Disusun Oleh
SHOHRUN NADA
125120201111044
Ketiga, munculnya dorongan dari para pejabat public untuk sekedar menjadi follower public
sebagai efek ari survei atau polling.
A true Public Opinion
Pada sub bagian ini kita akan membahas sejauh mana inovasi metodologis ini bisa benarbenar menangkap keinginan public atau yang dalam bahasa aslinya dikenal dengan the general
will of the people? A true bisa didapatkan jika prosedur dan prasyarat saintifik dari sebuah survei
atau polling dipenuhi. Dan yang tak kalah penting,kita harus yakin bahwa responden dalam
sample kita adalah orang-orang yang menguasai isu, memiliki pengetahuan tentang isu itu, dan
secara genuine punya sikap.
Prinsip pokok yang menopang logika pencarian opini public adalah anggapan bahwa
setiap individu memiliki opininya masing-masing. Unit terpenting dalam formasi opini public
adalah individu.
Politik Survei
Politik survei berkaitan dengan proses penggunaan survei atau polling untuk mencapai
tujuan politik. Tujuan politik tidak selamanya buruk, tidak juga selamanya baik. Tujuan hars
dinilai dari rumusan tujuan actor politik yang menjadi sponsor survei tersebut atau actor politik
yang merasa menjadi korban dari rilis hasil survei.
Salah satu kritiknya ditujukan pada lembaga survei abal-abal yang sengaja digunakan
untuk mempromosikan partai atau kandidat tertentu atau sebaliknya, di Negara maju jenis
polling ini disebut sebagai push polling.
Jenis polling ini bukan bertujuan sepenuhnya untuk merekam trend opini public secara
objektif. Ini adalah bagian dari teknik marketing. Melalui polling, seorang kandidat atau partai
berusaha untuk mempengaruhi atau mengubah persepsi pemilih terhadap seorang kandidat atau
partai tersebut dan memenangkan dukungan public. Jika tujuan politik itu adalah melemahkan
posisi lawan, maka polling tersebut dikemas sedemikian rupa sehingga hasil polling itu bisa
memberikan kesan kelemahan lawan politik.
Survei atau polling digunakan untuk mencapai tujuan politik karena polling memberikan
kesan bahwa opini yang direkam oleh metode polling mewakili public secara keseluruhan.
Masalahnya push polling tidak memperhatikan metodologi ilmiah yang berkaitan dengan
penarikan sampel, perumusan pertanyaan, sampai dengan framing presentasi hasil suvei atau
polling. Push polling hanya mangambil sample berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.
Kritik berikutnya adalah tentang adanya konflik kepentingan, kritik ini mempersoalkan
sumber dana survei. Intinya dana survei secara otomatis akan berujung pada rekayasa data. Dana
bisa mempengaruhi hasil survei, asumsinya adalah kepercayaan ahwa rilis survei bisa membawa
bandwagon effect, yakni kecenderungan pemilih untuk memilih partai atau kandidat yang sedang
unggul dalam survei atau polling. Namun dengan logika bandwagon ini mengabaikan tingkat
penetrasi media dan kecenderungan pemilih yang memiliki kemampuan menyeleksi informasi.
Kritik-kritik diatas bisa dijustifikasikan dan penting untuk menjaga netralitas lembaga
survei dan memelihara kepercayaan public. Namun pemisahan antara lembaga survei yang tetap
menjaga netralitasnya dengan lembaga survei abal-abal, dan pemisahan antara hasil survei yang
menerapkan standar akademik dengan lembaga survei yang mengabaikan perlu dilihat.
Terkait dengan lembaga survei yang sekaligus sebagai konsultan politik, lembaga tersebut
harus menjaga prinsip saitifik dan akademik dalam surveinya. Lembaga konsultan politik
memang mengidap problem etis, yakni menjaga kenetralannya tetapi pada saat yang sama juga
ingin memenangkan klien politiknya.