satu ke titik yang lainnya sampai titik terakhir.
3. Harus terjadi komunikasi dua arah baik pada titik pusat dan pada tiap operator di
elektroda arus agar pada saat penginjeksian arus ke dalam bumi tidak terjadi
kesalahan, baik karena terputusnya kabel atau karena salah satu operator pada
salah satu posisi (C1 atau C2) belum menanamkan elektroda arusnya. Perlu
diperhatikan juga bahwa pada saat penanaman elektroda harus melihat apakah di
bawah permukaan tersebut terdapat pipa atau tidak. Hal ini menjadi perhatian
karena pipa dengan bahan logam dapat mempengaruhi data yang diperoleh.
3.4.4

Pengukuran Data Geolistrik di Lapangan

1. Tentukan koordinat titik pengukuran dengan menggunakan GPS dan masukkan


data koordinat dan elevasi dalam tabel pencatatan.

2. Letakkan geolistrik pada titik ukur.


3. Tancapkan elektroda arus (C1C2 atau AB) dan elektroda potensial (P1P2 atau
MN) pada jarak bentangan terpendek sesuai dengan jarak yang ditentukan.
4. Sambungkan kabel ke masing-masing elektroda.
5. Sambungkan kabel ke geolistrik dengan pemasangan :
-

Elektroda arus sebelah kiri luar (port C1)


Elektroda tegangan sebelah kiri dalam (port P1)
Elektroda arus sebelah kanan luar (port C2)
Elektroda tegangan sebelah kanan dalam (port P2)
Lihat test loop sebagai petunjuk kabel terhubung dengan baik.

6. Sambungkan geolistrik dengan accu, lihat battery indicator sebagai petunjuk


accu dalam kondisi siap pakai.
7. Putar tombol konvensator sehingga tombol voltage meter menunjukkan angka
nol.
8. Tekan tombol current test sehingga voltage meter dan current

meter

menunjukkan angka tertentu yang stabil, kemudian tekan tombol hold maka
angka current meter akan terkunci.
9. Catat angka pada current meter sebagai nilai arus (I) dan voltage meter sebagai
nilai tegangan (V)
10. Pindahkan elektroda arus dan elektroda tegangan ke bentangan yang lebih
panjang sesuai jarak yag telah ditentukan di tabel.
11. Lakukan langkah - langkah seperti pada point 4 sampai 10, sampai pada
bentangan yang telah ditentukan.
12. Catat semua data-data yang diperoleh dalam format tabel pengukuran yang telah
dibuat. Adapun data-data hasil pengukuran antara lain :
Titik ordinat titik ukur
Jarak C1 dan C2 atau AB (jarak antar elektroda arus)
Jarak P1 dan P2 atau MN (jarak antar elektroda tegangan)
Nilai tegangan (V) dalam satuan mili Volt
Nilai arus (I) dalam satuan mili Ampere
3.5

Metode Pendugaan
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, metode pendugaan yang dilakukan yaitu

menggunakan metode geolistrik konfigurasi Schlumberger untuk mendapatkan nilai


tahanan jenis (resistivity) lapisan geologi di bawah permukaan. Digunakannya
konfigurasi Schlumberger pada kegiatan ini dikarenakan konfigurasi ini mudah
dilaksanakan dan tidak membutuhkan waktu yang lama.

Gambar 3.3. Penempatan Elektroda Konfigurasi Schlumberger


Sumber: Bisri, 1998
Pada konfigurasi Schlumberger langkah-langkah pendugaan adalah sebagai
berikut :
1. Siapkan denah lokasi dan tentukan arah bentangan. Area yang dipilih cukup
datar dan tidak terhalang oleh bangunan.
2. Tentukan titik ukur (penempatan elektroda) dan jarak antar elektroda (a) yang
total panjangnya disesuaikan dengan total panjang bentang yang telah
diperhitungkan sebelumnya.
3. Tempatkan sepasang elektroda arus dan sepasang elektroda potensial dimulai
dari kiri dan berjalan ke kanan, sesuai dengan jarak antar elektroda yaitu sebesar
(a).
4. Pengukuran dilakukan dengan mengalirkan arus listrik (I) secara bertahap yang
besarnya telah ditentukan dan diusahakan besarnya konstan dalam setiap kali
pembacaan.
5. Baca besarnya hambatan (R) dari setiap kali pengukuran dan catat hasil
pengukuran dan apabila hasilnya meragukan pembacaan dapat diulangi kembali.
6. Pembacaan dilakukan setelah angka yang akan dibaca benar - benar konstan.
7. Pindahkan rangkaian elektroda tersebut sesuai dengan jarak antara titik elektroda
sampai dengan ujung baris dan diusahakan dalam setiap kali perpindahaan
elektroda tidak berada pada lubang yang sama atau dipakai sebelumnya.
8. Demikian seterusnya dengan jarak antar elektroda yang berbeda.
3.6

Metode Analisa Data

3.6.1

Paket Program IPI2WIN

1.
2.
3.
4.

Langkahlangkah menggunakan program IPI2WIN adalah sebagai berikut.


Buka program software IPI2WIN.
Buka lembar file baru.
Setelah keluar tampilan file baru, pilih jenis konfigurasi yang akan digunakan.
Masukkan input data yaitu spasi antar elektroda QB/2, MN, dan nilai resistivitas

semu (a).
5. Simpan file dengan nama tertentu.

6. Jalankan program (running) secara otomatis atau semi otomatis.


7. Nilai error akan muncul sebagai parameter dari besarnya jumlah lapisan, nilai
error merupakan hasil algoritma dari pembentukan inisial model dan jumlah
lapisan dan harus disesuaikan data asli di lapangan.
8. Nilai error dapat diminimalisir dengan menyesuaikan jumlah lapisan dengan
banyaknya jenis interval data yang diperoleh kemudian dilakukan inversi data
dengan memilih menu inversion pada menu bar.
Perubahan beberapa parameter yang terdapat dalam software dapat memberikan
gambaran kondisi bawah permukaan yang sesuai dengan yang relatif kecil, selanjutnya
dapat dilakukan proses interpretasi.

Gambar 3.4 Tampilan awal program IPI2WIN

Gambar 3.5 Tampilan input data program IPI2WIN

Gambar 3.6 Tampilan grafik program IPI2WIN setelah dilakukan inversi


3.6.2

Paket Program Progress 3.0


Berikut ini merupakan langkah langkah dalam perhitungan menggunakan

paket program Progress 3.0.


1. Buka program software Progress 3.0.
2. Setelah keluar tampilan file baru, pilih jenis konfigurasi yang digunakan.
3. Pada menu tab Observed Data, input data yaitu spasi antar elektroda (spacing)
dan harga tahanan jenis (Observed Data). Data tahanan jenis yang dimasukkan
merupakan tahanan jenis semu dari hasil pengolahan data program IPI2WIN.
4. Pada menu tab Forward Modelling, input data kedalaman (d) dan resistivitas ()
sesuai dengan jumlah lapisan yang diperoleh dari hasil analisis menggunakan
program IPI2WIN. Penginputan data dilakukan dengan cara manual yaitu
memasukkan nilai hasil invers dari program IPI2WIN.
5. Pada menu tab Invers Modelling, lakukan inversi modelling dengan maksimal
iteration sampai didapatkan output dari pengolahan data dengan program
Progress 3.0 yaitu :
Curve of Apparent Resistivity vs Electrode Spacing
Table of Interpreted Data
ResisitivityLog

Gambar 3.7 Tampilan input data pada observed data

Gambar 3.8 Tampilan input data pada Forward Modelling

Gambar 3.9 Tampilan input data pada Invers Modelling

Gambar 3.10 Tampilan interpretasi data program Progress 3.0


3.7

Interpretasi Data
Gambaran kondisi bawah permukaan dapat diperoleh dari interpretasi data yang

dilakukan dengan melihat adanya perbedaan tahanan jenis batuan hasil inversi data
resistivitaas. Dari hasil inversi data resistivitas dapat dibuat batas lapisan tanah dengan
melihat adanya kecenderungan warna yang mengindikasikan nilai resistivitas.
Berdasarkan data pendukung lain seperti peta geologi, hidrogeologi dan data
logging pada daerah penelitian yang kemudian dikorelasikan dengan data pengukuran
lapangan, sehingga didapatkan gambaran kondisi bawah permukaan dari suatu lintasan
pengukuran. Hasil interpretasi yang didapatkan dari perbedaan resistivitas (tahanan
jenis) yang dapat memberikan gambaran sifat fisis batuan.

Anda mungkin juga menyukai