TINJAUAN PUSTAKA
optimal. (3) Frekuensi berapa kali melakukan gosok gigi berpengaruh dengan
sisa makan yang menempel di dalam mulut, jika tidak ada sisa makanan yang di
gigi maka mikroorganisme yang akan menyerang gigi tidak dapat menyerang
secara optimal sehingga gigi terjaga kebersihannya. (4) Keteraturan pergi ke
dokter gigi sebaiknya dilakukan secara rutin 6 bulan sekali. Pada saat berkunjung,
dokter dapat menemukan keadaan yang perlu diberikan tindakan, sebelum terjadi
kerusakan dalam rongga mulut atau sebelum keadaan menjadi parah.
2.1.2 Mengukur Kebersihan Gigi dan Mulut
Mengukur kebersihan gigi dan mulut, merupakan upaya untuk menentukan
keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang. Pada umumnya, mengukur
kebersihan gigi dan mulut menggunakan suatu indeks. Indeks adalah suatu
angka yang menunjukkan kadaan klinis yang didapat pada waktu dilakukan
pemeriksaan, dengan cara mengukur luas dari permukaan gigi yang ditutupi pleh
plak maupun kalkulus (Astoeti, 2006).
Kebersihan gigi dan mulut diperiksa dengan menggunakan OHI-S (Oral
Hygiene Index Simplified) (Andlaw, 1992). Indikator yang biasa digunakan
mengukur tingkat kebersihan mulut seseorang atau masyarakat adalah
menggunakan indeks Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) dari Grenee and
Vermillion (Manson dan Eley, 1993).
Debris Indeks (DI)
Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan sonde pada permukaan gigi
daerah 1/3 insisal atau oklusal dan digerakkan menuju daerah 1/3 gingival atau
servikal OHI-S (Marya, 2011).
Gambar 2.1 Permukaan gigi yang diukur dalam OHI-S (Marya, 2011).
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi
permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau kurang dari 1/3 permukaan
gigi dari tepi gingiva atau gusi.
b. Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak, akan tetapi ada
pewarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan gigi sebagian atau
seluruhnya.
2 : Permukaan gigi terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan tersebut
seluas lebih dari 1/3, tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi dari tepi gingiva
atau gusi.
3 : Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi permukaan
tersebut seluas lebih dari 2/3 permukaan gigi dari tepi gingiva atau gusi
Berikut adalah gambaran pengukuran debris :
Pada permukaan gigi ada karang gigi supra gingival yang menutupi gigi
tidak lebih dari 1/3 permukaan gingiva atau gusi
2 : a. Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi supra gingival kurang
dari 2/3 permukaan dari tepi gingiva atau gusi
b. Sekitar bagian servikal gigi terdapat sedikit karang gigi subgingival
3 : a.
Pada permukaan gigi yang diperiksa ada karang gigi supra gingival yang
menutupi permukaan dari tepi gingival atau gusi
b. Sekitar bagian servikal gigi ada karang gigi subgingival yang menutupi
dan melingkari seluruh servikal (continous band of subgingival calculus)
Berikut gambaran pengukuran kalkulus :
10
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan mengerti atau memahami dari suatu hal tentang
sesuatu objek. Hal ini dapat dirasakan dengan indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan aspek yang
sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif,
yaitu:
1. Tahu (know), diartikan sebagai hal mengingat suatu materi yang
sebelumnya telah dipelajari. Tahun ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai kemampuan seseorang
dalam menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar dan jelas.
11
untuk
keenam
tingkatan
tersebut,
semuanya
saling
berkaitan
dan
Kelima, yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam. Jadi,
12
sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan
kedalaman pengalaman.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara
lain: Pendidikan, media massa atau informasi, sosial budaya dan ekonomi,
lingkungan, pengalaman, usia. Semakin tinggi faktor -faktor tersebut berpengaruh,
maka berpengaruh juga dengan seberapa besar pengetahuan yang diperolehnya
(Notoatmodjo, 2005).
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
terhadap suatu hal, agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri,
bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka
menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang
dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi
dan nilai-nilai baru diperkenalkan.
Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Umur
13
Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dalam menekuni suatu hal dan
pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.
5. Pengalaman
Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik seseorang
akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek
tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang
membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.
6. Kebudayaan
Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai
budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin
masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan.
7. Informasi
14
Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
survei atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
ukur, dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo,
2003).
Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2006), dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dengan objek penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif di
gambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif terwujud
angka-angka, hasil perhitungan atau pengukuran, dapat diproses dengan cara
dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh
persentase, setelah dipresentasikan lalu ditafsirkan ke dalam kalimat yang bersifat
kualitatif.
a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100% dari yang diharapkan
b. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% dari yang diharapkan.
c. Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% dari yang diharapkan.
2.3 Anak Usia 3 5 Tahun
Anak usia 3-5 tahun masih sangat bergantung pada orangtua dalam hal
menjaga kebersihan dan kesehatan gigi. Pada umumnya, orangtua beranggapan
bahwa anak usia 3-5 tahun sudah memiliki kemampuan yang cukup untuk
membersihkan gigi, namun penting ditekankan kepada orangtua, bahwa mereka
15
harus terus membantu menyikat gigi anak-anak mereka (Anggriana dan Musyifah,
2005).
Anak usia 3-5 tahun dapat menyikat gigi mereka sendiri dengan dibantu
oleh orangtua, setidaknya dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi
berfluoride seukuran kacang polong (pea-sized). Pengawasan dalam menyikat gigi
terbukti sangat penting dalam mengatur jumlah pasta gigi dalam sikat gigi dan
untuk mencegah anak-anak menelan pasta gigi jika diberikan secara berlebihan.
Ibu yang membawa anaknya ke dokter gigi secara teratur memiliki resiko karies
lebih rendah, dibandingkan dengan ibu yang membawa anak mereka jika
mengalami masalah dengan gigi (Anggriana dan Musyifah, 2005).
Anak adalah individu yang mengalami tumbuh kembang, mempunyai
kebutuhan biologis, psikologis, dan spiritual yang harus dipenuhi (Potter dan
Perry, 2005). Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan
berkembang secara teratur, saling berkaitan, dan berkesinambungan dimulai sejak
konsepsi sampai dewasa. Karakteristik tumbuh kembang spesifik terhadap usia
anak. Pada usia 3-5 tahun, pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi
perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatkan
keterampilan dan proses berpikir. Anak usia 3-5 tahun adalah mereka biasa
mengikuti program pra-sekolah dan kinderganden. Sedangkan di Indonesia pada
umumnya mereka mengikuti Program Penitipan Anak (3 bulan - 5 tahun) dan
kelompok bermain Play Group (usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4-5
tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-kanak (Anggriana dan
Musyifah, 2005).
2.3.1 Karakteristik Perkembangan Anak Usia 3 5 tahun
16
Jauhkan
dari
membandingkan
antara
laki-laki
dengan
17
b. Ciri Sosial
Anak usia 3-5 tahun biasanya mudah bersosialisasi dengan orang
disekitarnya. Umumnya anak pada tahap ini memiliki satu atau dua
sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan
diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang biasa
dipilih biasanya yang memiliki jenis kelamin yang sama dengannya tetapi
kemudian berkembang menjadi sahabat yang terdiri dari jenis kelamin
yang berbeda.
c. Ciri Emosional
Anak usia 3-5 tahun cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas
dan terbuka, sikap marah, iri hati pada anak usia 3-5 tahun sering terjadi,
mereka sering kali memperebutkan perhatian guru.
d. Ciri Kognitif
Anak usia 3-5 tahun umumnya sudah terampil berbahasa, sebagian besar
dari mereka senang berbicara, khususnya pada kelompoknya. Sebaliknya
anak memberi kesempatan untuk menjadi pendengar yang baik.
Tugas pertumbuhan dan perkembangan anak usia 3-5 tahun, Hurlock
(1998), mengemukakan bahwa semua tugas perkembangan anak usia 4-5 tahun itu
disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam empat kelompok
besar yang disebut sektor perkembangan yang meliputi :
a. Perilaku sosial
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan, bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan lingkungannya
18