Masalah pokok yang dihadapi SMK Negeri 1 Pasie Raja adalah hasil belajar yang
cenderung masih rendah. Hal ini diindikasikan dari rendahnya nilai ujian nasional dan nilai uji
kompetensi pada tahun pelajaran 2012-2013. Untuk meningkatkan prestasi belajar sekolah telah
berupaya melalui proses pembelajaran dengan sistem ganda sesuai KTSP yaitu siswa belajar di
sekolah dan di industri yang telah melalui proses penilaian secara berkelanjutan oleh pendidik.
Namun demikian tetap saja prestasi belajar peserta didik saat dievaluasi baik ulangan harian,
ulangan tengah semester maupun ulangan akhir semester menurut data yang diinventarisir oleh
bagian kurikulum masih cenderung rendah dan belum memuaskan. Rata-rata siswa yang dapat
tuntas sesuai KKM berkisar antara 40- 60%, sedangkan sisanya untuk menuntaskan harus
menempuh remedial.
Keberhasilan sebuah pembelajaran setidaknya dipengaruhi oleh lima komponen kunci,
yaitu: (1) guru; (2) sumber dan media pembelajaran; (3) lingkungan; (4) siswa; dan (5) proses
pembelajaran. Guru dalam pembelajaran memiliki peran yang sangat strategis karena akan
berkaitan dengan pengelolaan empat komponen kunci lainnya. Bahkan dalam konsep tentang
sumber belajar yang ditulis oleh Sudjarwo dikutip oleh (Saripudin, 2008) guru dapat dikategorikan
sebagai sumber belajar.
Dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran, SMK Negeri 1 Pasie Raja berkomitmen
untuk meningkatkan mutu guru karena guru merupakan salah satu kunci keberhasilan proses
pendidikan. Ditangan gurulah cita-cita pembangunan, pendidikan nasional, kurikulum nasional,
visi-misi lembaga penyelenggara pendidikan hingga visi-misi sekolah dapat terwujud. Guru yang
baik akan mampu mengoptimalkan seluruh potensi sumber dan media belajar yang ada di
lingkungannya untuk pembelajaran yang optimal. Dengan mengacu kepada strategisnya peran
guru pada sebuah lembaga pendidikan maka SMK Negeri 1 Pasie Raja memberikan perhatian
yang besar bagi terwujudnya guru professional.
Untuk mewujudkan guru yang profesional sehingga mampu meningkatkan kompetensi dan
mutu guru yang bersangkutan, maka SMK Negeri 1 Pasie Raja merancang program-program dan
kegiatan yang mengarah pada peningkatan mutu guru misalnya dengan mengikut sertakan guru
dalam pelatihan-pelatihan dan salah satunya melalui In-House Training penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Hal ini mendesak dilakukan karena dari hasil observasi di SMK
Negeri 1 Pasie Raja, sebagaian besar guru-guru masih belum mampu menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan baik dan benar. Guru SMK Negeri 1 Pasie Raja masih belum
mengetahui urutan komponen-komponen RPP yang benar dan menyelaraskan antara materi
dengan penggunaan pendekatan, model, strategi dan metode yang tepat dalam menyusun RPP.
RPP merupakan langkah yang sangat penting sebelum pelaksanaan pembelajaran.
Perencanaan yang matang diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif.
Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam RPP atau beberapa istilah lain seperti desain
pembelajaran, skenario pembelajaran. RPP memuat kompetensi dasar, indikator yang akan dicapai,
materi yang akan dipelajari, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, media pembelajaran,
dan sumber belajar serta penilaian.
Guru harus mampu berperan sebagai perencana (desainer), pelaksana (implementor), dan
penilai (evaluator) kegiatan pembelajaran. Guru merupakan faktor yang paling dominan karena di
tangan gurulah keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara langsung
maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya. Seorang guru
dikatakan profesional apabila: (1) serius melaksanakan tugas profesinya; (2) bangga dengan tugas
profesinya; (3) selalu menjaga dan berupaya meningkatkan kompetensinya; (4) bekerja dengan
sungguh tanpa harus diawasi; (5) menjaga nama baik profesinya; dan (6) bersyukur atas imbalan
yang diperoleh dari profesinya.
Perencanaan pembelajaran meliputi Silabus dan RPP. Silabus dan RPP dikembangkan oleh
guru pada satuan pendidikan. Guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun Silabus dan
RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
RPP harus dibuat agar kegiatan pembelajaran berjalan sistematis dan mencapai tujuan
pembelajaran. Tanpa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, biasanya pembelajaran menjadi tidak
terarah. Oleh karena itu, guru harus mampu menyusun RPP dengan lengkap berdasarkan silabus
yang disusunnya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sangat penting bagi seorang guru karena
merupakan acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Masalah yang terjadi di lapangan, masih ditemukan adanya guru yang tidak bisa
memperlihatkan RPP yang dibuat dengan alasan ketinggalan di rumah dan bagi guru yang sudah
membuat RPP masih ditemukan adanya guru yang belum melengkapi komponen tujuan
pembelajaran dan penilaian (soal, skor dan kunci jawaban), serta langkah-langkah kegiatan
pembelajarannya masih dangkal. Soal, skor, dan kunci jawaban merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan.
Pada komponen penilaian (penskoran dan kunci jawaban) sebagian besar guru tidak
lengkap membuatnya dengan alasan sudah tahu dan ada di kepala. Sedangkan pada komponen
tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan sumber belajar sebagian besar guru
sudah membuatnya. Masalah yang lain yaitu sebagian besar guru yaitu belum mendapatkan
pelatihan pengembangan RPP.
Selama ini guru-guru yang mengajar pada sekolah-sekolah tertentu saja, dan kebanyakan
guru di SMK Negeri 1 Pasie Raja banyak guru yang belum mendapatkan kesempatan untuk
mengikuti berbagai Diklat peningkatan profesionalisme guru dibandingkan dengan sekolahsekolah lain. Hal ini menyebabkan banyak guru yang belum tahu dan memahami penyusunan dan
atau pembuatan RPP secara baik atau lengkap. Beberapa guru hanya mengadopsi RPP orang lain.
Hal ini peneliti ketahui dari hasil pelaksanaan supervisi akademik (supervisi kunjungan kelas)
pada masing-masing guru yang dilakukan oleh tim supervisor. Sehingga menjadi Permasalahan
dan berpengaruh besar terhadap pelaksanaan proses pembelajaran.
Dengan keadaan demikian, peneliti selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum di
SMK Negeri 1 Pasie Raja bersama-sama kepala sekolah dan guru-guru senior berusaha
memberikan bimbingan kepada guru dalam menyusun RPP secara lengkap sesuai dengan tuntutan
pada standar proses dan standar penilaian yang merupakan bagian dari standar nasional
pendidikan.
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang muncul,
diantaranya:
1. Rendahnya motivasi dan kompetensi guru dalam menyusun RPP dengan baik dan lengkap;
2. Rendahnya pemahaman guru tentang rambu-rambu penyusunan RPP;
3. RPP yang dibuat guru komponennya belum lengkap khususnya pada komponen langkahlangkah pembelajaran dan penilaian;
4. Sebagian besar guru belum mendapatkan pelatihan pengembangan KTSP;
5. Guru yang tidak bisa memperlihatkan RPP yang dibuatnya dengan berbagai alasan;
6. Guru yang mengadopsi RPP orang lain dan atau mendownload di internet.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi permasalahan yang disinyalir oleh peneliti
sebagai akar permasalahan dari semua masalah yang teridentifikasi yaitu rendahnya kemampuan
guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP melalui In-House Training.
KAJIAN PUSTAKA DAN METODE
In House Training adalah bentuk pelatihan, di mana materi yang diberikan disesuaikan
dengani permintaan para peserta/pihak yang meminta pelatihan. Umumnya pelatihan ini diadakan
oleh Dinas/Institusi/Perusahaan/Sekolah yang menginginkan peningkatan SDM (Sumber Daya
Manusia) di dalam organisasinya. Pelatihan dalam bentuk In House Training adalah pelatihan yang
dilaksanakan secara internal di KKG/MGMP, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan pelatihan.
Strategi pembinaan melalui In House Training dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa
sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karir guru tidak harus dilakukan secara
eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi kepada guru lain yang
belum memiliki kompetensi. Dengan strategi ini diharapkan dapat lebih menghemat waktu dan
biaya.
Penelitian Tindakan Sekolah ini di lakukan di SMK Negeri 1 Pasie Raja tahun pelajaran
2013/2014, selama tiga bulan, mulai dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2013. Subjek
dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMK Negeri 1 Pasie Raja dengan jumlah 23 orang yang
terdiri atas: guru normatif tujuh orang, guru adaptif delapan orang, dan guru produktif delapan
orang. Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah: kemampuan guru dalam menyusun RPP
sebagai variabel masalah dan In-House Training sebagai variabel tindakan. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah: wawancara, observasi, dan diskusi.
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan
analisis data. Pada penelitian ini data dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif dalam
bentuk pendekatan deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan
yang terjadi dari siklus ke siklus. Dengan metode ini peneliti berupaya menjelaskan data yang
peneliti kumpulkan melalui komunikasi langsung atau wawancara, dan observasi/pengamatan. Hal
itu sesuai dengan metode dan pendekatan yang peneliti gunakan yaitu metode kuantitatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh guru dalam
menyusun RPP, selanjutnya peneliti memberikan alternatif atau usaha guna meningkatkan
kemampuan guru dalam menyusun RPP yaitu melalui In-House Training.
Data hasil wawancara dan observasi akan dikelompokan dan dianalisis berdasarkan
aspeknya untuk tiap siklus dengan tehnik analisis diskriptif dan dilihat perkembanganya tiap
pertemuan, apakah sudah mencapai indikator yang diharapkan. Pada siklus I akan dianalisis
kemampuan guru dalam menyusun RPP dengan target pencapaian 50% guru mempunyai
kemampuan sama dengan lebih kategori baik, sedangkan pada siklus II akan dianalisis
kemampuan guru dalam menyusun RPP dengan target pencapaian 80% guru mempunyai
kemampuan sama dengan lebih kategori baik.
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dengan strategi siklus yang berangkat dari
identifikasi masalah yang dihadapi oleh kepala sekolah, penyusunan rencana tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi tindakan dan refleksi. Rangkaian kegiatan berurutan mulai dari
rencana tindakan sampai refleksi disebut satu siklus penelitian. Setiap siklus terdiri dari empat
tahap, yakni (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi,
dan (4) analisis dan refleksi. Penelitian ini diakhiri pada siklus kedua.
HASIL DAN DISKUSI
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap hasil kerja guru (RPP yang disusun)
pada setiap akhir pertemuan siklus I dan siklus II dapat dinyatakan bahwa metode pelatihan InHouse Training dapat meningkatan kemampuan guru dalam menyusun RPP di SMK Negeri 1
Pasie Raja. Hal tersebut terlihat dari analisis data hasil observasi pada siklus I dan siklus II. Hasil
tindakan pada setiap siklus berupa pemeriksaan dan penilaian terhadap RPP yang telah disusun
guru dalam bentuk file sesuai indikator yang telah ditetapkan. Hasil tersebut selanjutnya dianalisis
sesuai dengan lembar observasi dan instrumen penilaian RPP yang telah dipersiapkan.
Berdasarkan hasil observasi dan penilaian terhadap RPP yang telah disusun guru pada akhir
siklus I dan siklus II diperoleh keterangan seperti pada diagram di bawah ini:
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
Pra Siklus
50.00
Siklus I
40.00
Siklus II
30.00
20.00
10.00
0.00
1
Gambar 1. Kemampuan guru menyusun RPP masing-masing komponen pada pra siklus, siklus I
dan siklus II
Keterangan:
1. Kelengkapan RPP
2. Rumusan indikator pencapaian kompetensi
3. Rumusan tujuan pembelajaran
4. Pengorganisasian materi
5. Pemilihan metode pembelajaran
6. Skenario pembelajaran
7. Pemilihan media pembelajaran
8. Penilaian hasil belajar
Berdasarkan grafik di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan guru menyusun RPP pada
masing-masing komponen adalah sebagai berikut:
1. Kelengkapan RPP
Pada komponen ini hasil yang diperoleh pada pra siklus hanya sebesar 87,35% (kategori
sangat baik), sedangkan pada siklus I dan II meningkat menjadi 100% (kategori sangat baik)
pada siklus I dan siklus II. Secara umum guru sudah memahami tentang komponen
kelengkapan RPP.
2. Rumusan indikator pencapaian kompetensi
Pada komponen rumusan indikator pencapaian kompetensi, hasil yang diperoleh guru yaitu:
pra siklus sebesar 53,62% (kategori kurang), siklus I sebesar 66,67% (kategori cukup), dan
siklus II menjadi 85,51% (kategori sangat baik).
3. Rumusan tujuan pembelajaran
Pada komponen rumusan tujuan pembelajaran, hasil yang diperoleh guru yaitu: pada pra
siklus sebesar 71,74% (kategori cukup), siklus I sebesar 72,83% (kategori cukup), dan pada
siklus II meningkat menjadi 85,87% (kategori sangat baik).
4. Pengorganisasian materi
Pada komponen pengorganisasian materi, hasil yang diperoleh guru yaitu: pra siklus sebesar
52,90% (kategori sangat kurang), siklus I sebesar 63,77% (kategori kurang), dan pada siklus
II menjadi 76,81% (kategori baik).
5. Pemilihan metode pembelajaran
Pada komponen metode pembelajaran, kemampuan guru pada pra siklus hanya sebesar
52,17% (kategori sangat kurang), siklus I meningkat menjadi 60,87% (kategori kurang), dan
pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 89,57% (kategori sangat baik).
6. Skenario pembelajaran
Pada komponen skenario pembelajaran, kemampuan guru pada pra siklus sebesar 58,70%
(kategori kurang), siklus I menjadi 80,75% (kategori baik), dan pada siklus II menjadi
80,43% (kategori baik).
7. Pemilihan media pembelajaran
Pada komponen pemilihan media pembelajaran, diperoleh data pada pra siklus sebesar
48,55% (kategori sangat kurang), siklus I 50,00% (kategori sangat kurang), sedangkan pada
siklus II meningkat menjadi 63,77% (kategori kurang).
8. Penilaian hasil belajar
Pada komponen hasil belajar, hasil yang diperoleh guru yaitu pada pra siklus sebesar 46,09%
(kategori sangat kurang), siklus I sebesar 60,87% (kategori kurang), dan pada siklus II
meningkat menjadi 77,39% (kategori cukup).
Prosentase kemampuan guru menyusun RPP pada pra siklus, siklus I dan siklus II juga
terjadi peningkatan yang signifikan, hal tersebut dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata setiap
komponen oleh masing-masing guru, sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini:
Siklus
I
Kategori
Pra
Siklus
Nilai
85-100
75-84
65-74
55-64
0-54
Sangat Baik
0,00
13,04 39,13
Baik
8,70
30,43 43,48
Cukup
13,04 34,78 17,39
Kurang
60,87 21,74
0,00
Sangat
17,39
0,00
0,00
Kurang
Sumber: Data primer penilaian RPP pra siklus, siklus I dan siklus II
Berdasarkan hasil analisis data skor komponen dan prosentase kemampuan guru menyusun
RPP di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai akhir kemampuan guru dalam menyusun RPP pada pra
siklus, siklus I dan siklus II, sebagaimana dideskripsikan pada gambar di bawah ini:
90
83.52
80
70
73.91
61.25
60
P ra Siklus
50
Siklus I
40
Siklus II
30
20
10
0
Nilai Akhir
Gambar 2. Nilai akhir kemampuan guru menyusun RPP pra siklus, siklus I
dan siklus II,
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa pada pra siklus nilai akhir sebesar 61,25
(kategori kurang) dengan persentase keberhasilan guru dalam menyusun RPP sebesar 21,74%.
Sedangkan nilai akhir yang diperoleh pada siklus I meningkat menjadi 73,91 (kategori cukup)
dengan persentase keberhasilan guru menyelesaikan penyusunan RPP sebesar 65,22%. Dalam
siklus I, kemampuan guru dalam menyusun RPP sudah nampak adanya peningkatan dibandingan
dengan pra siklus, yaitu sebesar 43,48%. Sedangkan pada siklus II, kemampuan guru menyusun
RPP terjadi peningkatan lagi bila dibandingkan dengan hasil pada siklus I. Dimana pada siklus II
nilai akhir yang diperoleh sebesar 83,52 (kategori baik) dengan prosentase keberhasilan guru
menyelesaikan penyusunan RPP sebesar 95,65%. Peningkatan kemampuan guru dalam menyusun
RPP pada siklus II sebesar 33,43%.
Isdisusilo. (2002). Panduan Lengkap Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran.
Jakarta : Kata Pena.
Majid, Abdul. (2005). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
__________. (2009). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
__________. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala
Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007a tentang
Standar Proses.
Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Alfabeta.
Suhardjono et.al. (2005). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Di Bidang Pendidikan Dan
Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Dirjen Dikgu dan Tentis.
Suyadi. (2012). Buku Panduan Guru Profesional (Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian
Tindakan Sekolah). Yogyakarta: Andi.
Wardani, IGK. (1996). Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Jakarta: Dirjen Dikti.