Anda di halaman 1dari 7

1.

Daftar IsiBAB I
Pendahuluan ..........................................................................................................................
...... 1 A. Latar Belakang
Masalah.............................................................................................................. 2 B.
Rumusan
Masalah ...................................................................................................................... 3 C.
Tujuan
Pembahasan.....................................................................................................................
3BAB II Fakta Dan
Masalah .................................................................................................................... 4 A.
Keadaan Kenakalan dan Tingkah Laku Remaja di
Masyarakat.................................................. 4 B. Faktor-Faktor yang Mendorong
Terjadinya Kenakalan Remaja ................................................ 5BAB III Analisa Dan
Pemecahan Masalah ............................................................................................ 9 A.
Hakekat Pendidikan
Agama ........................................................................................................ 9 B. Peranan
Remaja Sebagai Generasi Muda Islam ....................................................................... 10 C.
Langkah-Langkah Pencegahan Terhadap Kenakalan
Remaja .................................................. 11BAB IV
Penutup .................................................................................................................................
.. 13 A.
Kesimpulan ...........................................................................................................................
.... 13 B. SaranSaran ..............................................................................................................................
13DAFTAR
PUSTAKA ...........................................................................................................................
15

2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kita sebagai umat Islam yang
beragama sangatlah penting untuk memperhatikan tingkah laku (budi pekerti). Terutama
bagi agama Islam, tingkah laku atau budi pekerti itu merupakan inti ajaran-ajaran agama
Islam mulai dari nenek moyang kita sampai sekarang. Dalam sabda Nabi Muhammad
SAW, yang berbunyi: Artinya : Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang mulya.1[1] Kita mengetahui bahwa masyarakat kita mengharapkan kepada
remaja itu untuk menjadi pengganti generasi yang lebih tua. Maka pendidikan agama
sangat berpengaruh terhadap tingkah laku remaja. Dan remaja perlu diberikan pendidikan
baik forma maupun non formal. Sebab dalam istilah pendidikan mempunyai sasaran
untuk menuju keberhasilan pelajar-pelajar yang bertingkah laku mulya baik kepada
keluarga, guru maupun masyarakat. Akan tetapi pendidikan agama itu jangan bersifat
transmisi dimana remaja itu hanya mendengarkan saja tetapi harus menciptakan suatu
lingkungan dimana remaja itu dapat mempraktekkan teori yang sudah diajarkan
sebelumnya.2[2] Maka kita wajib bersyukur pada Allah karena taufiq dan hidayahnya
sehingga para pembentuk atau perancang Undang-Undang Dasar Negara di Indonesia ini
telah meletakkan landasan bagi pengembangan kehidupan agama yang mulya
sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 45 Pasal 29 ayat 1 dan 2 yang

berbunyi : 1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa1[1] Ahmad Najih, 323,
Hadits dan Syair untuk Bekal Dawah, Jakarta: PN. Pustaka Aman, 1993, hal. 452[2]
Kartini Kartono, Bimbingan Remaja dan Anak-Anak Bermasalah. Jakarta: PN. Rajawali.
1985. hal. 19

3. 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan


kepercayaan masing-masing.3[3] B. Rumusan Masalah Pembahasan ini hanya terbatas
pada masalah remaja, sebagai penerus cita-cita para orang tua dalam mengemban amanah
untuk memajukan Agama Islam di zaman mendatang. Agar tidak bertele-tele sehingga
mudah dimengerti dan dipahami maka kiranya perlu penulis menyampaikan rumusan
masalah tersebut. Yang menjadi masalah ialah meliputi: 1. Kenapa remaja dan
kenakalannya selalu menjadi sorotan di masyarakat ? 2. Sebab-sebab apakah remaja
sekarang lebih condong terhadap keberutalan? 3. Sejauh manakah kebejatan moral
remaja pada zaman modern ini ? C. Tujuan Pembahasan Adapun tujuan dari penulisan
Makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Supaya kita mengetahui cara atau usaha untuk
mencegah terjadinya kenakalan remaja 2. Sebagai perbendaharaan bacaan perpustakaan
di kampus 3. Untuk memberikan penjelasan tentang arti pentingnya pendidikan agama
bagi kehidupan remaja baik di rumah, sekolah maupun di masyarakat.3[3] UUD 45 Panca
Krida Dan Butir-Butir Pancasila disertai dengan Susunan Kabinet Pembangunan V,
Semarang : 1988. hal. 17

4. BAB II FAKTA DAN MASALAH A. Keadaan Kenakalan dan Tingkah Laku Remaja
di Masyarakat Remaja selalu menjadi tunas harapan bangsa dan negara tapi mengapa
sekarang ini sangat menarik perhatian kita semua sebagai orang tua. Dan pendidik itu
sebagai anggota di masyarakat, kita sering mendengar atau membaca di surat kabar
tentang perkelahian antar pelajar, antar sekolah dan sebagainya dan kita hadapkan pada
masalah remaja yang tergabung dalam masalah morfin yang berakibatkan fatal bagi masa
depan dirinya sendiri. Masalah yang paling tajam bagi remaja adalah remaja yang
meninggalkan bangku sekolah dan keluar masuk klub-klub orang nakal serta
mengganggu keamanan masyarakat di sekitar lingkungan kita.4[4] Tindakan kekerasan
dan agresi di kalangan anak dan remaja. Di Bandung menyebutkan bahwa pada tahun
1987 di Jakarta terjadi 160 kasus perkelahian anyar pelajar lalu menyusul di Jawa Timur
yang paling gempar yaitu 167 kasus perkelahian, 76 kasus di Sumatera dan
sebagainya.5[5] Jadi kenakalan remaja di negara kita menjadi rata-rata 23 25 proses
pertahun. Sedangkan penyalahgunaan narkotika berkembang lebih cepat (Kompas 3 Mei
1978). Jadi kenakalan remaja tidak saja meningkat jenis perbuatannya.6[6] Tingkah laku
remaja di masyarakat tidak hanya merusak dan nakal yang tersebut di atas, banyak pula
kegiatan-kegiatan remaja di masyarakat yang baik seperti, kegiatan atau organisasi
masyarakat, karang taruna, bahkan di jaman sekarang ini banyak masjid-masjid yang
dibuat acara-cara pertemuan ataupun dibuat beribadah, dan mereka melakukan
keaktifitasan sosial, budaya yang beraneka ragam contohnya mengadakan majlis talim,
majlis diba dan sebagainya. Jadi banyak pula remaja-remaja yang berperan penting di
masyarakat sebagai idaman remaja yang Moslem di masyarakat.4[4] Kartini Kartono,
Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah, Jakarta: PN. Rajawali, 1985. hal.
1135[5] Editor Edisi, No. 1/Tahun V 21 September 1992. hal. 636[6] Ibid. hal. 114

5. B. Faktor-Faktor yang Mendorong Terjadinya Kenakalan Remaja 1. Faktor Orang Tua


a. Orang Tua terhadap anak Orang tua mempunyai peranan penting dalam urusan
keluarga terutama pada anak- anaknya, sehingga sikap dan tingkah laku anak selalu
meniru dari orang tua, sehingga satu sama lain saling menyesuaikan dalam hal bertingkah
laku dan berhubungan kepada anak- anak. Jelas orang tua merupakan tempat pelindung
dan bimbingan serta kasih sayang terhadap anak-anaknya. Orang tua yang ada yang
bersikap memanjatkan dan ada pula yang bersikap terlalu keras yaitu terlalu membatasi
kemana anak itu bergerak atau bertingkah laku, terutama jika terjadi suatu tindakan yang
tidak sesuai dengan kehendak orang tua yang dipengaruhinya oleh adanya faktor-faktor
yang mendasari terbentuknya keluarga tersebut, terutama faktor pendidikan yang telah
diperoleh kedua orang tua.7[7] b. Tanggung jawab orang tua terhadap anak Yang
dimaksud tanggung jawab orang tua adalah orang tua sadar dan mengetahui
kedudukannya sebagai pelindung dalam hal kewajiban dan membina keluarga mulai
sejak dari anak dilahirkan, baik mental atau keamanan serta kesehatan jasmani anak baik
dan buruknya anak dalam keluarga adalah merupakan tanggung jawab dan hakekatnya
anak itu dilahirkan dalam keadaan suci maka anak itu harus diberikan pendidikan dan
hal-hal yang baik harus dibiasakan sejak kecil dan kebiasaan yang terpuji menurut ajaran
Islam. Sesuai dengan seruan Allah yang berbunyi:

At-Tahrim: 6) Artinya; Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar,7[7] Zakiyah Derajat DR. Prof, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta:
Bulan Bintang. 1979

6. keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka danselalu mengerjakan apa yang diperintahkan (At-Tahrim;6)2. Faktor di
Sekolaha. Hubungan Guru dan Murid Hubungan guru dengan murid memadukan dua
populasi yang tidak sederajatkebudayaannya guru diilhami dengan peradaban, sedangkan
murid merupakan orang yangdiberi peradaban. Jadi guru secara eksplisit mengadakan
komunikasi dengan murid sehinggaia mengetahui apa yang terjadi dan bisa mencegah
pelajaran, ikut banyak terlibat dalamkegiatan-kegiatan yang mengganggu tidak terlalu
asyik dengannya, membina arus perubahankegiatan, mengelola resitasi dengan cara yang
bisa membuat murid sibuk (misalnya,menciptakan ketidak pastian tata aturan yang
mewajibkan murid). KOUNIN yang menganalisa pencegahan (desist) atau strategi guru
dalam mencegahperbuatan yang tidak pantas dan pengaruh kedisiplinan terhadap
kelompok, misalnya denganpencegahan yang dilakukan dengan marah itu akan lebih
banyak pengaruhnya terhadapmurid. Dia juga menyimpulkan bahwa reaksi murid sekolah
menengah atas terhadappencegahan dengan di lingkungan oleh guru, ada kaitannya
dengan motivasi pelajar muriddan sikapnya terhadap guru. Jadi di dalam kelas itu sendiri
guru bisa berhubungan denganmurid secara perorangan dibandingkan dengan pendekatan
formal dan struktur peranan danjuga bertindak sebagai pendukung antara murid dan
aspek-aspek yang lebih ketat dalamsistem pendidikan yang formal.b. Hubungan Murid
dengan Murid Sebagaimana dinyatakan oleh seorang pengamat, kelompok teman
sebanyak muriddianggap sebagai akarnya kelas (cohen) pada tahun 1972 pada umumnya
kelompok tersebutdipandang dengan rasa curiga dan kuatir oleh guru yang berusaha
menguasai kelas. Para ahlisosiologi berpendapat bahwa kelas memiliki sejumlah sistem

status teman sebaya bahwasebagai murid mempengaruhi sikap dan tingkah laku murid
lain di sekolah (menurutterminology sosiologi, murid bertindak sebagai refence group
bagi murid lainnya. Aspekhubungan murid dengan murid yang paling banyak mendapat
perhatian ialah perasaan muridterhadap satu sama lain sebagaimana yang diukur dengan
tehnik yang disebut analisissosiometri).

7. Bila dialihkan pengertiannya maka hal ini menyatakan bahwa murid mencapai hasil
belajarnya jika murid melihat adanya kepentingan hasil yang dicapai dengan baik, maka
murid tersebut mendapatkan penghargaan dari teman sebayanya, apabila niscaya berguna
untuk masuk perguruan tinggi.8[8] 3. Faktor Lingkungan Masyarakat a. Kondisi
Lingkungan Lingkungan sekitar tempat tinggal anak sangat mempengaruhi
perkembangan kepribadian anak. Di situlah anak memperoleh pengalaman bergaul
dengan teman-teman di luar rumah dan sekolah. Kelakuan anak harus disesuaikan dengan
norma-norma yang ada di lingkungan itu. Lingkungan sekitar rumah memberikan
pengaruh sosial pertama pada anak, di luar keluarga di situlah ia dapat pengalaman untuk
mengenal lingkungan sosial baru yang berlainan dengan yang dikenal di rumah. Dalam
kondisi itu anak dapat mempelajari hal-hal yang baik akan tetapi mereka dapat juga
mempelajari kelakuan yang baik, tergantung pada sifat kelompoknya anak-anak dapat
dengan mudahnya mempelajari kata-kata kotor dan kenakalan dari teman-temannya.
Daerah anak-anak nakal akan menghasilkan anak-anak nakal pula. Jadi dimana anak
bergaul dan bermain tercermin pada kelakuan anak tersebut orang tua dan para pendidik
untuk mengusahakan lingkungan yang sehat di luar rumah, untuk itu perlu adanya
kerjasama dan bantuan dari seluruh masyarakat.9[9] b. Pendidikan Masyarakat Setempat
Berdasarkan kacamata sosiologi dinyatakan oleh penganut-penganutnya DURKHEIM,
seorang dididik dalam konfeks pendidikan tidak layak di menara khayal yang terasing
dengan masyarakat. Atas dasar itu, relevan atau tidak, praktis atau tidak, berguna atau
tidak sajian pendidikan yang diberikan, patokan pengukurnya ialah kebutuhan, hajat, atau
tuntutan obyektif masyarakat itu sendiri. Pendidikan mesti difikirkan dan dirancang
sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan obyektif (politik, sosial, ekonomi) yang
berkembang di masyarakat.8[8] Drs. Sanapiah Faisol. Sosiologi Pendidikan, hal. 187 1899[9] Ibid. hal. 173

8. Sekarang pendidikan bertugas mengantarkan anak didik ke dunia masyarakat dan ke


dunia pengetahuan supaya mereka terbekali untuk hidup selaku warga masyarakat atau
warga negara baik dalam dunia rumah tangga, dunia kerja, dunia kenegaraan, dan
sebagainya. Yang jelas pada masyarakat kini semakin relevan suatu pendidikan yang
dirancang untuk hidup, (pendidikan untuk hidup seutuhnya dan untuk hidup seutuhnya
dan belajar sepanjang hidup). (Learning to be, and learning how to) (carn).10[10]10[10]
Ibid. hal. 129 - 130

9. BAB III ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH A. Hakekat Pendidikan Agama


Pendidikan berarti usaha-usaha sistematis dan pragmatis dalam membentuk anak didik
agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.11[11] Jadi yang dimaksud dengan
pendidikan agama bukanlah pendidikan (khusus) agama melainkan pendidikan yang
berdasarkan agama atau menurut pandangan agama. Dan mutlak harus diberikan kepada
pelajar baik lewat formal maupun non formal. Apalagi sejak pengumuman Menteri

pendidikan dan kebudayaan (Prof. Dr. Bander Johan) dan Menteri Agama (KH. A. Wahid
Hasyim). Pada satu Pebruari 1951 telah menetapkan peraturan pendidikan agama di
sekolah-sekolah, sebagai berikut: - Di sekolah sekolah rakyat pendidikan agama
diajarkan dua jam dalam satu minggu, di sekolah lanjutan atas, baik sekolah umum
maupun sekolah fak, diajarkan tidak boleh melebihi empat jam dalam satu minggu. Guru-guru agama dilarang mengajarkan segala sesuatu yang mungkin dapat
menyinggung perasaan orang yang memeluk agama dan kepercayaan yang lain.
Pengumuman bersama ini dapat memberikan jiwa dan makan substansial dan terhadap
konsepsi dan pelaksanaan nasional kita. Pendidikan agama sebagai proses
memanusiawikan manusia agar mencapai tingkat optimal aktualisasi dirinya dalam
rangka peribadatannya kepada kholik. Oleh karena itu kita tidak mungkin untuk
menerima sesuatu konsepsi pendidikan yang dapat memerosotkan tingkat kepekaan
keagamaan anak didik. Pemerosotan tingkat keagamaan dan peningkatan perusuhan
persepsi keagamaan harus dicegah.12[12] Kepada seluruh lembaga-lembaga pendidikan
mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi, agar mereka tidak memisahkan
antara ilmu dan agmaa lalu mengajarkan11[11] Sukartini A, Ghofir, Slamet Yusuf,
Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: PN. Usaha Nasional, 1981, hal. 2512[12]
Ahmad Tafsiri, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Jakarta: PN. Remaja
Rosdakarya, 1982, hal. Pendahuluan

10. ilmu pengetahuan terpisah dari ilmu dari agama dan ilmu agama terpisah dari ilmu
pengetahuan. Pemisahan ini sangat jelek pengaruhnya terhadap pendidikan dan betapa
lebih jeleknya pengaruhnya terhadap pendidikan dan betapa lebih jeleknya jika di
sekolah-sekolah diajarkan materi-materi pelajaran dengan berbagai metode yang
berlawanan dengan gambaran dan ajaran-ajaran agama tersebut.13[13] B. Peranan
Remaja Sebagai Generasi Muda Islam Pada mulanya apakah itu disebut pemuda, remaja,
generasi muda Islam, niscayalah itu juga maksudnya yaitu kata yang mengandung
pengertian, manusia yang berasal dari kelompok umur tertentu, biasanya antara umur 15
sampai dengan 40 tahun.14[14] Sekarang kelompok remaja di Indonesia berjumlah
kurang lebih sepertiga dari penduduk Nusantara ini. Sehingga generasi muda Islam
diarahkan untuk mempersiapkan kader-kader perjuangan Islam dan pembangunan
nasional. Dengan materi pendidikan, keterampilan, kesejahteraan jasmani, daya kreasi,
patriotisme, idealisme, kepribadian dan budi pekerti yang luhur. Untuk itu perlu
diciptakan iklim yang sehat sehingga kemungkinan kreatifitas generasi Islam
berkembang secara wajar dan bertanggung jawab. Untuk itu perlu adanya usaha-usaha
guna mengembangkan generasi muslim untuk melihatkannya dalam proses kehidupan
berbangsa dan bernegara serta melaksanakan pembangunan nasional.15[15] Jadi generasi
Islam harus bisa menempa diri, berdidikasi tinggi, dan penuh tanggung jawab. Jika
semata-mata bergantung pada yang lebih tua baik dalam bersikap, bertindak laku, dan
menyuarakan fikiran dan pendapat, tentu hal ini sangat disayangkan, bukan berarti bahwa
generasi muda harus menolak atau menutup diri terhadap kalangan generasi yang lebih
tua. Barangkali akan lebih bijaksana jika pendapat atau pikiran generasi yang lebih tua itu
didengar dan dipertimbangkan terhadap kepentingan dan aspirasi pemuda maka suara
mereka belum tentu negatif semua. Maksudnya agar kita lebih arif mempertimbangkan
sesuatu yang perlu diikuti dan mana yang tidak relevan dijadikan pegangan.13[13]
Ridwan Saidi, Islam dan Moralitas Pembangunan, Jakarta: PN. Pustaka Panji Emas,

1984, hal. 314[14] M. Jafar, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, Surabaya: PN. AlIkhlas, 1981, hal. 7215[15] Andi Mappiri, Psikologi Remaja, Surabaya : PN. Usaha
Nasional, 1982, hal. 122

11. Maka kita sebagai generasi muda jangan hanya mendendakan kejayaan masa lalu,
tidak hanya meratapi kekalahan masa kini dan tidak hanya berangan-angan untuk
mendapatkan kemenangan akan datang. Akan tetapi generasi Islam harus memiliki
keyakinan bawa kejayaan itu bisa dicapai dengan berbanga-bangga, tetapi dengan
prestasi bukan hanya banyak bicara. Dan generasi muda harus berprinsip bahwa
penanggulangan tragedi saat ini. Dan merealisasikan cita-cita hari esok akan terwujud
dengan bekerja keras.16[16] C. Langkah-Langkah Pencegahan Terhadap Kenakalan
Remaja Maka kita tidak akan cepat-cepat menyalakan remaja setiap mereka membuat
keributan, tapi masalah ini juga menyangkut kita semua, baik pemerintah, orang tua,
pendidik, maupun masyarakat. Dari pemerintah juga sering melakukan pencegahanpencegahan terhadap kenakalan di kalangan remaja dengan berbagai cara diantaranya
adalah : 1. Pembinaan preventif yaitu pembinaan dan langkah-langkah yang bersifat
pencegahan seperti ceramah-ceramah keagamaan, penyuluhan di sekolah-sekolah dan
kegiatan-kegiatan sekolah yang bersifat positif. Petugas Kepolisian juga mengadakan
operasi ke sekolah untuk mencegah terjadinya kenakalan remaja yang semakin brutal dan
tak terkendali. Operasi ini banyak melibatkan dari aparat pemerintah seperti kamtip
pemda, sampai aparat departemen P & K yang paling komputen dalam mengurusi
masalah ini.17[17] 2. Pembagian refresif yaitu tindakan yang dilakukan oleh aparat
Kepolisian dengan melakukan penangkapan dan pemeriksaan kepada oknum remaja yang
dicurigai atau yang kedapatan bukti dan petunjuk yang menyangkut masalah tersebut.
Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan aparat terhadap mereka dengan melakukan
pendataan dan pendataan nama, pendekatan kepada orang tua atau guru setempat dengan
disuruh membuat surat pernyataan yang intinya tidak akan mengulangi kenakalannya.
Dan ada pada petunjuk atau bukti melakukan tindakan pidana kriminal maka akan
diproses secara hukum diseret ke pengadilan.16[16] Dewi Permatasari, Membangun
Kemandirian Pemuda, Jawa Pos, Senin Kliwon 2 Nof. 1992 (opini), hal. 417[17] Yusuf
Qordowi, Generasi Idaman, Jakarta: PN. Media Dakwah, 1990, hal. 144

12. Upaya-upaya Kepolisian harus didukung sepenuhnya oleh seluruh masyarakat


danpartisipasi kita semua untuk mencegah terjadinya kenakalan remaja.

13. BAB IV PENUTUPA. Kesimpulan1. Pendidikan agama merupakan salah satu


terjadinya kenakalan remaja yang perludiberikan pelajaran baik melalui pelajaran orang
tua atau pendidikan sekolah ataupunmasyarakat.2. Pendidikan adalah salah satu dari
aspek sasaran pembangunan bangsa menempatibagian dasar dalam usaha pendidikan
yang tujuan membentuk pribadi yang luhur danbertaqwa.3. Dengan mengetahui faktorfaktor dan latar belakang yang mendukung terjadinyakenakalan remaja, maka kita tidak
mau cepat-cepat menyalahkan remaja, disana setiapmereka membuat kesalahan atau
keributan-keributan akan tetapi masalah ini menyangkutsemua pihak.4. Pendidikan yang
diberikan kepada anaknya hendaklah dimulai dari kecil.5. Pendidikan adalah sebagai
usaha, membawa manusia itu menuju kepada tujuan yangakhir, mendapat ketawakalan
dalam agama Islam. Tujuan itu adalah penyerahan diri kepadaAllah SWT, sebagai tujuan

hidup semua manusia alam sekitarnya.B. Saran-Saran1. Hendaknya kita selalu menjaga
dan memelihara tingkah laku (budi pekerti)2. Kita sebagai generasi muda yang muslim
jangan selalu bergantung pada generasi yanglebih tua, baik dalam bersikap, bertingkah
laku, maupun menyuarakan pikiran atau pendapat.3. Wajib bagi kita untuk selalu
mencegah atau menghentikan terjadinya kenakalan dikalangan remaja.4. Kepada para
pendidikan janganlah mengadakan pengajaran ilmu pengetahuan terpisahdari ilmu agama
dan ilmu agama terpisah dari ilmu pengetahuan.

14. 5. Dan bagi semua orang tua hendaknya mengetahui manfaat pendidikan terhadap
anak.6. Orang tua harus dapat menemukan pengaruhnya secara positif kepada anakanaknya. Alhamdulillah dengan rasa syukur Allah yang telah memberikan karunianya
sehinggapenulis dapat menyelesaikan Makalah ini, tetapi penulis menyadari bahwa
penulis Makalahini masih jauh dari sempurna. Melainkan penulis merasa bahwa di dalam
Makalah ini masihbanyak kekeliruan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan teguran dan
kritikan pembacayang bersifat mendorong. Akhirnya semoga Makalah ini bermanfaat,
bagi penulis maupunbagi para pembaca.

15. DAFTAR PUSTAKAAhmad Najih, 323 Hadits dan Syair untuk Bekal Dawah,
Jakarta: PN. Pustaka Aman, 1993Ahmad Tafsiri, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam, Jakarta: PN. Remaja Rosdakarya,1982Dewi Permatasari, Membangun
Kemandirian Pemuda, Jawa Pos, Senin Kliwon 2 Nof. 1992Editor Edisi, No. 1/Tahun V
21 September 1992Kartini Kartono, Bimbingan Remaja dan Anak-Anak Bermasalah.
Jakarta: PN. Rajawali.1985.M. Jafar, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, Surabaya: PN.
Al-Ikhlas, 1981Ridwan Saidi, Islam dan Moralitas Pembangunan, Jakarta: PN. Pustaka
Panji Emas, 1984Sukartini A, Ghofir, Slamet Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama,
Surabaya: PN. UsahaNasional, 1981UUD 45 Panca Krida Dan Butir-Butir Pancasila
disertai dengan Susunan KabinetPembangunan V, Semarang : 1988Yusuf Qordowi,
Generasi Idaman, Jakarta: PN. Media Dakwah, 1990Zakiyah Narazat, Problem Remaja
Indonesia, Jakarta: PN. Bulang, 1978, Cet. III,Zakiyah Derajat DR. Prof, Ilmu Jiwa
Agama, Jakarta: Bulan Bintang. 1979

Anda mungkin juga menyukai