Anda di halaman 1dari 24

TRAMED POSR 5 KELOMPOK D1

KASUS
Seorang laki-laki berumur 60 tahun datang ke praktek dokter dengan tegang di
tengkuk dan sakit kepala yang tidak hilang dengan obat sakit kepala biasa.
Pasien ini mempunyai riwayat tekanan darah tinggi tapi berobat tidak teratur.
Bila ke puskesmas dia diberikan obat yang membuat dia sering kencing, jadi dia
malas minum obatnya. Riwayat penyakit yang lain adalah dia penderita TBC dan
saat ini sedang dalam pengobatan fase intensif. Hasil pemeriksaan fisik
ditemukan TD: 170/95 mmHg, nadi 70x/menit, suhu 37C. Tentukan pengobatan
yang tepat pada pasien ini dan tuliskan resepnya dengan benar.
Pembahasan
a. Permasalahan dan diagnosa dari pasien:
Permasalahan:
o Tegang di tengkuk dan sakit kepala yang tidak hilang dengan obat sakit
kepala biasa.
Keluhan ini merupakan keluhan yang khas pada nyeri kepala tipe tegang
atau tension headache, dimana nyeri kepala yang terjadi dapat menjalar
dan menyebabkan kekakuan atau tegang ke daerah tengkuk dan leher.
Tension headache merupakan nyeri kepala yang paling banyak dijumpai
dan penyebabnya belum diketahui. Kemungkinan besar disebabkan
ketegangan otot leher dan kulit kepala yang disebabkan oleh gangguan
pada pembuluh darah pada area tersebut (misalnya karena penyakit
hipertensi tidak terkontrol yang dimiliki pasien), mungkin juga dipicu
kelelahan, stress, kecemasan, atau depresi. Dengan demikian
penatalaksanaan pada pasien ini tidak hanya berupa terapi farmakologis,
namun disertai dengan terapi non-farmakologis.
o Tekanan darah tinggi tapi berobat tidak teratur.
Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi, namun perlu dikonfirmasi
dengan pemeriksaan tekanan darah minimal sebanyak 2 kali dengan
selang waktu minimal 5 menit. Pada pemeriksaan fisik diperoleh TD:
170/95 yang menunjukkan bahwa pasien masuk dalam kategori
hipertensi stage 2 (perlu dikonfirmasi lagi dengan pemeriksaan ke 2
dalam 5 menit).

Pengobatan yang direkomendasikan bagi pasien hipertensi stage 2


adalah kombinasi dua obat antihipertensi (biasanya diuretik golongan
thiazid yang dikombinasi dengan Angiotensin Converting Enzyme
inhibitor (ACEi), atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB), atau -Blocker
(BB), atau Calcium Channel Blocker (CCB). Pasien mengatakan ia malas

minum obat dari puskesmas karena efek samping obat yang


menyebabkan ia sering kencing. Sehingga perlu dicarikan solusi
penatalaksanaan yang dapat membuat pasien minum obat dengan
teratur sehingga hipertensinya dapat terkontrol dan tidak menyebabkan
komplikasi.
o Penderita TBC dan saat ini sedang dalam pengobatan fase intensif.
Penderita TBC yang sedang berada dalam pengobatan fase intensif
mengkonsumsi obat anti tuberkulosis (OAT), masih terdapat
kemungkinan ia mengkonsumsi kelima golongan OAT (2HRZE untuk
kategori I, dan 2HRZES untuk kategori II; H: Isoniazid, R: Rifampisin, Z:
Pirazinamid, E: Ethambutol, S: Streptomisin), sehingga perlu
dipertimbangkan interaksi antara obat yang akan diberikan dengan OAT
yang sedang ia terima saat ini.
Diagnosa:
o Hipertensi stage 2.
o Tension headache.
o TBC
b. Tujuan terapi:
Mengobati dan mengontrol penyakit hipertensi yang diderita pasien,
dengan mempertimbangkan pengobatan yang akan diberikan agar pasien
tidak, atau seminimal mungkin, terganggu dengan efek samping obat dan
dapat minum obat dengan teratur.
Selain melalui terapi farmakologis, kontrol terhadap hipertensi dan sakit
kepala pasien juga dilakukan melalui terapi nonfarmakologis. Hal ini akan
disampaikan melalui edukasi kepada pasien. Edukasi juga diberikan
mengenai penyakit TB pasien agar ia patuh berobat dan tidak tertular TB
lagi.
Mengobati keluhan tegang di tengkuk dan sakit kepala yang dikeluhkan
pasien.
Memperhatikan terapi farmakologis yang akan diberikan agar tidak
menimbulkan interaksi yang dapat saling mempengaruhi dengan OAT yang
sedang diterima pasien.
Mencegah kompliksai yang dapat muncul akibat penyakit hipertensi yang
diderita pasien.
c. Golongan-golongan obat yang paling tepat (rasional) bagi pasien:
(Perbandingan di Lampiran)
Antihipertensi
o Diuretik.
o Angiotensin Converting Enzyme inhibitor (ACEi).
o Angiotensin Receptor Blocker (ARB).
o -Blocker (BB).
o Calcium Channel Blocker (CCB).
o Vasodilator
o Simpatoplegik

Analgetik.
o Opioid
o Non-opioid
d. Nama-nama obat yang paling tepat bagi pasien dari masing-masing golongan
obat:
(Perbandingan di Lampiran)
Antihipertensi
o Diuretik Thiazides Hidroklorotiazid.
o Calcium Channel Blocker (CCB)
o Vasodilator
o Simpatoplegik
Analgetik.
o Opioid
o Non-opioid
e. Resep yang rasional dan legeartis bagi pasien:
(Resep di Lampiran)
f. Informasi dan edukasi yang tepat bagi pasien dan keluarganya:
Jaga berat badan agar indeks massa tubuh tetap berada dalam rentang
18,5-24,9 kg/m2.
Atur diet makanan; usahakan lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan,
sayur-sayuran, dan kurangi atau batasi intake lemak khususnya kolesterol
(terdapat dalam Hati, ginjal, kuning telur, daging, keju, susu, mentega,
udang, kerang) dan lemak jenuh (seperti mentega, minyak kelapa dan
kelapa sawit, dan lemak hewan).
Kurangi atau batasi intake sodium (Na +) sampai 100mmol/hari (2,4 gr
sodium atau 6 gr sodium chloride (NaCl)).
Usahakan untuk berolahraga (minimal, jalan cepat) secara teratur minimal
selama 30 menit per harinya, sesering mungkin dalam seminggu.
Hindari atau berhenti merokok
Hindari konsumsi alkohol.
Hindari konsumsi kopi.
Datang lagi setelah obatnya habis untuk kontrol dan follow-up.

LAMPIRAN:
ANTIHIPERTENSI
Antihipert Efficacy (Indikasi)
ensi
Diuretik
ACEi
Secara umum ACEI dibedakan atas
dua kelompok:
- Yang bekerja langsung,
- Prodrug
perubahan Angiotensin l menjadi
Angiotensin ll sehingga terjadi
vasodilatasi dan penurunan
sekresi aldosteron
degradasi bradikinin juga dihambat
sehingga kadar bradikinin dalam
darah meningkat dan berperan
dalam efek vasodilatasi
Vasodilatasi secara langsung akan
menurunkan tekanan darah,
sedangkan berkurangnya
aldosteron akan menyebabkan
eksresi air dan natrium dan
retensi kalium
juga diduga berperan menghambat
pembentukan angiotensin II
secara local di endotel pembuluh
darah
pemberian ACEI jangka panjang
tidak menimbulkan toleransi dan

Suitability (Efek Samping)

Safety (Kontra Indikasi)

Lihat tabel di Diuretik


Hipotensi, Batuk kering,
- Pada wanita hamil, karena bersifat
Hiperkalemia terutama pada
teratogenik.
- Hati-hati pada pasien hiperkalemia
gangguan fungsi ginjal, Rash,
Edema angioneurotik, Gagal ginjal - Kombinasi dengan NSAID akan
mengurangi efek hipertensinya
akut, Proteinuria, Efek teratogenik
dan menambah risiko
hiperkalemia

ARB

CCB

penghentian obat ini biasanya


tidak menimbulkan hipertensi
rebound
Mirip dengan ACEi, namun tidak
menghambat
breakdown
bradykinin dan kinin lainnya,
sehingga
jarang
sekali
menyebabkan terjadinya batuk
kering persisten yang biasanya
muncul pada pemakaian ACEi.
Dapat
menjadi
alternatif
terhadap ACEi pada terapi gagal
jantung atau nefropati diabetik.

Mengganggu masukan calcium


melalui chanel lambat dari
membrane sel yang aktif
Generasi Impuls SA node dan
konduksi AV node akan
berkurang atau terhenti oleh
semua CCB
Pemasangan Eksitasi-kontraksi
pada semua sel jantung
membutuhkan influx calcium,
jadi oobat ini menurunkan
kontraktilitas jantung dengan
tergantung dosis
Dapat menurunkan kardiak

Efek samping biasanya ringan.


Kehamilan, menyusui.
Hipotensi termasuk dizziness
(khususnya pada pasien yang
mengalami penurunan volume
intravaskular,
misalnya
pada
pasien
yang
mengkonsumsi
diuretik).
Hiperkalemia
kadang-kadang
terjadi.
Angioedema.
Hati-hati pada stenosis arteri
renalis, gangguan ginjal, stenosis
katup aorta atau mitral,
hypertrophic cardiomyopathy.
Konstipasi(pada verapamil)
Gagal jantung

Vasodilator

Alpablocker

output
Menurunkan tekanan darah dengan
merelaksasi otot polos vascular,
jadi mendilatasikan pembuluh
darah yang mengalalmi resistensidan pada beberapa variasimeningkatkan kapasitansi.
-

menurunkan resistensi
vakular perifer dan tekanan
darah
Memiliki penggunaan yang
terbatas pada penanganan
hiprtensi emergensi

menurunkan kardiak output

penggunaan efektif pada hipertensi


dan ischemic heart disease

Betablocker

Hypotensi, gangguan GI

Mempengaruhi reflex
baroreseptor
Dapat digunakan sebagai
kontrol pulsasi jantung pada
pasien dengan penggunaan
phaeochromocytoma

hipotensi postural
reflex tachycardia
miosis and nasal stuffiness

fatigue,
ekstremitas dingin
gangguan tidur
memicu terjadinya asma
efek withdrawl ketika penggunaan
dihentikan (pada penggunaan
jangka panjang)

Stroke, MI, SLE

DIURETIK
Diuretik

Efficacy (Indikasi)

Carbonic Anhidrase
Inhibitors

Loop (Kuat)

Suitability (Efek Samping)

Diuretik lemah.
Asidosis metabolik, batu saluran
Jarang digunakan untuk efek
kemih (batu ginjal).
diuretiknya.
Bermanfaat untuk menghambat
pembentukan aqueous humor
pada glaukoma.
Alkalinisasi urin, alkalosis
metabolik.
50
75
Diuretika yang kuat.
hiponatremia, hipokalemia, dan
Menghambat resorpsi cairan
hipomagnesemia, alkalosis
dari ascending limb of the loop
hipokloremik, ekskresi kalsium
of Henle dalam tubulus ginjal.
meningkat, hipotensi, kurang lazim
Pengobatan edema paru akibat
mual, gangguan saluran cerna,
gagal jantung ventrikel kiri.
hiperurisemia dan gout;
Gagal jantung kronik.
hiperglikemia (kurang lazim
Menurunkan tekanan darah
daripada yang disebabkan tiazid);
terutama pada hipertensi yang
kadar kolesterol dan trigliserida
resisten terhadap terapi tiazid.
plasma meningkat sementara;
Oliguria karena gagal ginjal
jarang terjadi ruam kulit,
kronik.
fotosensitivitas dan depresi
sumsum tulang (hentikan
pengobatan), pankreatitis (dengan
dosis parenteral yang besar),
tinnitus dan ketulian (biasanya
karena pemberian dosis parenteral
yang besar dan cepat, serta pada

Safety (Kontra
Indikasi)
Hiperammone
mia, sirosis
hepatis.

75
Keadaan
prakoma akibat
sirosis hati;
gagal ginjal
dengan anuria.

Nilai
200

210

60

Thiazides

Potassium-Sparing
(Hemat Kalium)

gangguan ginjal)
75

Diuretika dengan potensi

sedang.
Menghambat reabsorbsi
natrium pada bagian awal
tubulus distal.
Mula kerja diuretika golongan ini
setelah pemberian peroral
antara 1-2 jam.
Masa kerjanya 12-24 jam.
Digunakan untuk: Hipertensi,
Gagal Jantung ringan - sedang,
Mengendalikan Edema.
Bermanfaat jika pasien tidak
suka pola berkemihnya berubah
oleh diuretika

90
Diuretika yang lemah.
Menyebabkan retensi kalium
dan karenanya digunakan
sebagai alternatif yang lebih
efektif sebagai suplementasi
kalium pada penggunaan tiazid
atau diuretika kuat.
Antagonis Aldosteron:
mempotensiasi tiazid atau

75

hipotensi postural dan gangguan


hipokalemia
saluran cerna yang ringan;
yang refraktur,
impotensi (reversibel bila obat
hiponatremia;
dihentikan); hipokalemia,
hiperkalsemia;
hipomagnesemia, hiponatremia,
gangguan
hiperurisemia, gout, hiperglikemia,
ginjal dan hati
dan peningkatan kadar kolesterol
yang berat;
plasma; jarang terjadi ruam kulit,
hiperurikemia
fotosensitivitas; gangguan darah
yang
(termasuk neutropenia, bila
simtomatik;
dirasakan pada masa kehamilan
penyakit
akhir trombositopenia neonatal
Addison.
telah dilaporkan); pankreatitis,
kolestatis intrahepatik, dan reaksi
hipersensitivitas (termasuk
pneumonitis, edema paru, reaksi
kulit yang berat) juga dilaporkan.
75
75
Gangguan saluran cerna, mulut
Hiperkalemia,
kering, ruam kulit; sedikit
gagal ginjal,
penurunan tekanan darah, hipotensi
postural, hiperkalemia,
hiponatremia; juga dilaporkan
fotosensitivitas dan gangguan
darah; triamteren ditemukan pada
batu ginjal; ; impotensi,
ginekomastia, menstruasi tidak

240

220

Osmotic

diuretika kuat dengan cara


teratur, letargi, sakit kepala,
melawan kerja aldosteron.
bingung; hepatotoksisitas,
Bermanfaat untuk edema dan
osteomalasia, dan gangguan darah
asites pada sirosis hati,
dilaporkan.
penahan kalium dalam terapi
kombinasi dengan tiazid atau
loop diuretic, asites malignan,
sindroma nefrotik, gagal jantung
kongestif; hiperaldosteronism
primer.
70
75
Lebih sering digunakan untuk
Menggigil, demam
edema serebral, peningkatan
tekanan intrakranial, dan
glaukoma; jarang digunakan
untuk gagal jantung dan edema
paru.
50
80

Jadi, kami memilih diuretik berupa Thiazides dikombinasikan dengan kalsium-channel blocker.

75
Gagal jantung
kongestif,
edema pulmo.

75

215

THIAZIDES
Thiazides

Efficacy (Indikasi)

Bendroflumetiaz
id

Suitability (Efek Samping)

Gagal jantung ringan atau

sedang.
Hipertensi ringan (atau
dikombinasi dengan obat
lain untuk hipertensi yang
lebih berat).
Edema.
Dosis:
o Edema, dosis awal 5-10
mg sehari atau berselang
sehari pada pagi hari;
dosis penunjang 5-10 mg
1-3 kali seminggu.
o Hipertensi, 2,5 mg pada
pagi hari; dosis yang
lebih tinggi jarang
diperlukan.

Klortalidon

85
Masa kerja yang lebih
panjang daripada tiazid

hipotensi postural dan


gangguan saluran cerna
yang ringan; impotensi
(reversibel bila obat
dihentikan); hipokalemia,
hipomagnesemia,
hiponatremia,
hiperurisemia, gout,
hiperglikemia, dan
peningkatan kadar
kolesterol plasma; jarang
terjadi ruam kulit,
fotosensitivitas; gangguan
darah (termasuk
neutropenia, bila dirasakan
pada masa kehamilan akhir
trombositopenia neonatal
telah dilaporkan);
pankreatitis, kolestatis
intrahepatik, dan reaksi
hipersensitivitas (termasuk
pneumonitis, edema paru,
reaksi kulit yang berat) juga
dilaporkan.
80
(Lihat pada Bendrofluazid)

Safety (K.
Indikasi)
Hipokalemia
yang refraktur,
hiponatremia;
hiperkalsemia;
gangguan ginjal
dan hati yang
berat;
hiperurikemia
yang
simtomatik;
penyakit
Addison.

80
(Lihat pada
Bendrofluazid)

Cost
(Harga)
?

Nilai

250+

245+

Hidroklorotiazid

lainnya.
Bermanfaat jika pasien tidak
suka pola berkemihnya
berubah oleh diuretika.
Asites karena sirosis, edema
karena sindrom nefrotik,
hipertensi, gagal jantung
kronik yang ringan sampai
sedang, diabetes insipidus.
Dosis:
o Edema, hingga 50 mg
sehari selama periode
terbatas.
o Hipertensi, 25 mg pada
pagi hari, jika perlu
tingkatkan sampai 50 mg.
90
80
80
Edema, hipertensi.
Anoreksia, penurunan nafsu Gangguan hati
Dosis:
makan, iritasi lambung,
berat, gangguan
o Edema, dosis awal 12,5diare, konstipasi,
ginjal berat
25 mg sehari, untuk
sialadenitis, pankreatitis,
(kreatinin klirens
penunjang jika mungkin
jaundice, xanthopsia,
< 30 mL/menit),
dikurangi; edema kuat
gangguan penglihatan
hipokalemia
pada pasien yang tidak
sementara, leukopenia,
refraktori,
mampu untuk
neutropenia/
hiperkalsemia,
mentoleransi diuretika
agranulositosis,
hamil dan
berat, awalnya 75 mg
thrombositopenia, anemia
menyusui.
sehari.
aplastik, anaemia hemolitik,
o Hipertensi, dosis awal
depresi sumsum tulang
12,5 mg sehari, jika perlu
belakang., reaksi
tingkatkan sampai 25 mg
fotosensitivitas, roam,

Tab 25 mg
Rp.27,50

330

sehari. USIA LANJUT. Pada


pasien tertentu (terutama
usia lanjut) dosis awal
12,5 mg sehari mungkin
cukup.

Indapamid

85
Hipertensi esensial
Dosis:
o 2,5 mg sehari pada pagi
hari.

reaksi seperti cutaneous


lupus erythematosus,
reaktivasi cutaneous lupus
erythematosus, urtikaria,
vaskulitis, cutaneous
vasculitis, reaksi anafilaksis,
keracunan epidermal
nekrolisis, demam,
penekanan saluran
pernafasan, gannguan
ginjal, nefritis interstisial,
kejang otot, lemas, gelisah,
kepala terasa ringan,
vertigo, paraesthesia,
hipotensi postural, kardiak
aritmia, gangguan tidur dan
depresi.
75
80
Kurang baik pada penderita Stroke yang baru
diabetes mellitus.
saja terjadi,
Hipokalemia, sakit kepala,
gangguan hati
pusing, konstipasi,
yang berat
dyspepsia, ruam kulit
(eritema multiforme,
nekrolisis epidermal
dilaporkan); jarang terjadi
hipotensi ortostatik,
palpitasi, enzim Kati
meningkat, gangguan darah
(termasuk trombositopenia),

90
?

240+

Metolazon

Sipamid

hiponatremia, alkalosis
metabolik, hiperglikemia,
kadar urat plasma
meningkat, parestesia
meningkat, fotosensitivitas,
impotensi, gangguan ginjal,
miopia akut yang reversibel;
diuresis dengan dosis di
atas 2,5 mg sehari.
75
80
(Lihat pada Bendrofluazid)
(Lihat pada
Bendrofluazid)

85
Efektif bila dikombinasikan
dengan suatu diuretika kuat
(bahkan pada gagal ginjal)
tetapi diuresis hebat dapat
terjadi, sehingga pasien
harus dipantau dengan
seksama.
Edema, hipertensi.
Dosis:
o Edema, 5-10 mg pada
pagi hari; jika perlu
tingkatkan sampai 20 mg
sehari pada edema
resisten, maksimal 80 mg
sehari.
o Hipertensi, dosis awal 5
mg pada pagi hari; dosis
penunjang 5 mg selang
sehari.
85
80
Edema, hipertensi.
(Lihat pada Bendrofluazid)

80
Gangguan

245+

245+

Dosis:
o Edema, dosis awal 40 mg
pada pagi hari;
tingkatkan sampai 80 mg
pada kasus resisten;
dosis penunjang 20 mg
pada pagi hari.
o Hipertensi, 20 mg pada
pagi hari
85

saluran cerna;
pusing ringan;
hipokalemia,
lebih jarang
terjadi gangguan
elektrolit lain
seperti
hiponatremia.
80

80

Tiazid dan diuretika terkait lainnya (benztiazid, klopamid, siklopentiazid, hidroklorotiazid dan hidroflumetiazid) tidak
memberikan manfaat apapun yang melebihi bendrofluazid dan klortalidon.
Dengan pertimbangan tersebut, kami memilih diuretik golongan thiazides berupa Hidroklorotiazid.

Calsium Channel Blocker (CCB)


CCB
Amilodipine

Diltiazem
hydrochloride

Efikasi/indika
si
hypertension,
prophylaxis
angina

85
prophylaxis dan
terapi angina;
hypertension

Efek samping

Kontraindikasi

Harga

Nilai

Nyeri abdomen, nausea; palpitasi,


flushing, oedema; nyeri kepala, pusing,
gangguan tidur, fatigue; less commonly
gangguan gastro-intestinal, mulut kering,
gangguan pengecapan, hypotension,
syncope, nyeri dada, dyspnoea, rhinitis,
merubahan mood, asthenia, tremor,
paraesthesia, gangguan urinari,
impotence, gynaecomastia, perubahan
BB, myalgia, keram otot, nyeri punggung,
arthralgia, gangguan penglihatan,
tinnitus, pruritus, rashes (erythema
multiforme), berkeringat, alopecia,
purpura, dan skin discolouration; very
rarely gastritis, pancreatitis, hepatitis,
jaundice, cholestasis, gingival hyperplasia,
myocardial infarction, arrhythmias,
tachycardia, vasculitis, coughing,
peripheral neuropathy, hyperglycaemia,
thrombocytopenia, angioedema, dan
urticaria
70
bradycardia, sino-atrial block, AV block,
palpitasi, pusing, hypotension, malaise,
asthenia, nyeri kepala, hot flushes,
ganggua
gastro-intestinal,
oedema
(teruma pada ankle); rarely rashes

cardiogenic shock,
unstable angina,
significant aortic stenosis;
porphyria breast-feeding

235+

Tab
30
mg
Rp189,5
4

320

80
Bradycardia berat, gagal
jantung kiri dengan
kongesti pulmonal,
second- or third-degree
AV block (tanpa

Felodipine

(termasuk erythema multiforme dan


exfoliative dermatitis), photosensitivity;
hepatitis,
gynaecomastia,
gum
hyperplasia, extrapyramidal symptoms,
depression
70
flushing, nyeri kepala, palpitatsi, pusing,
fatigue, gravitational oedema; rarely rash,
pruritus,
cutaneous
vasculitis,
gum
hyperplasia, sering BAK, impotence,
demam
50

penggunaan pacemaker),
sick sinus syndrome;
porphyria; hamil;
menyusui
80
unstable angina, gagal
jantung tak terkontrol;
significant aortic stenosis;
MI dalam 1 bulan;
porphyria; hamil
80

85
?

220+

Hipertensi
(only)
= nifedipin

Sakit kepala, kemerahan, dizzines,


takikardi dan palpitasi, edema perifer
terlokalisir, jarang hipotensi, tidak nyaman
di perut, peningkatan berat badan, fatik

230+

90
Sda

60
Sakit kepala, kemerahan, dizzines,
takikardi dan palpitasi, edema perifer
terlokalisir, jarang hipotensi, tidak nyaman
di perut, gangguan mood, poliuria, kram
otot, pruritus.

Hati-hati pada sindrom


gangguan sinus (jika
pacemaker tidak cocok),
dosis berkurang pada
gangguan ginjal dan hati.
KI: syok kardiogenik,
stenosis aorta
simptomatis, dalam satu
bulan serangan ima,
angina tidak stabil,
porfiria,
80
Hati-hati pada gangguan
konduksi jantung dan
gangguan hepar,
cadangan jantung yang
buruk,
KI: sda

230+

85
hypertension,
profilaksis
angina

90
Isradipine

Lasidipine

Lercanidipine
hydrocloride

Nicardipine
hydrocloride

Nifedipine

90
Hipertensi
ringan hingga
sedang

50
Sakit kepala, kemerahan, dizzines,
takikardi dan palpitasi, edema perifer
terlokalisir, hipotensi, tidak nyaman di
perut, gangguan mood, poliuria, kram
otot, pruritus, mialgia

80
Profilaksis
angina,
hipertensi
ringan hingga
sedang

60
Sakit kepala, kemerahan, dizzines,
takikardi dan palpitasi, edema perifer,
mual, gangguan gastrointestinal,
gangguan tidur, tinitus, hipotensi,
dispneu, paraestesia, trombositopenia,
depresi, poliuria.

80

50

Relaksasi otot
polos vaskuler,
dilatasi arteri.
Lebih banyak
mempengaruhi
pembuluh
darah daripada
miokardium.
Untuk angina,

Cephalgia, flushing, dizziness, lethargy;


takikardia, palpitasi; preparat short-acting
dapat menginduksi jatuhnya tekanan
darah dan refleks takikardia yang dapat
menyebabkan iskemia miokard atau
serebral; edema gravitasi, rash (erythema
multiforme), pruritus, urticaria, nausea,
konstipasi atau diare,frekuensi miksi yang
meningkat, nyeri dan gangguan pada

90
Hati-hati pada sindrom
gangguan sinus (jika
pacemaker tidak cocok),
gannguan hepar,
disfungsi ventrikel kiri
KI: sda
90
Hati-hati pada gagal
jantung kronik atau
disfungsi ventrikel kiri
yang signifikan, efek
putus obat jika ada nyeri
atau nyeri yang telah ada
akan memburuk dalam
30 menit setelah
pemberian
obat, gangguan ginjal dan
hepar.
KI: sda
90
Syok kardiogenik,
stenosis aorta, infark
miokard dalam 1 bulan,
serangan angina unstable
atau akut, porphyria.

230+

220+

Tab
10
mg
Rp134,8
1

320

hipertensi.

Nimodipine

Nisoldipine

Verapamile
Hydrocloride

90
Mirip dengan
nifedipine,
tetapi efek
relaksasi
ototnya lebih
khusus pada
arteri serebral.
Pencegahan
dan terapi
spasme
vaskuler karena
aneurysmal
subarachnoid
haemorrhage.
80
Mirip dengan
nifedipine dan
nicardipine.
Untuk angina
dan hipertensi
ringan sampai
sedang.
80
Angina,
Hipertensi,

mata, hiperplasia gusi, asthenia,


paraesthesia, myalgia, tremor, impotensi,
gynaecomastia; depression,
telangiectasia, cholestasis, jaundice.
50
Hipotensi, perubahan heart rate, flushing,
cephalgia, gangguan gastro-intestinal,
mual, berkeringat dan merasa hangat,
thrombocytopenia, dan ileus.

60
Edema gravitasi, cephalgia, flushing,
takikardia, palpitasi; dizziness, asthenia,
gangguan gastro-inestinal (mual,
konstipasi); paraesthesia, myalgia, tremor,
hypotension, weakness, dyspnoea, alergi
pada kulit, meningkatnya frekuensi miksi,
angina, gangguan penglihatan,
gynaecomastia, hyperplasia gusi.
50
Konstipasi, mual, muntah, flushing,
cephalgia, dizziness, fatigue, ankle

90
Infark miokard dalam 1
bulan, serangan angina
unstable atau akut,
porphyria.

90
Syok kardiogenik,
stenosis aorta, infark
miokard dalam 1 bulan,
serangan angina unstable
atau akut, porphyria,
gangguan hepar,
kehamilan, menyusui.
90
Gagal jantung, gangguan
konduksi jantung,

90
?

230+

220+

Tab
mg

80

315

Arritmia.
Menurunkan
Cardiac Output,
Heart Rate, dan
mempengaruhi
konduksi
atrioventrikuler.

oedema; reaksi alergi (erythema, pruritus,


urticaria, angioedema, Stevens-Johnson
syndrome); myalgia, arthralgia,
paraesthesia, erythromelalgia;
peningkatan konsentrasi prolaktin;
gynaecomastia and hyperplasia gusi;
hypotension, heart failure, bradycardia,
heart block, dan asystole.

90

60

hipotensi.
Hipotensi, bradikardi, blok
AV derajat 2 dan 3,
riwayat gagal jantung
atau gangguan fungsi
ventrikel kiri, meskipin
riwayat terapi teratur;
flutter atau fibrillation
atrial; porphyria.
90

Rp440,1
9

75

Dengan bandingan diatas, terdapat dua buah obat yang mendapat nilai tertinggi yaitu diltiazem hydrochloride dan
nifedipine. Namun kami melihat bahwa salah satu efek samping dari nifedipine adalah peningkatan frekuensi BAK, yang
merupakan salah satu alasan yang menyebabkan pasien malas minum obat, sehingga kami lebih memilih memberikan CCB
berupa diltiazem hydrochloride.

ANALGESIK
Nama obat
Aspirin

Indikasi
- Diindikasikan untuk nyeri kepala, nyeri otot
yang singkat, disminore, dan pyreksia.
- Mekanisme kerja sebagai analgesik karena
adanya efek menghambat stumuli nyeri di
daerah subcortical
- Digunakan sebagai obat antiplatelet
- Dosis :
a. Per oral :
300-900 mg tiap 4-6 jam;maksimal
4g/hari; anak2 < 16 tahun tidak
direcomendasikan
b. Per rectum :
450-900 mg tiap 4 jam maksimal
3,6g/hari;tidak direkomendasikan untuk
anak < 16 tahun.

Kontraindikasi
- Anak < 16 tahun dan ibu yang
menyusui
- ada
ulcus pepeticus yang
aktif,
- heamophelia
- bukan untuk tatalaksana gout
- hipersensitivitas:
aspirin dan NSAIDs lainnya
merupakan kontraindikasi untuk
pasien dengan riwayat
hipersensitivitas pada
aspirin/NSAID yang
lainnya;gejalanya berupa asma,
angioderma, urticaria atapun
rinitis setelah diberikan aspirin.
- Reyes syndrom
Berkaitan
dengan
timbulnya
reyes syndrom.

Efek samping
- Dosis ringan atau
sedang sering kali
menyebabkan iritasi
gastrointestinal,
peningkatan bleeding
time, bronkospasme
dan reaksi
hipersensitivitas dari
pasien

Paracetam
ol

Nyeri yang ringan-sedang (ex, nyeri kepala,


myalgia, nyeri akibat postpartum)
Untuk nyeri yang ringan, dapat diberikan
sebagai pengganti aspirin jika terdapat
alergi aspirin
pyreksia
Mekanisme kerja :
Dapat menghambat COX-3 pada central
nervus system.

Hati hati pada pasien dengan


gangguan fungsi hati dan
ginjal dan orang dengan
kecanduan alkohol

Jarang menimbulkan
efek samping , namun
dapat muncul berupa
ras, gangguan
darah(trombositopenia
, leucopenia,
neutropenia) telah
dilaporkan, hipotensi
Jika overdosis dapat
menyebabkan
gangguan pada hati
dan ginjal.

Nefompam
hydroklorid
a

-nyeri yang sedang

Opioid

- pada pasien convulsive,


- tidak diindikasikan untuk
myokardial infark.

digunakan untuk menangani nyeri sedangberat khususnya yang berasal dari organ
visceral
Opioid terdiri dari agonis lengkap, agonis
parsial, dan antagonis. Opioid bekerja pada reseptor , , dan yang berefek anagesi
spinal dan supraspinal, sedasi, dan
menurunkan transit GI.
Opioid menghasilkan efek anagesik dengan
berikatan pada reseptor protein G spesifik di
otak dan medula spinalis termasuk pada
transmisi dan modulasi nyeri.

Perhatian pada orang dengan


gangguan respirasi, hipotensi,
syok, gangguan konvulsive,
gangguan usus
Penggunaannya harus di
bawah pengawasan dokter
dan harus dinilai secara
periodik

- mual, gelisah , retensi


urin, mulut kering,
muntah, penglihatan
yang kabur, mengantuk,
berkeringat, insomnia,
takikardi, nyeri kepala,
confusion dan halusinasi
serta urin menjadi
merah muda telah
dilaporkan.
- mual dan muntah
(paling sering),
konstipasi, mulut
kering, pada dosis
yang besar
menybabkan rigiditas,
hypotensi, dan depresi
pernapasan.
- Pemakaian berulang
dapat menyebabkan
ketergantungan dan
toleransi namun tidak
mengakhawatirkan
selama dalam
pengawasan dokter

Mengingat pasien telah mengkonsumsi obat sakit kepala sebelumnya yang kemungkinan ia beli secara bebas, dimana obat
sakit kepala yang dijual bebas sebagian besar komponen utamanya adalah parasetamol, asam mefenamat, dan ibuprofen,
maka pada pasien ini parasetamol tidak lagi kami berikan. Untuk pengganti parasetamol tersebut, kami memberikan
analgesik yaitu aspirin. Nefompam hidroklorida tidak kami berikan karena berefek samping retensi urin, hal ini berlawanan
dengan efek diuretik yang diharapkan. Dan alasan tidak digunakannya opioid adalah karena obat ini tidak bisa diberikan

sembarangan dan butuh pengawasan dan biasanya digunakan sebagai pengobatan paliatif pada kasus-kasus terminal seperti
kanker stadium akhir.

Resep bagi pasien:

dr. DYNIZA
SIP No: 123/456/UP/DINKES
Praktek: Jl. Pemuda No. 135 Mataram
(Telp/HP: 0370-654321 / 08123456789)
Mataram, 7 November 2010

R/ tab hidroklorotiazid mg 25 No III


s. u.d.d. tab. . p.c.
__________________________

R/ tab Diltiazem hydrochloride mg 30 No.X


s. u.d.d. tab. IV. p.c.
__________________________

R/ tab aspirin bayer mg 500 no.XV


s.p.r.n. t.d.d. tab. I. p.c.
dikunyah
__________________________

Pro: Tn. Amin


Umur: 60 tahun.
Alamat: Jl. Pendidikan No. 246 Mataram.

Resep bagi pasien:

dr. DYNIZA
SIP No: 123/456/UP/DINKES
Praktek: Jl. Pemuda No. 135 Mataram
(Telp/HP: 0370-654321 / 08123456789)
Mataram, 7 November 2010

R/ tab hidroklorotiazid 25 mg No III


s. u.d.d. tab. . p.c.
__________________________

R/ tab nifedipine 10 mg No.X


s. d.d.d. tab. II. p.c.
__________________________

R/ tab aspirin bayer 500mg no.XV


s.p.r.n. t.d.d. tab. I. p.c.
dikunyah
__________________________

Pro: Tn. Amin


Umur: 60 tahun.
Alamat: Jl. Pendidikan No. 246 Mataram.

Anda mungkin juga menyukai