Kriteria hasil
Individu akan :
1. Menjelaskan program terapeutik defekasi
2. melaporkan atau memperlihatkan peningkatan eliminasi usus
3. menjelaskan rasional dari intervensi
Intervensi
1. Ajarkan pentingnya keseimbangan diet
a. Tinjau daftar makanan yang banyak mengandung bulk
- Buah-buahan segar berkulit
- Sekam
- Kacang-kacangan
- Roti dan sereal
- Buah-buahan dan sayuran yang dimasak
- Jus buah
b. Termasuk hampir 800 gr buah-buahan dan sayuran untuk defekasi normal setiap hari
c. Secara bertahap tingkatkan makanan berserat
d. Anjurkan masukan cairan 2 liter (8-10 gelas) kecuali terdapat kontraindikasi
e. Anjurkan minum segelas air hangat 30 menit sebelum sarapan pagi yang dapat
merangsang pengeluaran feses.
f. Tetapkan waktu eliminasi yang teratur
g. Bantu individu untuk berposisi normal agak jongkok untuk memungkinkan
penggunaan optimum otot-otot abdomen dan efek gaya gravitasi.
h. Ajarkan cara untuk memasase dengan ringan di abdomen bagian bawah ketika sedang
di toilet
i. Jika terjadi pengerasan feses, masukan minyak mineral hangat dan biarkan selama 2030 menit. Gunakan sarung tangan yang diberi pelumas dengan baik, pecahkan feses yang
keras dan buang pecahan-pecahannya. Pantau terhadap stimulasi vagal (pening, nadi
melemah)
j. Jelaskan bahaya penggunaan laksatif dan enema.
EORI
Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu penyakit
yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas
pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum
berelaksasi.
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel sel ganglion
dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan
( Betz, Cecily & Sowden : ).
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi 3 Kg, lebih
banyak laki laki dari padaaterm dengan berat lahir perempuan. ( Arief Mansjoeer ).
Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga
terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down
syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi,
kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer
dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen
aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar.
Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga
pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum
tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang
menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian
proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan
relaksasi peristaltik secara normal.
Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut,
menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena
terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S &
Wilson ).
Manifestasi klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 28 jam pertama setelah
lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu
dan distensi abdomen. (Nelson, ).
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit
Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir
dengan muntaah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan
evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan
berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus
akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya
feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah
timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk
yang dapat berdarah ( Nelson, ).
1. Anak anak
a Konstipasi
b Tinja seperti pita dan berbau busuk
c Distenssi abdomen
d Adanya masa difecal dapat dipalpasi
e Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi ( Betz cecily & sowden ).
2. Komplikasi
a Obstruksi usus
b Konstipasi
c Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
d Entrokolitis
e Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily & sowden, )
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa
ditemukan :
a Daerah transisi
b Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
c Entrokolitis padasegmen yang melebar
d Terdapat retensi barium setelah 24 48 jam ( Darmawan K)
2. Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel
ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, )
3. Biopsi otot rektum
Yaitu pengambilan lapisan otot rektum
4. Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit
ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase ( Darmawan K,
2004 : 17 )
5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus
6. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang
menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang
menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi
pembusukan.
Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus
besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar
sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk
melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus
besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat
anak mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah
operasi pertama
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson,
Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang
paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal
bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah
2. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara
lain :
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada
anak secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang
Pada usia ini menjadikan hubungan yang sulit antara anak dengan perawat diperlukan
orang tua pada keadaan ini, apapun cara yang dilakukan anaka harus merupakan
pertimbangan pertama. Ibu harus didorong untuk tinggal atau paling sedikit mengunjungi
anaknya sesering mungkin ( Yupi, S ).
PATHWAYS
PROBLEM
Berisi data
masalah yang sedang
subjektif dan data dialami pasien seperti
objektif yang
gangguan pola nafas,
didapat dari
gangguan keseimbangan
pengkajian
suhu tubuh, gangguan
keperawatan
pola aktiviatas,dll
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diisi pada
saat
1
tanggal
pengkajian
ETIOLOGI
Etiologi
berisi tentang
penyakit
yang diderita
pasien
PERENCANAAN
Ada
peningkatan
pola eliminasi
yang lebih baik
Pasien
menerima
asupan nutrisi yang
cukup sesuai dengan
diet yang dianjurkan
Perubahan nutrisi
kurang dan
kebutuhan tubuh
2 berhubungan
dengan saluran
pencernaan mual
dan muntah
Kriteria Hasil :
Berat badan
pasien sesuai
dengan
umurnya
Turgor kulit
pasien lembab
Orang tua bisa
memilih
makanan yang
di anjurkan
1. Berikan bantuan
enema dengan
cairan Fisiologis
NaCl 0,9 %
2. Observasi tanda
vital dan bising
usus setiap 2 jam
sekali
3. Observasi
pengeluaran feces
per rektal
bentuk,
konsistensi,
jumlah
4. Observasi intake
yang
mempengaruhi
pola dan
konsistensi feses
5. Anjurkan untuk
menjalankan diet
yang telah
dianjurkan
1. Berikan asupan
nutrisi yang cukup
sesuai dengan diet
yang dianjurkan
2. Ukur berat badan
anak tiap hari
3. Gunakan rute
alternatif
pemberian nutrisi
( seperti NGT dan
parenteral ) untuk
mengantisipasi
pasien yang sudah
mulai merasa
mual dan muntah
Keseimbangan
cairan.
pengetahuan
pasien
tentang penyakitnyaa
menjadi lebih adekuat
Kriteria hasil :
Kurangnya
Pengetahuan pasien
pengetahuan tentang dan keluarga tentang
4
proses penyakit dan penyakitnyaa,
pengobatanya.
perawatan dan obat
obatan. Bagi penderita
Mega Colon
meningkat daan pasien
atau keluarga mampu
menceritakanya
kembali
1. Berikan asupan
cairan yang
adekuat pada
pasien
2. Pantau tanda
tanda cairan tubuh
yang tercukupi
turgor, intake
output
3. Observasi adanay
peningkatan mual
dan muntah
antisipasi devisit
cairan tubuh
dengan segera
1. Beri kesempatan
pada keluarga
untuk menanyakan
hal hal yang
ingn diketahui
sehubunagndenga
n penyaakit yang
dialami pasien
2. Kaji pengetahuan
keluarga tentang
Mega Colon
3. Kaji latar
belakang keluarga
4. Jelaskan tentang
proses penyakit,
diet, perawatan
serta obat obatan
pada keluarga
pasien
5. Jelaskan semua
prosedur yang
akan dilaksanakan
dan manfaatnya
bagi pasien.
Perawatsupri
Entri (RSS)
Komentar (RSS)
Beranda
About
In: keperawatan
Comment!
oleh : Suprianto
PENGKAJIAN
Pengkajian eliminasi alvi meliputi mengumpulkan riwayat keperawatan, melakukan
pemeriksaan fisik pada abdomen, rektum dan anus serta inspeksi feses. Perawat
seharusnya juga mengkaji ulang beberapa data yang didapat dari pemeriksaan diagnostik
yang relevan.
Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan eliminasi fekal membantu perawat menentukan pola
defekasi normal klien. Perawat mendapatkan suatu gambaran feses normal dan beberapa
perubahan yang terjadi dan mengumpulkan informasi tentang beberapa masalah yang
pernah terjadi berhubungan dengan eliminasi, adanya ostomy dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pola eliminasi. Sebagai contoh untuk mengumpulkan riwayat
keperawatan, perhatikan Assesment review sebagai berikut :
Pola defekasi
Kapan
Apakah
anda memperhatikan adanya perubahan warna, tekstur (keras, lemah, cair), permukaan, atau
bau feses anda saat ini ?
apa yang anda rasakan sekarang (sejak beberapa hari yang lalu) berkaitan dengan BAB
(konstipasi, diare, kembung, merembes / inkontinensia{tidak tuntas}) ?
Kapan
Menurut
anda kira-kira apa penyebabnya (makanan, minuman, latihan, emosi, obat-obatan, penyakit,
operasi) ?
Usaha
alat bantu BAB. Apa yang anda lakukan untuk mempertahankan kebiasaan BAB
normal ? Menggunakan bahan-bahan alami seperti makanan / minuman tertentu atau obat-obatan ?
Diet.
Makanan apa yang anda percaya mempengaruhi BAB ? Makanan apa yang biasa anda makan ?
yang biasa anda hindari, berapa kali anda makan dalam sehari ?
Cairan.
Berapa banyak dan jenis minuman yang anda minum dalam sehari ? (misalnya 6 gelas air, 2
cangkir kopi)
Aktivitas
dan Latihan. Pola aktivitas / latihan harian apa yang biasa dilakukan ?
Medikasi. Apakah
anda minum obat yang dapat mempengaruhi sistem pencernaan (misalnya Fe,
antibiotik) ?
Stress. Apakah
anda merasakan stress. Apakah dengan ini anda mengira berpengaruh pada pola BAB
(defekasi) anda ? Bagaimana ?
Jika
Apakah
anda memerlukan bantuan perawat untuk menangani kolostomy anda ? Bagaimana caranya ?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi, auskultasi,
perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluran intestinal. Auskultasi dikerjakan sebelum
palpasi, sebab palpasi dapat merubah peristaltik. Pemeriksaan rektum dan anus meliputi
inspeksi dan palpasi.
Inspeksi Feses
Observasi feses klien terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau dan
adanya unsur-unsur abdomen. Perhatikan tabel berikut :
Abnormal
Warna
Pekat / putih
Konsistensi
Bentuk
Jumlah
Bau
Unsur pokok
Dewasa : kecoklatan
Bayi : kekuningan
Kemungkinan penyebab
Konsidi peradangan
Perdarahan gastrointestinal
Malabsorbsi
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik saluran gastrointestinal meliputi tehnik visualisasi langsung /
tidak langsung dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsur-unsur yang tidak normal.
DIAGNOSA
Label diagnostik masalah eliminasi alvi menurut NANDA meliputi :
- Inkontinensia alvi
- Konstipasi
- Resiko terjadi konstipasi
- Konstipasi yang dirasakan
- Diare
(aplikasi klinis dari diagnosa ini lihat pada pedoman diagnosa NANDA yang meliputi
tujuan dan intervensi)
Masalah eliminasi alvi dapat mempengaruhi banyak area fungsi manusia dan dapat
menjadi etiologi diagnosa NANDA yang lain, seperti :
Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan
a. Diare berkepanjangan
b. Hilangnya cairan abnormal melalui ostomy
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
a. Diare berkepanjangan
b. Inkontinensia alvi
Harga diri rendah berhubungan dengan
a. Ostomy
b. Inkontinensia usus
c. Perlunya bantuan untuk toileting
Defisit pengetahuan tentang bowel training, manajemen ostomy berhubungan dengan
kurangnya pengalaman
Ansietas berhubungan dengan
a. Hilangnya kontrol eliminasi alvi akibat ostomy
b. Respon lain terhadap ostomy
PERENCANAAN
Tujuan utama klien dengan masalah eliminasi alvi adalah untuk :
- Mempertahankan atau mengembalikan pola eliminasi alvi normal
- Mempertahankan atau mendapatkan kembali konsisteni feses normal
- Mencegah resiko yang berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, trauma kulit, distensi abdomen dan nyeri.
IMPLEMENTASI
Peningkatan Keteraturan Defekasi
Perawat dapat membantu klien memperbaiki keteraturan defekasi dengan
a. Memberikan privacy kepada klien saat defekasi
b. Mengatur waktu, menyediakan waktu untuk defeksi
c. Memperhatikan nutrisi dan cairan, meliputi diit tinggi serat seperti sayuran, buahbuahan, nasi; mempertahankan minum 2 3 liter/hari
d. Memberikan latihan / aktivitas rutin kepada klien
e. Positioning
Privacy
Privacy selama defekasi sangat penting untuk kebanyakan orang. Perawat seharusnya
menyediakan waktu sebanyak mungkin seperti kepada klien yang perlu menyendiri untuk
defeksi. Pada beberapa klien yang mengalami kelemahan, perawat mungkin perlu
menyediakan air atau alat kebersihan seperti tissue dan tetap berada dalam jangkauan
pembicaraan dengan klien.
Waktu
Klien seharusnya dianjurkan untuk defeksi ketika merasa ingin defekasi. Untuk
menegakkan keteraturan eliminasi alvi, klien dan perawat dapat berdiskusi ketika terjadi
peristaltik normal dan menyediakan waktu untuk defekasi. Aktivitas lain seperti mandi
dan ambulasi seharusnya tidak menyita waktu untuk defekasi.
Untuk Konstipasi
Tingkatkan asupan cairan dan instruksikan klien untuk minum cairan hangat dan jus
buah, juga masukkan serat dalam diet.
Untuk Diare
Anjurkan asupan cairan dan makanan lunak. Makan dalam porsi kecil dapat membantu
karena lebih mudah diserap. Minuman terlalu panas / dingin seharusnya dihindari sebab
merangkasang peristaltik. Makanan tinggi serat dan tinggi rempah dapat mencetuskan
diare. Untuk manajemen diare, ajarkan klien sebagai berikut :
- Minum minimal 8 gelas / hari untuk mencegah dehidrasi
- Makan makanan yang mengandung Natrium dan Kalium. Sebagian besar makanan
mengandung Na. Kalium ditemukan dalam daging, beberapa sayuran dan buah
seperti tomat, nanas dan pisang.
- Tingkatkan makanan yang mengandung serat yang mudah larut seperti pisang
- Hindari alkohol dan minuman yang mengandung kafein
- Batasi makanan yang mengandung serat tidak larut seperti buah mentah, sereal
Untuk Flatulensi
Batasi minuman berkarbinat, gunakan sedotan saat minum dan mengunyah gusi; untuk
meningkatkan pencernaan udara. Hindari makanan yang menghasilkan gas, seperti kubis,
buncis, bawang dan bunga kol.
Latihan
Latihan teratur membantu klien mengembangkan pola defekasi normal. Klien dengan
kelemahan otot abdomen dan pelvis (yang mengganggu defekasi normal) mungkin dapat
menguatkannya dengan mengikuti latihan isometrik sebagai berikut :
- Dengan posisi supine, perketat otot sbdomen dengan mengejangkan, menahan
selama 10 detik dan kemudian relax. Ulangi 5 10 kali sehari tergantung
kekuatan klien.
Positioning
Meskipun posisi jongkong memberikan bantuan terbaik untuk defekasi. Posisi pada toilet
adalah yang terbaik untuk sebagian besar orang. Untuk klien yang mengalami kesulitan
untuk duduk dan bangun dari toilet, maka memerlukan alat bantu BAB seperti commode,
bedpad yang jenis dan bentuknya disesuaikan dengan kondisi klien.
Obat-obatan
Obat-obatan yang termasuk kategori mempengaruhi eliminasi alvi adalah katarsis dan
laxantive, antidiare dan antiflatulensi
Mengurangi flatulensi
Ada banyak cara untuk mengurangi / mengeluarkan flatus, meliputi menghindari
makanan yang menghasilkan gas, latihan, bergerak di tempat tidur dan ambulasi. Gerakan
merangsang peristaltik dan membantu melepaskan flatus dan reabsorbsi gas dalam
kapiler intestinal. Satu metode untuk penanganan flatulensi adalah dengan memasukkan
suatu rectal tube. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Gunakan rectal tube ukuran 22 30 F untuk dewasa dan yanglebih kecil untuk anak
2. Tempatkan klien pada posisi miring
3. Berikan lubrikasi untuk mengurangi iritasi
4. Buka anus dan masukkan rectal tube dalam rektum (10 cm). Rectal tube akan
merangsang peristaltik. Jika tidak ada flatus yang keluar, masukkan tube lebih dalam.
Jangan menekan tube jika tidak bisa masuk dengan mudah.
5. Lepaskan tube jangan lebih dari 30 menit untuk menghindari iritasi. Jika terjadi
distensi abdomen, masukkan tube setiap 2 3 jam.
6. Jika tube tidak dapat mengurangi flatus, konsul dengan dokter untuk pemakaian
suppository, enema atau obat-obatan yang lain.
Pemberian Enema
Enema adalah larutan yang dimasukkan dalam rektum dan usus besar. Cara kerja enema
adalah untuk mengembangkan usus dan kadang-kadang mengiritasi mukosa usus,
meningkatkan peristaltik dan membantu mengeluarkan feses dan flatus.
Jenis enema :
1. Cleansing enema / huknah
Cleansing enema dimaksudkan untuk mengeluarkan feses. Tindakan ini utamanya
diberikan untuk :
- Mencegah keluarnya feses saat operasi
- Persiapan pemeriksaan diagnostik tertentu pada usus
- Mengeluarkan feses dari usus saat konstipasi / obstipasi
Cleansing enema menggunakan bermacam-macam larutan sebagai berikut :
Larutan
Unsur
Tindakan
Waktu
Hipertonis 90 120 cc (misalMenarik air dari ruang5 10
Sodium phosphate) interstisiil
ke
dalam
kolon,
merangsang
peristaltik, menyebabkan
defekasi
Hipotonis 500 1000 cc airDistensi abdomen, me-15 20
Efek samping
Retensi Sodium
Ketidakseimbangan
kran
rangsang
peristaltik,
melunakkan feses
Isotonis
500 1000 ccDistensi abdomen, me-15 - 20
normal
salinerangsang
peristaltik,
(NaCl 0.9 %)
melunakkan feses
Air sabun 500 1000 cc (3 mengiritasi
mukosa,10 15
5 cc sabun dalamdistensi kolon
1000 cc air)
Minyak
90 120 cc
Lubrikasi
feses
dan 3 jam
mukosa kolon
Cleansing enema juga dapat digambarkan tinggi dan rendah. Tinggi jika pembersihan
dimungkinkan mencapai kolon. Klien berubah posisi dari lateral kiri ke dorsal recumbent
dan kemudian lateral kanan selama pemberian enema, dengan posisi kontainer 30 46
cm dari klien. Rendah jika pembersihan hanya pada rektum dan sigmoid. Posisi klien
dipertahankan lateral kiri selama pemberian enema dengan posisi kontainer tidak lebih
dari 30 cm dari klien.
2. Carminative enema
Diberikan utamanya untuk mengeluarkan flatus. Cairan dimasukkan ke dalam rektum
mengeluarkan gas yang menambah distensi pada rektum dan kolon, kemudian
merangsang peristaltik. Untuk dewasa diperlukan cairan 60 80 cc.
3. Retention enema / klisma
Adalah memasukkan minyak atau obat ke dalam rektum dan kolon sigmoid. Cairan
dipertahankan dalam waktu yang relatif lama (misalnya 1 3 jam), untuk melunakkan
feses dan lubrikasi rektum dan anus yang membantu keluarnya feses. Antibiotik enema
digunakan untuk menangani infeksi lokal, antihelmentic enema untuk membunuh cacing
parasit, nutritive enema untuk memberikan cairan dan nutrien pada rektum.
4. Return-flow enema
Kadang-kadang digunakan untuk mengeluarkan flatus. Sekitar 100 200 cc cairan
dimasukkan ke dalam rektuum dan kolon sigmoid yang akan merangsang peristaltik.
Tindakan ini diulangi 4 5 x sampai flatus keluar dan distensi abdomen berkurang.
juga merupakan kontraindikasi pada beberapa klien karena dapat menyebabkan respon
vagal berlebihan yang berdampak aritmia jantung. Sebelum penghancuran feses
dianjurkan diberikan klisma glyserin dan dipertahankan selama 30 menit. Setelah
prosedur ini perawat dapat menggunakan berbagai macam intervensi untuk mengeluarkan
feses yang tersisa, seperti dengan cleansing enema atau dengan suppositoria.
Pengeluaran secara manual obstipasi dapat menimbulkan rasa nyeri, perawat dapat
menggunakan 1 2 cc lidokain (xylocain) gel pada sarung tangan yang dimasukkan ke
anus.
d. Ajarkan klien cara-cara meningkatkan tekanan pada kolon, tetapi hindari mengecan
berlebihan, karena dapat mengakibatkan hemorrhoid.
o Berikan umpan balik positif kepada klien yang telah berhasil defekasi. Hindari negatif
feedback jika klien gagal. Banyak klien memerlukan waktu dari minggu sampai bulan
untuk mencapai keberhasilan
EVALUASI
- Apakah asupan cairan dan diet klien sudah tepat ?
- Apakah tingkat aktivitas klien sudah sesuai ?
- Apakah klien dan keluarga memahami instruksi ?
Like this:
Suka
Be the first to like this.
Tinggalkan Balasan
Enter your comment here...
Cari
Tulisan Teratas
Komentar Terbaru
Tag
Kategori
keperawatan (4)
Uncategorized (3)
Arsip
Maret 2009
Agustus 2008
Juli 2008
Juni 2008
Follow Perawatsupri
Get every new post delivered to your Inbox.
Sign me up
Powered by WordPress.com
Konstipasi berhubungan dengan asupan serat tidak cukup ysng di tandai dengan nyeri
abdomen.
3. Diare berhubungan dengan tingkat stress tinggi yang di tandai dengan BAB lebih dari 3
kali sehari.
Tidak diare
Tidak konstipasi
Intervensi:
-
Monitor pergerakan feses termasuk frekwensi, jumlah, bentuk, volume dan warna.
Laporkan pengurangan suara feses/monitor tanda dan gejala diare, konstipasi dan
impaction.
-
1.
lingkungan yang bebas stress
2.
kemampuan untuk mengikuti pola defekasi pribadi, privasi
3.
diet tinggi serat
4.
asupan cairan normal
5.
olah raga
6.
kemampuan untuk mengambil posisi jongkok
7.
diberikan laksatif dan katartik secara tepat
yang merusak eliminasi:
1.
stress emosional (cemas atau depresi)
2.
gagal mencetuskan reflek defekasi, kurang waktu atau kurang privasi
3.
diet tinggi lemak, tinggi karbohidrat
4.
asupan cairan kurang
5.
imobilitas atau tidak aktif
6.
tidak mampu jongkok akibat imobilitas, usia lanjut, deformasi musculoskeletal,
nyeri dan nyeri selama defekasi
7.
penggunaan analgesic narkotik, antibiotic dan anestesi umum serta penggunaan
katartik yang berlebihan.
C. NILAI-NILAI NORMAL
Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter / 24 jam. Jenis gas
yang terbanyak adalah CO2, metana, H2S, O2, dan nitrogen. Feses terdiri atas 75 % air
dan 25 % materi padat. Feses normal berwarna khas karena pengaruh dari
mikroorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk.
D. MASALAH-MASALAH UMUM PADA ELIMINASI FEKAL :
1.
Konstipasi : gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan
keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur,
penggunaan laksatif yang lama, stres psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas, usia.
2.
Fecal Impaction : masa feses yang keras di lipatan rektum yang diakibatkan oleh
retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh
konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas, diet rendah serat dan kelemahan
tonus otot.
3.
Diare : keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi buang air besar akibat
cepatnya chyme melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang
cuckup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena stres fisik, obat-obatan, alergi,
penyakit kolon, dan iritasi intestinal
4.
Inkontinensia alvi : hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran
feses dan gas yang melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persarafan di
daerah anus. Penyebabnya karena penyakit neuromuskular, trauma spinal cord, tumor
spinter anus eksterna.
5.
Kembung : flatus yang berlebihan di daerah intestinal sehingga menyebabkan
distensi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, pengunaan obat-obatan
(barbiturat, penurunan ansietas, penurunan aktivitas intestinal), mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi.
6.
Hemorroid : pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di
daerah tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan maksimal saat
defekasi, kehamilan, dan obesitas.
1.DIAGNOSA KEPERAWATAN:
KONSTIPASI yang berhubungan dengan asupan diet berserat yang tidak adekuat dan
terbatas nya asuapan cairan.
DEFINISI:
Konstipasi adalah suatu keadaan yang individu mengalami perubahan dalam kebiasaan
normal defekasi yang karakteristik nya penurunan frekwensi defekasi atau keluarnya
feses keras dan kering,(Kim,McFarland,Mclane).
TUJUAN:klien memahami dan menelan makanan dan cairan yang di butuhkan untuk
meningkatkan pengeluaran feses yang lunak dan berbentuk.
INTERVENSI:
RASIONAL:
>makanan yang mengandung tinggi serat meningkatkan peristaltic dan membatu
mengerakan usus didalam saluran gastro intestinal.
>Asupan cairan adekuat membantu mempertahan kan materi feses tetap lunak.
>Reflek gastro kolik paling sensitive pada pagi hari dan setelah makan.
>Kontrak tentang prilaku antara klien dengan perawat memperlihatkan keberhasilan
modifikasi prilaku,
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
KOSTIPASI berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur
Tujuan: pasien dapat defekasi dengan teratur (setiap hari)
Tentukan pola defekasi bagi klien dan latih klien untuk menjalankannya
Atiur waktu yang tepat untuk defekasi klien seperti sesudah makan
RASIONAL
> Untuk mengembalikan keteraturan pola defekasi klien
> Untuk memfasilitasi refleks defekasi
> Nutrisi serat tinggi untuk melancarkan eliminasi fekal
> Untuk melunakkan eliminasi feses dan mengeluarkannya
3.DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
TUJUAN: menunjukkan status gizi baik
INTERVENSI
Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah.
Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi
Pastikan pola diet yang pasien yang disukai atau tidak disukai.
RASIONAL
Pasien merasa nyaman dengan makanan yang dibawa dari rumah dan dapat
meningkatkan nafsu makan pasien.
Dengan pemberian porsi yang besar dapat menjaga keadekuatan nutrisi yang
masuk.
Sebagai data penunjang adanya perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
untuk melunakkan dan melumasi feses.pengeluaran feses yang kering dank eras dapat
menimbulkanb nyeri pada rektum
B. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa
saran untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien dengan ganguan eliminasi fekal sebagai berikut :
1. Perlunya ditingkatkan dan dipertahankan komunikasi yang efektif antara klien,
keluarga dan perawat agar terbina hubungan saling percaya dalam memberikan asuhan
keperawatan sehingga perawat dapat mendapatkan data-data yang dibutuhkan.
2. Sistem pendokumentasian asuhan keperawatan dipertahankan dan dilengkapi dengan
respon klien agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental Keperawatan (Edisi 4). Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Marilynn, D.E., dkk (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (Edisi 3). Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta