Anda di halaman 1dari 31

Berhubungan dengan kelainan inervasi, otot- otot dasar pelvis lemah, dan imobilisasi :

Lesi medula spinalis


Cedera medula spinal
Spina bipida
Demensia
Cedera serebrovaskular (CSV, stroke)
Penyakit neurologis
Berhubungan dengan penurunan kecepatan metabolisme :
Obesitas
Diabetik neuropatik
Uremia
Hipotiroidisme
Hiperparatiroidisme
Berhubungan dengan penurunan peristaltik :
Hipoksia (jantung, pulmoner)
Tindakan
Berhubungan dengan efek samping (khusus) :
Antasida Alumunium
Anestetik Aspirin
Zat besi Fenotiasine
Barium Kalsium
Antikolinergik Diuretik
Narkotik Agen Antiparkinson
Situasional
Berhubungan dengan penurunan peristaltis
Imobilisasi
Kehamilan
Stress
Kurang latihan
Berhubungan dengan ketitakteraturan pola eliminasi
Berhubungan dengan takut akan nyeri
Berhubungan dengan masukan cairan takadekuat
Data mayor
Frekwensi menurun
Feses keras, kering
Mengejan saat mengeluarkan feses
Distensi abdomen
Data minor
Tekanan pada rektal
Sakit kepala, nafsu makan menurun
Nyeri abdomen

Kriteria hasil
Individu akan :
1. Menjelaskan program terapeutik defekasi
2. melaporkan atau memperlihatkan peningkatan eliminasi usus
3. menjelaskan rasional dari intervensi
Intervensi
1. Ajarkan pentingnya keseimbangan diet
a. Tinjau daftar makanan yang banyak mengandung bulk
- Buah-buahan segar berkulit
- Sekam
- Kacang-kacangan
- Roti dan sereal
- Buah-buahan dan sayuran yang dimasak
- Jus buah
b. Termasuk hampir 800 gr buah-buahan dan sayuran untuk defekasi normal setiap hari
c. Secara bertahap tingkatkan makanan berserat
d. Anjurkan masukan cairan 2 liter (8-10 gelas) kecuali terdapat kontraindikasi
e. Anjurkan minum segelas air hangat 30 menit sebelum sarapan pagi yang dapat
merangsang pengeluaran feses.
f. Tetapkan waktu eliminasi yang teratur
g. Bantu individu untuk berposisi normal agak jongkok untuk memungkinkan
penggunaan optimum otot-otot abdomen dan efek gaya gravitasi.
h. Ajarkan cara untuk memasase dengan ringan di abdomen bagian bawah ketika sedang
di toilet
i. Jika terjadi pengerasan feses, masukan minyak mineral hangat dan biarkan selama 2030 menit. Gunakan sarung tangan yang diberi pelumas dengan baik, pecahkan feses yang
keras dan buang pecahan-pecahannya. Pantau terhadap stimulasi vagal (pening, nadi
melemah)
j. Jelaskan bahaya penggunaan laksatif dan enema.

EORI
Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu penyakit
yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas
pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum
berelaksasi.
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel sel ganglion
dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan
( Betz, Cecily & Sowden : ).
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi 3 Kg, lebih
banyak laki laki dari padaaterm dengan berat lahir perempuan. ( Arief Mansjoeer ).

Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga
terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down
syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi,
kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer
dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen
aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar.
Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga
pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum
tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang
menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian
proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan
relaksasi peristaltik secara normal.
Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut,
menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena
terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S &
Wilson ).
Manifestasi klinis

Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 28 jam pertama setelah
lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu
dan distensi abdomen. (Nelson, ).
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit
Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir
dengan muntaah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan
evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan
berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus
akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya
feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah
timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk
yang dapat berdarah ( Nelson, ).
1. Anak anak
a Konstipasi
b Tinja seperti pita dan berbau busuk
c Distenssi abdomen
d Adanya masa difecal dapat dipalpasi
e Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi ( Betz cecily & sowden ).
2. Komplikasi
a Obstruksi usus
b Konstipasi
c Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
d Entrokolitis
e Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily & sowden, )
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa
ditemukan :
a Daerah transisi
b Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
c Entrokolitis padasegmen yang melebar
d Terdapat retensi barium setelah 24 48 jam ( Darmawan K)
2. Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel
ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, )
3. Biopsi otot rektum
Yaitu pengambilan lapisan otot rektum

4. Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit
ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase ( Darmawan K,
2004 : 17 )
5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus
6. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang
menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang
menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi
pembusukan.
Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus
besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar
sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk
melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus
besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat
anak mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah
operasi pertama
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson,
Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang
paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal
bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah
2. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara
lain :
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada
anak secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang

Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak


anak dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai
status fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan
simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat,
tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi
parenteral total
Tumbuh kembang anak
Konsep tumbuh kembang anak difokuskan pada usia todler yakni 1 3 tahun bisa juga
dimasukkan dalam tahapan pre operasional yakni umur 2 7 tahun. Menurut Yupi. S
berdasarkan teori peaget bahwa masa ini merupakan gambaran kongnitif internal anak
tentang dunia luar dengan berbagai kompleksitasnya yang tumbuh secara bertahap
merupakan suatu masa dimana pikiran agak terbatas. Anak mampu menggunakan simbul
melalui kata kata, mengingat sekarang dan akan datang. Anak mampu membedakan
dirinya sendiri dengan objek dalam dunia sekelilingnya baik bahasa maupun pikiranya
bercirikan egesenterisme, ia tidak mahu menguasai ide persamaan terutama berkaitan
dengan masalahmasalah secara logis, tetapi dalam situasi bermain bebas ia cenderung
untuk memperlihatkan perilaku logis dan berakal sehat pada tahap ini akan mulai
mengenal tubuhnya
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran berat
( gram, pounnd, kilogram ). Ukuran panjang ( cm, meter ). Umur tulang dan
keseimbangan metabolik ( retensi kalium dan nitrogen tubuh ). Perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi yang lebih komplek dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan
Pada pertumbuhan fisik dapat dinilai pertambahan berat badan sebanyak 2,2 Kg/ tahun
dan tinggi badan akan bertambah kira kira 7,5 cm/ tahun. Proporsi tumbuh berubah
yaitu lengan dan kaki tumbuh lebih cepat dari pada kepala dan badan lorosis lumbal pada
medulla spinalis kurang terlihat dan tungkai mempunyai tampilan yang bengkok. Lingkar
kepala meningkat 2,5 cm/ tahun dan fontanella anterior menutup pada usia 15 bulan. Gigi
molar pertama dan molar kedua serta gigi taring mulai muncul ( Betz & Sowden,)
Strategi Pengurangan Dampak Hospitalisasi Pada Usia Todler
Pada usia todler anak cenderung egosentris maka dalam menjelaskan prosedur dalam
hubungan dengan cara apa yang akan anak lihat, dengar, bau, raba dan rasakan. Katakan
pada anak tidak apa- apa menangis atau gunakan ekspresi verbal untuk mengatakan tidak
nyaman.
Pada usia ini juga mengalami keterbatasan kemampuan berkomunikasi lebih sering
menggunakan perilaku atau sikap. Sedikit pendekatan yang sederhana menggunkan
contoh peralatan yang kecil ( ijinkan anak untuk memegang peralatan ) menggunakan
permainan.

Pada usia ini menjadikan hubungan yang sulit antara anak dengan perawat diperlukan
orang tua pada keadaan ini, apapun cara yang dilakukan anaka harus merupakan
pertimbangan pertama. Ibu harus didorong untuk tinggal atau paling sedikit mengunjungi
anaknya sesering mungkin ( Yupi, S ).
PATHWAYS

Pathways dapat dilihat disini


ANALISA DATA
TGL /
NO
DATA
JAM

PROBLEM

Berisi data
masalah yang sedang
subjektif dan data dialami pasien seperti
objektif yang
gangguan pola nafas,
didapat dari
gangguan keseimbangan
pengkajian
suhu tubuh, gangguan
keperawatan
pola aktiviatas,dll
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diisi pada
saat
1
tanggal
pengkajian

ETIOLOGI
Etiologi
berisi tentang
penyakit
yang diderita
pasien

Konstipasi berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon mengevakuasi


feces

Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan saluran


pencernaan mual dan muntah

Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatanya.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


DIAGNOSA
NO
TUJUAN
KEPERAWATAN

PERENCANAAN

anak dapat melakukan


eliminasi
dengan
beberapa
adaptasi
sampai
fungsi
eliminasi
secara
normal
dan
bisa
dilakukan
Dengan
Kriteria
Konstipasi
Hasil :
berhubungan
dengan obstruksi
1
Pasien dapat
ketidakmampuan
Kolon
melakukan
mengevakuasi feces
eliminasi
dengan
beberapa
adapatasi

Ada
peningkatan
pola eliminasi
yang lebih baik

Pasien
menerima
asupan nutrisi yang
cukup sesuai dengan
diet yang dianjurkan
Perubahan nutrisi
kurang dan
kebutuhan tubuh
2 berhubungan
dengan saluran
pencernaan mual
dan muntah

Kriteria Hasil :

Berat badan
pasien sesuai
dengan
umurnya
Turgor kulit
pasien lembab
Orang tua bisa
memilih
makanan yang
di anjurkan

1. Berikan bantuan
enema dengan
cairan Fisiologis
NaCl 0,9 %
2. Observasi tanda
vital dan bising
usus setiap 2 jam
sekali
3. Observasi
pengeluaran feces
per rektal
bentuk,
konsistensi,
jumlah
4. Observasi intake
yang
mempengaruhi
pola dan
konsistensi feses
5. Anjurkan untuk
menjalankan diet
yang telah
dianjurkan
1. Berikan asupan
nutrisi yang cukup
sesuai dengan diet
yang dianjurkan
2. Ukur berat badan
anak tiap hari
3. Gunakan rute
alternatif
pemberian nutrisi
( seperti NGT dan
parenteral ) untuk
mengantisipasi
pasien yang sudah
mulai merasa
mual dan muntah

Status hidrasi pasien


dapat
mencukupi
kebutuhan tubuh
Resiko kurangnya
Kriteria Hasil :
volume cairan
3 berhubungan
Turgor kulit
dengan intake yang
kurang
lembab.

Keseimbangan
cairan.

pengetahuan
pasien
tentang penyakitnyaa
menjadi lebih adekuat
Kriteria hasil :
Kurangnya
Pengetahuan pasien
pengetahuan tentang dan keluarga tentang
4
proses penyakit dan penyakitnyaa,
pengobatanya.
perawatan dan obat
obatan. Bagi penderita
Mega Colon
meningkat daan pasien
atau keluarga mampu
menceritakanya
kembali

1. Berikan asupan
cairan yang
adekuat pada
pasien
2. Pantau tanda
tanda cairan tubuh
yang tercukupi
turgor, intake
output
3. Observasi adanay
peningkatan mual
dan muntah
antisipasi devisit
cairan tubuh
dengan segera
1. Beri kesempatan
pada keluarga
untuk menanyakan
hal hal yang
ingn diketahui
sehubunagndenga
n penyaakit yang
dialami pasien
2. Kaji pengetahuan
keluarga tentang
Mega Colon
3. Kaji latar
belakang keluarga
4. Jelaskan tentang
proses penyakit,
diet, perawatan
serta obat obatan
pada keluarga
pasien
5. Jelaskan semua
prosedur yang
akan dilaksanakan
dan manfaatnya
bagi pasien.

ASKEP ANAK DENGAN HISPRUNG:CONTOH ASKEP

Perawatsupri

Entri (RSS)
Komentar (RSS)

Beranda
About

Seputar Perawatan Bayi


Gangguan Konsep Diri

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


MASALAH ELIMINASI ALVI
Posted by: Psikologi Keperawatan dan Kesehatan on: Juli 7, 2008

In: keperawatan
Comment!

oleh : Suprianto
PENGKAJIAN
Pengkajian eliminasi alvi meliputi mengumpulkan riwayat keperawatan, melakukan
pemeriksaan fisik pada abdomen, rektum dan anus serta inspeksi feses. Perawat
seharusnya juga mengkaji ulang beberapa data yang didapat dari pemeriksaan diagnostik
yang relevan.

Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan eliminasi fekal membantu perawat menentukan pola
defekasi normal klien. Perawat mendapatkan suatu gambaran feses normal dan beberapa
perubahan yang terjadi dan mengumpulkan informasi tentang beberapa masalah yang
pernah terjadi berhubungan dengan eliminasi, adanya ostomy dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pola eliminasi. Sebagai contoh untuk mengumpulkan riwayat
keperawatan, perhatikan Assesment review sebagai berikut :

Pola defekasi
Kapan

anda biasanya ingin BAB ?

Apakah

kebiasaan tersebut saat ini mengalami perubahan ?

Gambaran feses dan perubahan yang


terjadi
Apakah

anda memperhatikan adanya perubahan warna, tekstur (keras, lemah, cair), permukaan, atau
bau feses anda saat ini ?

Masalah eliminasi alvi


Masalah

apa yang anda rasakan sekarang (sejak beberapa hari yang lalu) berkaitan dengan BAB
(konstipasi, diare, kembung, merembes / inkontinensia{tidak tuntas}) ?

Kapan

dan berapa sering hal tersebut terjadi ?

Menurut

anda kira-kira apa penyebabnya (makanan, minuman, latihan, emosi, obat-obatan, penyakit,
operasi) ?

Usaha

apa yang anda lakukan untukmengatasinya dan bagaimana hasilnya ?

Faktor-faktor yang mempengaruhi


eliminasi
Menggunakan

alat bantu BAB. Apa yang anda lakukan untuk mempertahankan kebiasaan BAB
normal ? Menggunakan bahan-bahan alami seperti makanan / minuman tertentu atau obat-obatan ?

Diet.

Makanan apa yang anda percaya mempengaruhi BAB ? Makanan apa yang biasa anda makan ?
yang biasa anda hindari, berapa kali anda makan dalam sehari ?

Cairan.

Berapa banyak dan jenis minuman yang anda minum dalam sehari ? (misalnya 6 gelas air, 2
cangkir kopi)

Aktivitas

dan Latihan. Pola aktivitas / latihan harian apa yang biasa dilakukan ?

Medikasi. Apakah

anda minum obat yang dapat mempengaruhi sistem pencernaan (misalnya Fe,

antibiotik) ?
Stress. Apakah

anda merasakan stress. Apakah dengan ini anda mengira berpengaruh pada pola BAB
(defekasi) anda ? Bagaimana ?

Ada ostomi dan penanganannya


Apa

yang biasa anda lakukan terhadap kolostomy anda ?

Jika

ada masalah, apa yang anda lakukan ?

Apakah

anda memerlukan bantuan perawat untuk menangani kolostomy anda ? Bagaimana caranya ?

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi, auskultasi,
perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluran intestinal. Auskultasi dikerjakan sebelum
palpasi, sebab palpasi dapat merubah peristaltik. Pemeriksaan rektum dan anus meliputi
inspeksi dan palpasi.

Inspeksi Feses
Observasi feses klien terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau dan
adanya unsur-unsur abdomen. Perhatikan tabel berikut :

KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL


Karakteristik Normal

Abnormal

Warna

Pekat / putih

Konsistensi

Bentuk

Jumlah
Bau

Unsur pokok

Dewasa : kecoklatan
Bayi : kekuningan

Kemungkinan penyebab

Adanya pigmen empedu (obstruksi


empedu); pemeriksaan diagnostik
menggunakan barium
Hitam / spt ter.
Obat (spt. Fe); PSPA (lambung, usus
halus); diet tinggi buah merah dan
sayur hijau tua (spt. Bayam)
Merah
PSPB (spt. Rektum), beberapa
makanan spt bit.
Pucat
Malabsorbsi lemak; diet tinggi susu
dan produk susu dan rendah daging.
Orange atau hijau
Infeksi usus
Berbentuk, lunak, agakKeras, kering
Dehidrasi, penurunan motilitas usus
cair / lembek, basah.
akibat kurangnya serat, kurang
latihan, gangguan emosi dan laksantif
abuse.
Diare
Peningkatan motilitas usus (mis.
akibat iritasi kolon oleh bakteri).
Silinder (bentuk rektum)Mengecil, bentuk pensilKondisi obstruksi rektum
dgn 2,5 cm u/ orangatau seperti benang
dewasa
Tergantung diet (100
400 gr/hari)
Aromatik : dipenga-ruhiTajam, pedas
Infeksi, perdarahan
oleh
makanan
yang
dimakan dan flora bakteri.
Sejumlah kecil bagianPus
Infeksi bakteri
kasar makanan yg tdk

dicerna, potongan bak-teri


yang mati, sel epitel,Mukus
lemak, protein, unsurunsur
kering
cairanParasit
pencernaan
(pigmen
empedu dll)
Darah

Konsidi peradangan
Perdarahan gastrointestinal
Malabsorbsi

Lemak dalam jumlahSalah makan


besar
Benda asing

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik saluran gastrointestinal meliputi tehnik visualisasi langsung /
tidak langsung dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsur-unsur yang tidak normal.

DIAGNOSA
Label diagnostik masalah eliminasi alvi menurut NANDA meliputi :
- Inkontinensia alvi
- Konstipasi
- Resiko terjadi konstipasi
- Konstipasi yang dirasakan
- Diare
(aplikasi klinis dari diagnosa ini lihat pada pedoman diagnosa NANDA yang meliputi
tujuan dan intervensi)
Masalah eliminasi alvi dapat mempengaruhi banyak area fungsi manusia dan dapat
menjadi etiologi diagnosa NANDA yang lain, seperti :
Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan
a. Diare berkepanjangan
b. Hilangnya cairan abnormal melalui ostomy
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
a. Diare berkepanjangan

b. Inkontinensia alvi
Harga diri rendah berhubungan dengan
a. Ostomy
b. Inkontinensia usus
c. Perlunya bantuan untuk toileting
Defisit pengetahuan tentang bowel training, manajemen ostomy berhubungan dengan
kurangnya pengalaman
Ansietas berhubungan dengan
a. Hilangnya kontrol eliminasi alvi akibat ostomy
b. Respon lain terhadap ostomy

PERENCANAAN
Tujuan utama klien dengan masalah eliminasi alvi adalah untuk :
- Mempertahankan atau mengembalikan pola eliminasi alvi normal
- Mempertahankan atau mendapatkan kembali konsisteni feses normal
- Mencegah resiko yang berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, trauma kulit, distensi abdomen dan nyeri.

IMPLEMENTASI
Peningkatan Keteraturan Defekasi
Perawat dapat membantu klien memperbaiki keteraturan defekasi dengan
a. Memberikan privacy kepada klien saat defekasi
b. Mengatur waktu, menyediakan waktu untuk defeksi
c. Memperhatikan nutrisi dan cairan, meliputi diit tinggi serat seperti sayuran, buahbuahan, nasi; mempertahankan minum 2 3 liter/hari
d. Memberikan latihan / aktivitas rutin kepada klien
e. Positioning

Privacy
Privacy selama defekasi sangat penting untuk kebanyakan orang. Perawat seharusnya
menyediakan waktu sebanyak mungkin seperti kepada klien yang perlu menyendiri untuk
defeksi. Pada beberapa klien yang mengalami kelemahan, perawat mungkin perlu
menyediakan air atau alat kebersihan seperti tissue dan tetap berada dalam jangkauan
pembicaraan dengan klien.

Waktu
Klien seharusnya dianjurkan untuk defeksi ketika merasa ingin defekasi. Untuk
menegakkan keteraturan eliminasi alvi, klien dan perawat dapat berdiskusi ketika terjadi
peristaltik normal dan menyediakan waktu untuk defekasi. Aktivitas lain seperti mandi
dan ambulasi seharusnya tidak menyita waktu untuk defekasi.

Nutrisi dan Cairan


Untuk mengatur defekasi normal diperlukan diet, tergantung jenis feses klien yang
terjadi, frekuensi defekasi dan jenis makanan yang dirasakan klien dapat membantu
defekasi normal.

Untuk Konstipasi
Tingkatkan asupan cairan dan instruksikan klien untuk minum cairan hangat dan jus
buah, juga masukkan serat dalam diet.

Untuk Diare
Anjurkan asupan cairan dan makanan lunak. Makan dalam porsi kecil dapat membantu
karena lebih mudah diserap. Minuman terlalu panas / dingin seharusnya dihindari sebab
merangkasang peristaltik. Makanan tinggi serat dan tinggi rempah dapat mencetuskan
diare. Untuk manajemen diare, ajarkan klien sebagai berikut :
- Minum minimal 8 gelas / hari untuk mencegah dehidrasi
- Makan makanan yang mengandung Natrium dan Kalium. Sebagian besar makanan
mengandung Na. Kalium ditemukan dalam daging, beberapa sayuran dan buah
seperti tomat, nanas dan pisang.
- Tingkatkan makanan yang mengandung serat yang mudah larut seperti pisang
- Hindari alkohol dan minuman yang mengandung kafein
- Batasi makanan yang mengandung serat tidak larut seperti buah mentah, sereal

- Batasi makanan berlemak


- Bersihkan dan keringkan daerah perianal sesudah BAB untuk mencegah iritasi
- Jika mungkin hentikan obat yang menyebabkan diare
- Jika diare telah berhenti, hidupkan kembali flora usus normal dengan minum
produk-produk susu fermentasi.

Untuk Flatulensi
Batasi minuman berkarbinat, gunakan sedotan saat minum dan mengunyah gusi; untuk
meningkatkan pencernaan udara. Hindari makanan yang menghasilkan gas, seperti kubis,
buncis, bawang dan bunga kol.

Latihan
Latihan teratur membantu klien mengembangkan pola defekasi normal. Klien dengan
kelemahan otot abdomen dan pelvis (yang mengganggu defekasi normal) mungkin dapat
menguatkannya dengan mengikuti latihan isometrik sebagai berikut :
- Dengan posisi supine, perketat otot sbdomen dengan mengejangkan, menahan
selama 10 detik dan kemudian relax. Ulangi 5 10 kali sehari tergantung
kekuatan klien.

Positioning
Meskipun posisi jongkong memberikan bantuan terbaik untuk defekasi. Posisi pada toilet
adalah yang terbaik untuk sebagian besar orang. Untuk klien yang mengalami kesulitan
untuk duduk dan bangun dari toilet, maka memerlukan alat bantu BAB seperti commode,
bedpad yang jenis dan bentuknya disesuaikan dengan kondisi klien.

Obat-obatan
Obat-obatan yang termasuk kategori mempengaruhi eliminasi alvi adalah katarsis dan
laxantive, antidiare dan antiflatulensi

Mengurangi flatulensi
Ada banyak cara untuk mengurangi / mengeluarkan flatus, meliputi menghindari
makanan yang menghasilkan gas, latihan, bergerak di tempat tidur dan ambulasi. Gerakan
merangsang peristaltik dan membantu melepaskan flatus dan reabsorbsi gas dalam
kapiler intestinal. Satu metode untuk penanganan flatulensi adalah dengan memasukkan
suatu rectal tube. Caranya adalah sebagai berikut :

1. Gunakan rectal tube ukuran 22 30 F untuk dewasa dan yanglebih kecil untuk anak
2. Tempatkan klien pada posisi miring
3. Berikan lubrikasi untuk mengurangi iritasi
4. Buka anus dan masukkan rectal tube dalam rektum (10 cm). Rectal tube akan
merangsang peristaltik. Jika tidak ada flatus yang keluar, masukkan tube lebih dalam.
Jangan menekan tube jika tidak bisa masuk dengan mudah.
5. Lepaskan tube jangan lebih dari 30 menit untuk menghindari iritasi. Jika terjadi
distensi abdomen, masukkan tube setiap 2 3 jam.
6. Jika tube tidak dapat mengurangi flatus, konsul dengan dokter untuk pemakaian
suppository, enema atau obat-obatan yang lain.

Pemberian Enema
Enema adalah larutan yang dimasukkan dalam rektum dan usus besar. Cara kerja enema
adalah untuk mengembangkan usus dan kadang-kadang mengiritasi mukosa usus,
meningkatkan peristaltik dan membantu mengeluarkan feses dan flatus.
Jenis enema :
1. Cleansing enema / huknah
Cleansing enema dimaksudkan untuk mengeluarkan feses. Tindakan ini utamanya
diberikan untuk :
- Mencegah keluarnya feses saat operasi
- Persiapan pemeriksaan diagnostik tertentu pada usus
- Mengeluarkan feses dari usus saat konstipasi / obstipasi
Cleansing enema menggunakan bermacam-macam larutan sebagai berikut :
Larutan
Unsur
Tindakan
Waktu
Hipertonis 90 120 cc (misalMenarik air dari ruang5 10
Sodium phosphate) interstisiil
ke
dalam
kolon,
merangsang
peristaltik, menyebabkan
defekasi
Hipotonis 500 1000 cc airDistensi abdomen, me-15 20

Efek samping
Retensi Sodium

Ketidakseimbangan

kran

rangsang
peristaltik,
melunakkan feses
Isotonis
500 1000 ccDistensi abdomen, me-15 - 20
normal
salinerangsang
peristaltik,
(NaCl 0.9 %)
melunakkan feses
Air sabun 500 1000 cc (3 mengiritasi
mukosa,10 15
5 cc sabun dalamdistensi kolon
1000 cc air)
Minyak
90 120 cc
Lubrikasi
feses
dan 3 jam
mukosa kolon

cairan dan elek-trolit,


intoksikasi air
Kemungkinan retensi
Na.
Iritasi dan merusak
mukosa

Cleansing enema juga dapat digambarkan tinggi dan rendah. Tinggi jika pembersihan
dimungkinkan mencapai kolon. Klien berubah posisi dari lateral kiri ke dorsal recumbent
dan kemudian lateral kanan selama pemberian enema, dengan posisi kontainer 30 46
cm dari klien. Rendah jika pembersihan hanya pada rektum dan sigmoid. Posisi klien
dipertahankan lateral kiri selama pemberian enema dengan posisi kontainer tidak lebih
dari 30 cm dari klien.
2. Carminative enema
Diberikan utamanya untuk mengeluarkan flatus. Cairan dimasukkan ke dalam rektum
mengeluarkan gas yang menambah distensi pada rektum dan kolon, kemudian
merangsang peristaltik. Untuk dewasa diperlukan cairan 60 80 cc.
3. Retention enema / klisma
Adalah memasukkan minyak atau obat ke dalam rektum dan kolon sigmoid. Cairan
dipertahankan dalam waktu yang relatif lama (misalnya 1 3 jam), untuk melunakkan
feses dan lubrikasi rektum dan anus yang membantu keluarnya feses. Antibiotik enema
digunakan untuk menangani infeksi lokal, antihelmentic enema untuk membunuh cacing
parasit, nutritive enema untuk memberikan cairan dan nutrien pada rektum.
4. Return-flow enema
Kadang-kadang digunakan untuk mengeluarkan flatus. Sekitar 100 200 cc cairan
dimasukkan ke dalam rektuum dan kolon sigmoid yang akan merangsang peristaltik.
Tindakan ini diulangi 4 5 x sampai flatus keluar dan distensi abdomen berkurang.

Pengeluaran Obstipasi secara Digital


Pengeluaran secara digital meliputi penghancuran massa feses secara digital dan
mengeluarkan bagian-bagiannya. Adanya kemungkinan terjadinya trauma pada mukosa
saluran pencernaan, tindakan ini harus diperhatikan dengan matang. Stimulasi rektum

juga merupakan kontraindikasi pada beberapa klien karena dapat menyebabkan respon
vagal berlebihan yang berdampak aritmia jantung. Sebelum penghancuran feses
dianjurkan diberikan klisma glyserin dan dipertahankan selama 30 menit. Setelah
prosedur ini perawat dapat menggunakan berbagai macam intervensi untuk mengeluarkan
feses yang tersisa, seperti dengan cleansing enema atau dengan suppositoria.
Pengeluaran secara manual obstipasi dapat menimbulkan rasa nyeri, perawat dapat
menggunakan 1 2 cc lidokain (xylocain) gel pada sarung tangan yang dimasukkan ke
anus.

Program Bowel Training


Pada klien yang mengalami konstipasi kronik, sering terjadi obstipasi / inkontinensia
feses, program bowel training dapat membantu mengatasinya. Program ini didasarkan
pada faktor dalam kontrol klien dan didesain untuk membantu klien mendapatkan
kembali defekasi normal. Program ini berkaitan dengan asupan cairan dan makanan,
latihan dan kebiasaan defekasi. Sebelum mengawali program ini, klien harus
memahaminya dan terlibat langsung. Secara garis besar program ini adalah sebagai
berikut :
o Tentukan kebiasaan defekasi klien dan faktor yang membantu dan menghambat
defekasi normal.
o Desain suatu rencana dengan klien yang meliputi :
a. Asupan cairan sekitar 2500 3000 cc/hari
b. Peningkatan diit tinggi serat
c. Asupan air hangat, khususnya sebelum waktu defekasi
d. Peningkatan aktivitas / latihan
o Pertahankan hal-hal berikut secara rutin harian selama 2 3 minggu :
a. Berikan suppository katarsis (seperti dulcolax) 30 menit sebelum waktu defekasi
klien untuk merangsang defekasi.
b. Saat klien merasa ingin defekasi, bantu klien untuk pergi ke toilet / duduk di
Commode atau bedpan. Catat lamanya waktu antara pemberian suppository dan
keinginan defekasi.
c. Berikan klien privacy selama defekasi dan batasi waktunya, biasanya cukup 30 40
menit.

d. Ajarkan klien cara-cara meningkatkan tekanan pada kolon, tetapi hindari mengecan
berlebihan, karena dapat mengakibatkan hemorrhoid.
o Berikan umpan balik positif kepada klien yang telah berhasil defekasi. Hindari negatif
feedback jika klien gagal. Banyak klien memerlukan waktu dari minggu sampai bulan
untuk mencapai keberhasilan

EVALUASI
- Apakah asupan cairan dan diet klien sudah tepat ?
- Apakah tingkat aktivitas klien sudah sesuai ?
- Apakah klien dan keluarga memahami instruksi ?

Like this:
Suka
Be the first to like this.

Tinggalkan Balasan
Enter your comment here...

Cari

Tulisan Teratas
Komentar Terbaru
Tag

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH ELIMINASI ALVI


Konsep Sehat - Sakit

Kategori

keperawatan (4)
Uncategorized (3)

Arsip

Maret 2009
Agustus 2008
Juli 2008
Juni 2008

Blog pada WordPress.com.


Tema: Albeo oleh Design Disease.
Ikuti

Follow Perawatsupri
Get every new post delivered to your Inbox.
Sign me up

Powered by WordPress.com

daerah intenstinal sehingga menyebabkan distensi intastinal.


6. Hemoroid
Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan daerah tertentu.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Inkontinensia berhubungan dengan diare kronik yang di tandai dengan ketidakmampuan
menunda defekasi.
2.

Konstipasi berhubungan dengan asupan serat tidak cukup ysng di tandai dengan nyeri
abdomen.

3. Diare berhubungan dengan tingkat stress tinggi yang di tandai dengan BAB lebih dari 3
kali sehari.

G. TUJUAN DAN PERENCANAAN


Tujuan:
-

Pola eliminasi normal

Pergerakan feses terkendali

Warna feses normal

Suara peristaltic normal

Tidak diare

Tidak konstipasi

Tidak nyeri pada perut

Intervensi:
-

Catat pergerakan terakhir feses

Ajari pasien tentang suara normal peristaltik

Monitor pergerakan feses termasuk frekwensi, jumlah, bentuk, volume dan warna.

Monitor suara peristaltic usus

Laporkan pertambahan frekwensi

Laporkan pengurangan suara feses/monitor tanda dan gejala diare, konstipasi dan

impaction.
-

Beri obat rectal (supositoria)

Evaluasi pemberian obat

Berikan makanan yang sesuai kondisi klien

KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL


A. PENGERTIAN
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan
flatus yang berasal dari saluran pencernaan anus.
Dalam proses defekasi terjadi dua macam refleks yaitu :
1.
Refleks defekasi intrinsik
Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rektum sehingga terjadi distensi rektum,
yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah
gerakan peristaltik. Setelah feses tiba di anus, secara sistematis spinter interna relaksasi
maka terjadilah defekasi.
2.
Refleks defekasi parasimpatis
Feses yang masuk ke rektum akan merangsang saraf rektum yang kemudian diteruskan
ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan
rektum yang menyebabkan intensifnya peristaltik, relaksasi spinter internal, maka
terjadilah defekasi.
Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen , tekana diafragma dan
kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok.
Anatomi dan fisiologi
a.
Saluran gastrointestinal bagian atas
Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan kimiawi di mulut dan di lambung
dengan bantuan enzim, asam lambung. Selanjutnya makanan yang sudah dalam bentuk
chyme di dorong ke usus halus.
b.
Saluran gastrointestinal bagian bawah
Saluran gastrointestinal bagian bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus
terdiri atas duodenum, jejunum dan ileum yang panjangnya kira-kira 6 meter dan 2,5 cm.
Usus besar terdiri atas cecum, colon dan rektum yang kemudian bermuara pada anus.
Panjang usus besar sekitar 1,5 meter dan diameternya kira-kira 6 cm. Usus menerima zat
makanan yang sudah berbentuk chyme (setengah padat) dari lambung untuk
mengabsorpsi air, nutrien dan elektrolit.Usus sendiri mensekresi mucus, potassium,
bikarbonat dan enzim. Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan
berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai mencapai rektum normalnya
diperlukan waktu 12 jam. Gerakan kolon terbagi menjadi 3 bagian, yaitu : Haustral
Shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu absorpsi air, Kontraksi
Haustral adalah gerakan untuk mendorong materi cair dan semipadat sepanjang kolon,
Gerakan Peristaltik adalah berupa gelombang, gerakan maju ke anus.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI:
Yang meningkatkan:

1.
lingkungan yang bebas stress
2.
kemampuan untuk mengikuti pola defekasi pribadi, privasi
3.
diet tinggi serat
4.
asupan cairan normal
5.
olah raga
6.
kemampuan untuk mengambil posisi jongkok
7.
diberikan laksatif dan katartik secara tepat
yang merusak eliminasi:
1.
stress emosional (cemas atau depresi)
2.
gagal mencetuskan reflek defekasi, kurang waktu atau kurang privasi
3.
diet tinggi lemak, tinggi karbohidrat
4.
asupan cairan kurang
5.
imobilitas atau tidak aktif
6.
tidak mampu jongkok akibat imobilitas, usia lanjut, deformasi musculoskeletal,
nyeri dan nyeri selama defekasi
7.
penggunaan analgesic narkotik, antibiotic dan anestesi umum serta penggunaan
katartik yang berlebihan.
C. NILAI-NILAI NORMAL
Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter / 24 jam. Jenis gas
yang terbanyak adalah CO2, metana, H2S, O2, dan nitrogen. Feses terdiri atas 75 % air
dan 25 % materi padat. Feses normal berwarna khas karena pengaruh dari
mikroorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk.
D. MASALAH-MASALAH UMUM PADA ELIMINASI FEKAL :
1.
Konstipasi : gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan
keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur,
penggunaan laksatif yang lama, stres psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas, usia.
2.
Fecal Impaction : masa feses yang keras di lipatan rektum yang diakibatkan oleh
retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh
konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas, diet rendah serat dan kelemahan
tonus otot.
3.
Diare : keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi buang air besar akibat
cepatnya chyme melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang
cuckup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena stres fisik, obat-obatan, alergi,
penyakit kolon, dan iritasi intestinal
4.
Inkontinensia alvi : hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran
feses dan gas yang melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persarafan di
daerah anus. Penyebabnya karena penyakit neuromuskular, trauma spinal cord, tumor
spinter anus eksterna.
5.
Kembung : flatus yang berlebihan di daerah intestinal sehingga menyebabkan
distensi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, pengunaan obat-obatan
(barbiturat, penurunan ansietas, penurunan aktivitas intestinal), mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi.

6.
Hemorroid : pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di
daerah tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan maksimal saat
defekasi, kehamilan, dan obesitas.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


GANGGUAN KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL
1. PENGKAJIAN
1.
Riwayat keperawatan
Pola defekasi : frekuensi, pernah berubah
Perilaku defekasi : penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola
Deskripsi feses : warna, bau dan tekstur
Diet : makanan yang mempengaruhi defekasi, makanan yang biasa dimakan, makanan
yang dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak
Cairan : jumlah dan jenis minuman / hari
Aktivitas : kegiatan sehari-hari
Kegiatan yang spesifik
Peggunaan medikasi : obat-obatan yang mempengaruhi defekasi
Stres : stres berkepanjangan atau pendek, kopig untuk menghadapi atau bagaimana
menerima
Pembedahan / penyakit menetap
2.
Pemeriksaan fisik
Abdomen : distensi, simetris, gerakan peristaltik, adanya massa pada perut, tenderness
Rektum dan anus : tanda-tanda inflamasi, perubahan warna, lesi, fistula, hemorroid,
adanya massa, tenderness
3.
Keadaan feses
Konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah, unsur abnornal dalm feses : lendir.
4.
Pemeriksaan diagnostik
Anuskopi
Proktosigmoidoskopi
Rontgen dengan kontras
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Gangguan eliminasi bowel : konstipasi
2. Gangguan eliminasi bowel : diare
3. Gangguan eliminasi bowel : inkontinensia

Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan


Adanya ostomi
Inkonentesia feses.

1.DIAGNOSA KEPERAWATAN:
KONSTIPASI yang berhubungan dengan asupan diet berserat yang tidak adekuat dan
terbatas nya asuapan cairan.

DEFINISI:
Konstipasi adalah suatu keadaan yang individu mengalami perubahan dalam kebiasaan
normal defekasi yang karakteristik nya penurunan frekwensi defekasi atau keluarnya
feses keras dan kering,(Kim,McFarland,Mclane).

TUJUAN:klien memahami dan menelan makanan dan cairan yang di butuhkan untuk
meningkatkan pengeluaran feses yang lunak dan berbentuk.

HASIL YANG DI HARAP KAN:klien mendiskripsikan sumber makanan yang tinggi


serat,klien menjelaskan asupan cairan normal untuk meningkatkan defekasi,klien
menyapakan menu untuk 24 jam,termasuk makanan yang tinggi serat dan cairan.

INTERVENSI:

>intruksi klien untuk lebih banyak mengosumsi makanan yang menstimulasi


peristaltic(gandum,roti,selada)
>Dan beriakan cairan 6 sampai 8 gelas (lebih baik jus jeruk)setiap hari.
>Dan dorong klien mengatakan komitmen nya untuk berupaya melakukan defekasi dalam
5 menit setelah merasakan keinginana untuk defekasi.

RASIONAL:
>makanan yang mengandung tinggi serat meningkatkan peristaltic dan membatu
mengerakan usus didalam saluran gastro intestinal.
>Asupan cairan adekuat membantu mempertahan kan materi feses tetap lunak.
>Reflek gastro kolik paling sensitive pada pagi hari dan setelah makan.
>Kontrak tentang prilaku antara klien dengan perawat memperlihatkan keberhasilan
modifikasi prilaku,

2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
KOSTIPASI berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur
Tujuan: pasien dapat defekasi dengan teratur (setiap hari)

HASIL YANG DI HARAPKAN


> Defekasi dapat dilakukan satu kali sehari
> Konsistensi feses lembut

> Eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan


INTERVENSI

Tentukan pola defekasi bagi klien dan latih klien untuk menjalankannya

Atiur waktu yang tepat untuk defekasi klien seperti sesudah makan

Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai dengan indikasi

Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 liter per hari

RASIONAL
> Untuk mengembalikan keteraturan pola defekasi klien
> Untuk memfasilitasi refleks defekasi
> Nutrisi serat tinggi untuk melancarkan eliminasi fekal
> Untuk melunakkan eliminasi feses dan mengeluarkannya

3.DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
TUJUAN: menunjukkan status gizi baik

HASIL YANG DI HARAPKAN


> Toleransi terhadap diet yang dibutuhkan
> Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
> Nilai laboratorium dalam batas normal
> Melaporkan keadekuatan tingkat energi

INTERVENSI

Buat perencanaan makan dengan pasien untuk dimasukkan ke dalam jadwal


makan.

Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah.

Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi

Pastikan diet memenuhi kebutuhan tubuh sesuai indikasi.

Pastikan pola diet yang pasien yang disukai atau tidak disukai.

Pantau masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik.

Kaji turgor kulit pasien

RASIONAL

Menjaga pola makan pasien sehingga pasien makan secara teratur

Pasien merasa nyaman dengan makanan yang dibawa dari rumah dan dapat
meningkatkan nafsu makan pasien.

Dengan pemberian porsi yang besar dapat menjaga keadekuatan nutrisi yang
masuk.

Tinggi karbohidrat, protein, dan kalori diperlukan atau dibutuhkan selama


perawatan.

Untuk mendukung peningkatan nafsu makan pasien

Mengetahui keseimbangan intake dan pengeluaran asuapan makanan

Sebagai data penunjang adanya perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kontipasi merupakan gejala,bukan penyakit.kontipasi adalah penurunan frekwensi


defekasi,yang di ikuti pengeluaran feses yang lama atau keras atau kering.ada nya upaya
mengedan saat defekasi adalah suatu tanda yang terkait dengan kontipasi.apabila
motilitasusus halus melambat,masa feses lebih lama terpapar pada dinding usus dan
sebagian besar kandungan air dalam feses di absorsi.sejumlah kecik air di tinggalkan

untuk melunakkan dan melumasi feses.pengeluaran feses yang kering dank eras dapat
menimbulkanb nyeri pada rektum
B. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa
saran untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien dengan ganguan eliminasi fekal sebagai berikut :
1. Perlunya ditingkatkan dan dipertahankan komunikasi yang efektif antara klien,
keluarga dan perawat agar terbina hubungan saling percaya dalam memberikan asuhan
keperawatan sehingga perawat dapat mendapatkan data-data yang dibutuhkan.
2. Sistem pendokumentasian asuhan keperawatan dipertahankan dan dilengkapi dengan
respon klien agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental Keperawatan (Edisi 4). Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Marilynn, D.E., dkk (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (Edisi 3). Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai