Anda di halaman 1dari 8

Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi

DESAIN PEMBANGUNAN KEBUN DENGAN SISTEM USAHA


TERPADU TERNAK SAPI BALESIA
DAPOT SITOMPUL
PT Agricinal

PENDAHULUAN
Usaha ternak terpadu dengan perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sistem
management perkebunan untuk meningkatkan produksi dan mengoptimalkan sumberdaya alam
yang tersedia serta meningkatkan pendapatan karyawan atau petani. Sistem produksi ternak pada
perkebunan sangat ditentukan pada ketersediaan pakan yang berkesinambungan terutama yang
tersedia pada areal tersebut. Integrasi ternak sapi dengan perkebunan kelapa sawit merupakan usaha
yang dapat memberikan keuntungan pada karyawan, sehingga management pembangunan kebun
dimana sarana dan prasarana pengolahan hasil kelapa sawit serta pengembangan ternak menjadi satu
kesatuan kegiatan dalam kebun.
Usaha ternak sapi terpadu akan dapat menekan atau menurunkan biaya produksi terutama
fungsi ternak sebagai alat bantu pengangkut TBS dari dalam kebun (piringan) ke TPH dan bahan
pupuk dan sebagainya ke lokasi, serta menurunkan biaya perawatan, disamping itu pakan ternak
hijauan (rumput, daun kelapa sawit, pelepah) dapat sebagai sumber untuk penggemukan dan ternak
dapat menghasilkan pupuk organik yang menyuburkan tanah sehingga meningkatkan produksi dan
penghematan pemakaian pupuk kimia.
Untuk meningkatkan pendapatan karyawan dengan menciptakan kemudahan-kemudahan
melaksanakan pekerjaan pada karyawan (pelaku usaha). Pekerjaan terberat dalam kebun sawit
adalah mengeluarkan atau memindahkan TBS dari pohon (piringan) ke tempat pengumpulan hasil
(TPH) di tepi jalan dan pengaplikasian pupuk serta bahan kimia lain ke sekeliling pohon atau ke
lahan kebun. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan gerobak kecil yang ditarik sapi.
Penggunaan gerobak sapi dan pembagian kerja yang benar sangat meningkatkan produktivitas
pemanen/petani dan akan meningkatkan pendapatan pemanen/petani.
MANAJEMEN KEBUN BARU
Dalam membangun kebun baru banyak perbaikan atau pembaruan yang harus dilakukan agar
tidak terjadi kesalahan-kesalahan terdahulu. Pemeliharaan kemampuan tanah dan kesuburannya
harus betul-betul diperhatikan. Pembakaran hutan untuk pembukaan lahan harus dihentikan dan
aliran air di permukaan dikurangi dengan membuat teras, rorak air, maupun kolam-kolam kecil yang
bermanfaat untuk memperpanjang waktu ketersediaan air di lahan kebun. Dengan ketentuan bahwa
tiap pohon kelapa sawit harus didatangi/dipanen oleh tenaga kerja panen.
PEMBENTUKAN KEBUN (SUB BLOK)
Pada kebun konvensional di Sumatera Utara kebanyakan luas kebun dibagi menjadi per blok,
dimana tiap blok mempunyai luas 25 s/d 40 ha. Pada management baru hal tersebut sudah tidak
81

Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi

dapat dipertahankan lagi, sehingga bagian tersebut diperkecil pada suatu kebun yaitu sub blok, luas
rata-rata per sub blok adalah 1 ha. Luasan kebun dibagi menjadi beberapa sub blok yang luasnya
sekitar 1 ha per sub blok, setiap sub blok mempunyai sentral yaitu TPH dan mempunyai nama
(jalur, No.MH, dan No.TPH) dan yang penting tiap masing-masing sub blok ada pemiliknya yaitu
tenaga kerja panen, sehingga semua kegiatan terhimpun pada TPH. Tiap tenaga kerja panen
memiliki nomor tertentu.
Setiap tenaga kerja panen mempunyai ancak seluas 15 ha yang dinamai ancak tetap dan
terhimpun dalam tim, dimana tiap-tiap satu tim mempunyai anggota 4-5 orang pemanen. Setiap
pemanen dibantu oleh seorang tenaga perawatan (istri, adik, famili, atau yang ditunjuk oleh
pemanen) dan alat bantu gerobak kecil yang ditarik oleh ternak sapi.
Terdapat 3 bagian pekerjaan dalam kebun sawit, yaitu: tanam, panen, dan perawatan
(pemupukan, herbisida, dan proteksi). Selain pekerjaan utama sebagai pemanen TBS, pekerjaan
perawatan dilakukan oleh pemanen pada ancak tetapnya. Cost pekerjaan perawatan, jatah waktu
kerja adalah 7 jam kerja, dengan adanya alat bantu sapi maka kerja akan ringan dan cepat sehingga
ada sisa waktu yang dapat digunakan untuk pekerjaan perawatan kebun. Berdasarkan fungsi gerobak
diberikan premi gerobak sebesar Rp.1.000, sedangkan tenaga pemanen (TKP) sebesar Rp.97.200
dengan perhitungan waktu perawatan 8 bulan.
KEPEMILIKAN TERNAK SAPI
Perusahaan memberikan ternak sapi kepada pemanen dengan fasilitas kredit sapi dengan
tingkat bunga 19% per tahun atau setara dengan 1,58% per bulan. Tiap pemanen akan memiliki
ternak sapi maksimal 7 ekor dengan rincian: 4 ekor bagi pemanen, 2 ekor bagi tenaga perawatan
(istri), dan 1 ekor untuk anak.
Pengadaan design gerobak dilakukan oleh perusahaan yang akan diberikan kepada pemanen
untuk dimiliki dengan fasilitas kredit dari perusahaan dengan harga Rp.200.000-Rp.300.000 per
buah. Hal ini akan dibayar melalui cicilan selama 4 tahun dan pembayaran bunga kredit dibayar
dengan kotoran sapi yang menjadi kompos (Rp. 2.000/karung dengan berat sekitar 40 kg). Setelah
lunas akan menjadi milik pemanen berikut anak sapi yang lahir. Tiap ekor sapi menghasilkan 20 kg
kotoran x 30 hari = 600 kg, dibagi dengan 40 kg per karung = 15 karung x Rp. 2.000 = Rp. 30.000.
TENAGA PERAWATAN
Tenaga perawatan merupakan satu kesatuan dari tenaga kerja panen dan pengaturannya tunduk
kepada pemanen, oleh karena itu tenaga perawatan tersebut idealnya adalah istri/adik/famili dari
tenaga pemanen inti tersebut. Pada saat panen rendah, tenaga perawatan tersebut bertugas untuk
merawat/mendongkel gulma pada gawangan mati dan pada saat panen raya/puncak tenaga
perawatan tersebut membantu tenaga panen inti melaksanakan panen, sehingga perawatan terhenti
selama musim panen puncak/raya. Pelaksanaan pekerjaannya juga berdasarkan perputaran panen
dengan timnya.
PEKERJAAN PANEN
Pelaksanaan panen berdasarkan perputaran panen pada ancak tetap yaitu 15 ha. Dalam ancak
panen (15 ha) terdiri dari beberapa sub blok (yang luasan tiap sub blok 0,9-1 ha), setiap sub blok
82

Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi

memiliki 1 TPH sebagai pusat/sentral sub blok, serta memiliki identitas dan alamat. Jadi sub blok
yang terdapat dalam ancak tetap 15 ha sudah ada pemiliknya yaitu pemegang ancak tersebut.
Sehingga pemilik ancak bertanggung jawab pada arealnya. Pekerjaan panen diawali dari dalam
ancak atau gawangannya, setelah tandan dipotong selanjutnya gerobak sapi akan mengangkut TBS
tersebut dari piringan ke TPH. Pencatatan/administrasi di TPH oleh pemanen akan menjadi bahan
pencatatan sopir angkut buah (transportasi). Dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan dibentuk
suatu tim yang terdiri dari 34 orang tenaga panen. Selain sebagai kontrol bagi masing-masing
anggota, juga bekerjasama menyelesaikan pekerjaan dalam ancak tim (4560 ha) bila salah satu
anggota yang berhalangan, dan dapat saling mengingatkan pada tiap tiap anggota timnya.
PEKERJAAN PERAWATAN
Perawatan oleh pemanen
Pekerjaan perawatan yang dilakukan oleh pemanen adalah pekerjaan pemupukan dan aplikasi
herbisida. Waktu pelaksanaan perawatan selama 8 bulan pada saat musim panen rendah. Pupuk
diangkut dari gudang kantor afdeling/divisi dengan menggunakan gerobak yang ditarik sapi ke
kebun. Setelah pekerjaan utama panen selesai maka pekerjaan perawatan ini baru dilaksanakan,
upah perawatan akan diberikan pada tenaga kerja tersebut sebesar Rp. 97.200/bulan, yaitu: 0,33
US$/hari x Rp.8.700. Demikian juga aplikasi herbisida akan dilaksanakan setelah panen (pekerjaan
utama) selesai.
Perawatan oleh pembantu pemanen (kenek)
Pekerjaan yang dilakukan pembantu pemanen (kenek) adalah membantu tenaga panen inti
dalam membersihkan dan merawat areal ancaknya, khususnya pendongkelan gulma di gawangan
dan pengendalian hama (misalnya ulat api) dan pada saat panen puncak/raya tenaga tersebut akan
membantu pemanen untuk mengumpulkan TBS, tenaga perawatan ini mendapat ternak sapi 2 ekor
dan 1 unit gerobak yang ditarik oleh sapi. Tenaga pembantu pemanen inti ini umumnya istri dari
tenaga pemanen tersebut atau saudaranya (ibu, adik, kakak, dsb.). Status tenaga adalah karyawan
perusahaan yang upahnya sesuai dengan UMR.
INTEGRASI TERNAK SAPI DENGAN KEBUN KELAPA SAWIT
Pada suatu kebun sawit, pekerjaan yang terberat adalah panen (pengumpulan hasil) terutama
pada areal yang mempunyai topografi bergelombang, oleh karena itu timbul suatu pemikiran untuk
memecahkan masalah tersebut, yaitu menciptakan gerobak kecil yang menggunakan roda dari ban
bekas sebagi alat bantu dalam mempermudah atau meringankan kerja tenaga panen. Gerobak
tersebut ditarik oleh sapi, sehingga permasalahan angkutan buah (TBS) yang di daerah jurangan
dapat diangkut ke TPH.
Gerobak juga mengangkut alat-alat kerja (seperti dodos, egrek, dsb), pupuk, dan air untuk
herbisida dari gudang afdeling ke ancak para tenaga panen bekerja. Selesai pekerjaan pemanen saat
pulang gerobak membawa pakan ternak ke perumahan (rumput king grass dan pelepah kelapa sawit)
untuk pakan malam ternak sapi.

83

Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi

POTENSI PER HA MENDUKUNG PAKAN SAPI BALI (PSB)


Pada dasarnya ketersediaan pakan di kebun merupakan faktor penting dimana 75% biaya
peternakan sapi merupakan pakan ternak. Sumber pakan antara lain:
1.

Daun kelapa sawit

2.

Pelepah kelapa sawit

3.

Rumput alam

4.

Rumput king grass

Potensi per ha kebun sawit dapat mendukung pakan untuk ternak sapi Bali sampai sebanyak 4
ekor, sehingga tiap ancak (15 ha) dapat mendukung 4 x 15 = 60 ekor.
Daun kelapa sawit
Daun kelapa sawit adalah adalah salah satu hijauan yang disukai oleh ternak sapi Bali. Daun
tersebut hasil dari tunasan panen yang dilakukan saat pemanenan TBS. Daun berikut lidinya dibawa
pulang lalu dipisahkan daun dengan lidinya, daun tersebut diberikan kepada ternak sapi untuk pakan
malam sedangkan lidinya dijual ke perusahaan. Kalau tiap pelepah menghasilkan kg hijauan
maka produksi per ha tiap tahun: 120 btg x 22 x kg = 1.320 kg/ha/tahun, dimana 1.320/365 = 3,6
kg/ha/hari. Kalau kebun dengan luasan 6.000 ha x 3,6 kg = 21.696 kg. Kalau seekor sapi dewasa
membutuhkan 25 kg, maka potensi daun ini akan dapat dipelihara 21.696 / 25 = 867 ekor sapi.
Pelepah
Pelepah kelapa sawit juga merupakan sumber pakan bagi ternak sapi Bali. Selesai panen
pelepah diangkut pulang kerumah dan kulit yang keras dibuang sedangkan yang lunak dipotongpotong sedemikian besar lalu diberikan pada ternak sapi, dapat ditambahkan garam pada pelepah
tersebut, nilai protein 4% dan diberikan sebagai pakan pada malam hari.
Secara teori hitungannya adalah: 1 pokok menghasilkan 22 pelepah per tahun, sehingga satu
tahun menghasilkan 120 x 22 = 2640 pelepah/ha/tahun. 2640 x 7 kg = 18460 kg/ha/tahun dan
18460/365 = 50,6 kg/ha/hari. Kebutuhan pakan sapi 20 kg per hari, maka mendukung pakan ternak
sapi Bali 2,5 ekor dari pelepah per ha. Pada luasan kebun 6.000 ha maka dapat menampung 6.000 x
2 = 12.000 ekor.
Rumput alam
Rumput alam merupakan potensi yang dapat mendukung pakan ternak, sementara rumput yang
ada dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi. Rumput alam ini sebagian dipandang sebagai
gulma bagi tanaman utama. Rumput alam ini selain dapat memberikan pakan yang bergizi bagi
ternak, juga ternak tersebut dapat mengendalikan gulma sehingga dapat menekan biaya
pemeliharaan pengendalian gulma secara kimiawi. Kandungan protein rumput sebesar 7 s/d 14%.

84

Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi

Rumput King grass


Dari jumlah pokok yang tertanam per ha kebun sawit sebanyak 130 batang akan berkurang
atau tidak seluruhnya produktif, pada umumnya yang tersisa sebanyak 120 batang per ha.
Penanaman rumput king grass dilakukan di lokasi kebun yang tanaman sawitnya mati atau ditebang
akibat tidak produktif. Juga di sekitar alur-alur yang ada di lokasi kebun. Kalau kematian pohon
kelapa sawit rata-rata 10 pohon per ha, maka akan tersedia lahan kosong 10 x 760 m2, yang dapat
ditanami 760/10.000x2.000=1.520 rumput/ha, kalau dalam luasan 15 ha = 22.800 rumpun.
PENGEMBANGAN TERNAK SAPI
Luas kebun PT.Agricinal adalah 6.000 ha, dimana tiap ancaknya seluas 15 ha, sehingga jumlah
ancaknya adalah 6.000/15=400 ancak atau 400 orang tenaga pemanen. Tenaga pemanen ini dibantu
oleh tenaga perawatan sebanyak tenaga kerja pemanen inti, dari hal tersebut di atas rinciannya
adalah sebagai berikut:
1 tenaga kerja panen 4 ekor sapi betina + 1 ekor sapi jantan
1 tenaga perawatan 2 ekor sapi betina
Jadi ada 6 sapi betina dan 1 sapi jantan, totalnya 7 ekor
Catatan:
TKP = Tenaga kerja panen
TKR = Tenaga kerja rawat
Potensi per ha kebun mendukung pakan ternak sapi Bali (dengan potensi yang ada di
dalamnya) sebanyak 4 ekor sapi Bali. Dalam 1 ancah (15 ha) maka 4 x 15=60 ekor sapi Bali, maka:
1 TKP 4 sapi betina + 1 sapi jantan
1 TKR 2 sapi betina
Agr 15 20 ekor
1 TK ternak 33 ekor sapi
Diharapkan TKT ini adalah saudara atau famili tenaga panen untuk mencegah terjadinya
perselisihan atau kecemburuan masalah kepemilikan nantinya. Karena TKT ini turut memelihara
ternak dari perusahaan (Agr) maka TKT berhak mendapatkan upah angon (pelihara) sebesar Rp.
1.000/hari/ekor, sehingga akan memberikan lapangan kerja bagi sekitar 400 orang, setelah berjalan
program seperti di atas maka dapat ditingkatkan luasan areal (ancak) menjadi 20 ha, sehingga
jumlah ancak menjadi 6.000/2=300 ancak atau 300 orang pemanen demikian juga tenaga perawatan
menjadi sejumlah 300 orang dengan rincian:
TKP 1 orang
TKR 1 orang
TKT 1 orang + 1 orang *)
85

Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi

*) tambahan 1 orang berasal dari akibat penambahan luas ancak dari 15 ha menjadi 20 ha. Jadi
300 ancak x 4 = 1.200 orang, bila dibandingkan dengan luasan yang 15 ha maka pada ancak yang
20 ha dapat memberikan lapangan kerja sebanyak 600 orang, sehingga membantu program
pemerintah dalam program UKM (Usaha Kecil Menengah).
PENGEMBANGAN USAHA KOMPOS
Untuk membantu pemupukan di areal kebun dapat dimanfaatkan pupuk organik (kompos) yang
dihasilkan dari ternak sapi Bali tersebut, hal ini dapat meningkatkan produksi dan produktifitas
lahan tersebut.
1 ekor sapi menghasilkan kotoran (feses) 20 kg per hari sehingga
20 kg x 30 = 600/bulan
600/40 = 15 karung
15 karung x @Rp.2.000 = Rp.30.000
Dari kotoran sapi tersebut (tanpa melalui proses biogas) dapat memberikan tambahan bagi
tenaga kerja sebesar Rp.30.000/bulan, kompos tersebut dapat diaplikasikan ke tanaman kelapa sawit
sebagai pupuk organik, namun kebijakan perusahaan akan membuat/membangun instalasi bangunan
biogas di masing masing perumahan di afdeling, instalasi akan dibangun oleh perusahaan.
Satu instalasi akan mensuplai gas kepada 4 s/d 5 rumah tangga, dimana bahan baku kotoran
(feses) disupplai oleh rumah tangga tersebut setiap hari, untuk itu kotoran akan ditampung dan akan
dimasukkan dalan instalasi biogas tersebut. Dengan adanya instalasi biogas ini, maka tiap keluarga
akan dapat menghemat bahan bakar minyak tanah antara 160 s/d 180 liter/tahun.
160 s/d 180 x Rp.1.400 (Agustus 2002) = Rp. 252.000/tahun
= Rp.21.000/bulan
= Rp.700/hari
Buangan dari proses biogas ini merupakan kompos yang kualitasnya sangat baik untuk
dijadikan pupuk organik. Kualitas yang baik ini sangat baik diaplikasikan pada lahan yang kritis dan
sangat bermanfaat untuk meningkatkan kandungan unsur organik dan biofisik tanah.

86

Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi

PT AGRICINAL
KEBUN SEBELAT
Rekapitulasi pendapatan bruto karyawan
Periode 21 september s/d 20 oktober 2002
Pendapatan

AFD

Keterangan

Tertinggi

Rata-rata

Terendah

1.454.878

1.027.032

605.858

II

1.565.029

1.146.631

574.425

III

1.584.060

1.082.331

870.628

IV

1.408.443

1.004.287

550.140

1.313.209

943.183

537.596

VI

1.574.423

1.030.186

464.571

VII

1.320.095

910.041

493.797

VIII

1.355.550

1.025.404

539.502

IX

1.605.747

1.035.903

510.605

1.097.495

932.036

752.749

14.278.929

10.137.074

5.699.871

1.427.893

1.013.707

569.987

XI

579.529

300.903

285.945

XII

497.479

417.320

406.853

1.077.008

718.223

692.798

538.504

359.112

346.399

Jumlah
Rata-rata

Jumlah
Rata-rata

Data diambil dari


TK panen

Data diambil dari


TK panen laki-laki
yang dapat premi

DISKUSI
Pertanyaan:
1.

Pada halaman 4 paragraf 2 alinea 5 tertulis "Upah perawatan akan diberikan pada tenaga kerja
tersebut sebesar Rp. 97.200 per bulan, yaitu 0,33 US/hari x Rp. 8.700, maksudnya apa? Mohon
dapat dijelaskan

2.

Pada halaman 5 sub heading "Potensi per ha mendukung pakan sapi Bali (PSB), mengapa
harus sapi Bali, kalau untuk tenaga kerja sapi PO bukankah lebih kuat

3.

Dalam membangun usaha peternakan selain memproduksi juga perlu dipikirkan pemasarannya.
Dalam paper ini tidak dikemukakan masalah pemasaran, bagaimana pola pemasaran sapi di PT
Agricinal yang dapat saling menguntungkan antara peternak dan perusahaan.

87

Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi

Jawaban:
1. Perawatan meliputi: herbisida dan pemupukan (3 jenis pupuk: Urea, KCl, Rock Phospate).
Upah Herbisida
= 1,179 US/ha
Upah Pemupukan
= 0,6 US x 3 jenis = 1,8 US/ha
Total
= 2, 979 US/ha
Jadi 2,979 US/ha x 600 ha (luas rata-rata afdeling)
= 1.787,58 US x Rp. 8.700 (upah saat itu)
= Rp. 15.552.000/160
= Rp. 97.200
Catatan:
US (upah sehari) saat itu sebesar Rp. 8.700/hari
160 didapat dari jumlah tenaga kerja afdeling 40 orang x 4 bulan (hitungannya per 4 bulan)
2. Sapi Bali merupakan sapi multifungsi terbaik di Indonesia karena:
Karkasnya yang terbaik, dapat mengkonsumsi pakan yang sembarang, fertilitas terbaik, artinya
dapat melahirkan tiap tahun; sebagai alat bantu kerja, tenaganya juga dapat diandalkan, sangat
sederhana, lebih mudah beradaptasi pada lingkungannya.
3. Untuk saat ini PT Agricinal masih membutuhkan sapi untuk memenuhi kebutuhan karyawan/
anggotanya. Jadi membeli sapi dari dalam PT Agricinal (peternak) selain dari luar daerah/
propinsi. Namun ke depan peluang untuk pemasaran sangat prospek baik di dalam negeri
maupun ekspor dengan fasilitas dermaga khusus yang dimiliki perusahaan PT Agricinal.

88

Anda mungkin juga menyukai