Di Susun Oleh
Nama : Fabian bryan ramadhan
Nim
: 11.02.8083
Program : D3 (DIII)
Jurusan
: MI
Kata Pengantar
Daftar isi
Judul
.1
Ucapan terima kasih
2
Daftar isi
Pendahuluan
2
2
Rumusan masalah
.3
Pembahasan
.3
Kesimpulan dan saran.4
Referensi
..4
Penutup .5
BAB I PENDAHULUAN
Rumusan masalah
pembahasan
tokoh-tokoh masyarakat karismatik sebagai panutan yang
telah dikooptasi oleh birokrasi pemerintahan sebagai
wasit, namun ikut bermain politik sebagai orang Golkar.
Kinerja kolaboratif tersebut membuktikan mampu
menekan presentase tingkat Golput.
Secara prediktif jika kondisi politik dan ekonomi kurang
kondusif, maka penyelenggaraan Pileg dan Pilpres 2009
nampaknya juga akan menghadapi realitas kondisional,
yaitu di satu sisi penurunan partisipasi politik pemilih, dan
di sisi lain meningkatnya jumlah Golput, sehingga akan
timbul apatisme politik, seperti dikemukakan oleh
McClosky bahwa:
Ada yang tidak ikut pemilihan karena sikap acuh tak acuh
dan tidak tertarik oleh, atau kurang paham mengenai,
masalah politik. Ada juga karena tidak yakin bahwa usaha
untuk mempengaruhi kebijakan Pemerintah akan berhasil
dan ada juga yang sengaja tidak memanfaatkan
kesempatan memilih karena kebetulan berada dalam
lingkungan dimana ketidaksertaan merupakan hal yang
terpuji.5
Banyak pandangan tentang pilihan Golput tersebut dan
semakin banyaknya masyarakat yang tidak menggunakan
hak pilihnya dalam pemilu atau biasa disebut sebagai
kelompok golput.Setidak-tidaknya ada beberapa hal
penting tentang kenapa harus menggunaan hak pilihnya
dengan baik.Pertama, pilihan untuk tidak memilih (golput)
merupakan bentuk pemborosan terhadap anggaran
belanja Negara (untuk pemilu) dan APB daerah (untuk
pilkada). Padahal, dalam momentum pemilu maupun
pilkada, tidak sedikit dana yang dikeluarkan. Kedua,
golput juga akan menguntungkan calon yang belum tentu
berkualitas atau disukai. Artinya, calon bisa menang
hanya dengan perolehan suara rendah atau hanya
mempunyai basis massa sedikit karena lebih banyak