Pedoman Teknis
Pedoman Teknis
P
e
n
g
o
p
e
r
a
s
i
a
n
w
a
d
u
k
t
u
n
g
g
a
60/KPTS/M/200
4
Tanggal : 1
Oktober 2004
K
e
p
u
t
u
s
a
n
M
e
n
t
e
r
i
P
e
r
m
u
k
i
m
a
n
d
a
n
P
r
a
s
a
r
a
n
a
W
i
l
a
y
a
h
N
o
m
o
r
:
3
D
E
P
A
R
TE
M
E
N
P
E
R
M
U
KI
M
A
N
D
A
N
P
R
A
S
ARANA
WILAYAH
Pd T-25-2004-A
Prakata
Pedoman ini termasuk dalam Gugus Kerja Hidraulika, Hidrologi, Lingkungan, Air Tanah dan
Air Baku pada Sub Panitia Teknik Bidang Sumber Daya Air yang berada di bawah Panitia
Teknik Konstruksi dan Bangunan, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
Penulisan pedoman ini mengacu kepada Pedoman BSN No.8 Tahun 2000 dan telah
mendapat masukkan dan koreksi dari ahli bahasa.
Perumusan pedoman ini dilakukan melalui proses pembahasan pada Gugus Kerja,
Prakonsensus dan Konsensus pada tanggal 10 September 2003 di Pusat Litbang Sumber
Daya Air Bandung serta proses penetapan pada Panitia Teknik yang melibatkan para
narasumber dan pakar dari berbagai instansi terkait.
Pedoman ini menyajikan tentang pengoperasian waduk tunggal serta prosedur yang
diperlukan dalam penyusunan kurva pola operasi dan pengoperasian waduk tunggal.
Dengan diterbitkannya pedoman ini para perencana dan pelaksana pekerjaan dalam
merencanakan mengoperasikan waduk tunggal dapat menyesuaikannya dan melakukan
sesuai dengan prosedur yang tertuang dalam pedoman ini.
Daftar isi
Prakata
......................................................................................................................
Daftar isi
.....................................................................................................................
ii
Pendahuluan
..............................................................................................................
iii
1. Ruang lingkup
........................................................................................................
2. Acuan normatif
.......................................................................................................
..................................................................................................
..........................
........................................................................
.........................................................................................
...........................................................................
........................................................................
.........................................................................
.....................................................................................
..........................................................................
........................................................
..........................................................
.............................................
......................................................................................................
..................................
.................................................
.....................................................
Bibliografi
11
.......................
14
.....................................................
18
........................................
23
.....................................................................
27
...................................................................................................................
28
ii
Pendahuluan
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan air dan menurunnya pasokan air pada musim
kemarau, diperlukannya suatu tampungan yang mampu menampung kelebihan air pada
musim hujan, dan mendistribusikannya pada musim kemarau.
Untuk pengaturan pendistribusian air secara optimal, diperlukan suatu pedoman
pengoperasian waduk. Banyak hal yang berpengaruh dan harus diperhatikan dalam
penyusunan kurva pola operasi dan pengoperasian waduk, antara lain, masukan air ke
waduk, karakteristik waduk, keluaran air dari waduk, metode, serta pendekatan yang
dipergunakan dalam mengoptimalkan pengoperasian waduk tersebut.
Pedoman ini memuat aspek-aspek yang berkaitan dengan penyusunan kurva pola
pengoperasian waduk, pola operasi, dan contoh penghitungan yang dibahas pada bab-bab
dan lampiran.
iii
1 Ruang lingkup
Pedoman ini dimaksudkan untuk memudahkan perencana/pelaksana pengoperasian dalam
menyusun pola operasi dan pengoperasian waduk tunggal.
Ruang lingkup pedoman ini menguraikan tentang pengoperasian waduk tunggal dengan
berbagai hal-hal yang perlu diketahui/ditentukan sebelumnya antara lain :
-
Acuan normatif
SNI 03-2821-1992 :
SNI 03-6737-2002 :
adalah
kemampuan
suatu
waduk
3.4 Tinggi normal adalah elevasi muka air sampai elevasi mercu, dinyatakan dalam satuan
meter (m).
3.5 Tinggi muka air minimum adalah elevasi muka air terendah suatu waduk. Pada elevasi
ini waduk tidak dapat dioperasikan lagi. Satuan yang dipakai adalah meter (m).
3.6 Tinggi Muka Air (TMA) waduk adalah tinggi muka air waduk atau danau yang diukur
dengan alat ukur yang dipasang di tepinya. TMA waduk berkaitan/dihubungkan dengan
volume atau luas permukaan waduk atau danau.
3.7 Luas genangan adalah luas permukaan genangan air dalam suatu waduk atau danau.
2
Satuan yang dipergunakan biasanya hektar (ha) atau kilometer persegi (km ).
7 dari 24
Karakteristik waduk
Karakteristik waduk yang diperlukan dalam penyusunan pola operasi suatu waduk adalah
data fisik waduk (lebar dan elevasinya pelimpah, ada/tidak adanya pintu di atas pelimpah,
data outlet dari waduk, data elevasi maksimum pengoperasian, data tampungan mati dan
tampungan efektif) dan data hubungan antara elevasi luas dan volume dari waduk. Data
hubungan antara elevasi-luas
dan elevasi-volume
didapatkan
dari hasil
pengukuran/pemeruman kedalaman waduk yang perlu dilakukan secara rutin.
4.3
Air yang masuk ke waduk diklarifikasikan dalam tiga kondisi, yaitu : masukan air ke waduk
pada kondisi tahun basah, normal, dan kering. Air yang masuk ke waduk dapat berupa aliran
air yang masuk dari sungai, dari daerah sekelilingnya, dan dari curah hujan yang jatuh
langsung pada permukaan waduk.
Untuk menentukan besarnya masukan air (inflow) dari sungai untuk tahun basah normal dan
kering, prosedur yang dibutuhkan untuk kondisi dimana data debit tersedia maupun data
debit tidak tersedia dapat dilihat pada diagram alir di Gambar 1.
Contoh penghitungan
inflow untuk kondisi tahun bash, normal, dan kering dapat dilihat pada Lampiran B.
Pengumpulan
Data Debit
Tersedia
Data > 10
tahun
Tidak
Ya
Hitung Persentase
volume inflow & plot
grafiknya
Tersedia
Data hujan >
10 tahun
Tidak
Analisis
Regional
Ya
Pilih Model
Rainfall-Runoff
Kalibrasi Model
Tentukan
0 -33,3%
tahun kering
33,3%-66,6%
tahun normal
66,6%-100%
tahun basah
Generating Data
Debit
Data Debit
Sinthetis
Kebutuhan air ditentukan oleh fungsi dari waduk tersebut. Untuk waduk yang mempunyai
manfaat tunggal, keluaran air waduk dihitung hanya untuk pemenuhan suatu kebutuhan saja
namun pada waduk yang dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, keluaran dari waduk
merupakan total dari seluruh kebutuhan seperti untuk irigasi, PLTA, air baku, dan perikanan.
Meskipun seringkali terjadi konflik dalam pengoperasiannya namun hal tersebut dapat
dikompromikan/disusun sesuai dengan skala prioritas yang telah dituangkan dalam undangundang pengairan untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Kebutuhan air dapat dikategorikan menjadi:
Kebutuhan Air Minum dan Kegiatan Perkotaan
Prakiraan sedimentasi
Permasalahan yang sering dialami suatu waduk setelah beroperasi adalah menurunnya
kapasitas tampung dari waduk karena laju sedimentasi yang tinggi.
Sedimentasi ini disebabkan oleh :
- perubahan tata guna lahan di hulu yang berakibat rusaknya daerah pengaliran sungai;
- tidak optimalnya pengoperasian waduk sehingga terjadi endapan sedimentasi yang besar
di waduk.
Untuk mengantisipasi menurunnya umur waduk karena sedimentasi perlu dilakukan :
- pemantauan secara periodik besarnya sedimentasi yang terbawa aliran masuk ke waduk
dengan melakukan pengambilan contoh air dan butiran dari sedimen yang masuk ke
waduk secara rutin.
- pemeruman dari waduk.
- perbaikan daerah pengaliran sungai di hulu waduk, misalnya melakukan reboisasi.
Adapun sketsa dari profil pengendapan sedimentasi di waduk terlihat pada Gambar 2.
MWS
MWS
Pivot Point
Pivot Point
Coarse Sedimen
Foreset Slope
Coarse Sediment
Original Slope
Outlet
Original Slope
Outlets
Fine Sedimens
Fine Sediment
= ds/dt .............................................................................................
(01)
adalah masukan
adalah keluaran
adalah perubahan tampungan
= St + It + Rt Et Lt Ot OSt ................................................................
dengan:
St
adalah
St+1
adalah
It
adalah
Rt
adalah
Et
adalah
Lt
adalah
Ot
adalah
OSt
adalah
5.2
(02)
Pendekatan yang dapat digunakan didalam pengoperasian waduk adalah sebagai berikut.
1) Pola pengoperasian dengan pendekatan tahunan (one year return) artinya waduk pada
awal operasi dalam kondisi penuh dan untuk periode satu tahun operasi waduk
diusahakan kembali penuh.
2) Pola pengoperasian dengan pendekatan beberapa tahun (multi years return) artinya
waduk pada awal operasi dalam kondisi penuh dan tidak merupakan suatu
keharusan/target bahwa pada akhir operasi dalam satu tahun elevasinya kembali seperti
pada awal operasi. Elevasi muka air dalam kondisi penuh kembali setelah beberapa
tahun operasi.
5.3
5.3.1
Target (T)
I
Min
II
Kritis
III
Maks
Tampungan
3
(m )
Pada pola konvensional waduk dioperasikan dengan ketentuan seperti pada Gambar 3
sebagai berikut:
apabila tampungan di waduk pada kondisi I (antara tampungan minimum pengoperasian
dan kondisi awal kritis), keluaran air dari waduk lebih kecil dari target (kebutuhan).
apabila tampungan berada pada kondisi II, keluaran air dari waduk sesuai dengan
kebutuhan air yang diperlukan atau sesuai target
apabila tampungan pada kondisi III dimana volume tampungan sama atau lebih besar
dari tampungan maksimum, keluaran air dari waduk besarnya sama dengan
kebutuhan/target ditambah dengan besarnya debit yang terbuang melalui pelimpah.
Pola operasi yang optimal menjaga agar terjadi limpasan air di atas pelimpah dan tidak
adanya pengurangan kebutuhan akibat tampungan yang cenderung menurun di bawah
ambang kritis.
5.3.2
Metode simulasi
Dalam metode ini muka air waduk disimulasikan dengan berbagai kondisi tipe masukan
(inflow) dan karakteristik waduk sehingga didapatkan kurva/ambang pola pengoperasian.
Skema model simulasi dapat dilihat pada Gambar 4. Ada tiga ambang batas yang akan
ditentukan dari hasil simulasi yaitu suatu ambang batas untuk pengoperasian waduk pada
kondisi basah, ambang batas untuk kondisi normal dan ambang batas untuk kondisi kering.
Dengan diketahuinya ketiga ambang tersebut maka pengeluaran air dari waduk dapat
dikendalikan sehingga tidak sampai waduk dalam kondisi yang sangat kritis pada akhir
operasi dan diusahakan agar waduk penuh kembali pada akhir operasi sebelum masuk pada
tahun pengoperasian selanjutnya.
Dalam tahap operasional, pengoperasian waduk/keluaran air dari waduk sangat tergantung
pada elevasi waduk pada tiap akhir periode (mingguan, bulanan). Untuk kondisi muka air
masih dalam ambang basah dan normal, pengeluaran air sesuai dengan target. Apabila
muka air waduk telah mencapai ambang kering maka ppengeluaran air perlu dikurangi
sesuai dengan prioritas yang telah diatur dalam undang-undang SDA.
Kelebihan dari metode simulasi adalah :
a) Dapat mensimulasi masukan data dalam jumlah yang cukup banyak.
b) Dapat membandingkan beberapa manajemen kebijaksanaan.
Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah :
a) Proses harus dilakukan dengan cara coba-coba.
b) Memerlukan lebih banyak waktu dan dana.
c) Tidak dapat memberikan hasil yang optimal.
Alternatif
Tipe inflow
MODEL
SIMULASI
Elevasi dari
Muka Air waduk
Metode optimasi
Operasi pemanfaatan sumber daya air yang optimal merupakan aspek yang sangat penting
dalam pendayagunaan sumber daya air khususnya pada perencanaan operasi waduk.
Prinsip dari metode optimasi dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Sistem SDA
yang ada
Model
Optimasi
solusi
terbaik
Algoritma matematik
Simulasi
Outflow
Target
Target
Target
Kondisi Inflow
Tahun Basah
Tahun Normal
Tahun Kering
Aktual Operasi
Outflow
Target
Target
< Target
8) Bilamana TMA pada akhir operasi tidak dapat kembali seperti TMA pada saat awal
operasi maka pola outflow diubah-ubah sehingga di dapat besaran outflow yang
memenuhi untuk kondisi kering.
9) Dari hasil simulasi didapat ambang batas dan pola outflow untuk operasi pada tahun
basah, tahun normal, dan tahun kering.
Contoh untuk mendapatkan ambang kering dapat dilihat pada Gambar 6.
9.0
8.0
Awal Operasi
7.0
6.0
TMA
(m)
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
April
K : Kering
May
June
July
August
Sept
Oct
Nov
Dec
Jan
Febr
March
9.0
8.0
Awal Operasi
7.0
6.0
5.0
TMA
(m)
4.0
3.0
2.0
1.0
April
May
June
July
August
Sept
Oct
Nov
Dec
Jan
Febr
March
Lampiran A
Contoh penentuan kapasitas waduk
outflow
St
ora 4000
ge
(ju 3000
ta
3
m 2000
)
1000
Inflow
0
1
10
11
12
Bulan
Gambar A.1 Contoh analisis secara grafis untuk menentukan kapasitas tampung
St+1 = St + Ot-It
Bulan
St (10 6)
3
Ot (10 6)
3
(m )
Januari
Februari
Maret
0
0
0
(m )
686
618
909
April
Mei
Juni
It (10 6)
(Ot-It)(106)
332
388
539
(m )
-354
-230
-370
468
584
116
116
116
399
343
-56
60
60
252
166
-86
87
217
130
130
Agustus
130
58
394
336
466
September
466
71
367
296
762
Oktober
762
439
287
-152
610
November
610
531
248
-283
327
Desember
327
828
271
-557
Januari
686
332
-354
Februari
618
388
-230
Maret
909
539
-370
April
468
584
116
116
Mei
116
399
343
-56
60
Juni
60
252
166
-86
87
217
130
130
Agustus
130
58
394
336
466
September
466
71
367
296
762
Oktober
762
439
287
-152
610
November
610
531
248
-283
327
Desember
327
828
271
-557
Juli
Juli
(m )
S t+1(10 )
(m )
0
0
0
Lampiran B
Contoh penentuan inflow kondisi basah, normal, kering
Tabel B.1 Persentase volume inflow
Tahun
Ranking
1963
1925
1961
1967
1976
1921
1959
1929
1923
1972
1926
1953
1960
1964
1951
1945
1965
1934
1935
1939
1966
1948
1946
1949
1977
1957
1969
1936
1950
1952
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Volume
6
3
(10 m )
2,961
3,532
3,732
4,312
1,386
4,412
4,414
4,542
4,580
4,638
4,775
4,776
4,887
4,923
4,934
4,950
5,006
5,296
5,316
5,321
5,346
5,420
5,442
5,464
5,530
5,642
5,773
5,796
5,836
5,839
n/
n 1
0.0164
0.0328
0.0492
0.0656
0.0820
0.0984
0.1148
0.1311
0.1475
0.1639
0.1803
0.1967
0.2131
0.2295
0.2459
0.2623
0.2787
0.2951
0.3115
0.3279
0.3443
0.3607
0.3770
0.3934
0.4098
0.4262
0.4426
0.4590
0.4754
0.4918
% Tahun
Ranking
1.64
1920
3.28
1927
4.92
1922
6.56
1962
8.20
1971
9.84
1944
11.48
1941
13.11
1932
14.75
1942
16.39
1956
18.03
1947
19.67
1924
21.31
1930
22.95
1954
24.59
1943
26.23
1974
27.87
1931
29.51
1933
31.15
1979
32.79
1937
34.43
1970
36.07
1968
37.70
1975
39.34
1938
40.98
1928
42.62
1973
44.26
1978
45.90
1940
47.54
1958
49.18
1955
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
Volume
6
3
(10 m )
5,875
5,913
5,974
6,032
6,086
6,136
6,144
6,314
6,325
6,369
6,401
6,407
6,419
6,449
6,468
6,481
6,498
6,551
6,591
6,666
6,756
6,766
6,805
6,943
7,208
7,217
7,351
7,479
7,666
8,114
n/
n 1
0.5082
0.5246
0.5410
0.5574
0.5738
0.5902
0.6066
0.6230
0.6393
0.6557
0.6721
0.6885
0.7049
0.7213
0.7377
0.7541
0.7705
0.7869
0.8033
0.8197
0.8361
0.8525
0.8689
0.8852
0.9016
0.9180
0.9344
0.9508
0.9672
0.9836
50.82
52.46
54.10
55.74
57.38
59.02
60.66
62.30
63.93
65.57
67.21
68.85
70.49
72.13
73.77
75.41
77.05
78.69
80.33
81.97
83.61
85.25
86.89
88.52
90.16
91.80
93.44
95.08
96.72
98.36
Volume Inflow (m )
< 5321
5346 - 6369
> 6369
Jenis Tahun
Kering
Normal
Basah
9,000
To
tal
Inf
lo
w
Pe
rt
ah
un
7,500
6,000
4,500
3,000
1,500
0.0
10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.
0
Persentasi
Gambar B.1
Jan
602
583
1014
615
857
618
463
541
315
846
434
560
533
434
1025
436
1201
909
599
418
Feb
447
597
754
738
510
549
1038
783
731
741
899
644
523
321
841
612
1225
515
907
570
Mar
465
486
463
570
520
752
744
778
365
922
1085
872
712
528
420
675
486
323
809
484
Apr
292
668
363
912
646
936
494
686
300
668
418
812
1093
849
410
623
449
809
959
518
Mei
71
294
499
352
321
250
549
321
515
486
652
736
402
573
371
292
318
452
439
321
Jun
34
84
234
92
92
155
297
187
486
92
181
237
118
171
208
173
145
150
268
463
Jul
21
81
39
39
45
142
218
84
591
63
89
113
118
100
179
147
100
102
71
533
Ags
18
45
32
24
66
116
100
66
102
47
45
74
84
152
250
147
39
74
42
326
Sep
47
45
34
34
42
74
74
47
66
16
58
39
55
205
181
363
24
202
47
150
Okt
168
76
34
50
205
93
71
171
76
32
271
37
87
457
289
439
39
215
137
279
Nov
234
121
66
237
549
244
158
318
363
247
265
284
618
560
171
531
197
657
465
465
Des
Total
562
2961
452
3532
200
3732
649
4312
533
4386
576
4505
208
4414
560
4542
670
4580
478
4638
378
4775
368
4776
544
4887
573
4923
589
4934
512
4950
783
5006
888
5296
573
5316
794
5321
6 3
Jan
686
851
502
765
1049
591
1004
452
591
838
862
533
597
449
767
1067
531
691
983
815
Feb
618
377
1125
373
972
449
949
759
594
773
862
423
794
665
787
904
547
583
741
434
Mar
909
962
1022
686
707
820
696
1122
720
1014
915
736
996
925
468
812
859
978
612
625
Apr
468
497
399
699
565
972
878
812
717
662
807
817
978
823
786
807
1104
1196
541
809
Mei
399
252
215
652
549
442
363
539
615
279
318
707
244
460
515
410
875
1017
686
486
Jun
252
173
171
376
79
273
336
237
363
244
210
315
163
237
289
176
439
515
444
689
Jul
87
271
171
166
42
578
131
129
357
97
210
176
158
363
150
150
189
181
202
478
Ags
58
147
166
147
100
213
84
116
147
137
108
139
113
158
100
147
81
81
263
229
Sep
71
171
268
147
16
79
265
74
158
197
300
102
378
92
32
281
81
189
221
276
Okt
439
181
147
368
284
131
218
221
360
444
455
202
549
407
447
213
231
163
486
468
Nov
531
623
381
657
423
313
463
738
791
539
515
691
394
512
812
628
279
326
689
576
Des
Total
828
5346
915
5420
875
5442
428
5464
744
5530
781
5642
386
5773
597
5796
423
5836
615
5839
313
5875
1072
5913
610
5974
941
6032
933
6086
541
6136
928
6144
394
6314
457
6325
484
6369
Sep
423
79
79
281
102
397
79
494
258
118
147
329
336
105
121
397
478
71
250
194
Okt
531
507
368
323
512
767
386
449
305
336
218
215
678
108
247
434
447
89
310
583
Nov
612
652
573
1001
707
720
336
562
704
271
791
423
878
744
865
426
696
292
544
757
Des
Total
946
6401
778
6407
536
6419
1049
6449
315
6468
673
6481
794
6498
849
6551
949
6591
891
6666
597
6756
670
6766
455
6805
744
6943
1156
7208
607
7217
1156
7351
778
7479
865
7666
828
8114
6 3
Jan
1062
654
399
757
830
423
494
912
649
515
662
625
915
838
1070
778
665
544
644
528
Feb
633
599
646
662
560
502
733
752
922
865
562
439
886
515
767
938
368
909
1130
943
Mar
636
825
1009
636
972
334
1461
646
599
1012
1356
794
833
1135
854
891
901
1603
925
809
Apr
586
1122
1064
389
946
986
804
562
907
941
786
675
754
694
1064
941
468
1075
946
1198
Mei
258
618
1204
531
573
786
670
415
675
857
851
710
539
736
402
975
541
1049
770
702
Jun
147
300
263
402
449
155
452
463
352
636
447
625
244
565
315
357
604
541
276
436
Jul
415
194
181
168
242
273
147
229
124
150
244
620
150
470
145
252
578
339
536
618
Ags
152
79
97
250
260
465
142
218
147
74
95
641
137
289
202
221
449
189
470
518
Lampiran C
Contoh penghitungan kebutuhan air
Kebutuhan air minum, kegiatan perkotaan
Kebutuhan air diperkirakan dengan mengalikan besarnya konsumsi air per orang per hari
dengan besarnya populasi. Parameter, besarnya konsumsi air per orang per hari dapat
diperoleh dari Direktorat Air Bersih, Direktorat Jendral Cipta Karya dan atau FAO. Proyeksi
konsumsi air per orang per hari dibagi menjadi tiga kategori yaitu kota dengan penduduk
lebih kecil dari 1,000,000 orang, lebih besar dari 1,000,000 orang dan daerah pedesaan.
Hasil proyeksi yang dilakukan oleh JICA-FIDP tahun 1993 untuk konsumsi air per orang per
hari (Tabel C.1) digunakan sebagai dasar dalam penghitungan kebutuhan air MPI.
Tabel C.1 Proyeksi konsumsi air per orang per hari
Daerah
1990-2000
2000-2015
2015-2020
250
270
280
orang Desa
150
170
180
30
38
40
Kebutuhan air minum, kegiatan perkotaan per bulan untuk setiap daerah selanjutnya dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
qd
q k Pk
QMin(i) H (i)
1000 P
1000
dimana,
3
-1
QMin (i) = kebutuhan air minum dan kegiatan perkotaan pada bulan I (m bulan )
H(i)
qk
= konsumsi air per orang per hari untuk daerah perkotaan (liter orang hari )
qd
= konsumsi air per orang per hari untuk daerah pedesaan (liter orang hari )
Pk
= populasi di kota
Pd
= populasi di desa
-1
-1
-1
-1
Industri Besar
Industri Sedang
Industri Kecil
Sedangkan dalam buku Pedoman Studi Proyek-proyek Pengairan yang diterbitkan oleh
Direktorat Jendral Pengairan (1985) dinyatakan bahwa untuk Formal Industri kebutuhan air
industri adalah 800 liter/tenaga kerja/hari. Sedangkan untuk industri kecil diasumsikan
bahwa kebutuhan air adalah 75 liter/orang/hari.
Kebutuhan air untuk industri per bulan untuk setiap daerah dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
q s Ps q k
qb Pb
1000
1000
dimana,
3
-1
qb
= konsumsi air per tenaga kerja untuk Industri Besar (liter orang hari )
qs
= konsumsi air per tenaga kerja untuk Industri Sedang (liter orang hari )
qk
= konsumsi air per tenaga kerja untuk Industri Kecil (liter orang hari )
Pb
Ps
Pk
-1
-1
-1
-1
-1
-1
2000-2015
2015-2020
360
300
Dari tabel tersebut terlihat bahwa, pada saat sekarang ini kebutuhan air untuk
penggelontoran per hari per orang adalah sebesar 330 liter. Untuk tahun 2000 diperkirakan
akan naik menjadi 360 liter per hari per orang. Sedangkan pada tahun 2015 diperkirakan
kebutuhan air untuk penggelontoran akan turun menjadi 300 liter per hari per orang dengan
harapan pada saat tersebut system drainase air kotor sudah lebih baik.
Kebutuhan air untuk penggelontoran diperkirakan dengan mengalikan proyeksi populasi di
daerah perkotaan dengan besarnya kebutuhan air penggelontoran per orang per hari seperi
persamaan dibawah ini
dimana,
3
-1
-1
-1
qp
= kebutuhan air untuk penggelontoran per orang per hari (liter orang hari )
Pk
= populasi di kota
q
QPk (i) H (i) fp
10.000
1000
A fp
dimana,
3
-1
qfp
Afp
-1
Kuda/Kerbau/Sapi
40
Kambing/Domba
Babi
Kebutuhan air untuk ternak diperoleh dengan mengalikan proyeksi populasi ternak dengan
konsumsi air per kepala per hari sebagai berikut:
H (i)
QPt(i) 1000 q KS PKS q KD PKD q B PB
dimana,
3
-1
qKS
= konsumsi air untuk kuda/kerbau/sapi per kepala per hari (liter kepala hari )
PKS
qKD
= konsumsi air untuk kambing/domba per kepala per hari (liter kepala hari )
PKD
-1
-1
-1
-1
Pd T-25-2004-A
-1
-1
qB
= konsumsi air untuk babi per kepala per hari (liter kepala hari )
PB
Pola tanam
Evapotranspirasi
Persiapan tanah
Perkolasi
Hujan efektif
Kehilangan air
Kebutuhan air untuk irigasi dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
qir (i)
Ie
QIR(i)
A
qir (i )
1000
1000
IR
dimana,
-1
qir (i)
= kebutuhan air untuk irigasi persatuan luas pada bulan I (mm bulan )
Ie
= efisiensi irigasi
Etc
Eto
Kc
= koefisien tanaman
Ptn
Pla
Re
QIR
AIR
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
Lampiran D
Contoh penghitungan pengoperasian waduk
Tabel D.1 Periode Satu Tahun (tahun 1935 - 1936)
Bulan
April '1935
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Januari
Pebruari
Maret
April '1936
Vt (10 m )
Et (10 m )
It (10 m )
Qt (10 m )
3,000.0
3,000.0
3,000.0
2,722.5
2,202.5
1,894.7
1,769.5
1,683.2
1,747.8
1,952.8
2,113.8
2,620.6
3,000.0
6.8159
7.1567
6.4751
7.0058
6.8347
6.1969
6.3317
6.3939
0.9336
3.9832
4.2404
6.0646
959
439
268
71
42
47
137
465
573
452
759
1122
332
388
539
584
343
166
217
394
367
287
248
271
100% Qt
Vt+1 awal
(10 m )
(10 m )
332
3,620.2
388
3,043.8
539
2,722.5
584
2,202.5
343
1,894.7
166
1,769.5
217
1,683.2
394
1,747.8
367
1,952.8
287
2,113.8
248
2,620.6
271
3,465.5
Volume minimum =
Syarat Volume Min =
Vt+1 akhir
6
(10 m )
3,000.0
3,000.0
2,722.5
2,202.5
1,894.7
1,769.5
1,683.2
1,747.8
1,952.8
2,113.8
2,620.6
3,000.0
1,683.2
1,540.0
Vt (10 m )
Et (10 m )
It (10 m )
Qt (10 m )
3,000.0
3,000.0
3,000.0
2,691.5
2,229.6
1,995.7
1,897.3
1,894.7
2,231.9
2,460.8
2,684.2
3,000.0
3,000.0
6.8
7.2
6.5
7.0
6.9
6.4
6.6
6.8
1.1
4.6
4.9
6.6
812.0
539.0
237.0
129.0
116.0
74.0
221.0
738.0
597.0
515.0
865.0
1,012.0
332.0
388.0
539.0
584.0
343.0
166.0
217.0
394.0
367.0
287.0
248.0
271.0
100% Qt
Vt+1 awal
(10 m )
(10 m )
332.0
3,473.2
388.0
3,143.8
539.0
2,691.5
584.0
2,229.6
343.0
1,995.7
166.0
1,897.3
217.0
1,894.7
394.0
2,231.9
367.0
2,460.8
287.0
2,684.2
248.0
3,296.3
271.0
3,734.4
Volume minimum =
Syarat Volume Min =
Vt+1 akhir
6
(10 m )
3,000.0
3,000.0
2,691.5
2,229.6
1,995.7
1,897.3
1,894.7
2,231.9
2,460.8
2,684.2
3,000.0
3,000.0
1,894.7
1,540.0
Vt (10 m )
Et (10 m )
It (10 m )
Qt (10 m )
3,000.0
3,000.0
3,000.0
3,000.0
2,558.6
2,282.1
2,227.2
2,339.0
2,208.2
2,731.2
3,000.0
3,000.0
3,000.0
6.8
7.2
6.5
7.4
7.5
6.9
7.2
7.7
1.1
4.8
5.2
6.6
941.0
857.0
636.0
150.0
74.0
118.0
336.0
271.0
891.0
838.0
515.0
1,135.0
332.0
388.0
539.0
584.0
343.0
166.0
217.0
394.0
367.0
287.0
248.0
271.0
100% Qt
Vt+1 awal
(10 m )
(10 m )
332.0
3,602.2
388.0
3,461.8
539.0
3,090.5
584.0
2,558.6
343.0
2,282.1
166.0
2,227.2
217.0
2,339.0
394.0
2,208.2
367.0
2,731.2
287.0
3,277.3
248.0
3,261.8
271.0
3,857.4
Volume minimum =
Syarat Volume Min =
Vt+1 akhir
6
(10 m )
3,000.0
3,000.0
3,000.0
2,558.6
2,282.1
2,227.2
2,339.0
2,208.2
2,731.2
3,000.0
3,000.0
3,000.0
2,208.2
1,540.0
3,500.0
Vol 3,000.0
um
e
(10 2,500.0
6
m
3
) 2,000.0
1,500.0
Bulan
Gambar D.1 Contoh grafik volume waduk 1 tahun (April 1935-April 1936)
3,500.0
Vol 3,000.0
um
e
(10 2,500.0
6
m
) 2,000.0
1,500.0
Bulan
Gambar D.2 Contoh grafik volume waduk 1 tahun (April 1936-April 1937)
3,500.0
3,000.0
Vol
um
e
(10 2,500.0
6
m
3
)
2,000.0
1,500.0
Bulan
Gambar D.3 Contoh grafik volume waduk 1 tahun (April 1937-April 1938)
Lampiran E
Daftar nama dan lembaga
1)
Pemrakarsa
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
2)
Penyusun
NAMA
Dr. Ir. Agung Bagiawan Ibrahim, M.Eng
LEMBAGA
Pusat Litbang Sumber Daya Air
Bibliografi
1. BCEOM and Wiratman & Ass, Water Management System for Kedung Ombo
Multipurpose Dam and Irrigation project, Reservoir Operation Rules, paper no.6, Feb.
1990.
2. Chow, V.T, Handbook of Applied Hydrology, Mc Graw Hill., 1964.
3. Goodman, A. Principles of Water Resources Planning, PrenticeHall, Inc., Englewood
Cliffs, New Jersey, 1984.
4. Maidment, D.R, Handbook of Hydrology, Chapt. 27, pp. 27.11-27.25, Mc Graw Hill.,
1992
5. Puslitbang Pengairan, Pola Pengoperasian Waduk Saguling, Cirata dan Juanda, Des,
1988.
6. Yeh.W.W.G., Reservoir Management and Operation Model, A stage of the art review,
Water Resources Research, Vol. 21, No. 12, pp. 1797 1818, 1985.