Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

Tn.Z.T

Umur

27 Tahun

Jenis kelamin

Laki-laki

Tempat/tanggal lahir

Tambilato, 14 Agustus 1986

Status perkawinan

Belum Menikah

Pendidkan terakhir

STM

Pekerjaan

Tidak Bekerja

Suku/Bangsa

Gorontalo/Indonesia

Alamat

Desa Moopia Kec.Bone raya

Agama

Islam

Tanggal MRS

5 Januari 2013

Cara MRS

Pasien datang diantar keluarga (Ayah pasien)

Tanggal pemeriksaan

16 Januari 2014

Tempat

Ruang

pemeriksaan

Katrili

RS.

Prof.

Dr.

V.

L.

Ratumbuysang

II.

RIWAYAT PSIKIATRIK
Riwayat psikiatri diperoleh dari autoanamnesis dan catatan medik pada
tanggal 16 Januari 2014, di ruangan Katrili RS Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang :
A.

Keluhan utama :
Marah-marah, merontak, bicara-bicara sendiri dan jalan-jalan tanpa
tujuan.

B.

Riwayat gangguan sekarang:


Dari hasil anamnesis dengan pasien, pasien tidak mengetahui mengapa ia
dibawa ke RS Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang. Pasien mengaku sudah tidak
lagi mendengar suara-suara bisikan ditelinga seperti saat dirawat pertama
kali di rumah sakit. Pasien lebih suka menyendiri. Saat ini pasien mengaku

tidak mengalami gangguan tidur, BAK dan BAB baik. Pada saat anamnesis
dilakukan pasien dapat menjawab pertanyaan dengan cukup baik dan tenang
Menurut Ayah pasien, pasien dibawa ke R.S. Prof. V. L. Ratumbuysang
pada tanggal 5 Januari 2013 karena pasien menunjukan perilaku seperti
marah-marah, merontak, bicara-bicara sendiri dan jalan-jalan tanpa tujuan.
Pasien marah-marah tanpa sebab yang jelas. Karena pasien merontak dan
mengamuk, keluarga pasien pernah mengikat tangan dan kaki pasien.
Menurut Ayah pasien, pasien sering mengatakan ada suara yang berbisikbisik di telinga pasien sehingga pasien sering sulit tidur karena bisikanbisikan tersebut. Pasien menjadi seperti ini dikarenakan pasien sudah tidak
mengkonsumsi obat 1 tahun sejak dirawat terakhir kali karena menurut
keluarganya pasien sudah sembuh.
Pasien merupakan anak ke 7 dari 7 bersaudara. Kedua orang tua pasien
masih hidup. Pasien mulai berprilaku aneh saat berusia 19 tahun, Sejak tamat
STM, pasien mengatakan ingin masuk sekolah polisi oleh karena pasien
termasuk anak yang pintar dan juara kelas, akan tetapi orang tua tidak
mampu. Sampai sekarang ijazah STM belum diambil dari sekolah, pasien
sering menanyakan ijazahnya. Sejak saat itu, pasien mulai marah-marah
tanpa sebab yang jelas, merontak, bicara-bicara sendiri dan jalan-jalan tanpa
tujuan.Pasien sempat dipasung selama 6 tahun. Pasien pertama kali dirawat
di RS. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang pada tahun 2012.

Gangguan sekarang dengan penyakit fisik dan psikis sebelumnya :


Gangguan dulu lebih berat dari sekarang.

C. Riwayat gangguan sebelumnya.


1. Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya.
Menurut rekam medis, pasien sebelumnya sudah pernah dirawat
di R.S. Prof. V. L. Ratumbuysang pada tanggal 1 Februari 2012 dengan
keluhan marah-marah, merontak, bicara-bicara sendiri dan sering
mendengar suara bisikan-bisikan. Tetapi pada tanggal 5 Januari 2013
2

kembali dirawat dengan keluhan marah-marah tanpa sebab yang jelas,


bicara-bicara sendiri dan jalan-jalan tanpa tujuan. Riwayat minum obat
tidak teratur oleh akibat dari pasien tidak mau minum obat dan
kurangnya pengawasan dari keluarga pasien.
2. Riwayat gangguan medis.
Trauma kapitis (-), malaria(-).
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif.
Alkohol (-), Merokok (+).
III.

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1.

Riwayat prenatal dan perinatal.


Pasien adalah anak yang di inginkan. Selama hamil ibu pasien tidak
mengalami gangguan kesehatan. Pasien dilahirkan saat usia sembilan
bulan secara spontan, ditolong oleh bidan. Tidak ditemukan kelainan atau
cacat bawaan. Pasien anak ketujuh dari tujuh bersaudara.

2.

Riwayat masa kanak awal (usia 0 3 tahun)


Pasien sudah bisa BAB dan BAK sendiri pada usia sebelum 3 tahun.

3.

Riwayat masa kanak pertengahan (usia 3 7 tahun)


Pasien sudah menyadari kalau dirinya seorang laki-laki. Pasien tidak
memiliki teman dekat (sahabat) semasa kecil, akan tetapi pasien masih
tetap memiliki teman bermain seusianya.

4.

Riwayat masa kanak-kanak akhir dan remaja


Pasien termasuk anak yang rajin di rumahnya. Hubungan dengan
keluarga baik. Pasien termasuk anak manja dan kurang bergaul dengan
teman-teman seusianya.
5.

Riwayat masa dewasa


a.

Riwayat pendidikan.
Pasien bersekolah sampai tamat STM, disekolah pasien termasuk anak
yang pandai. Pasien kurang bergaul.

b.

Riwayat pekerjaan.
3

Pasien tidak bekerja.


c.
d.

Riwayat psikoseksual.
Kelainan seks tidak jelas.
Riwayat perkawinan.
Pasien belum menikah

e.

Kehidupan beragama.
Pasien seorang yang beragama Islam dan rajin beribadah. Tetapi sejak
mendapat penyakit tersebut pasien jadi jarang bahkan sudah tidak pernah
lagi beribadah.

f.

Aktifitas sosial.
Pasien mengaku mempunyai hubungan yang baik dengan keluarganya
dan tidak ada masalah yang rumit diantara mereka. Pasien juga jarang
bersosialisasi dengan tetangga maupun teman-teman lainnya.

g.

Riwayat pelanggaran hukum.


Menurut ayahnya, pasien tidak pernah terlibat dalam masalah hukum.

h.

Situasi kehidupan sekarang


Pasien tinggal bersama orang tuanya sebelum dirawat di RS.

i.

Riwayat keluarga.
Pasien adalah anak ke 7 dari 7 bersaudara, pasien termasuk golongan
keluarga dengan ekonomi menengah kebawah. Tidak ada dikeluarga
yang menderita seperti ini.

SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM

KETERANGAN :
= laki-laki

= perempuan

= pasien
Faktor herediter: tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita sakit seperti ini.

IV.

PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS


A. Deskripsi umum
1) Penampilan
Pasien seorang laki-laki, berusia 27 tahun sesuai dengan usianya, kulit
kuning langsat, penampilan cukup rapi menggunakan baju kaos berwarna
abu-abu dan celana pendek berwarna abu-abu, menggunakan alas kaki.
2) Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara, pasien duduk tenang. Pasien dapat merespon saat
diucapkan salam, pasien juga dapat menjawab pertanyaan mengenai
identitas dirinya, pasien juga dapat menjawab pertanyaan lainnya.
3) Sikap terhadap pemeriksa.
Pasien cukup kooperatif, Pasien dapat merespon saat diucapkan salam,
pasien dapat menjawab pertanyaan mengenai identitas dirinya (pasien
cukup tepat menjawab pertanyaan, walaupun ada kalanya tidak
berhubungan).
B. Mood dan Afek
Mood
Afek
Keserasian

: Disforia
: Tumpul
: Serasi

C. Karakteristik bicara
Selama wawancara pasien menyimak pertanyaan dan menjawab
pertanyaan dengan jawaban yang cukup tepat. Artikulasi jelas, volume kecil
dan intonasi pelan. Pasien menoleh saat dipanggil namanya.

D. Gangguan persepsi
Pada saat dilakukan pemeriksaan tidak terdapat halusinasi,ilusi maupun
delusi pada pasien.
E. Pikiran
Bentuk pikiran
Isi pikir

: koheren
: waham (-)

G. Kesadaran dan fungsi kognitif


1. Tingkat kesadaran : Compos mentis
Orientasi
- Orientasi waktu
- Orientasi tempat
- Orientasi orang
Daya konsentrasi
Perhatian

:
:
:
:
:

baik
baik
baik
cukup
pada saat wawancara pasien memperhatikan

setiap pertanyaan yang diberikan, namun sesekali jawaban yang


diberikan tidak berhubungan.
2.

Daya ingat :
Jangka panjang

: tidak terganggu

Jangka pendek

: tidak terganggu

Segera

: tidak terganggu

3. Kemampuan baca dan menulis : Baik. Pasien dapat menuliskan namanya


dan nama pemeriksa, pasien juga bisa membaca kata yang dituliskan
pemeriksa dengan baik walaupun saat pemeriksaan pasien merespon
dengan lamban.
4. Kemampuan menolong diri sendiri : Makan dan minum dilakukan sendiri.
H. Daya nilai
Daya nilai sosial : baik
Uji daya nilai

: baik

Penilaian realitas : baik


I. Tilikan
Tilikan pasien Derajat IV (pemahaman bahwa dirinya sakit, tetapi tidak
mengetahui penyebabnya).
6

J. Taraf dapat dipercaya


Dapat dipercaya

IV.PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT


A. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran

: Tampak sehat

: Compos Mentis

Tanda vital

: T : 120/80 mmHg, N :80x/m, R : 20x/m,


S : 36,6C

Kepala

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-

Thoraks

: Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen

: Datar, lemas, peristaltik (+) normal


Hepar/Lien : Tidak teraba

Ekstremitas

: Edema (-), turgor kembali cepat, akral hangat

B. Pemeriksaan neurologis
GCS

: E4M6V5

TRM

: Tidak ada

Mata

: Gerakan normal searah, pupil bulat isokor, refleks cahaya


+/+

Pemeriksaan Nervus Kranialis


a. Nervus Olfaktorius (N.I)
Tidak dilakukan evaluasi
b. Nervus Optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi
c. Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus
Abducens (N.VI)
Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki
gerakan bola mata yang wajar (pasien mampu melirikkan bola matanya
ke kiri dan ke kanan). Selain itu, bola mata pasien dapat mengikuti
penlight kiri-kanan dan atas-bawah
d. Nervus Trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat pasien dapat tersenyum dan
wajah pasien simetris.
e. Nervus Facialis (N.VII)
7

Selama wawancara berlangsung terlihat pasien dapat tersenyum dan


wajah pasien simetris.
f. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)
Selama wawancara berlangsung, pasien mampu untuk

menjawab

pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran


pasien normal. Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh
g. Nervus Glossofaringeus (N.IX)
Tidak dilakukan evaluasi
h. Nervus Vagus (N.X)
Tidak dilakukan evaluasi
i. Nervus Aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa
fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal
j. Nervus Hipoglosus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi
Ekstrapiramidal sindrom : tidak ditemukan ada gejala ekstrapiramidal
(Tremor, Bradikinensia, Rigiditas)

VI.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA.


Berdasarkan anamnesis (secara autoanamnesis dan beberapa data
diperoleh dari rekam medik) didapatkan pasien laki-laki berumur 27 tahun,
pendidikan terakhir tamat STM, belum menikah, belum bekerja, beragama
islam, alamat tempat tinggal di Desa Moopia Kec.Bone raya. Keluhan saat ini
adalah marah-marah, merontak, bicara-bicara sendiri dan jalan-jalan tanpa
tujuan. Keluhan ini di alami sejak 6 tahun yang lalu sebelum masuk rumah
sakit. Diketahui pasien putus obat sejak 1 tahun yang lalu.
Riwayat penyakit sebelumnya : ada keluhan marah-marah, merontak dan
sering mendengar bisikan-bisikan yang menganggu pasien, pasien sering
bicara sendiri dan kadang-kadang tertawa sendiri sejak 8 tahun yang lalu.
Setelah itu pasien dirawat di rumah sakit pada tanggal 1 Februari 2012 dengan
keluhan marah-marah, merontak, bicara sendiri dan putus obat. Pada tanggal 5

Januari 2013 kembali dirawat dengan keluhan marah-marah, merontak, bicarabicara sendiri dan jalan-jalan tanpa tujuan,
Riwayat waham tidak ada, riwayat halusinasi auditorik ada. Pasien tidak
mau berbicara banyak, tidak suka bergaul, dan sering menarik diri dari
lingkungan sosial.
Pasien tenang, cukup kooperatif menjawab, artikulasi jelas, volume kecil
dan intonasi pelan. Pemeriksaan status mental mood pasien saat diperiksa
disforia dan tenang, afek tumpul. Tidak ditemukan lagi adanya halusinasi
auditorik. Arus pikiran ditemukan koheren. Isi pikir ditemukan tidak ditemukan
adanya waham, tetapi gejala yang di alami saat ini sudah lebih ringan daripada
sebelumnya. Penilaian realitas baik. Tingkat tilikan derajat IV. Pemeriksaan
fisik dan neurologis dalam batas normal.
VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I

: Skizofrenia Residual (F 20.05)

Aksis II

: Gangguan kepribadian skizoid (F60.1)

Aksis III

: Tidak ada diagnosis.

Aksis IV

: Masalah psikososial dan lingkungan.

Aksis V

: GAF Scale 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas


ringan dalam fungsi, secara umum masih baik

VIII. PROBLEM
A. Organobiologi
B. Psikologi

Tidak ada faktor genetic gangguan jiwa.

: Tidak mengalami waham, ditemukan adanya halusinasi.

C. Lingkungan dan sosial ekonomi : Penderita jarang bergaul dengan lingkungan


orang-orang di sekitarnya. Penderita ingin
sekolah polisi, tetapi orang tua tidak
mampu untuk membiayai.
IX. PERENCANAAN TERAPI
A.Psikofarmako
Risperidon 2 mg 2x1 tab/hari.
9

THP (Trihexyphenydil) 2 mg 2x1 tablet / hari


Chlorpromazine 100 mg 0-0-1 tablet / hari
B. Psikoterapi dan intervensi psikososial

Dalam bentuk psikoedukasi yaitu menyampaikan informasi kepada


keluarga mengenai kondisi pasien dan menyarankan untuk senantiasa
memberi dukungan selama masa pengobatan. Pasien lebih sering diajak
berkomunikasi serta keluarga hendaknya memahami kondisi pasien.
Memotivasi pasien agar pasien tidak putus asa dan semangat dalam
menjalani hidup.

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad fungsionam : dubia at bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

XI. ANJURAN

Dianjurkan kepada keluarga pasien agar mengawasi pasien sehingga


pasien mengonsumsi obatnya secara teratur. Usahakan pasien berada dalam
pengawasan keluarga, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga
pada perjalanan penyakit.

XII. DISKUSI
Diagnosis pasien ini adalah Skizofrenia Residual. Dari hasil anamnesis
dengan pasien ditemukan gejala-gejala yang berkaitan dengan Skizofrenia
Residual, pasien menjadi pasif dalam beberapa hal, baik dalam berbicara
ataupun dalam tingkah laku (tidak suka bergaul, malas berbicara). Pasien juga
mempunyai riwayat episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia, yaitu pasien sudah pernah sakit
sejak tahun 2006, dan 2x masuk rumah sakit. Pasien saat ini mempunyai
riwayat putus obat 1 tahun.

10

Dalam kasus ini pasien mempunyai aktivitas yang menurun cenderung


menyendiri, afek yang tumpul, sikap pasif dan ketidaan inisiatif, kemiskinan
dalam kualitas atau isi pembicaraan, ekspresi muka yang datar, kurangnya
kontak mata, suara yang pelan. Gejala ini merupakan gejala negatif dari pasien
skizofrenia, sehingga disebut sebagai skozofrenia residual. Pasien juga
mempunyai riwayat psikotik yang jelas pada tahun 2006 dengan keluhan
marah-marah, merontak, bicara-bicara sendiri dan jalan-jalan tanpa tujuan.
Pada tahun 2012 pasien masuk rumah sakit dengan keluhan marah-marah,
merontak, susah tidur dan putus obat. Pada tahun 2013 kembali dirawat di
rumah sakit jiwa dengan keluhan marah-marah, merontak, bicara-bicara
sendiri dan jalan-jalan tanpa tujuan.
Berdasarkan DSM V untuk menegakan diagnosis skizofrenia pasien
harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Berlangsung paling sedikit 6 bulan.
2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu dalam bidang
pekerjaan, hubungan interpersonal, dan fungsi kehidupan pribadi.
3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama
periode tersebut.
4. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif,
gangguan mood mayor, autisme, atau gangguan organik.
Untuk menegakan diagnosis skizofrenia residual yakni pasien dalam
keadaan remisi dari keadaan akut tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala
residual seperti penarikan diri secara sosial, afek datar atau tak serasi, perilaku
eksentrik, asosiasi melonggar, atau pikiran yang tidak logis.
Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnostik skizofrenia residual (F20.5)
adalah persyaratan berikut harus dipenuhi :
a) Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan
psikomotor, aktivitas menurun, afek yang tumpul, pasif dan ketidaan
inisiatif, kemiskinan dalam kualitas atau isi pembicaraan, komunikasi
non verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata,
modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang
buruk.
b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau
yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia.

11

c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas


dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah
sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari
skizofrenia
d) Tidak terdapat dimentia atau penyakit/gangguan otak organik lain,
depresi kronik atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas
negatif tersebut.
Pada pasien ini diberikan Risperidon 2 mg 2x1 tab / hari, THP
(trihexyphenidyl) 2 mg 2x1 tablet/hari dan Chlorpromazine 100 mg 0-0-1.
Risperidon dalam kasus ini berperan sebagai obat anti psikosis untuk
mengatasi gejala positif dan negatif. Obat ini termasuk golongan antipsikosis
atipikal derivate dari benzisoksazol mempunyai afinitas yang tinggi terhadap
reseptor serotonin (5HT2), dan aktifitas menengah terhadap reseptor
dopamine (D2). Antagonism serotonin dan dopamin yang seimbang dapat
mengurangi kecenderungan timbulnya efek samping ektrapiramidal,
sehingga memperluas aktifitas terapeutik terhadap gejala negatif dan afektif
dari skizofrenia. Waktu paruh dari Risperidon relatif pendek (12 jam) karena
itu Risperidon diberikan dalam dosis terbagi 2 x sehari. Efek samping yang
ditimbulkan oleh obat ini secara umum dapat ditoleransi dengan baik, efek
samping ektrapiramidal umumnya ringan dibanding antipsikosis tipikal.
Chlorpromazine berperan sebagai obat anti psikosis untuk mengatasi gejala
psikosis baik yang negatif maupun positif, seperti hendaya berat dalam
kemampuan daya menilai realitas, serta bermanifestasi dalam gejala
kesadaran diri yang terganggu. Selain itu diberikan trihexyphenidyl yaitu
golongan anti Parkinson. Trihexyphenidyl digunakan untuk mengurangi
kegoyahan dan gelisah yang disebabkan oleh beberapa obat penenang.
Selain itu juga edukasi terhadap pasien dan keluarga perlu diberikan.
Untuk pasien agar memahami gangguannya, cara pengobatan, efek samping
yang dapat muncul, kemudian yang penting juga ialah meningkatkan
kesadaran dalam kepatuhan dan keteraturan minum obat.
Keluarga pasien juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk
psikoedukasi berupa penyampaian informasi kepada keluarga mengenai
penyebab penyakit yang dialami pasien serta pengobatannya sehingga keluarga
dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum obat dan kontrol
12

secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini. Peran


keluarga dekat dalam kasus ini sangat penting, terutama dalam hal motivasi
dan perhatian, sehingga pasien merasa nyaman tinggal bersama keluarga.

XIII. REFERENSI
1. Kusumawardhani AAAA, Husain AB, Adikusumo A, Damping AA, Briliantina
DM, Lubis DB, dkk. Buku Ajar Psikiatri. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta, 2010;173-175.
2. Maslim R. Penggolongan Diagnosis dan kriteria Diagnosis Dan Perubahan
perkembangan DSM-5. 2013;35-36.
3. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic
Medication) Edisi 3. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya.
2007;36-41.
4. Syarif A, Estuningtyas A, Setiawati A, Muchtar A, Arif A, Bahry B. Farmakologi
dan Terapi Edisi 5. Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2011;167.

XIV. WAWANCARA PSIKIATRI


Wawancara dilakukan di ruang Katrili RS Prof.dr.V.L. Ratumbuysang
pada tanggal 16 Januari 2014.
Keterangan :
A: Pemeriksa
B: Pasien
A: Selamat Siang pak
B: Siang
A: Perkenalkan kita dokter muda Sahala neh. Bapak pe nama sapa kang?
B: Zemi..Zemi Taher.
A: Umur berapa bapak?

13

B: 20 tahun
A: Ada berapa bersaudara bapak?
B: 7
A: Bapak anak ke berapa?
B: Ketujuh
A: Lahir dimana bapak?
B: Gorontalo
A: Alamat dang pak dimana?
B: Gorontalo
A: Kalo boleh tau,bapak pe pendidikan terakhir apa kang?
B: STM
A: Kong kiapa dang sampe bapak datang kemari?
B: Ndak enak di rumah..
A: Kira-kira bapak tau kiapa sampe dorang antar?
B: Nyndak.
A: Bapak ada ba dengar-dengar bisikan atau suara-suara baganggu?
B: Nyanda ada..
A: Bapak dulu ada masalah?
B: Stres dokter..
A: Kyapa dang stres bapak? cerita jo pa dokter.
B: Ndak tau
A: Bapak pernah cilaka atau kepala tatoki?
B: Pernah tatoki
A: Dpe tatoki itu bahaya?
B: Nyandak dok..
A: Kong bapak minum alkohol?
B: Nyanda..
A: Merokok dang?
B: Ada dokter
A: Kalau tidur bapak terganggu atau ndak?
B: Ndak dok..
A: Iyo dang neh, trimakasih neh bapak atas waktunya,,selamat siang bapak..
B: iya,dokter.

14

Anda mungkin juga menyukai