menimbulkan
sindroma
Brown-Sequard
'lengkap',
namun
manifestasi tak lengkap sindroma ini tampak dengan berbagai ragam pada
lesi lain, termasuk trauma dan neoplasma.
4. Sindroma kolom posterior
terjadi bila kolom posterior rusak secara selektif, berakibat hilangnya
sensasi vibrasi dan proprioseptif bilateral dibawah lesi. Temuan ini
tersering dijumpai sekunder terhadap kelainan sistemik (neurosifilis),
namun secara jarang dijumpai setelah trauma kord spinal.
Sasaran utama pengelolaan gawat darurat awal pada pasien dengan
fraktura dan dislokasi tulang belakang leher adalah untuk mencegah cedera
sekunder terhadap kord spinal maupun akar saraf. Ini penting bahkan pada
pasien yang sudah mengalami transeksi fungsional kord spinal seketika pada
tingkat fraktura. Utuhnya bahkan hanya sebuah segmen kord spinal diatas tingkat
cedera dapat membuat perbedaan yang sangat besar dalam rehabilitasi jangka
panjang pada pasien dengan cedera kord spinal permanen.
Immobilisasi leher saat resusitasi atau penilaian medikal awal sangat
menentukan. Ini sering terabaikan pada pasien pada keadaan akut dengan cedera
berganda dan fungsi vital yang tak stabil. Petugas medis gawat darurat terlatih
untuk
melakukan
immobilisasi
terhadap
pasien
yang
mengalami
cedera
tersangka. Kantung pasir atau kolar servikal kaku adalah jenis yang biasa
digunakan petugas sejak tempat kecelakaan. Apapun jenis immobilisasi yang
dilakukan, ia tetap dipertahankan ditempatnya hingga tulang belakang servikal
dinilai dengan radiograf lateral. Bila fraktura tulang belakang servikal dijumpai,
stabilitas fraktura ditentukan.
Semua pasien dengan fraktura tulang belakang servikal yang diperkirakan
tak stabil harus segera diletakkan dalam fiksasi skeletal eksternal dan traksi
dengan ring halo atau kaliper (tong). Beban traksi bervariasi, namun umumnya
ditentukan sekitar 3-5 pon per ruas tulang belakang servikal. Jadi sebesar 15-25
pon digunakan untuk fraktura C5 tak stabil. Bila sinar-x ulang menunjukkan
reduksi tak lengkap dari pergeseran fraktura atau subluksasi, maka beban
tambahan diberikan hingga fraktura-dislokasi berkurang (maksimum 5kg per
tingkat diatas segmen yang cedera).
Pada kebanyakan fraktura-dislokasi tulang belakang servikal akan dapat
diimmobilisasi dan direduksi dengan efektif memakai fiksasi skelet eksternal dan
traksi. Manipulasi leher berlebihan juga berakibat cedera kord spinal permanen
disaat resusitasi awal pada pasien cedera. Walau mempertahankan jalan nafas
adalah vital, ekstensi yang berlebihan leher disaat intubasi sebelum fraktura
servikal dipastikan harus dicegah.
Bila jalan nafas artifisial diperlukan sebelum film servikal dibuat, maka
dilakukan krikotiroidotomi atau intubasi nasal. Namun intubasi bukan kontra
indikasi pada pasien dengan fraktura tulang belakang servikal asal dilakukan oleh
petugas yang berpengalaman, sebaiknya seorang ahli anestesi terlatih. Pegangan
penting atas ada serta beratnya cedera tulang belakang servikal adalah pelebaran
ruang jaringan lunak prevertebral.
Cedera dan ketidakstabilan nyata mungkin tampil dengan tanpa kelainan
tulang yang jelas pada foto polos. Pada keadaan ini bukti cedera hanyalah
pelebaran ruang retrofaringeal atau retro- trakheal. Ruangan retro faringeal
membentang dari pinggir posterior bayangan udara faringeal ke aspek anteroinferior dari aksis. Pengukuran melebihi 6-7mm pada anak dan dewasa adalah
abnormal. Ruang retrotrakheal ditentukan oleh ruangan jaringan lunak antara
batas posterior bayangan udara trakheal keaspek antero- inferior badan ruas
tulang belakang C6. Walau ruang ini bervariasi menurut usia dan pernafasan,
pengukuran yang melebihi 14mm pada anak dan 22mm pada dewasa adalah
abnormal, cedera tulang belakang leher yang bermakna harus diduga. Penting
untuk menampilkan seluruh ruas tulang belakang servikal pada foto lateral pada
pasien yang mengalami trauma yang jelas. Sering foto pertama tidak memadai
menampilkan C7 karena bertumpuk dengan bahu.
Kerusakan kord spinal irreversibel secara sekunder dapat diakibatkan oleh
manipulasi leher pada pasien dengan fraktura atau dislokasi C 7 tak stabil disaat C7
tak tampak pada foto pertama. Ada beberapa indikasi untuk pemasangan
traksi leher pada pengelolaan awal cedera tulang belakang servikal:
1. Immobilisasi tulang belakang servikal pada pasien dengan fraktura tak stabil.
2. Reduksi dislokasi atau subluksasi.
3. Distraksi foramina intervertebral pada pasien dengan kompresi radikuler.
4. Mengurangi nyeri yang diakibatkan cedera jaringan lunak bersangkutan.
Terdapat dua indikasi yang jelas untuk tindakan operasi gawat darurat
atas fraktura dan dislokasi tulang belakang servikal:
1. Defisit neurologis progresif.
2. Adanya cedera kord spinal tak lengkap. Pada keadaan tersebut operasi
hanya dilakukan bila terdapat kompresi ekstrinsik atas kord spinal yang
tampak pada mielografi. Intervensi bedah gawat darurat untuk
stabilisasi atau reduksi jarang diperlukan karena biasanya dapat
selalu
diperlukan
pada
pasien
yang
menampakkan
pasangan
ligamen
alar
serta
membran
tektorial,
juga
atau
keduanya.
Hubungan
kranioservikal
secara
piramidal
diskreta
mungkin
mengakibatkan
dan trombosis pembuluh ini. Beberapa pasien dengan DAO bisa dengan
defisit yang timbul tidak sejak awal. Ini mungkin karena trauma
tambahan terhadap sistema saraf (sekunder terhadap pergerakan pada
tulang belakang yang tak stabil) atau terhadap masalah lain seperti
iskemia akibat emboli atau trombosis pembuluh yang rusak. Pasien
DAO sering dengan cedera berganda dan karenanya harus dinilai
secara lengkap atas cedera lainnya.
GAMBARAN RADIOLOGIS Diagnosis definitif DAO dibuat berdasar
radiograf. Walau temuan mungkin tidak jelas, adanya hematoma
retrofaringeal, yang tak selalu ada, harus mewaspadakan pemeriksa
akan cedera tulang belakang serius.
Diagnosis DAO mungkin dipastikan oleh satu dari beberapa
kriteria radiografik. Powers telah menentukan bahwa hubungan antara
basis tengkorak dan C1 ditentukan oleh rasio panjang dua buah garis.
Garis pertama adalah jarak antara basion dengan arkus posterior C 1,
dan yang lainnya adalah jarak antara opistion dan arkus anterior atlas.
Rasio rata-rata garis I dan garis II pada orang normal adalah 0.77.
Nilai yang lebih dari satu mungkin menunjukkan DAO. Rasio ini tak
dipengaruhi dimensi, karenanya tidak dipengaruhi pembesaran yang
mungkin terjadi pada posisi film yang tidak baku.
Rasio ini tak berlaku pada pasien dengan anomali kongenital
foramen magnum atau fraktura arkus neural atlas. Rasio mungkin
kurang dari satu pada pasien DAO longitudinal atau posterior. Lee
menilai hubungan kraniovertebral dengan cara pasangan garis (garisx): sebuah dari basion ketitik tengah garis C2 spinolaminer (BC2Sl) dan
lainnya dari opistion ke sudut posteroinferior dens (C2O). Garis BC2Sl
memotong tangensial aspek posterosuperior dens dan garis C2O
memotong tangensial titik tertinggi garis C1 spinolaminer pada pasien
normal yang berusia lebih dari 5 tahun. Hubungan ini berubah pada
DAO. Metoda garis-x mungkin lebih sensitif dari rasio Powers.
Validitasnya tergantung hubungan normal C 1 dan C2, dan pada lebih
dari 50% pasien dengan DAO, terdapat pemisahan abnormal dari
elemen posterior C1 dan C2. DAO mungkin pula didiagnosa dengan
menentukan pertambahan jarak dari lokasi paling posterior korteks
mandibuler terhadap arkus anterior C1 serta proses odontoid. Posisi
radiografik
yang
tepat,
dengan
film
72
sm,
diperlukan
untuk
mendapatkan pengukuran yang benar dan hal ini tidak selalu tersedia
di UGD. Metoda ini tidak bernilai pada DAO posterior, karenanya
anak
Diperkirakan
dan
mendapatkan
bahwa
bila
jaraknya
setiap
tidak
pergeseran
lebih
dari
5mm.
lebih
dari
5mm
menunjukkan DAO.
Pengukuran ini mungkin didapat dari foto AP ataupun lateral,
dan tampaknya terutama berguna dalam menentukan adanya dislokasi
longitudinal. Jarak ini belum dinilai pada orang dewasa. Terdapat tiga
jenis spesifik DAO: DAO jenis I terdiri dari pergeseran anterior oksiput
terhadap C1, jenis II adalah distraksi longitudinal primer dengan
separasi oksiput dari atlas, dan DAO jenis III bila oksiput dislokasi
keposterior dari C1.
PENGELOLAAN DAN OUTCOME Semua korban kecelakaan, terutama
dengan cedera kepala dan leher, harus diduga mengalami DAO.
Pengelolaan awal adalah mempertahankan ventilasi adekuat dengan
tulang belakang servikal diimmobilisasi pada posisi netral. Intubasi
nasotrakheal
harus
dilakukan
pada
pasien
yang
memerlukan
distraksi
longitudinal,
karenanya
traksi
mungkin
akan
dan
defisit
neurologis,
traksi
diindikasikan
untuk
dan/atau
defisit
ringan,
mungkin
realignment
bisa