PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada material hasil proses produksi diperlukan suatu alat ukur linier untuk
mengetahui apakah material tersebut sudah sesuai dengan toleransi yang dikehendaki
atau belum. Karena alat ukur ini dirasakan sangat penting dalam ilmu proses produksi
maka diperlukan suatu pengukuran dengan menggunakan jangka sorong dan
mikrometer.
Jangka sorong dan mikrometer skrup merupakan salah satu dari alat ukur linier.
Jangka sorong memiliki ketelitian yang cukup tinggi yaitu 0,05 mm, namun
mikrometer skrup lebih teliti lagi dibandingkan dengan jangka sorong. Selain itu
mikrometer skrup disamping memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan karena
bentuknya yang kecil dan hanya digunakan untuk pengukuran dengan ketelitian yang
tinggi 0,01 mm, oleh sebab itu didalam kehidupan sehari-hari kita harus dapat
menentukan alat ukur apa yang sesuai dengan bidang atau kontruksi bidang suatu
benda yang hendak diukur.
Dalam laporan ini akan di bahas cara kerja dan cara pembacaan dari alat ukur
linier yaitu jangka sorong dan mikrometer, sehingga kita dapat mengamati secara
jelas alat ukur apa yang lebih teliti serta apa kegunaan dan kelebihan dari masingmasing alat ukur tersebut sehingga kita dapat mengerti dalam penggunaan jangka
sorong dan mikrometer skrup dalam kehidupan sehari-hari, seperti di industri-industri
atau perusahaan yang kerap kali menggunakan alat ukur linier.
Untuk mengetahui karakteristik alat ukur linier dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya maka dilakukan pengujian yaitu pengujian dengan jangka sorong
dan mikrometer.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum pengukuran linier ini adalah agar:
a.
b.
c.
d.
e.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum metrologi industri ini adalah :
a.
b.
Praktikan dapat membaca hasil dan mengetahui cara kerja dari alat ukur
tersebut.
c.
d.
Praktikan mampu mencari alat ukur apa yang tepat untuk digunakan pada
benda kerja yang akan diukur.
e.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Jangka Sorong
Alat ukur ini dalam praktik sehari-hari mempunyai banyak sebutan antara lain;
jangka sorong,mistar ingsut, sketmat, sigmat, atau vernier caliper. Alat ini merupakan
suatu alat pengukuran yang cepat dan relatif teliti untuk mengukur diameter
dalam,diameter luar dan kedalaman suatu benda.
Bagian jangka sorong terdiri atas kunci peluncur, kunci penggerak halus, skala
utama batang, lidah pengukur kedalaman. Penggunaan pada jangka sorong dapat
dilihat pada gambar 2,berikut:
luar
memlki
bentuk
yang
bermacam-macam
yang
menyentuh benda kerja. Lock clamp digunakan untun mengunci spindle agar tadak
dapat berputar sehingga posisi skala pengukuran tidak berubah.
mikrometer ulir dan mikrometer roda gigi. Berikut ini adalah contoh-contoh
mikrometer:
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
a. Jangka Sorong
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
a. Karburator
c. Bearing
Gambar3.7 Poros
= 10 x 1,00 mm
= 10,00 mm
- Skala minor
= 1 x 0,50 mm
= 0,50 mm
- Skala pemutar
= 16 x 0,01 mm
= 0,16 mm
- Nilai
= 10,66 mm
Jangka Sorong
1.
b.
c.
d.
e.
10
2.
b.
c.
d.
e.
3.
b.
c.
11
d.
b.
1.
Mikrometer
Pegang mikrometer dengan tangan kanan
a.
b.
c.
2.
Putar skala searah jarum jam jari jempol dan telunjuk sampai
terasa ada tekanan
b.
c.
d.
3.5
Data
Tabel 3.1 Hasil pengukuran Diameter Luar Poros dengan mikrometer (mm)
No
1
2
3
4
5
Percobaa
n
1
2
3
4
5
Poros Bertngkat
Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3
18
21,50
26,30
18,05
21,50
26,28
18,01
21,45
26,29
18
21,50
26,29
18,01
21,51
26,30
12
percobaa
n
1
2
3
4
5
Posisi 1
6,42
6,43
6,41
6,42
6,42
Posisi 2
6,41
6,42
6,41
6,41
6,42
Percobaa
n
1
2
3
4
5
Poros Bertngkat
Tingkat 1
Tingkat 2 Tingkat 3
18,01
21,53
26,30
18,10
21,52
26,28
18,01
21,54
26,29
18,01
21,52
26,29
18,04
21,52
26,30
Tabel 3.4 Hasil pengukuran diameter dalam menggunakan jangka sorong (mm)
No
1
2
3
4
5
Percobaa
n
1
2
3
4
5
Karburato
r
15,90
15,90
15,85
15,90
15,92
Piston
41,25
41,20
41,25
41,20
41,25
Bearing
40,10
40,05
40,05
40,01
40.01
Percobaa
n
1
Karburato
r
43,40
Piston
37,15
Bearing
23,50
13
2
3
4
5
2
3
4
5
43,50
43,50
43,49
43,48
37,15
37,10
37,17
37,10
23,51
23,49
23,51
23,50
percobaa
n
1
2
3
4
5
Posisi 1
6,10
6,12
6,10
6,12
6,14
Posisi 2
6,15
6,14
6,10
6,14
6,12
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data hasil Pengukuran
Dari hasil pengukuran maka kami analisis sebagai berikut
a. Pengukuran diameter luar poros
Tabel 4.1 pengukuran diameter luar poros dengan mikrometer (mm)
No
1
2
3
4
5
Percobaa
n
1
2
3
4
5
Poros Bertngkat
Tingkat 1 Tingkat 2
Tingkat 3
18
21,50
26,30
18,05
21,50
26,28
18,01
21,45
26,29
18
21,50
26,29
18,01
21,51
26,30
18,01
21,49
26,29
Tingkat 1
=18,01 mm
15
17
.9
6
Hasil pengukuran
18
.0
2
hasil
rata-rata
12345
Pengukuran
Tingkat 2
21,50+ 21,50+21,45+21,50+21,51
5
= 21,49 mm
Hasil pengukuran
21 21
21
.4
.
.5
2 46
hasil
rata-rata
12345
Pengukuran
Tingkat 3
26,30+ 26,28+26,29+26,29+26,30
5
= 26,29 mm
16
Hasil pengukuran 24
22
20
rata-rata
1 2 3 4 5
Pengukuran
percobaa
n
1
2
3
4
5
Posisi 1
6,42
6,43
6,41
6,42
6,42
6,42
Posisi 2
6,41
6,42
6,41
6,41
6,42
6,41
Posisi 1
= 6,42 mm
17
hasil
rata-rata
6.
4
6.
41
hasil pengukuran
6.
42
6.
43
12345
banyaknya pengukuran
Posisi 2
6,41+6,42+6,41+6,41+6,42
5
=6,41mm
Hasil pengukuran
6. 6. 6.
41 42 43
hasil
rata-rata
12345
Pengukuran
18
Percobaa
n
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Poros Bertngkat
Tingkat Tingkat
Tingkat 1
2
3
18,01
21,53
26,30
18,10
21,52
26,28
18,01
21,54
26,29
18,01
21,52
26,29
18,04
21,52
26,30
18,03
21,52
26,29
Tingkat 1
=18,03 mm
rata-rata
18
17.95
1 2 3 4 5
Pengukuran
Tingkat 2
19
= 21,52
mm
Hasil pengukuran
21 21 21 21 21
.5
.
.
.
.
1 52 53 54 55
hasil
rata-rata
12345
Pengukuran
Tingkat 3
=26,29
mm
20
rata-rata
12345
Pengukuran
Percobaa
n
1
2
3
4
5
Karburato
r
15,90
15,90
15,85
15,90
15,92
15,89
Piston
41,25
41,20
41,25
41,20
41,25
41,23
Bearing
40,10
40,05
40,05
40,01
40.01
40,08
Karburator
rata-rata
=15,89 mm
21
Hasil Pengukuran
Pengukuran Karburator
hasil
rata-rata
1 2 3 4 5
Pengukuran
Piston
rata-rata = jumlah hasil pengukuran
Banyaknya pengukuran
=
=41,23 mm
Pengukuran Piston
41.26
41.24
41.22
Hasil Pengukuran
Hasil
41.2
rata-rata
41.18
41.16
1 2 3 4 5
Pengukuran
22
Bearing
rata-rata = jumlah hasil pengukuran
Banyaknya pengukuran
=
=40,08 mm
Pengukuran Bearing
40.12
40.1
40.08
Hasil Pengkuran 40.06
Hasil
rata-rata
40.04
40.02
1 2 3 4 5
Pengukuran
Percobaa
n
1
2
3
4
5
Karburato
r
43,40
43,50
43,50
43,49
43,48
43,47
Piston
37,15
37,15
37,10
37,17
37,10
37,13
Bearing
23,50
23,51
23,49
23,51
23,50
23,50
Karburator
rata-rata = jumlah hasil pengukuran
Banyaknya pengukuran
23
Hasil
43.4
rata-rata
43.35
43.3
12345
Pengukuran
Piston
rata-rata
37,15+37,15+ 37,10+37,17+37,10
5
=37,13 mm
Hasil
37.1
37.05
rata-rata
12345
Pengukuran
Bearing
rata-rata = jumlah hasil pengukuran
24
Banyaknya pengukuran
=
Hasil
rata-rata
12345
Pengukuran
percobaa
n
1
2
3
4
5
Posisi 1
6,10
6,12
6,10
6,12
6,14
6,11
Posisi 2
6,15
6,14
6,10
6,14
6,12
6,13
posisi 1
rata-rata
= 6,11mm
25
rata-rata
6.1
6.08
12345
pengukuran
posisi 2
rata-rata
=6,13 mm
Hasil
6.1
rata-rata
6.08
6.06
1 2 3 4 5
pengukuran
26
4.2 Pembahasan
Pada pengukuran linier, hasil pengukuran jangka sorong dengan mikrometer
mengalami perbedaan karena kedua alat ukur ini memiliki ketelitian yang berbeda.
Ketelitian dari jangka sorong 0,05 mm dan ketelitian mikrometer 0,01 mm. Dilihat
dari ketelitiannya, mikrometer memiliki ketelitian lebih tinggi dibandingkan jangka
sorong.
Saat melakukan pengukuran linier akan diperoleh data hasil pengukuran yang
berbeda dari setiap kali melakukan pengukuran baik menggunakan jangka sorong
maupun mikrometer. Hal ini menyebabkan perlunya pengukuran yang berulang-ulang
guna mendapatkan nilai rata-rata untuk hasil pengukuran yang akurat atau maksimal.
Pada pengukuran diameter luar poros dengan menggunakan mikrometer pada tingkat
pertama diperoleh hasil pengukuran rata-rata yaitu18,01 mm, tingkat kedua 21,49
mm, dan tingkat ketiga 26,29 mm. Sedangkan untuk pengukuran tebal plat dengan
menggunakan mikrometer pada posisi satu diperoleh nilai rata-rata pengukuran 6,42
mm, dan posisi dua yaitu 6,41 mm. Kemudian pengukuran diameter luar poros ratarata dengan menggunakan jangka sorong pada tingkat satu yaitu,18,03 mm, tingkat
dua 21,52 mm, dan tingkat tiga 26,29 mm. Selanjutnya pengukuran diameter dalam
dengan jangka sorong diperoleh rata-rata untuk karburator 15,9 mm, piston 41,23
mm, dan bearing 40,08 mm. Sedangkan untuk kedalaman, rata rata hasil pengukuran
pada karburator 43,47 mm, piston 37,13 mm, dan bearing 23,5 mm. Pada pengukuran
tebal plat dengan menggunakan jangka sorong diperoleh pengukuran rata-rata pada
posisi satu 6,11 mm dan posisi dua 6,13 mm.
Hasil pembacaan skala pada alat ukur linier, jangka sorong dan mikrometer
mengalami perubahan data setiap kali melakukan pengukuran disebabkan oleh ;
a. Faktor pengamatan
b. Faktor pembacaan skala alat ukur yang kurang cermat.
c. Faktor penggunan alat tidak sesuai dengan prosedur
d. Faktor bentuk spesimen yang tidak rata.
e. Faktor kebersihan alat ukur dan benda ukur
27
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum metrologi industri yakni pengukuran linier dapat
disimpulkan :
a.
b.
c.
d.
Untuk mengukur diameter dalam dan dan kedalaman kita hanya bisa
menggunakan jangka sorong karena mikrometer hanya dapat mengukur
ketebalan dan diameter pada praktikan ini.
1.2 Saran
Adapun saran untuk mengukur dimensi suatu benda dengan menggunakan
jangka sorong dan micrometer adalah sebagai berikut :
a. Pada saat pengukuran diameter dan tebal suatu benda dengan
menggunakan jangka sorong, sebaiknya bahan yang akan di ukur benarbenar tepat berada di tengah-tengah rahang
b. Untuk mengukur kedalaman posisi jangka sorong harus tegak lurus
c. Untuk mengukur tebal plat posisi mulut alat ukur harus benar-benar tepat
d. Untuk mendapatkan hasil yang akurat perlu dilakukan pengukuran berkalikali lalu menentukan nilai rata-rata supaya kita mengetahui mana
pengukuran yang lebih akurat.
28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Untuk mencapai kualitas produksi mesin yang baik, maka diperlukan seorang
perancang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik juga dalam
perancangan mesin. Hal ini sangat mempengaruhi fungsi kerja dari mesin yang
dihasilkan. Banyak hal-hal yang harus diperhatikan dalam perancangan mesin,
misalnya adalah perhitungan komponen mesin, pengukuran material yang digunakan,
dan lain sebagainya.
Dalam melakukan pengukuran, perancang harus memiliki keterampilan dalam
menggunakan alat ukur. Kalibrasi dari alat ukur yang digunakan sangat
mempengaruhi hasil pengukuran. Selain itu, kemampuan dalam pembacaan skala
pada alat ukur juga adalah salah satu hal yang mempengaruhi hasil pengukuran.
Misalnya adalah kesalahan pembacaan skala pengukuran sudut pada mesin yang akan
dibuat. Jika kesalahan ini terjadi, maka hasil produksi dapat dikatakan gagal dan
perancang akan banyak merugikan perusahaan dan banyak orang. Oleh karena itu,
sebagai perancang, akan dibutuhkan kemampuan penggunaan alat yang baik.
Dalam praktikum ini, kita akan mempelajari penggunaan dan cara kerja dari
sebagian alat ukur. Kita akan mempelajari cara penggunaan dan cara membaca skala
pengukuran pada alat ukur bevel protactor (busur baja).
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum yang akan dilakukan adalah :
a. Praktikan mengetahui beberapa jenis alat ukur sudut.
b. Praktikan mampu memilih metoda pengukuran dan alat ukur yang cocok,
melaksanakan pengukuran, menganalisis data hasil pengukuran dan
menyimpulkan hasil pengukuran.
29
1.3
Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :
a. Praktikan menguasai cara kerja dan cara penggunaan dari bevel protactor.
b. Praktikan mampu mengaplikasikannya pada dunia kerja.
30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Dasar Teori
Metrologi Industri merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengukuran.
Secara umum, pengukuran dapat diartikan sebagai suatu proses pembandingan antara
suatu besaran dengan besaran standar yang berasal dari besaran dasar. Pengukuran
geometris terdiri dari tiga aspek yaitu ukuran, bentuk dan kekasaran. Dan secara
terperinci, terbagi menjadi pengukuran linear, sudut, kedataran, profil, ulir, roda gigi,
penyetelan posisi dan kekasaran permukaan.
Pengukuran dibagi beberapa jenis yaitu :
a. Pengukuran langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur
langsung dan hasilnya dapat diperoleh langsung dari pembacaan saat
dilakukan pengukuran.
b. Pengukuran tak langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan
beberapa jenis alat ukur pembanding, standard dan alat bantu.
c. Pengukuran
dengan
pengukuran
dengan
geometri
khusus
adalah
pengukuran yang dilakukan hanya untuk satu geometri tertentu saja seperti
kebulatan,pitch ulir dan lainnya.
d. Pengukuran dengan kaliber batas yaitu proses pemeriksaan untuk
memastikan apakah objek ukur memiliki harga yang terletak didalam atau
diluar daerah toleransi ukuran, bentuk atau posisi.
e. Pengukuran dengan bentuk acuan adalah pengukuran dengan cara
membandingkan dengan suatu bentuk acuan yang ditetapkan pada layar
alat ukur proyeksi.
f. Pengukuran dengan mesin ukur koordinat yaitu alat ukur geometri modern
dengan memanfaatkan komputer untuk mengontrol gerakan sensor relative
terhadap benda ukur untuk menganalisis data pengukuran.
31
Alat ukur adalah suatu alat yang dipakai untuk mengukur suatu benda yang
diukur, alat ukur mesin perkakas biasanya dipakai di pabrik, di workshop, di bengkel
kuliah, dan di bengkel sekolah. oleh sebab itu, alat ini membantu untuk mengukur
benda yang sulit diukur. Contoh dari alat ukur yang digunakan untuk mengukur besar
sudut dari suatu material adalah bevel protactor atau busur baja.
2.2
atau harga sudut pada suatu benda kerja dimana hasil pengukurannya langsung dapat
dibaca pada skala ukurnya. Alat ini dibuat dari plat baja dan dibentuk setengah
lingkaran dan diberi batang pemegang serta pengunci. Pada plat setengah lingkaran
itulah dicantumkan skala ukuran sudutnya. Bevel protaktor merupakan pengukur
sudut universal digunakan untuk pengukuran sudut secara tepat. Pengukuran sudut
dapat disetel pada sembarang tempat dengan daerah pengukuran dari nol sampai
dengan 1800.
Untuk memudahkan, plat berbentuk lingkaran yang berskala tersebut disebut
dengan piringan skala utama. Antara piringan skala utama dengan batang pemegang
dihubungkan dengan pengunci yang mempunyai fungsi untuk mematikan gerakan
dari piringan skala utama waktu mengukur.
Pengunci
Gambar 2.1. Bevel Protactor
32
Skala utama
Batang pemegang
Pengunci
Gambar 2.2 Bagian-bagian Bevel protactor
Baja tersebut hanya mempunyai ketelitian sampai 1 derajat. Piringan skala
setengah lingkaran diberi skala sudut dari 0 180 secara bolak-balik. Satu skala
kecil besarnya sama dengan 1 derajat. Busur baja cocok digunakan untuk mengukur
sudut-sudut benda ukur terutama yang terbuat dari plat.
Gambar 2.3 Pengukuran sudut pada plat dengan menggunakan bevel protactor
Di samping itu untuk pengukuran yang cepat alat ini dapat juga untuk
mengukur sudut-sudut alat potong. Untuk mengukur sudut-sudut yang kecil maka
dalam menggunakan busur baja dapat dibantu dengan penyiku.
BAB III
33
METODE PRAKTIKUM
3.1
a. Alat
Bevel Protactor (busur baja)
Prosedur Praktikum
34
tingkat kecermatan satu derajat. Prinsip pembacaan skala pengukuran sangat praktis,
karena hanya melihat satu skala, yakni skala utama kita sudah dapat hasil
pengukuran..
3.4
1
102
102.5
102.25
102
102
2
100.5
100.5
100.3
100.4
100.75
3
77
77.1
77.3
77
77
4
76.25
76.5
76.3
76.6
76.9
35
NO
1
2
3
4
5
1
102.5
102.5
102.5
102.5
102.5
2
102
102.2
102.1
102.5
102.25
3
77
76.5
76.25
76.5
76.4
4
76
76.3
76.5
76.5
76.2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
36
4.1
Analisa Data
Pada tabel hasil pengukuran plat dapat kita lihat bahwa besar antara sudut plat
A dan B tidak sama. Ada baiknya pada saat mengukur sudut, posisi busur baja dan
posisi sudut plat harus benar-benar presisi, dengan begitu kita bisa mendapat hasil
pengukuran yang diinginkan.
Table 4.1. Hasil Perhitungan Plat A (mm)
Hasil Perhitungan Plat A
No
1
2
3
1
102
100,5
77
2
102,5
100,5 77,1
3 102,25
100,3 77,3
4
102
100,4
77
5
102 100,75
77
Jumlah
510,75 502,45 385,4
Rata-rata 102,15 100,49 77,08
4
76,25
76,5
76,3
76
76,9
381,95
76,39
Pengukuran ke
= 102.15 mm
= Hasil pengukuran
37
= Nilai rata-rata
Grafik 4.1. Plat A Pengukuran 1
rata-rata pada sudut 2 = jumlah hasil pengukuran
Banyaknya pengukuran
= 100,5 + 100,5+ 100,3+ 100,4 + 100,75
5
= 100,49 mm
Pengukuran plat A posisi 2
100.8
100.6
Nilai Pengukuran 100.4
100.2
100
Pengukuran ke
= Hasil pengukuran
= Nilai rata-rata
38
77
76.8
Pengukuran ke
= Hasil pengukuran
= Nilai rata-rata
76
75.5
Pengukuran ke
39
= Hasil pengukuran
= Nilai rata-rata
40
50
0
Pengukuran ke
= Hasil pengukuran
= Nilai rata-rata
102
101.5
Pengukuran ke
= Hasil pengukuran
41
= Nilai rata-rata
Percobaan
= Hasil pengukuran
= Nilai rata-rata
42
76
75.5
Pengukuran ke
= Hasil pengukuran
= Nilai rata-rata
4.2
Pembahasan
a. Pembacaan dan Pengambilan Data
43
Pengambilan data atau hasil dari pengukuran dengan bevel protactor didapat
dengan melakukan pengukuran langsung sesuai benda kerja yang diukur seperti
gambar dibawah ini :
Dengan rumus diatas maka kita akan mendapatkan hasil rata-rata dari
pengukuran yang kita lakukan sehingga kita dapat masukan kedalam bentuk grafik
hasil pengukuran.
c. Pembacaan Grafik
44
Grafik diatas menunjukan data hasil perhitungan dari berapa kali dilakukan
percobaan serta nilai rata-rata. Data hasil setiap percobaan itu dilambangkan dengan
warna biru dan Nilai rata-rata percobaan di tunjukan dengan warna merah muda. Dari
grafik diatas dapat kita ketahui bahwa dari beberapa kali pengukuran yang dilakukan
terdapat perbedaan pembacaan namun mendekati sama, hal itu menunjukan bahwa
cara pembacaan baik posisi pembacaan, posisi alat serta cara pembacaan kita sangat
berpengaruh terhadap hasil yang kita dapatkan. Untuk itu maka kita cari nilai rata-rata
untuk mencari nilai pengukuran yang tepat.
d.
Perbedaan Pembacaan
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
45
Saran
Adapun saran untuk mengukur sudut suatu benda dengan menggunakan
46