Anda di halaman 1dari 11

KONSEP

ISLAM
DALAM
MEMILIH
PEMIMPIN
Para calon pemimpin, baik yang akan mempamirkan diri
sebagai pemimpin terbaik yang layak dipilih masyarakat untuk
membawa, agama, bangsa dan negara maju dan makmur di
masa depan. Bagaimanakah Islam memandang tentang
Pemimpin dan Kepemimpinan, serta seperti apakah pemimpin
yang baik itu?
Pemimpin
Dalam
Pandangan
Islam
Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang adalah pemimpin.
Ini sejalan dengan fungsi dan peranan manusia di muka bumi
sebagai khalifahtullah, yang diberi tugas untuk setiasa
mengabdi
dan
beribadah
kepadaNya.
Allah
berfirman:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerosakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui
apa
yang
tidak
kamu
ketahui".
(Al-Baqarah:
30)
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka
menyembah-Ku.
(Adz-Dzaariyaat:
56)
Rasulullah
SAW.
bersabda:
Dari Abdullah bin Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda:Masing-masing kamu adalah pemimpin yang akan
dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang
amir (Presiden) yang memimpin masyarakat adalah pemimpin
yang akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya
atas mereka.Seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin atas
ahli (keluarga) di rumahnya, dia akan dimintai pertanggung
jawaban
kepemimpinannya
atas
mereka.
Seorang
perempuan(isteri) adalah pemimpin atas rumah tangga
suaminya dan anak-anaknya, dia akan dimintai pertanggung
jawabkan kepemimpinannya atas mereka. Seorang hamba

adalah pemimpin atas harta tuannya, dia akan dimintai


pertanggung jawabkan kepemimpinannya atas harta itu.
Ketahuailah masing-masing kamu adalah pemimpin dan
masing-masing kamu akan dimintai pertanggung jawabkan
kepemimpinan
atas
yang
dipimpinnya.
(HR.Bukhari)
Dalam
implementasinya,
pemimpin
terbagi
dua:
Pertama, pemimpin yang dapat memimpin sesuai dengan apa
yang
diamanatkan
Allah
dan
Rasul-Nya
dan
Kedua, pemimpin yang bertanggung jawab atas amanat Allah
dan
Rasul-Nya.
Firman
Allah:
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah, Kami ketika mereka
sabar. Dan adalah mereka menyakini ayat-ayat Kami. (AsSajdah:
24)
Dan Kami jadikan mereka (Firaun dan bala tentaranya)
pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan
pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong.(Al-Qashash: 41)
Kriteria
Pemimpin
Dalam
Islam
Banyak sekali ayat al-Quran dan Hadis menyebutkan
bagaimana hendaknya setiap orang yang Nabi katakan sebagai
pemimpin baik bagi diri dan keluarganya, dan terlebih mereka
yang menyatakan diri siap sebagai pemimpin bagi masyarakat,
bersikap dan berperilaku dalam kehidupan mereka sehari-hari,
di
antaranya
adalah:
1.Mengajak
Bertaqwa
Kepada
Allah
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpinpemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan
telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan,
mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada
Kamilah mereka selalu menyembah. (Al-Anbiya: 73)
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka
sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (AsSajdah:
24)
2.Adil Kepada Semua Orang Dan Tidak Pandang Bulu
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah

(penguasa) di mukabumi, maka berilah keputusan (perkara) di


antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan
mendapat azab yang berat, kerana mereka melupakan hari
perhitungan.
(Shad:
26)
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi kerana Allah
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
kerana ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang
kamu
kerjaan.
(An-Nisa:
135)
3.Menegakkan
Amar
Maruf
Nahi
Munkar
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orangorang
yang
fasik.
(AlImran:
110)
4.Menjadi Suri Tauladan Yang Baik Bagi Masyarakat
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.
(Al-Ahzab:
21)
5.Mendorong
Kerja
Sama
Dalam
Memperjuangkan
Kesejahteraan
Bersama
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Al-Maidah: 2)
6.Mengukuhkan Tali Persaudaraan dan Kesatuan dan Persatuan
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh

musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu,lalu menjadilah


kamu kerana nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu
daripadanya.
Demikianlah
Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.
(Ali
Imran:
103)
7.Akomodatif, Pemaaf, Merangkul Semua Golongan dan
Mengedepankan Musyawarah Dalam Setiap Mengambil
Keputusan
Penting
Untuk
Masyarakat
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemahlembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Kerana itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yangbertawakkal kepada-Nya. (Ali
Imran:
159)
8.Jujur
dan
Amanat
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (An-Nisa :
58)
Nabi
SAW.
bersabda:
Dari Abu Hurairah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW.:
Tiga golongan,Allah tidak akan berbicara, mensucikan dan
melihat kepada mereka, dan bagi merekalah siksa yang pedih;
orang tua pezina, pemimpin yang suka bohong dan orang
miskin
yang
sombong.(HR.
Muslim).
9.Berwawasan Dan Berpengetahuan Luas dan Mencintai Ilmu
Pengetahuan
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu

kerjakan.
(Al-Mujadilah:
11)
10.Teguh Pendirian, Tegar dan Sabar Dalam Menghadapi Ujian
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat
beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya
Dia
Maha
Melihat
apa
yang
kamu
kerjakan.(Huud:
112)
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai
keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar. (Al-Ahqaf: 35)
Tanggung
Jawab
Pemimpin
Begitu berat tanggung jawab setiap pemimpin, ia harus siap
dan dapat mewujudkan perilaku yang termuat dalam kriteria di
atas dalam hidup kesehariannya.Sehingga tercipta suatu
keadaan dimana pemimpin mencintai dan memperjuangkan
kepentingan rakyat, dan kerananya semua rakyat pun
mencintai
dan
mendukung
kepemimpinannya.
Rasulullah
bersabda:
Dari Auf bin Malik al-Asyjai ia berkata, aku telah mendengar
Rasulullah SAW.bersabda: Sebaik-baik pemimpinmu adalah
orang-orang yang kamu semua mencintainya dan mereka
semua mencintaimu, kamu semua mendoakan kesejahteraan
buat mereka, dan mereka mendoakan kesejahteraan buat
kamu. Dan seburuk-buruk pemimpinmu adalah orang-orang
yang kamu semua membenci mereka dan mereka membenci
kamu, kamu semua melaknati mereka dan mereka melaknati
kamu. Kami bertanya: Ya Rasulullah apakah tidak sebaiknya
kita singkirkan mereka? Rasulullah menjawab: Jangan, selama
mereka masih mendirikan shalat. Ketahuilah, barang siapa
yang
diberi
kekuasaan,
lalu
masyarakat
melihatnya
menjalankan suatu perbuatan yang bermaksiat kepada Allah,
hendaklah masyarakat membenci perbuatan penguasa yang
bermaksiat ke pada Allah itu, dan janganlah ia menarik diri dari
ketaatan (pada yang baik). (HR. Muslim, Ahmad, dan AdDaromi).
Kerana beratnya menciptakan keadaan kepemimpinan seperti
di atas, Rasulullah SAW. melarang sahabatnya meminta-minta

untuk menjadi pemimpin, khuatir sulit merealisasikan tanggung


jawab
ini.
Rasulullah
SAW.
bersabda:
Dari Abdurrahman bin Samrah berkata; telah bersabda Nabi
SAW.: Wahai Abdurrahman bin Samrah, janganlah kamu
meminta untuk menjadi pemimpin, kerana sesungguhnya, jika
engkau diberi jabatan kerana meminta maka engkau akan
dibebani sebagai wakil atas jabatan itu, dan jika diberi jabatan
dengan tanpa meminta, maka engkau akan ditolong dalam
menjalankan tugas itu. Dan jika engkau bersumpah, lalu
engkau melihat bahwa yang berlawanan dengan sumpah itu
lebih baik, maka bayarlah kifarat atas sumpahmu, dan
kerjakanlah apa yang engkau pandang lebih baik.
(HR.Bukhari).
Dalam
melaksanakan
tanggung
jawabnya,
pemimpin
hendaknya ikhlas dalam rangka beribadah kepada Allah dan
Rasul-Nya, dan berkomitmen untuk tidak mengkhianati amanat
yang diberikan kepadanya. Ia tidak boleh melakukan rasuah,
subahat dan mementingkan kroni-kroni yang mencacatkan atau
merosakan
tanggung
jawab
yang
harus
dipikulnya.
Rasulullah
SAW.
bersabda:
Dari Abi Hurairah RA. Berkata: Rasulullah SAW. melaknat
penyuap dan penerima suap dalam perkara hukum HR. Ahmad
dan al-Arbaah. Imam Tarmidzi menganggap hadis ini hasan,
dan
Ibn
Hiban
menganggapnya
sahih.
Dari Abi Hamid as Saidi sesungguhnya Rasullah SAW.
mengangkat seorang pegawai, lalu selesai melaksanakan tugas
datang mendatangi Rasulullah dan berkata:Ya Rasulullah,
harta ini untukmu (bahagian Negara) dan yang ini adalah
hadiah yang aku terima. Lalu Rasulullah bersabda kepadanya:
Mengapa engkau tidak duduk saja di rumah bapak dan
ibumu,lalu engkau tunggu apakah engkau akan diberi hadiah
ataukah tidak?!. Kemudian selesai menunaikan shalat
Isyabersabda Rasulullah SAW.:Amma badu, Ada apa dengan
pegawai yang telah aku angkat ini, ia datang menemui kita dan
berkata: Harta ini bahagianmu (milik Negara), dan yang ini
sebagai hadiah untukku, Mengapa ia tidak duduk saja di

rumah bapak dan ibunya, lalu ia menunggu apakah ada yang


akan memberinya hadiah atau tidak?, Sungguh demi Dzat yang
jiwaMuhammad ada dalam genggaman-Nya!, Janganlah salah
seorang diantara kamu menyalahgunakan dari harta itu
sedikitpun, kecuali ia akan datang pada hari kiamat dengan
memikul harta itu, kalau harta itu berupa unta ia akan
meringkik, kalau berupa sapi ia akan mengemoo, kalau ia
berupa
kambing,
ia
akan
mengembek,
aku
telah
menyampaikan berita ini. Berkata Abu Hamid: Lalu Rasulullah
menganglat tangannya,sehingga kami dapat melihat putih
ketiaknya. (HR. Bukhari).
Kewajiban
Rakyat
Terhadap
Pemimpin
Sebagai rakyat tugasnya adalah taat kepada perintah
pemimpin sepanjang perintah itu dalam rangka mewujudkan
tanggung jawabnya yang terkandung dalam kriteria disebutkan
di atas tadi, yakni dalam upaya melaksanakan perintah Allah
dan
Rasul-Nya.
Allah
SWT.
Berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(An-Nisa:
59)
Batas ketaatan rakyat terhadap pemimpinnya adalah rakyat
wajib mentaati semua perintah pemimpin selama pemimpin itu
memerintahkan taqwa kepada Allah, sedangkan bila perintah
itu untuk bermaksiat kepada Allah, maka gugurlah kewajiban
untuk mentaatinya, dan muncul kewajiban baru yaitu nahi
munkar ialah mencegah pemerintah dari menjalankan
perbuatan
maksiat
tersebut.
Rasulullah
SAW.
bersabda:
Dari Ali RA. berkata: (Suatu hari ) Nabi SAW. mengutus bala
tentera dan mengangkat seorang laki-laki Ansar sebagai
komandan, dan Nabi memerintahkan kepada seluruh bala

tentara untuk mentaati sang komandan. Suatu saat sang


komandan marah kepada prajuritnya dan berkata: "Bukankah
Nabi SAW. memerintahkan kalian semua untuk taat
kepadaku?". Para prajurit menjawab: "Benar, komandan!".
Komandan berkata: "Aku perintahkan kamu semua untuk
mengumpulkan kayu bakar, lalu bakar ia dengan api, setelah
itu masuklah kamu semua ke dalamnya!". Lalu para prajurit
mengumpulkan kayu bakar dan menyalakannya. Tatkala
mereka bermaksud untuk memasukinya, berdirilah setiap
prajurit saling memandang diantara mereka, berkata
sebahagian prajurit: "Sesungguhnya kita semua mengikuti Nabi
SAW. kerana kita berlari dari api (neraka), apakah kita sekarang
akan memasukinya?". Manakala mereka dalam keadaan
demikian, padamlah api tadi, dan hilanglah marah sang
komandan. Lalu kejadian itu dicertikan kepada Nabi SAW. dan
Nabi bersabda: "Andaikan saja kamu semua memasuki api itu,
pasti kamu tidak akan pernah keluar selamanya (mati dan
masuk neraka). Sesungguhnya ketaatan kepada pemimpin itu
adalah dalam hal yang Ma'ruf". (HR. Bukhari)
Allah berfirman: Dan janganlah kamu mentaati perintah orangorang
yang
melewati
batas,
(Asy-syuara:
151)
Petunjuk
Allah
Dalam
Memilih
Pemimpin
Kerana alasan ini, kini saatnya kita berhati-hati untuk
menentukan pilihan pemimpin yang dapat memenuhi kriteria di
atas, dengan memperhatikan petunjuk Allah dalam memilih
pemimpin, ialah:
Pilihlah Pemimpin Yang Seakidah dan Memenuhi Kriteria
Pemimpin
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin
(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian
yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka
menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada
orang-orang
yang
zalim.
(Al-Maidah:
51)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi


pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah
ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah
diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orangorang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betulbetul orang-orang yangberiman. (Al-Maidah: 57)
2. Pilihlah Pemimpin Yang Mengajak Bertaqwa Kepada Allah dan
Jangan MemilihPemimpin Yang Mendorong Bermaksiat KepadaNya
Meskipun
Ia
Keluarga
Kita.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapakbapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika
mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan
siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpinpemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
(At-Taubah:
23).
Kesalahan dalam memilih pemimpin dapat menyebabkan
penyesalan
dikemudian
hari.
Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah
menta'ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami,
lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). (AlAhzab: 67)

Orang yang layak dipilih sebagai pemimpin tidak


semestinya seorang ulama, atau ada PhD (dalam bidang
agama) atau berkelulusan agama, tapi yang penting, dia
mestilah faham agama dan zahir pada dirinya ciri-ciri
kesolehahan. Penampilan dirinya pula membuktikan
dirinya sebagai orang-orang yang tunduk dan rukuk
kepada Allah:
Ada perbezaan yang ketara antara orang agama dengan orang
yang beragama. Orang agama, ialah golongan yang
berkelulusan dalam bidang agama. Ada dalam kalangan
mereka yang digelar ustaz dan ada juga yang digelar Kiai dan
Tok Guru.
Manakala orang beragama pula ialah golongan yang tidak
semestinya berkelulusan dalam bidang agama. Dia mungkin
seorang saintis, namun dia sentiasa sedar akan kewujudan
Tuhan yang sentiasa memerhatikan. Dia mungkin seorang
peguam, namun dia sentiasa ingat akan dosa dan pahala.
Mungkin juga dia seorang arkitek, namun dia faham hakikat
syurga dan neraka. Atau mungkin juga seorang doktor, namun
sentiasa sedar betapa denyut nadi dan degup jantung boleh
terhenti bila-bila masa sahaja.
Dengan kata lain, mereka mungkin sesiapa sahaja, termasuk
buruh, nelayan dan petani, tapi mereka terikat dengan agama.
Mereka sentiasa mencari ruang dan peluang untuk
menambahkan kefahaman dalam agama. Mereka tidak pernah
lalai dan leka dari tuntuan agama dan sentiasa bercita-cita
ingin memartabatkan agama. Antara contoh orang beragama
ialah Almarhum Necmettin Erbakan, seorang jurutera yang
pernah memimpin parti Refah di Turki dan Almarhum Dr Abdul

Aziz al-Rantisi, seorang doktor gigi yang pernah memimpin


pergerakan islam HAMAS.
:umat islam perlu menggunakan akal dan iman dalam
menentukan kepimpinan:
Berpaksikan waras dan wajar yang dipandu oleh ilmu dan iman,
umat islam mestilah berhati-hati dalam membuat pengundian.
Jadilah pengundi yang bijak. Pelbagaikan bahan bacaan dan
lihatlah sumber yang pelbagai untuk memperluaskan horizon
pemikiran, dan seterusnya membolehkan kita berijtihad untuk
memilih pemimpin. Ucaplah selamat tinggal kepada budaya
membaca Utusan Malaysia dan Berita Harian semata-mata atau
menonton berita di TV1,TV2 dan TV3 sahaja. Itu budaya
masyarakat paleoltik dan hanya sesuai untuk Perak Man
yang 'bersemadi' di Muzium Arkeologi Lenggong.

Anda mungkin juga menyukai