Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebersihan Gigi dan Mulut


Kebersihan gigi adalah suatu keadaan dimana gigi geligi yang berada
dalam rongga mulut dalam keadaan bersih, bebas dari plak, dan kotoran lain yang
berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, dan sisa makanan.
Sikap setiap orang menjaga kebersihan gigi dan mulut dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Tidak ada dua orang yang melakukan perawatan kebersihan dengan
cara yang sama dan mendapatkan suatu hasil yang sama setiap individu (Potter,
2005).
Pada bidang kesehatan gigi, kebersihan mulut mempunyai peran penting,
karena kebersihan mulut yang buruk dapat mengakibatkan timbulnya berbagai
macam penyakit baik lokal maupun sistemik. Kebersihan mulut yang buruk dapat
menyebabkan peradangan pada jaringan periodontium, mulai dari gingivitis
sampai pada periodontitis. Penyebab utama periodontitis adalah akumulasi plak
yang mengandung mikroorganisme, yang produknya dapat menimbulkan respon
imun jaringan periodontium (Manson dan Eley, 1993).
2.1.1 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Gigi dan Mulut
Faktorfaktor yang mempengaruhi kebersihan gigi menurut Machfoedz
(2005) diantaranya adalah : (1) jenis makanan, makanan yang mudah lengket dan
menempel digigit seperti permen dan coklat dapat mengakibatkan makanan
mudah tertinggal dan melekat pada gigi. (2) Cara gosok gigi merupakan cara
yang umum diajurkan untuk membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi
dan gusi, tindakan i n i merupakan kunci keberhasilan untuk mempunyai rongga
mulut yang sehat dalam upaya pencegahan dan pemeliharaan mulut yang
5

optimal. (3) Frekuensi berapa kali melakukan gosok gigi berpengaruh dengan
sisa makan yang menempel di dalam mulut, jika tidak ada sisa makanan yang di
gigi maka mikroorganisme yang akan menyerang gigi tidak dapat menyerang
secara optimal sehingga gigi terjaga kebersihannya. (4) Keteraturan pergi ke
dokter gigi sebaiknya dilakukan secara rutin 6 bulan sekali. Pada saat berkunjung,
dokter dapat menemukan keadaan yang perlu diberikan tindakan, sebelum terjadi
kerusakan dalam rongga mulut atau sebelum keadaan menjadi parah.
2.1.2 Mengukur Kebersihan Gigi dan Mulut
Mengukur kebersihan gigi dan mulut, merupakan upaya untuk menentukan
keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang. Pada umumnya, mengukur
kebersihan gigi dan mulut menggunakan suatu indeks. Indeks adalah suatu
angka yang menunjukkan kadaan klinis yang didapat pada waktu dilakukan
pemeriksaan, dengan cara mengukur luas dari permukaan gigi yang ditutupi pleh
plak maupun kalkulus (Astoeti, 2006).
Kebersihan gigi dan mulut diperiksa dengan menggunakan OHI-S (Oral
Hygiene Index Simplified) (Andlaw, 1992). Indikator yang biasa digunakan
mengukur tingkat kebersihan mulut seseorang atau masyarakat adalah
menggunakan indeks Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) dari Grenee and
Vermillion (Manson dan Eley, 1993).
Debris Indeks (DI)
Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan sonde pada permukaan gigi
daerah 1/3 insisal atau oklusal dan digerakkan menuju daerah 1/3 gingival atau
servikal OHI-S (Marya, 2011).

Gambar 2.1 Permukaan gigi yang diukur dalam OHI-S (Marya, 2011).

Kriteria pemeriksaan Debris Indeks (DI) menurut Depkes RI adalah sebagai


berikut :
0 : Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak dan tidak ada
pewarnaan ekstrinsik.
1 : a.

Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi
permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau kurang dari 1/3 permukaan
gigi dari tepi gingiva atau gusi.

b. Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak, akan tetapi ada
pewarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan gigi sebagian atau
seluruhnya.
2 : Permukaan gigi terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan tersebut
seluas lebih dari 1/3, tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi dari tepi gingiva
atau gusi.

3 : Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi permukaan
tersebut seluas lebih dari 2/3 permukaan gigi dari tepi gingiva atau gusi
Berikut adalah gambaran pengukuran debris :

Gambar 2.2 Metode Skoring Debris Indeks (Marya, 2011)


Menghitung Debris Indeks (DI)

DI= Jumlah Nilai Debris


Jumlah Gigi yang diperiksa
Kriteria DI = 0,0 - 0,6 (Baik)
0,7 1,8 (Sedamg)
1,9 3,0 (Buruk)
Calculus Indeks (CI)
Pemeriksaan dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu apakah kalkulus
termasuk kalkulus supragingival atau subgingival. Pemeriksaan dilakukan dengan
menggerakkan sonde yang meliputi daerah separuh keliling gigi. Kriteria
pemeriksaan Calculus Indeks (CI) menurut Depkes RI 1999 :

0 : Tidak ada karang gigi


1:

Pada permukaan gigi ada karang gigi supra gingival yang menutupi gigi
tidak lebih dari 1/3 permukaan gingiva atau gusi

2 : a. Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi supra gingival kurang
dari 2/3 permukaan dari tepi gingiva atau gusi
b. Sekitar bagian servikal gigi terdapat sedikit karang gigi subgingival
3 : a.

Pada permukaan gigi yang diperiksa ada karang gigi supra gingival yang
menutupi permukaan dari tepi gingival atau gusi

b. Sekitar bagian servikal gigi ada karang gigi subgingival yang menutupi
dan melingkari seluruh servikal (continous band of subgingival calculus)
Berikut gambaran pengukuran kalkulus :

Gambar 2.3 Metode Pengukuran Kalkulus Indeks (Marya, 2011)


Menghitung Calculus Indeks (CI)
CI = Jumlah Nilai Calculus
Jumlah gigi yang diperiksa
Kriteria CI = 0,0 0,6 (Baik)
0,7 1,8 (Sedang)
1,9 3,0 (Buruk)

10

Penentuan Nilai OHI-S


Skor OHI-S perindividu merupakan penjumlahan dari skor DI-S dan CI-S,
kisaran nilai untuk DI-S dan CI-S yaitu antara 0-3 sehingga nilai OHI-S berkisar
antara 0-6 (WHO Oral Health Country, 2006). Rumus skor OHI-S secara umum
adalah :
OHI-S = DI-S + CI-S
OHI-S = 0,0 1,2 (Baik)
1,3 3,0 (Sedang)
3,1 6,0 (Buruk)

2.2 Pengetahuan
2.2.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan mengerti atau memahami dari suatu hal tentang
sesuatu objek. Hal ini dapat dirasakan dengan indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan aspek yang
sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif,
yaitu:
1. Tahu (know), diartikan sebagai hal mengingat suatu materi yang
sebelumnya telah dipelajari. Tahun ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai kemampuan seseorang
dalam menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar dan jelas.

11

3. Aplikasi (application), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk


menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang nyata atau
sebenarnya.
4. Analisis (analysis), diartikan sebagai kemampuan dalam menjabarkan
suatu materi kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu
struktur organisasi, dan masih berkaitan satu sama lainnya.
5. Sintesis (synthesis), diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang


baru.
6. evaluasi (evaluation), Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian pada suatu materi atau objek. Penilain yang dilakukan
berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada.
Dari

keenam

tingkatan

tersebut,

semuanya

saling

berkaitan

dan

mempengaruhi, sehingga apabila semuanya dialami oleh seseorang, maka akan


menimbulkan suatu prilaku sebagai hasilnya (Notoatmodjo, 2003).
Sumber pengetahuan menurut Suhartono (2008) ada lima, yaitu : pertama,
adalah kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agam yang merupakan nilainilai warisan nenek moyang. Kedua, adalah berdasarkan pada otoritas kesaksian
orang lain dan diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas
adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Ketiga,
yaitu pengalaman indriawi atau pengalaman yang dirasakan langsung kemudian
orang bisa menyaksikan. Keempat, yaitu akal pikiran hal ini sifatnya lebih
rohani yang merupakan menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak,
universal, yang

seragam dan yang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah.

Kelima, yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam. Jadi,

12

sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan
kedalaman pengalaman.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara
lain: Pendidikan, media massa atau informasi, sosial budaya dan ekonomi,
lingkungan, pengalaman, usia. Semakin tinggi faktor -faktor tersebut berpengaruh,
maka berpengaruh juga dengan seberapa besar pengetahuan yang diperolehnya
(Notoatmodjo, 2005).
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang anatara lain

pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan, dan informasi


(Mubarak, dkk.,2007).
1

Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
terhadap suatu hal, agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri,
bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka
menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang
dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi
dan nilai-nilai baru diperkenalkan.

Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Umur

13

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek


psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat
kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya
ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi
organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin
matang dan dewasa.
4

Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dalam menekuni suatu hal dan
pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.

5. Pengalaman
Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik seseorang
akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek
tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang
membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.
6. Kebudayaan
Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai
budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin
masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan.

7. Informasi

14

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang


untuk memperoleh pengetahuan yang baru
2.2.3

Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
survei atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
ukur, dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo,
2003).
Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2006), dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dengan objek penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif di
gambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif terwujud
angka-angka, hasil perhitungan atau pengukuran, dapat diproses dengan cara
dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh
persentase, setelah dipresentasikan lalu ditafsirkan ke dalam kalimat yang bersifat
kualitatif.
a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100% dari yang diharapkan
b. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% dari yang diharapkan.
c. Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% dari yang diharapkan.
2.3 Anak Usia 3 5 Tahun
Anak usia 3-5 tahun masih sangat bergantung pada orangtua dalam hal
menjaga kebersihan dan kesehatan gigi. Pada umumnya, orangtua beranggapan
bahwa anak usia 3-5 tahun sudah memiliki kemampuan yang cukup untuk
membersihkan gigi, namun penting ditekankan kepada orangtua, bahwa mereka

15

harus terus membantu menyikat gigi anak-anak mereka (Anggriana dan Musyifah,
2005).
Anak usia 3-5 tahun dapat menyikat gigi mereka sendiri dengan dibantu
oleh orangtua, setidaknya dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi
berfluoride seukuran kacang polong (pea-sized). Pengawasan dalam menyikat gigi
terbukti sangat penting dalam mengatur jumlah pasta gigi dalam sikat gigi dan
untuk mencegah anak-anak menelan pasta gigi jika diberikan secara berlebihan.
Ibu yang membawa anaknya ke dokter gigi secara teratur memiliki resiko karies
lebih rendah, dibandingkan dengan ibu yang membawa anak mereka jika
mengalami masalah dengan gigi (Anggriana dan Musyifah, 2005).
Anak adalah individu yang mengalami tumbuh kembang, mempunyai
kebutuhan biologis, psikologis, dan spiritual yang harus dipenuhi (Potter dan
Perry, 2005). Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan
berkembang secara teratur, saling berkaitan, dan berkesinambungan dimulai sejak
konsepsi sampai dewasa. Karakteristik tumbuh kembang spesifik terhadap usia
anak. Pada usia 3-5 tahun, pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi
perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatkan
keterampilan dan proses berpikir. Anak usia 3-5 tahun adalah mereka biasa
mengikuti program pra-sekolah dan kinderganden. Sedangkan di Indonesia pada
umumnya mereka mengikuti Program Penitipan Anak (3 bulan - 5 tahun) dan
kelompok bermain Play Group (usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4-5
tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-kanak (Anggriana dan
Musyifah, 2005).
2.3.1 Karakteristik Perkembangan Anak Usia 3 5 tahun

16

Menurut Hurlock (1998), ciri-ciri anak usia 3-5 tahun meliputi:


a. Secara fisik, otot-otot lebih kuat dan pertumbuhan tulang terjadi
sangat pesat.
b. Secara motorik, anak mampu memanipulasi objek kecil (puzzel)
menggunakan balok-balok dalam berbagai ukuran dan bentuk.
c. Secara intelektual, anak mempunyai rasa ingin tahu, rasa emosi, iri,
dan cemburu. Hal ini timbul karena anak ingin memiliki hal-hal yang
dimiliki oleh teman-teman sebayanya.
d. Secara sosial, anak mampu menjalin kontak sosial dengan orangorang yang ada diluar rumah, sehingga anak memiliki minat yang
lebih untuk bermain dengan temannya, orang-orang dewasa, saudara
kandung didalam keluarga.
Hurlock (1998) mengemukakan ciri-ciri anak usia 3-5 tahun meliputi aspek
fisik, sosial, emosi, dan kognitif anak.
a. Ciri Fisik
Anak usia 3-5 tahun umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki
penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatankegiatan yang dilakukan sendiri. Berikan kesempatan kepada anak untuk
lari, memanjat, dan melompat. Usahakan kegiatan-kegiatan tersebut diatas
sebanyak mungkin sesuai kebutuhan anak dan selalu dalam pengawasan.
Walaupun anak laki-laki lebih besar, namun anak perempuan lebih
terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik
halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki apabila ia tidak
terampil.

Jauhkan

dari

membandingkan

perempuan, juga dalam kompetisi keterampilan.

antara

laki-laki

dengan

17

b. Ciri Sosial
Anak usia 3-5 tahun biasanya mudah bersosialisasi dengan orang
disekitarnya. Umumnya anak pada tahap ini memiliki satu atau dua
sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan
diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang biasa
dipilih biasanya yang memiliki jenis kelamin yang sama dengannya tetapi
kemudian berkembang menjadi sahabat yang terdiri dari jenis kelamin
yang berbeda.
c. Ciri Emosional
Anak usia 3-5 tahun cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas
dan terbuka, sikap marah, iri hati pada anak usia 3-5 tahun sering terjadi,
mereka sering kali memperebutkan perhatian guru.
d. Ciri Kognitif
Anak usia 3-5 tahun umumnya sudah terampil berbahasa, sebagian besar
dari mereka senang berbicara, khususnya pada kelompoknya. Sebaliknya
anak memberi kesempatan untuk menjadi pendengar yang baik.
Tugas pertumbuhan dan perkembangan anak usia 3-5 tahun, Hurlock
(1998), mengemukakan bahwa semua tugas perkembangan anak usia 4-5 tahun itu
disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam empat kelompok
besar yang disebut sektor perkembangan yang meliputi :
a. Perilaku sosial
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan, bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan lingkungannya

misalnya, membantu dirumah,

mengambil makanan, berpakaian tanpa bantuan, menyuapi boneka,


menggosok gigi tanpa bantuan, dan mengambil makanan.
b. Gerakan motorik halus

18

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengambil


sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu yang
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat
misalnya, menggambar garis, lingkaran, dan menggambar manusia.
c. Bahasa
Kemampuan yang memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
misalnya, berbicara semua dimengerti, mengenal, dan menyebutkan
warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil).
d. Gerakan motorik kasar
Aspek yang berhubungan dengan gerakan dan sikap tubuh misalnya,
berdiri dengan satu kaki, berjalan naik tangga, dan menendang bola.

Anda mungkin juga menyukai